Kimizero Jilid 7.5 Bab 4 Bahasa Indonesia

Chapter 4 — Mission Inpossible

 

 

Langit yang tinggi, kuda menggemuk di musim gugur.

Sampai tahun lalu, sesuai dengan penampilanku, aku mengikuti nafsu makanku yang berlebihan dan makan dengan rakus tanpa batas.

Namaku adalah Ichiji Yusuke. Aku dipanggil ‘Icchi’ oleh teman-teman SMA-ku, Kasshi dan Nisshi.

Di bulan November tahun ketiga SMA. Musim ini akhirnya datang lagi... ya, musim terkutuk festival budaya sekolah.

Pada festival sekolah tahun lalu, aku mengalami kejadian yang sangat memalukan seumur hidupku. Aku menyatakan cinta pada Tanikita-san di depan teman-teman sekelasku, dan berakhir dengan ditolak mentah-mentah.

Karena saking syoknya, aku jadi tidak bisa menelan makanan selama beberapa hari. Hasilnya adalah bentuk tubuh normal saat ini.

Sepertinya perutku juga mengecil seiring penurunan volume tubuh, setelah badanku menjadi kurus, aku tidak bisa makan sebanyak dulu. Dan selama hampir satu tahun, aku terus mempertahankan bentuk tubuh ini. Kalau dulu, aku pasti bisa menghabiskan lima potong ubi bakar sebagai camilan, tapi sekarang cukup satu potong saja sudah membuatku kenyang.

Lagian, memangnya ada orang yang bisa tahan dari godaan ubi bakar di dekat pintu masuk supermarket? Itu hanya catatan sampingan saja, sih.

Namun, ditolak oleh Tanikita-san juga ada hikmahnya. Karena aku terlalu fokus pada game untuk melupakan kenyataan, aku bisa menjadi anggota KEN Kids yang selama ini aku idam-idamkan. Kasshi, si anak riajuu, berkata Hebat banget, selamat ya! tapi Nisshi kelihatannya sangat iri, dan minggu depan akhirnya aku akan menghadiri pertemuan offline KEN.

Aku bener-bener iri! Pertemuan offline dengan KEN itu kan cuma buat anak-anak terpilih, bukannya itu mimpi yang jadi kenyataan!

Saat aku makan siang di ruang kelas selama jam istirahat makan siang, Nisshi tiba-tiba teringat dan mulai iri.

Terus, siapa lagi yang datang ke pertemuan itu?

Hmm, siapa ya, kallau tidak salah ada 'Sono'-san gitu...

Apa? 'Sono' juga ikutan datang? Wah gila tuh! Aku pengen jadi anggota juga!

Nisshi meletakkan bekal di meja, bersandar di sandaran kursi, dan mendongak ke langit-langit.

Emang bener-bener keren sih. 'Sono-san' itu kan anggota KEN Kids yang terkenal banget.

Kasshi menimpali dengan tenang. Kasshi yang mengincar masuk universitas Houou, tampaknya sudah lelah dengan persiapan ujian akhir-akhir ini, dan ia terlihat sedikit tidak fokus, jadi aku sedikit khawatir dengannya.

Apa dia terlalu memaksakan diri? Pacarnya adalah Shirakawa-san yang itu, ia sungguh pria yang selalu mengincar tujuan yang tinggi.

Hei, Icchi. Coba kamu diam-diam rekam pertemuan offline-nya dong.

“Enggak mungkin lah. Aku enggak mau kena banned selamanya.

Ayolah, coba diakali sedikit napa!

Saat Nisshi berkata begitu, tiba-tiba dia berubah serius.

Oh iya, ngomong-ngomong soal rekaman...

““Hm?””

Aku dan Kasshi menatap Nisshi.

“Nikoru bilang kalau waktu ganti baju buat stand kafetaria di festival, ada foto ganti baju cewek yang diambil secara diam-diam terus beredar di grup chat cowok.

Apa-apaan itu? Apa foto Oni-gyaru yang diambil?

Bukan, katanya sih gadis lain. Dan foto-foto itu diambil sebelum dia membuka bajunya, jadi sepertinya aman, tapi Nikoru berkata, 'Diam-diam mengambil foto gadis yang sedang berganti pakaian bukanlah cara yang pantas dilakukan oleh seorang pria! Jika aku menemukan pelakunya, aku akan menghajarnya!

Ngomong-ngomong, di antara angkatan kelas 3, katanya hanya kelas E saja yang akan menampilkan pertunjukan kelas di festival sekolah. Kalau tidak salah temanya adalah Kedai Ruida" dan cosplay gadis kelincinya sampai menjadi perbincangan di kelas-kelas lain karena orang yang mengenakannya merupaka gadis-gadis yang imut dan cantik.

“Kedengarannya berbahaya ya, kata Cassi sambil mengerutkan alis.

Lho, kamu mengatakannya seolah-olah itu urusan orang lain, Kasshi. Padahal pacarmu juga...

Waaa!"

Ditengah perkataanku, tiba-tiba Nisshi menamparku.

Aduh! Apa sih yang kamu lakukan, Nisshi?!

“Ada nyamuk, cuma nyamuk kok! Nyamuk!"

Nisshi memperlihatkan telapak tangannya yang terbuka lebar padaku, tapi tidak ada bekas nyamuk sedikit pun.

Hah? Nggak ada apa-apa tuh.

Oh iya? Kayaknya udah kabur deh.

Nisshi tidak merasa bersalah sama sekali. Anak ini kenapa sih?

Sudahlah, Nisshi cuma bermaksud baik. Setidaknya kamu enggak jadi digigit kan, Icchi?

Kasshi melerai kami berdua, dan aku pikir memang begitu.

Iya, makasih...

Anehnya aku yang ditampar malah berterima kasih. Dunia ini memang dipenuhi ketidakadilan.

Tapi, itu berarti maksudnya ada penguntit fotografi di sekolah, ‘kan? Kita harus waspada.

Nisshi kembali serius.

Iya, benar juga.

Kasshi balas menyetujui, tapi aku memandang mereka dengan dingin.

Kalau ada yang mau kasih liat fotonya, aku sih nggak keberatan. Tapi kayaknya enggak bakalan nyampe kepada kita yang kuper begini deh.

Hah?! Icchi, kamu enggak punya rasa keadilan ya? Orang-orang kayak kamu yang bikin penguntit-penguntit itu muncul!

Lho, Nisshi sendiri juga pengen lihat kan? Kalau enggak ada Oni-gyaru di kelas E, kamu juga bakal jadi salah satu mereka.

Urgh...

Nisshi tidak bisa membalas dan hanya menatapku dengan kesal.

Iya, aku tahu kok. Nisshi menyukai Oni-gyaru, jadi ia enggak mau gadis yang disukainya dilihat orang lain. Dasar alasan nggak murni. Sok jadi pahlawan moral segala.

Kasshi masih mesra-mesraan sama Shirakawa-san. Aku merasa iri sih, tapi aku tidak berani menanyakannya, tapi aku meyakini kalau ia sudah nggak perjaka.

Cuma aku doang yang masih.

Cuma aku yang terus menjalani masa SMA yang suram tanpa ada orang yang kusukai, dan melanjutkan belajar untuk ujian masuk yang tidak menyenangkan.

Kalau hanya itu saja sih masih mending.

Tapi, aku terus mendapat pelecehan dari Tanikita-san, orang yang menolakku setahun yang lalu.

Baru-baru ini, ketika aku keluar dari kelas, Tanikita-san kebetulan berada di koridor, dan dia tiba-tiba berteriak histeris seperti melihat kecoa, lalu berbisik-bisik pada teman-temannya sambil melihatku. Pasti dia bilang “Ia itu orang yang dulu aku tolak, ia bener-bener menjijikkan ya”. Itu benar-benar parah.

Kasshi memang orang yang baik hati sekali, ia sampai menghiburku dengan mengatakan “Sepertinya ada gads yang diam-diam tertarik sama kamu sekarang karena kelihatan udah kurus", tapi aku cuma tetap mempunyai Kasshi dan Nisshi sebagai teman, dan tidak ada cewek yang mau mengajakku bicara, apalagi menyatakan cinta.

Ini semua gara-gara Tanikita-san menyebarkan gosip buruk tentangku ke seluruh angkatan, 'kan? Aku yakin itu.

Jadi, selama aku masih satu sekolah dengan Tanikita-san, aku tidak akan pernah bisa populer sampai lulus.

Sial kau, Tanikita Akari... Dalam kehidupan sehari-hari yang suram dan hanya dipenuhi stres belajar ujian masuk, kebencianku padanya terus menumpuk.

 

♧♧♧♧

 

Dan akhirnya, hari perayaan festival budaya pun tiba.

Festival budaya Sekolah SMA Seirin diadakan selama dua hari, dan hari ini adalah hari kedua.

Hari pertama kemarin dikhususkan untuk para siswa, orang tua, alumni, dan pihak terkait lainnya, sementara hari ini terbuka untuk umum dan juga siswa SMP yang ingin memasuki sekolah SMA. Acara penutup juga akan diadakan hari ini.

Meskipun tidak ada absensi dan kami siswa kelas 3 yang akan ujian tidak diwajibkan hadir, aku diajak oleh Nisshi dan kami bertemu di stasiun pukul 2 siang lalu pergi ke sekolah.

Sepertinya Kasshi pergi ke sekolah kemarin karena diajak oleh Shirakawa-san, tapi hari ini dia belajar di ruang belajar sekolah bimbelnya.

Di tengah semua ini, tujuan sebenarnya Nisshi datang ke festival budaya hari ini adalah,

Kurasa pelaku pengambilan foto diam-diam akan menyerang hari ini, saat banyak pengunjung luar berdatangan dan keadaan menjadi riuh. Jadi ia tidak akan menyerang pada waktu ganti baju sebelum acara, tapi akan mengincar saat ganti baju di akhir acara yang ramai.

Nisshi berjalan di koridor sekolah yang ramai dengan tatapan mata yang waspada.

Ia benar-benar terlihat seperti satpam.

Haah...

Kekuatan cinta memang luar biasa ya. Kasshi juga bilang ingin menjadi pria yang setara dengan Shirakawa-san dan mengincar untuk masuk Universitas Houou.

Aku juga bertanya-tanya kapan aku akan merasakan perasaan seperti itu...

Festival budaya tahun lalu sangat menyenangkan. Aku menyukai Tanikita-san dan bisa berpartisipasi dalam panitia festival Bersama dengannya...

Tanikita-san pada waktu itu terlihat sangat manis. Dia tidak memandangku sebagai musuh dan selalu menyapaku dengan ramah...

Kalau saja aku tidak menyatakan perasaanku, apa senyumnya itu masih akan tertuju padaku sampai sekarang?

Apa aku masih ada perasaan dengan Tanikita-san karena memikirkan hal seperti ini? Tidak, tidak, gadis berisik dan tidak sopan itu, sekarang aku sudah tidak berharap lagi...

Sambil memikirkan hal-hal tersebut, aku dan Nisshi pun akhirnya tiba di kelas tempat pementasan kelas E.

Wah, kalian lama sekali!

Si Oni Gyaru berseru ketika kami berdua muncul di pintu kelas dengan kostum Bunny Girl. Tingginya memang tidak setinggi Shirakawa-san, tapi dadanya juga cukup besar, dan penampilannya dalam kostum Bunny berbelahan tinggi itu sangat seksi, mirip seperti seorang selebritis gravure. Aku bisa mengerti kenapa Nisshi bisa jatuh cinta padanya.

Selamat datang!

Lalu Shirakawa-san juga muncul dari belakang si Oni Gyaru.

Entah kenapa, dia terlihat seperti seorang gadis yang memang diciptakan untuk memikaty pria. Mungkin karena akhir-akhir ini pikiranku hanya dipenuhi oleh persiapan ujian, tiba-tiba muncul rumus bodoh Shirakawa-san + Bunny Girl = Terbaik di kepalaku. Meskipun aku tidak berniat untuk melihatnya, mataku tetap tertarik pada belahan dadanya yang bergoyang-goyang. Aku benar-benar merasa iri pada Kasshi.

Tapi, kenapa Kasshi? Secara kemampuan, aku tidak terlalu berbeda darinya, 'kan? Kalau saja aku menyatakan perasaanku lebih dulu, mungkin aku juga bisa mendapatkan Shirakawa-san. Meskipun ditolak, setidaknya Shirakawa-san tidak akan memperlakukanku seburuk Tanikita-san. Mungkin aku salah memilih target...saat aku sedang meratapi hal tersebut,

“Hawawawa!

Aku mendengar suara wanita itu.

A-Apa yang sedang kamu lakukan di sini?!

Tanikita-san yang mengenakan kostum Bunny Girl menunjuk ke arahku dengan wajah memerah dan pucat.

Seperti biasa, dia adalah gadis yang menyebalkan.

Memangnya kenapa? Aku mengajak Ren untuk datang ke sini. Jadi ia datang bersamanya dengan, ia ini pengunjung tau?

Si Oni Gyaru membalas dengan tenang, seolah-olah mewakili diriku. Dia memang hebat.

Sepertinya aku juga akan jatuh cinta padanya. Tapi kalau aku bilang begitu, Nisshi bisa marah padaku.

Ayo, duduk di sini!

Dipanggil oleh Shirakawa-san, kami pun duduk di kursi kosong di dekat jendela. Meja sederhana yang terbuat dari dua meja digabung dan ditutupi taplak.

Ada lebih dari sepuluh meja seperti itu di dalam kelas, dan hampir semuanya sudah penuh dengan siswa dan tamu undangan. Sepertinya acara mereka cukup sukses karena pengunjungnya ramai sekali.

Silakan lihat menunya dan pesan!

Shirakawa-san berkata pada kami sebelum pergi. Lalu dua orang gadis di meja sebelah memanggil Shirakawa.

Hei, Luna! Bagaimana kejutanmu untuk pacarmu kemarin?"

Sukses besar! Dia sangat terkejut lho!

Baguslah! Kelas kamu sudah berusaha keras agar Kahima-kun tidak mengetahuinya, tahu!

Terima kasih! Berkat itu aku jadi punya kenangan indah di festival budaya ini

Ah, begitu rupanya. Shirakawa-san bukan dari kelas E. Apa itu berarti Kasshi baru mengetahui kalau Shirakawa-san akan menjadi Bunny Girl sampai kemarin?

Aku juga baru mengetahui hal itu secara tidak sengaja. Suatu hari setelah pulang sekolah, aku bertemu Tanikita-san di koridor yang bertingkah galak seperti biasa, Ap-Apa, lihat-lihat?! Kami hanya membawa kostum Bunny Girl untuk Luna kok! sambil berlari ke kelas B yang bersebelahan. Karena itu, aku hanya berpikir Oh, jadi Shirakawa-san juga akan menjadi Bunny Girl.

...

Ketika memikirkan hal itu, aku tiba-tiba teringat. Ternyata alasan kenapa Nisshi menamparku waktu itu karena aku ingin mengatakan pada Kasshi bahwa Shirakawa-san juga menjadi Bunny Girl, jadi kasus pemotretan diam-diam itu bukan urusan orang lain lagi”.

...

Mungkin aslinya memang tidak ada nyamuk. Yah, terserahlah, itu sudah tidak penting lagi.

Aku memang sering baru menyadari sesuatu setelahnya.

“Kamu mau pesan apa?

Nisshi bertanya padaku, dan aku pun melihat-lihat menu.

Lalu si Oni Gyaru datang menghampiri kami.

“Apa kalian sudah memutuskan?

Belum, jawab Nisshi.

Kalau begitu, pesan ini saja, kata si Oni Gyaru sambil menunjuk menu.

Ketika kami membaca tulisannya, Nisshi dan aku saling berpandangan.

““P-Pafu-pafu!?””

Empat huruf yang bersinar terang di atas menu itu sukses membuat kami terpaku.

Pafu-pafu!?

Impian setiap para lelaki... apa maksudnya pafu-pafu* yang itu?! (TN: Onomatope untuk menggambarkan sesuatu yang lembut dan elastis. Secara khusus, kata ini sering merujuk pada tindakan membenamkan wajah dalam belahan dada wanita.)

Hee?!

Nisshi terlihat sangat bingung.

U-Untuk siapa?! Siapa yang akan melakukannya?!

“Kalau kamu sih pasti aku lah? Memangnya ada orang lain?

"Ti-tidak, eeeh?!"

Nisshi masih terlihat sangat bingung.

Ka-Kalau begitu, aku pesan itu saja deh!

Dengan mata terbelalak, Nisshi memesan pafu-pafu”. Sebelum itu, sebaiknya dia disembuhkan dulu dari status MedaPani*-nya. (TN: referensi dari Dragon quest)

Kalau kamu? Kamu juga mau pafu-pafu?

Eh?!

Aku terkejut ketika si Oni Gyaru menanyakan itu padaku.

Ak-Aku juga!? Memangnya bioleh...!?

Tentu saja. Kamu ingin siapa? Mau sama Akari?

Hah!?

Apa sih yang dia katakan!? Dari semua orang, aku akan melakukan pafupafu dengan Tanikita-san!? Harus berapa nyawa yang kupunya untuk bisa tahan dengan itu...!?

Ta-Ta-Tapi apa dia benar-benar tidak keberatan dengan itu!?"

Si Oni Gyaru menjawab pertanyaanku dengan tenang.

Tentu saja tidak masalah. Ini kan pesanan dari pelanggan.

Tapi, tetap saja...

Baiklah, aku akan mengambil pesanan kalian.

Sambil berkata begitu, si Oni Gyaru pergi meninggalkan kami.

.....

Saat aku melihat ke arah Nisshi dengan bingung.

Pafupafu milik Nikoru...

Nisshi juga bergumam dengan tatapan kosong ke arah lain.

 

Lalu, beberapa menit kemudian.

“Ini dia~, pafupafu sudah siap~!

Si Oni Gyaru datang sambil berteriak dengan gaya kedai sake, lalu meletakkan sesuatu di atas meja. Ternyata itu adalah makanan dalam gelas plastik.

Di atasnya terdapat potongan kecil kue dan krim putih, serta es krim berwarna merah muda yang menurutku itu rasa stroberi. Rupanya ini adalah parfait berukuran cupcake.

Dia meletakkan dua parfait itu di depan Nisshi, lalu membawa kursi dan duduk di samping Nisshi.

“Parfait-nya ada dua, makanya jadi 'pafupafu'*, iya ‘kan!(TN: Plesetan kata, orang jepang nyebut parfait dengan ‘pafeit’, yah orang jepang suka banget dengan pelesetan kata macam begini)

.....

Nisshi hanya diam saja.

Apa, kamu tidak suka? Dengan aku duduk di sini bersamamu, kamu bisa mengobrol dengan Bunny, jadi kamu seharusnya berterima kasih, tau?

Jadi sistemnya begitu....

Ini kan kafe konsep. Memangnya apa yang kamu pikirkan? Mana mungkin kami memberikan layanan erotis, kan?

.....

Meskipun terlihat tidak rela, Nisshi mulai memakan parfaitnya.

Bagaimana? Enak?

...Iya...

Meskipun ia berkata begitu, ekspresinya tampak ingin menangis.

Lalu...

“Eh, tu-tunggu, Nikorun!? Yang memesan 'pafupafu'-ku itu... jangan-jangan... Ijichi-kun!?"

Tanikita-san datang menghampiri tempat duduk kami. Saat melihatku di depannya, dia gemetaran seolah-olah akan menjatuhkan nampan berisi parfait itu.

Ap-Ap-Ap-Apa!? Kenapa harus aku!?

Tidak, aku sama sekali tidak.... si Oni Gyaru yang seenaknya memesan sendiri....

Tapi Tanikita-san tidak mendengarkan penjelasanku.

Ja-Jangan-jangan kamu memesan ini karena berpikir ada hal-hal erotis, kan!?

“Mana mungkin begitu

Kyaa──── Mustahil, mustahil! Payudaraku ‘kan kecil!

Akari, kamu bukan payudara kecil, ‘kan? Kalau tidak salah kurang lebih ukuranmu itu C, kan? Padahal aku juga berukuran D, jadi itu tidak jauh berbeda.

Kenapa kamu malah membocorkannya, Nikorun!?

Mendengar ucapan Oni Gyaru, wajah Tanikita-san langsung pucat. Dia meletakkan nampan di meja lalu menutupi wajahnya.

Huwaaa, aku sudah tidak sanggup lagi!

Tanikita-san berlari keluar dari kelas sambil merengek.

Hei, Akari!

Si Oni Gyaru melihat ke arah Tanikita-san yang pergi meninggalkan ruang kelas dan menampilkan ekspresi “Waduh”.  Orang-orang di kelas juga terkejut melihatnya.

...D... ternyata ukurannya D...

Nisshi menundukkan pandangannya ke meja, bergumam sendiri dengan menggigit bibir, sambil memainkan kedua tangannya.

“...Ah, maafkan aku. Bagaimana dengan parfait ini? Padahal kamu sudah memesan bagian Akari.

Ketika si Oni Gyaru berkata begitu, aku menyadari bahwa kedua parfait ini menjadi tagihanku. Sepertinya Nisshi dan si Oni Gyaru akan membayar bagian mereka masing-masing. Ternyata memang seperti itu sistemnya di kafe konsep ini. Mungkin itu bukan sistem yang cocok untukku, yang terbiasa membayar apa yang kumakan sendiri.

Tidak apa-apa, aku akan makan dua-duanya.

Lebih baik begini daripada harus makan berdampingan dengan Tanikita-san. Meskipun nafsu makanku sedikit berkurang, tapi tubuhku yang tinggi membuat metabolisme dasar tetap tinggi, jadi dua parfait kecil ini masih cukup bagiku.

...Dasar Akari. Dia harus mengatasinya entah bagaimana dengan sikapnya yang begitu. Semoga sampai lulus nanti dia sudah bisa mengatasinya.

Aku juga berpikir begitu, tapi sepertinya sulit ya... Yang sebelah sini juga sama saja.

Si Oni Gyaru dan Nisshi, entah kenapa terus-terusan melirik ke arahku sambil berbicara tidak jelas.

Sambil mendengarkan sekilas, aku meraih parfait pertama.

Enak.

Rasanya seperti krim nabati yang dijual di supermarket. Meski sederhana, rasa ini memang paling cocok untuk lidahku, seperti jajanan masa kecilku dulu. Saat ada pancake dengan krim yang disuguhkan di atasnya, aku selalu bersemangat memakannya.

...Ternyata tetap sia-sia ya.

Sambil melihatku, si Oni Gyaru menghela napas putus asa.

“Itu sih tentu saja, memang Tanikita-san yang harus mencoba sesuatu.

Apa sih yang sedang mereka bicarakan? Tentu saja Tanikita-san yang harus melakukan sesuatu. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun (selain menyatakan perasaan setahun yang lalu), tapi dia sendiri yang tidak menyukaiku.

Ngomong-ngomong, tidak apa-apa, nih?

Tiba-tiba, Nisshi bertanya pada si Oni Gyaru seolah-olah ingin mengganti topik pembicaraan.

Apanya?

Aku makan parfait bersamamu... Apa pacarmu tidak datang?

Setelah mendengar pertanyaan Nisshi, si Oni Gyaru mengusap-ngusap rambut panjangnya sambil berpikir.

...Entahlah. Aku sudah mengajaknya, tapi dia bilang 'kalau sempat akan datang' gitu.

Hmm... memangnya kamu tidak bilang kalau mau jadi Bunny girl?

“Tentu saja aku sudah bilang. Aku juga sudah mengirim foto selfie.

Ah, jangan-jangan ia sudah puas dengan itu? Seharusnya kamu tahan dulu, dan membuat 'kejutan' saat ia datang.

“Wahh seriusan? Sepertinya aku salah strategi.

Si Oni Gyaru menampilkan senyum masam. Tapi tiba-tiba, dia berubah menjadi serius dan meletakkan sendok plastik ke dalam wadah. Nisshi dan si Oni Gyaru sudah selesai memakan parfait mereka.

...Tapi, bukannya itu sangat disayangkan kalau ia susah-susah datang padahal ia sedang sibuk belajar? Aku takut kalau nilainya jadi turun gara-gara aku.

Nisshi hanya diam dan menatap si Oni Gyaru.

“Waktunya tinggal 3 bulan lagi sampai ujian masuk. Kalau ia bisa lulus dengan cepat dan bisa bebas, aku malah merassa senang.

...Iya sih.

Baik Nisshi maupun si Oni Gyaru sama-sama terlihat tidak nyaman ketika membicarakan itu.

Kadang-kadang aku merasa sulit memahami apa yang dipikirkan orang lain. Kali ini pun begitu.

Seandainya semua orang bisa dengan jujur mengatakan apa yang mereka pikirkan.

Dalam hal ini, Tanikita-san bisa dibilang sangat mudah dipahami. Dengan segala kebenciannya yang diarahkan kepadaku, bahkan aku yang bukan siapa-siapa pun sadar kalau aku sedang dibenci.

 

♧♧♧♧

 

Setelah itu, aku juga selesai makan parfait, kemudian aku dan Nisshi keluar dari kelas.

Sekarang sudah jam 3 lewat nih. Masih ada 1 jam lagi sebelum acara festival budaya ditutup...

Nisshi bergumam sambil memeriksa ponselnya.

Acara festival budaya ditutup pukul 4 sore. Hari ini adalah hari kedua sekaligus hari terakhir, setelah itu ada pesta perayaan. Kami berdua tidak berencana ikut pesta perayaan, tapi Nisshi bersemangat untuk menjaga si Oni Gyaru dari penguntit, jadi kami mungkin akan tetap di sini sampai sekitar jam 4.

Saat kami sedang berjalan-jalan di dalam gedung sekolah dan melihat-lihat kegiatan klub yang menampilkan pameran, tiba-tiba Nisshi berseru.

Ah!

Nisshi melihat ke arah ruangan kelas tertentu yang hendak kami lewati.

Pameran Klub Seni di kelas ini ya. Kalau tidak salah mereka menyediakan layanan melukis potret wajah, ‘kan?

Sambil berkata begitu, Nisshi tampak tertarik untuk mengintip ke dalam kelas.

Ah iya, Nisshi, kalau tidak salah kamu dulu anggota Klub Seni sewaktu SMP, ‘kan?

Iya, benar! Katanya Nikoru juga pernah ikut Klub Seni waktu SD, makanya kami berdua jadi semangat.

Kalau begitu, kenapa kamu tidak mengajak si Oni Gyaru ke sini?

Ah, tapi dia kan sudah ada shift di kafe cosplaynya sampai tutup acara...

Ekspresi Nisshi tiba-tiba membeku saat mengatakan itu.

Untuk mengetahui alasannya, aku pun mengintip ke dalam kelas.

Ruangan kelas untuk pameran itu memiliki dekorasi yang cukup sederhana. Di sepanjang dinding terpajang lukisan potret wajah yang sepertinya dibuat oleh anggota Klub Seni. Ada banyak selebriti yang dikenal orang, juga beberapa guru di SMA Seirin.

Di dalam kelas, ada kursi-kursi yang disediakan, dan anggota Klub Seni sedang melukis wajah pengunjung yang duduk berhadapan dengan mereka. Ada 3 anggota Klub Seni yang sedang melukis, dan ada sekitar 2 pasang pengunjung yang sedang mengantri.

Di antara pengunjung yang mengantri, ada satu pasangan pria-wanita, dan wanita itu mengenakan kostum kelinci... Pada saat itu aku langsung mengerti alasan keheningan Nisshi.

Mereka adalah si Oni Gyaru dan pacarnya, kalau tidak salah nama pacarnya adalah Sekiya-san, teman Kasshi di sekolah bimbel. Aku ingat mereka pernah pergi bersama saat study tour, jadi meskipun aku susah mengingat nama dan wajah orang, kali ini aku masih bisa mengingatnya.

Si Oni Gyaru dan Sekiya-san terlihat berbincang sambil bersandar satu sama lain. Meskipun aku tak bisa mendengar suara mereka, Sekiya-san tampak membisikkan sesuatu, dan si Oni Gyaru menepuk-nepuk lengannya sambil berkata Tidak mau, lalu melingkarkan lengannya di lengan Sekiya-san.

...

Nisshi masih terdiam.

“Itu pasti si Oni Gyaru.

Aku bergumam, sesuatu yang pasti akan diketahui siapa pun yang melihatnya.

Mungkin dia disuruh teman-temannya 'pergi dulu saja sebentar' karena masih pakai kostum Bunny Girl.

“...Mungkin saja.

Lalu Nisshi juga angkat bicara.

Semua teman-temannya tahu kalau Nikoru jarang bisa ketemu pacarnya karena pacarnya adalah calon peserta ujian. Cewek-cewek biasanya baik sama teman yang lagi galau masalah cinta.

Jadi, ternyata pameran Klub Seni yang tadi jadi bahan pembicaraan kami dengan Nisshi, ternyata ada sisi kelam yang tak kusangka. Aku sampai kagum bagaimana bisa ada perasaan seperti itu.

....Apa kamu mau ikut mengantri untuk dilukis potretnya, Nisshi?

Aku berusaha sebaik mungkin membujuknya, tapi Nisshi malah tertawa dan berkata Hah?”.

“Basa-basi juga ada batasannya kali. Ayo pergi.

Ternyata Nisshi masih cukup bersemangat.

Kalau kamu pengin punya potret, aku bisa menggambarnya untukmu lain kali deh, Icchi.

Beneran? Aku jadi ingin melihatnya.

Tapi, rasanya lebih seru kalau digambar waktu kamu gemuk dulu sih.

Boleh juga tuh, gambar sebelum-sesudah.

Eh, kalau kamu tampil, nanti ada anak-anak seni yang mau gambar kamu lho.

Oh gitu ya? Kalau begitu, kurasa aku akan coba-coba mengunjunginya lah. Kira-kira aku bakalan populer enggak ya?

Pasti populer lah. Lebih dari anak-anak di sekolah kita. Banyak cewek-cewek yang lagi cari mangsa.

Wah, kayaknya aku ada kesempatan nih.

Sambil mengobrol begitu, kami berjalan-jalan tanpa tujuan di dalam gedung sekolah.

...Nah, sekarang kita mau ngapain?

Karena sebentar lagi sudah mau tutup, kelas-kelas yang sepi pengunjung mulai beres-beres. Mengganggu ke kelas lain juga kurang enak rasanya sekarang.

...Maaf, Icchi.

Tiba-tiba Nisshi berhenti berjalan.

Hm?

Tapi aku tetap mau menangkap si pelaku penguntit itu.

Hah?

Aku mengira ia mau bicara apa, ternyata soal itu lagi.

Oke, tapi gimana caranya?"

“Aku bakal menjaga di depan ruang ganti Kelas E.

Haah...

Caranya terlalu sederhana.

Tapi kalau cuma jaga-jaga saja, nanti pelakunya enggak datang, ‘kan?”

Yah, nggak apa-apa. Setidaknya aku bisa mencegah penguntitan.

...Begitu ya.

Nisshi benar-benar sangat menyukai si Oni Gyaru ya.

Sebentar lagi akan tutup, jadi aku pergi dulu ya.

Uh, oke...

Sampai nanti.

Iya...

Nisshi mulai berjalan menyusuri koridor menuju tangga. Aku hanya bisa melihat punggungnya pergi tanpa bisa berbuat apa-apa.

...

Sebenarnya aku juga sedang senggang, jadi aku bisa saja pergi bersamanya. Tapi aku merasakan aura Nisshi yang seakan tidak ingin didekati orang lain, jadi aku tidak berani mengajaknya.

...Ah, sudahlah.

Aku memutuskan untuk pulang dan belajar seperti murid yang sedang menghadapi ujian.

Dengan memikirkan itu, aku mulai berjalan menuju tangga beberapa saat setelah Nisshi, tiba-tiba...

Kamu lagi-lagi melakukan itu, ya, Akari-chan?

Aku mengenal suara itu. Aku melihat di ujung koridor ada Kurose-san. Orang yang sedang berbicara dengannya adalah... Tanikita-san.

Tanikita-san masih mengenakan kostum Bunny girl. Kalau diingat-ingat lagi, tadi dia sempat kabur saat sedang melayani pengunjung.

Tanikita-san tampak lesu, seakan sedang dimarahi.

Sudah kubilang, kamu harus bersikap lebih jujur, 'kan?

Ketika mendengar itu, Tanikita-san mengangkat wajahnya dan menatap Kurose-san.

Tapi itu 'kan mustahil! Selama ini aku sudah membuatnya membenciku, jadi mana mungkin sekarang bisa membuatnya menyukaiku lagi!

Kalau kamu terus bersikap seperti itu, kamu malah akan semakin dibenci, lho?

Uwaaa, dasar Marimero jahat! 'Semakin' katanya, jadi memang benar aku sudah dibenci, ya?!

Tapi 'kan kamu sendiri yang bilang begitu...

Kalau orang lain yang bilang, rasanya lebih menyakitkan, tahu!

Sikapmu yang terlalu sensitif seperti ini juga bukan sikap yang baik, lho.

Kurose-san menatap Tanikita-san dengan pandangan jengkel.

“Ngomong-ngomong, bukannya itu jadi masalah kalau kabur dari tugasmu?

Tapi... tapi... aku tidak bisa kembali dengan perasaan seperti ini!"

Kalau begitu, lebih baik kamu tanyakan langsung pada orangnya. 'Kenapa kamu memesan bagianku?' itulah yang membuatmu penasaran, ‘kan? Mungkin saja kamu tidak dibenci, dan kamu tidak bisa kembali karena masih penasaran dengan hal itu, 'kan?

Benar sih... tapi tetap saja, aku tidak bisa...

Jangan terus-terusan berkata seperti itu. Sekarang, coba putuskan, mau kembali ke kelas atau langsung tanya pada orangnya? Aku juga harus belajar, jadi aku mau pulang sekarang. Aku cuma ingin melihat Luna dan Akari-chan pakai kostum bunny girls saja, jadi aku hanya mampir sebentar.

Pada saat itu, Kurose-san yang terlihat bingung mengalihkan pandangannya, dan tatapan matanya bertemu denganku.

Nah, itu dia. Kesempatan yang bagus, 'kan?

Kurose-san berkata pada Tanikita-san sambil melihatku.

...?

Tanikita-san mengerutkan kening dengan bingung, lalu mengarahkan pandangannya ke sekelilingnya. Dan kemudian...

“Hah?!

“.....!”

Aku buru-buru berusaha mengalihkan pandangan dan mencoba untuk pergi menjauh, tapi sepertinya sudah terlambat. Tanikita-san jelas-jelas melihatku dan langsung berteriak.

Lalu entah kenapa, Kurose-san mendorong punggungnya dan Tanikita-san berjalan mendekatiku dengan tidak jelas alasannya.

...Ap-Apa?

Aku berkata demikian saat Tanikita-san berhenti di depanku.

Aku tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan tadi, tapi aku tidak salah apa-apa.

Selama ini pun, aku tidak pernah melakukan kesalahan apa-apa.

Tapi Tanikita-san tetap saja datang mengomeliku tanpa alasan.

Aku bertanya-tanya apa yang akan dia katakan kali ini... saat aku menegang, tiba-tiba...

...

Tanikita-san tiba-tiba jadi gugup dan mengalihkan pandangannya dariku.

Lho? Tingkahnya kali ini agak berbeda.

Itulah yang kupikirkan sambil menunggu kata-katanya karena merasa bingung.

...He-Hei, ikut aku sebentar. Kita tidak bisa bicara di sini.

Memang benar, di sini adalah koridor yang ramai dengan lalu-lalang siswa dan pengunjung. Tapi pembicaraan macam apa yang tidak bisa dilakukan di sini?

Meski aku masih merasa penasaran, aku diam-diam mengikuti Tanikita-san. Dia berjalan melewati garis pembatas [Dilarang Masuk Selain Yang Berkepentingan] dan menuju tangga di ujung koridor. Di sana, di anak tangga teratas, dia berhenti.

...Ke-Kenapa ke tempat seperti ini...?

Meskipun bersama Tanikita-san, aku tetap gugup berada berdua saja dengannya di tempat sepi. Tanikita-san masih terlihat aneh, dengan wajah memerah dan sikap malu-malu, dia juga sesekali melirikku lalu mengalihkan pandangan.

...Be-Begini...

Tanikita-san memulai pembicaraan. Dia dengan gelisah menggosok-gosokkan kedua tangannya di depan tubuhnya, dan sesekali melirikku ragu-ragu.

Aku berdiri di atas anak tangga, sementara Tanikita-san berdiri satu anak tangga di atasku. Meski begitu, dia masih harus mendongak untuk melihatku, membuatku sadar betapa mungilnya dirinya.

...A-Apa?

Entah kenapa aku jadi gugup, dan suaraku terdengar bergetar.

...

Tanikita-san kembali jadi malu-malu.

“.....tadi....”

Dia sepertinya mengatakan sesuatu, tapi suaranya terlalu pelan untuk kudengar.

“Eh?”

...Tentang yang tadi itu, apa itu benar...?

Tanikita-san bertanya padaku lagi sambil sesekali melirik.

Yang tadi?

Aku merasa kebingungan dan mencoba mengingat kejadian di ruang kedai kafe tadi, tapi Tanikita-san tiba-tiba berkata dengan panik.

I-Itu lho! Kamu bilang ingin 'pafupafu' denganku!

Hah?!

Aku benar-benar bingung karena tidak mengerti apa yang sedang dia tanyakan.

Lagipula, apa maksud dari 'pafupafu' yang dia ungkit? Kalau yang di kafe tadi 'pafupafu' artinya 'dua parfait'.

...Tidak, itu cuma gara-gara pesanan sepihak si Oni Gyaru saja...

Eh...?

Tapi sebelum aku bisa menjelaskan, ekspresi Tanikita-san tiba-tiba berubah total.

Wajahnya mendadak terlihat sedih, seolah-olah akan menangis.

Jadi, Nikorun yang secara sepihak memesan semua itu...?

!?

Kenapa kamu malah bereaksi seperti itu!?

Bukan secara sepihak memesannya... yah, aku juga tidak benar-benar menolaknya, sih...

Tanpa sadar, aku mencoba memperbaiki situasi.

Eh?

Ekspresi sedih di wajah Tanikita-san seketika menghilang, dan dia mulai merasa malu lagi.

Jadi, sebenarnya Ijichi-kun yang memesan itu...?

Eh!?

Aku sangat terkejut saat dia bertanya dengan tatapan memohon.

Benar, sebenarnya, secara penampilan, Tanikita-san memang tipe idaman untukku.

Jika dia selalu bersikap malu-malu seperti ini, aku bisa... tidak, apa yang sedang aku pikirkan? Aku sudah pernah ditolak mentah-mentah olehnya.

Tapi melihatnya seperti ini, aku hampir salah paham.

“Da-Daripada aku yang memesan itu...

“Apa itu salah?

Tanikita-san menatapku dengan tatapan seperti anak kucing, saat aku terbata-bata.

Yah... bukan begitu...

...?

Dia memiringkan kepalanya dengan bingung, dan menatapku dengan tatapan memohon, membuatku tak kuasa untuk tidak berbohong.

...Itu sama sekali tidak salah.

Orang yang memesan pafupafu Tanikita-san adalah si Oni Gyaru, dan aku tidak tahu apa maksudnya, jadi aku membiarkannya begitu saja.

Tapi entah kenapa, aku tidak dapat mengatakan hal itu.

...Begitu ya...

Pipi Tanikita-san sedikit memerah. Dia masih terlihat malu-malu.

...Ke-Kenapa kamu memilih aku...?

Eh...?

Jika ditanya begitu, aku hanya bisa menjawab Karena si Oni Gyaru yang memesannya.

Saat aku bingung untuk menjawab demikian atau tidak, Tanikita-san kembali berbicara.

...punyaku tidak sebesar Lunachi, tapi... apa kamu tidak keberatan?

Eh!?

Jadi, maksud pafupafu itu memang memiliki arti seperti itu!?

Ap-Apa yang kamu bicarakan...!?

“Ma-Makanya! Kamu ingin melakukan 'pafupafu' denganku, iya kan!? teriaknya dengan putus asa.

Apa...!

Jika aku boleh mengatakannya dengan jujur, sebenarnya, aku ingin melakukannya. Aku tidak peduli dengan siapa saja asalkan dia gadis yang manis.

Tapi, jika menyangkut apakah aku ingin Tanikita-san melakukannya atau tidak, aku ingin dia yang melakukannya. Terutama saat dia sedang malu-malu seperti ini.

......

Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan semua catatan kaki itu, jadi aku tetap diam.

Ja-Jadi, yang mana...? Kamu ingin melakukan 'pafupafu' denganku, ‘kan...?

...Ya.”

Aku hanya mengangguk, karena sudah merasa terlalu kebingungan.

...!?

Kemudian, Tanikita-san membuka matanya lebar-lebar. Setelah ekspresi terkejut itu, wajahnya memerah dan dia mulai gemetaran.

Ja-Jadi, a-apa maksudnya itu...!?

Bibirnya gemetar. Wajahnya memerah, seolah-olah dia sedang menahan amarah.

...!

Aku jadi teringat kembali tentang peristiwa festival budaya tahun lalu.

Wajah Tanikita-san yang menghajarku habis-habisan dengan ucapan-ucapan yang menohok itu, kini muncul di hadapanku.

Ja-Jadi, i-itu berarti, ka-kamu, me-menyukaiku sebagai se-seorang perempuan!?

Hiii...!

Aku gemetar. Aku akan ditolak lagi. Walaupun kali ini aku tidak menyatakan perasaanku atau semacamnya, aku akan dicampakkan lagi.

Perutku terasa mual karena trauma tersebut, dan darah di wajahku seakan hilang.

Bu-Bukan—

Tanpa sadar, aku berteriak.

Bukan! Bukan begitu, dasar jelek!

 

Keheningan yang mencekam pun terjadi.

 

......

Tanikita-san menatapku dengan matanya yang membuka lebar. Tatapan matanya terlihat kosong, hanya terpaku di sana.

...Je-Jelek...?

Dia bergumam dengan linglung seolah-olah tak percaya.

Siapa? Aku?

...I-iya, memang.”

Aku tak dapat menarik ucapanku, jadi aku hanya mengangguk.

Hah? Tapi bukannya kamu ingin 'pafupafu' denganku, ‘kan? Atau jangan-jangan kamu suka dengan perempuan yang jelek?

...Bukan, itukah sebabnya....

Aku harus mencari alasan.

Sebenarnya, aku tidak peduli siapa perempuannya...

Kemudian, kerutan muncul di dahi Tanikita-san.

Hah!?

Dalam sekejap mata, wajahnya berubah menjadi marah.

Apa-apaan itu? Kelakuan semacam itu sangat brengsek, tau!

Aku tahu itu memang tidak baik, tapi aku sudah terlanjur masuk ke dalam alur ini, jadi tak ada pilihan lain selain meneruskannya.

“Memangnya kamu merasa senang melakukan 'pafupafu' dengan gadis yang jelek dan berdada kecil yang sama sekali bukan tipemu!?

Tentu saja aku merasa senang! Karena aku disuruh mengikutimu, jadi aku menurut saja!

Kamu benar-benar pria yang menyebalkan! Mendingan pergi saja ke tempat pelac*ran!

Aku masih SMA jadi mana mungkin aku bisa ke sana! Aku akan langsung ke sana setelah lulus nanti!

Kenapa kau bisa mengatakan hal memalukan itu dengan lantang!? Menjijikkan! Mendingan kamu mati saja sana!

Pada titik ini, pafupafu sudah tidak lagi berarti apa-apa.

Sementara itu, dari bawah terdengar suara murid-murid yang bertanya "Ada apa, pertengkaran? dan “Bagaimana kalau panggil guru?, membuatku dan Tanikita-san panik dan segera turun ke koridor dengan wajah datar.

...Sekarang aku jadi memahamimu”

Setelah melewati garis pembatas dan kembali ke koridor yang ramai, Tanikita-san berkata pelan.

Lalu, dia mengangkat wajahnya dan menatapku dengan tajam.

...Kamu benar-benar pria brengsek! Aku benar-benar benci padamu!"

Meskipun dia berkata begitu, hatiku tidak tergerak.

Aku tahu itu. Sejak setahun yang lalu...

Tapi, aku masih merasakan sedikit rasa sakit di dalam dadaku. Apa-apaan dengan perasaan ini?

Jadi, jangan pedulikan aku lagi

Aku memang tidak peduli padamu!

Meskipun Tanikita-san terlihat kesal saat berbicara, aku juga segera membalas.

Kamu pasti meminta perhatian dengan cara seperti ini, ‘kan...

I-Itu karena... kau memesan 'pafufafu' di kafe tadi!

Pada saat kami saling berdebat seperti itu,

'Pafufafu'?

Terdengar suara seorang pria yang berhenti berjalan di antara orang-orang yang lewat, dan mendengar percakapan kami.

Pria itu tampak seperti orang biasa, berusia sekitar dua atau tiga puluhan.

“Onee-san, apa kamu benar-benar akan memberi 'pafufafu'? Di ruang kelas mana?

E-eh, bukan 'memberi'.... tapi itu adalah kafe kelas 3-E

Tanikita-san menjawab dengan bingung karena tiba-tiba ditanya oleh orang asing.

Tapi kurasa pesanan terakhir sudah berakhir, karena sekarang sudah hampir pukul 4...

Setelah mendengar itu, pria itu terlihat kecewa dan menjatuhkan bahunya.

Ohh, begitu rupanya...

Pria itu kemudian memperhatikan Tanikita-san dari atas ke bawah dengan tatapan nakal.

Kalau saja Nona mau memberiku 'pafufafu', aku pasti akan memesan. Ngomong-ngomong, namamu siapa?

...Ta-Tanikita.

Hmm, begitu ya. Baiklah, sampai jumpa lagi.

Ma-Maaf...

Bahkan Tanikita-san yang biasanya tenang, tampak sedikit gemetar.

Setelah itu, pria itu berjalan pergi.

.....

Rasanya orang itu sedikit mencurigakan. Tatapannya terlihat menjijikkan, dan aneh rasanya melihat seorang pria dewasa yang bukan orangtua murid, sendirian di festival budaya sekolah SMA. Mungkin dia punya teman di sekolah ini.

Kemudian saat itu,

Akari!

Shirakawa-san muncul dari ujung koridor. Dia masih mengenakan kostum Bunny.

Akhirnya ketemu! Aku sudah meneleponmu tapi tidak diangkat-angkat.

Eh, benarkah?! Maaf, Lunachi!

Tanikita-san terlihat panik, dan mulai mencari-cari tas kecilnya.

Setelah acara utama, kita semua sepakat untuk mengadakan pesta kecil-kecilan, jadi aku ingin memberitahumu sebelum pulang!

Begitu ya, maaf! Tapi mana mungkin aku pulang dalam kostum Bunny ini, kan?

Aku tidak tahu apa Akari sudah ganti baju atau belum.

Shirakawa-san tertawa masam, dan Tanikita-san juga tertawa, Memang benar, sih.

Ah, Akari, kamu belum ganti baju? Aku mau pergi ganti baju sekarang karena kafenya sudah tutup.”

Ah, iya! Aku juga akan pergi ganti baju!

Saat kedua orang itu tampak akan berjalan bersama, Shirakawa-san melihat ke arahku dan membuat ekspresi Ah.

Ijichi-kun!

Tampaknya dia baru menyadari keberadaanku. Ini berkat usahaku yang berhasil menyembunyikan kehadiranku sekitar dua meter dari Tanikita-san.

Shirakawa-san tersenyum ramah padaku, sosok yang seperti ninja introvert ini.

Kamu sedang berkeliling festival budaya bersama Akari?

““Eh?!””

Aku dan Tanikita-san sama-sama berseru.

Te-Tentu saja tidak!

Iyalah, Lunacchi, apa sih yang kamu katakan?!

Lalu, kalian berdua cuma kebetulan bertemu dan mengobrol?

Shirakawa-san menunjukkan wajah bingung.

“Da-Daripada dibilang mengobrol...

Ini bukan sesuatu yang santai untuk dijelaskan, dan lagipula aku juga tidak cukup dekat dengan Shirakawa-san untuk berbicara dengan santai.

“...Hee, jadi ada sesuatu yang tidak bisa kamu ceritakan padaku?

Bu-Bukan begitu, kok!"

Hmm, kok rasanya mencurigakan, ya.

Ti-Tidak ada yang mencurigakan, tau!

Aku dan Tanikita-san berseru bergantian, ketika Shirakawa-san memandang kami dengan curiga.

Sudahlah, ayo cepat ganti baju, Lunacchi!

Tanikita-san menarik lengan Shirakawa-san dan memaksanya berjalan.

Setelah melihat punggung mereka, aku berubah pikiran dan mulai berjalan beberapa meter di belakang mereka.

Karena aku teringat pada Nisshi.

Nisshi selalu bersemangat mencari pelaku pemotretan diam-diam, jadi aku berpikir jika mengikuti mereka, aku akan menemukan Nisshi. Setelah datang sejauh ini, aku ingin pulang bersama Nisshi.

Agar tidak ketahuan lagi oleh Tanikita-san, aku kembali menyembunyikan kehadiranku seperti ninja introvert.

 

♧♧♧♧

 

Ruang ganti siswa perempuan kelas 3-E berada di dalam area yang diberi garis pembatas, di lantai yang sama dengan ruang kelas tempat mereka mengadakan acara kafe.

Aku tahu itu karena Nisshi berdiri dengan tatapan tajam di lorong di depan area tersebut.

Meskipun di dalam area pembatas, siswa yang masih di sekolah tetap berjalan normal. Karena sebelum acara berakhir, banyak orang berlalu-lalang untuk membereskan sesuatu. Nisshi mengawasi setiap orang dengan waspada.

Pandangan tajam Nisshi tertuju pada Shirakawa-san dan Tanikita-san yang akan masuk ke ruang ganti.

Ah, Nishina-kun. Ada apa?

Dia sedang berjaga-jaga agar tidak ada orang mencurigakan yang masuk ke ruang ganti, Shirakawa menjawab dengan ramah. Terima kasih sudah bekerja keras! Lalu, Nikoru lagi ada di mana?

Dia belum datang.

Oh, begitu ya.

Setelah Shirakawa-san dan Tanikita-san masuk ke dalam kelas, Nisshi melihat ke arahku.

...Hei, Icchi.

Jadi kamu benar-benar sedang berjaga-jaga? Sejak tadi?

Ya. Aku baru saja kembali dari toilet sebentar, selain itu aku terus menjaga di sini.

Wehh, hebat juga.

Kalau begitu, jika ada pelaku pemotretan diam-diam, dia pasti akan langsung pergi.

Saat aku berpikir demikian, tiba-tiba...

Eh?! Tidak mungkin!

Aku mendengar suara Tanikita-san dari dalam kelas.

Ada apa, Akari?

Itu suara Shirakawa-san.

Hei Lunacchi, kamu tahu enggak di mana pakaian dalamku?!

Tanikita-san berseru demikian.

...?!

Aku dan Nisshi saling bertukar pandang.

Eh, memangnya tidak ada?

Ya... Harusnya aku meletakkannya di atas sepatu, tapi...

Seperti apa modelnya?

Set bra dan celana dalam berwarna ungu lavender, model biasa dengan renda.

Ah, yang itu ya.

Terdengar suara mereka mencari-cari di dalam. Sepertinya hanya ada mereka berdua di dalam kelas.

Eh, benar-benar tidak ada? Apa kamu yakin meletakkannya di sini...?”

Aku memang meletakkannya! Lagipula tasku juga ada di sini, jadi mana mungkin aku membawanya pergi, ‘kan?

Kalau begitu, coba periksa di dalam tas?

Tetap tidak ada, tahu!

Terdengar suara barang-barang yang berjatuhan, seperti isi tas yang dituang.

Hmm... tapi aneh, kok cuma pakaian dalamnya saja yang hilang? Sepatu olahraganya masih ada, kan?

Ya...

Pada saat itu, timbul pertanyaan sederhana di benakku.

...Lalu, kenapa dia melepas pakaian dalamnya? Apa yang dia pakai dibalik kostumnya sekarang?"

Aku bertanya dengan sedikit berdebar, dan Nisshi pun tampak tidak nyaman dan mengalihkan pandangannya.

I-Itu... Aku bahkan belum bertanya pada Nikoru... Tapi mungkin, karena kostum Bunny ini terbuka, jadi... pakaian dalam yang biasa mungkin akan terlihat...

...Jadi bisa kelihatan ya...

Aku tanpa sadar menelan ludahku.

Lalu, aku membayangkan para gadis dengan kostum Bunny Girl itu memakai jenis pakaian dalam macam apa... atau jangan-jangan... tidak memakai apa-apa sama sekali!?

Pada saat aku melamuni itu...

Sial, ternyata tidak bisa ambil gambarnya,

Suara seorang lelaki yang terdengar kecewa membuat Nisshi bereaksi dengan cepat.

Tiga orang siswa laki-laki berjalan dari ujung koridor. Salah satunya adalah anggota klub sepak bola yang pernah berteman baik dengan Shirakawa-san saat kelas 2 dulu. Anehnya, ia membawa bola sepak di keteknya.

Memang dari beranda tidak bisa ya. Celahnya sempit banget.

Jadi, bagaimana? Mau balas dendam? Masih ada cewek yang belum ganti baju, lho?

“Ya, enggak mungkin lah.

Kalau begitu, dari koridor aja?

“Enggak, hari ini ada banyak orang yang berlalu-lalang di koridor...

Saat lelaki itu berbicara, tatapan matanya bertemu dengan mata Nisshi.

Jangan-jangan... kalian ya pelaku dari pemotretan diam-diam itu...!?

Nisshi bertanya dengan ragu-ragu, namun suaranya bergetar. Dia hebat berani bicara dengan para siswa populer seperti itu.

Hah, sembarangan saja kalau nuduh~.

Iya. Kalau bisa mengambil dengan bagus, nanti kami bagi-bagi deh. Jangan dilaporin ya.

Para siswa populer itu tertawa-tawa, tapi Nisshi menatap mereka dengan wajah serius.

“Ak-Aku tidak membutuhkannya! Jangan meremehkan aku! Kasihan cewek-cewek yang direkam, tau! Aku bakalan lapor guru!"

Nisshi yang mengatakan itu dengan muka geram membuat para siswa populer itu sedikit takut.

I-iya, hari ini memang enggak bisa ambil kok.

Iya, kami sudah siap-siap mau ambil gambar cewek, tapi yang kefoto malah om-om aneh.

Nah, kalau mau lapor, laporin tuh orang aja, jangan kami.

Setelah mendengar perkataan anggota tim sepak bola itu, temannya menunjuk ke arah belakang kami.

Tuh, orangnya!

“Memangnya kalian pikir aku langsung percaya saja saat kalian nyari kambing hitam...

Nisshi berbalik sambil masih merasa waspada terhadap mereka, dan aku juga mengikuti arah pandangannya.

“Ah!

Tanpa sadar aku berteriak cukup keras, karena aku mengenali orang yang ada di sudut koridor, sedang mengobrak-abrik tas hitam.

“Orang itu... ia adalah orang yang tadi bicara aneh-aneh sama Tanikita-san.

Seriusan!?

“Ia bahkan menanyakan nama Tanikita-san juga... Mungkin isi tasnya itu pakaian dalam Tanikita-san yang dia curi sewaktu Nisshi ke toilet.

Berarti tas itu, ya!?

Setelah mengatakan itu, Nisshi dengan berani berjalan mendekati pria itu.

Eh...

Oi, oi, hari ini Nisshi kerasukan apa sih? Apa ia saking inginnya mendapat pujian dari si Oni Gyaru? Atau memang murni karena marah? Atau malah merasa sangat kesal ketika melihat kemesraan Oni Gyaru dan pacarnya sehingga ia ingin melampiaskannya?

Hah, a-apaan sih!?

Tiba-tiba Nisshi menyerang pria itu, membuatnya panik dan berusaha kabur.

Tunggu! Serahkan tas itu!

Tapi pria itu tetap memeluk tas hitamnya dengan erat dan tidak mau menyerahkannya.

Nisshi melingkarkan tangannya di belakang pria itu, menguncinya dalam posisi pegangan.

Sekarang, Icchi! Ambil tas itu darinya!

Ba-Baik...!

Tergerak oleh perjuangan temanku yang pemberani itu, aku bergegas maju dan dengan sekuat tenaga merebut tas hitam itu dari tangannya.

Ap-Apa yang kalian lakukan... Sialan!

Setelah melepaskan diri dari Nisshi, pria itu tampaknya telah menyerah untuk mendapatkan kembali tas itu, dan lari terburu-buru di koridor seolah-olah berusaha kabur.

Jangan biarkan dia kabur!

Anehnya, teriakan Nisshi justru dijawab oleh anggota tim sepak bola, Okee!

Lihat saja keahlian menendangku yang sudah diasah hanya untuk membuat cewek-cewek bersorak-sorai!

Entah mengapa, ia dengan bangga meneriakkan motif kotornya yang tidak pernah terpuji itu, lalu dengan gerakan indah menendang bola sepak ke arah pria yang melarikan diri.

Bola itu meluncur lurus, seolah mengejar pria itu di antara kerumunan orang, dan akhirnya menghantam lehernya.

Uwah!

Pria itu terjatuh ke lantai koridor sambil memegang lehernya.

Tangkap orang itu! Ia pencuri pakaian dalam!

Teriakan Nisshi membuat siswa-siswa di sekitar mulai ramai. Beberapa siswa laki-laki kemudian menyerang pria itu dengan tangkapan.

Aduh! Ampuni aku! Itu hanya refleks sesaat saja...!

Akhirnya, pelaku yang mencurigakan itu bisa tertangkap.

 

♧♧♧♧

 

Guru-guru yang dipanggil oleh para siswa akhirnya datang dan membawa pria itu ke ruang guru, sementara kerumunan orang-orang mulai terbentuk di sekitar situ, seperti tontonan.

Katanya cowok yang bernama Nishina dari kelas 3 lah yang menangkapnya.

Dan katanya anggota tim sepak bola, Shuuya, menjatuhkannya dengan tendangan bola.

Wah, hebat banget, sama seperti Conan!

Di tengah keramaian itu, si Oni gyaru muncul dari kerumunan dan mendekati Nisshi.

Wah, Ren yang menangkap pelaku? Keren banget!

Meski dia masih memakai kostum kelinci, sepertinya pacarnya sudah tidak ada, mungkin ia sudah pulang.

“Hehehe, enggak gitu juga sih...

Nisshi terlihat dalam suasana hati yang berbunga-bunga.

Syukurlah, Nisshi. Pasti demi momen ini kamu berjuang hari ini.

Misi Nisshi kini sudah selesai.

“Ijichi-kun.”

Lalu, Shirakawa-san datang menghampiri kami bersama Tanikita-san.

Jadi benar orang itu yang mencuri pakaian dalam Akari?

Eh?

Ditanya Shirakawa-san, aku memandang tas hitam di tanganku.

Ah....

Kalau dipikir-pikir, pada saat itu aku benar-benar salah mengambil tindakan.

Entah kenapa, aku malah membuka isi tas itu dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya.

...Ini, ya?

Benda yang keluar adalah bra dan kancut berwarna lavender dengan motif berenda.

 

...!?

 

Tatapan mata semua orang di sana memandang ke arah pakaian dalam yang ada di tanganku.

...

Tanikita-san membuka mulutnya dengan wajah yang memerah saat melihatnya.

Dia menatapku dengan tatapan marah.

Ap...

Tanikita-san yang bibirnya gemetaran, berjalan mendekatiku dan merebut paksa pakaian dalamnya dari tanganku.

Apa yang sedang kamu lakukan, dasar mesum─────────!

Disertai teriakan itu, dia mengangkat tangan kanannya dengan sekuat tenaga.

 

Plak!

Aduh... Aku melihat bintang-bintang dan pandanganku menjadi buram...sembari memikirkan itu, aku perlahan jatuh ke lantai koridor.

Kyaa!

Heh, apa-apaan, kenapa?

Apa mereka berkelahi?

Tidak, dia tampaknya jatuh.

Terdengar suara-suara siswa yang tidak mengerti situasi dari kejauhan.

“Ada orang sakit di sana?

Kayaknya ia terkena sengatan panas, deh.

Hah, di musim begini?

Ember air ini perlu enggak ta? Aku baru saja mengambilnya untuk pembersihan setelah festival malam.

Situasinya perlahan-lahan mulai menjadi aneh.

...Lalu.

“Apa kamu baik-baik saja!?

Seorang siswa yang sepertinya murid junior, menyiramku yang tergeletak di lantai dengan seember air.

Kyaa!

Aku bahkan bisa mendengar teriakan siswa-siswa di sekitarku saat cipratan air mengenai mereka.

...

Apa-apaan ini. Hari sialku benar-benar tak kunjung berakhir.

Kok di sana ramai banget ya?

“Oh, kira-kira ada apaan, ya?

Entahlah

Katanya Ijichi-kun mencuri pakaian dalam Tanikita-san?

Hah, apaan itu? Menjijikkan banget!

Tapi katanya ia sekarang pingsan karena sengatan panas.

Lho, aku jadi enggak ngerti nih.

Sambil mendengar obrolan tak bertanggung jawab siswa-siswa yang baru datang, aku yang terbaring di koridor hanya bisa menatap langit-langit dengan linglung.

Yah, memang benar, orang kuper sepertiku memang tidak cocok dengan festival budaya.

Hatsyiii!

Setidaknya, mandi di November itu rasanya terlalu dingin.

 

Dengan cara begitulah, aku yang terlibat dalam misi Nisshi yang kasmaran, menerima hukuman dari Tanikita-san untuk kedua kalinya dalam festival budaya.

Ngomong-ngomong, aku harus melewatkan pertemuan offline KEN pada minggu berikutnya karena flu akibat disiram air, dan dendamku terhadap Tanikita-san semakin meningkat.

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama