Kimizero Jilid 7.5 Bab 3 Bahasa Indonesia

Chapter 3 — Trick or Trick?!

 

 

Cahaya matahari yang begitu panas kini sedikit mereda.

Rasanya pagi ini tidak sepanas biasanya. Tapi seperti itulah hari-hari di akhir September.

Seusai jam sekolah, aku dan Nikoru sedang bercakap-cakap santai di koridor, lalu Akari tiba-tiba datang menghampiri kami berdua.

Lunachi, Nikorun! Halloween tahun ini enaknya apa ya?

Halloween? Ah iya, acaranya sudah sebentar lagi ya.

Nikoru mendongak ke atas sambil bergumam.

Tidak lama setelah semua jam pelajaran selesai, koridor sekolah sudah tidak begitu ramai lagi.

Sejak memasuki semester kedua, suasana di antara teman sekelas kami terasa semakin tegang. Kami yang bahkan tidak menghadapi ujian bisa merasakan hal itu.

Tahun lalu kita mengadakan pesta di rumah Miyu, ‘kan?

Tapi Miyu tahun ini sedang fokus ujian, jadi kurasa itu mustahil. Yuna juga bilang mau pergi ke Magical Land dengan pacarnya.

Mungkin tahun ini ada acara di pusat kota? Kan acaranya jatuh pada hari Minggu.

Ah, tapi bukannya tempat seperti Shibuya terasa sedikit menakutkan?

Iya sih, ada terlalu banyak orang dan keamanannya juga tidak terlalu terjamin.

Aku juga tidak mau sampai dirayu.

“Padahal aku cuma mau berfoto pakai kostum saja.

Kalau begitu, bagaimana kalau kita coba masak makanan berbahan labu?

Hmm, sepertinya lebih baik di rumah salah satu dari kita saja deh.

Sambil berbincang dengan Nikoru dan Akari, aku berpikir sejenak.

Kalau di rumahku... kurasa tahun ini tidak mungkin.

Ah, benar juga, Misuzu-san katanya mau pindah ke rumahmu?

Iya, kami sedang mulai membereskan kamar Nenek dan Kakek. Jadi rumahku sekarang berantakan sekali.

Baru saja minggu lalu kami tahu bahwa ibu baruku, Misuzu-san, hamil. Mereka sudah menikah dan rutin ke dokter untuk pengobatan kesuburan, jadi ini kabar yang sangat membahagiakan.

...Setidaknya bagiku.

Sebenarnya aku sempat membayangkan akan merasa lebih kompleks dengan hal ini. Tapi begitu mengetahui kalau aku akan mempunyai adik, rasa senangku jauh lebih mendominasi.

Di malam Natal tahun lalu, aku benar-benar syok saat mengetahui keberadaan Misuzu-san dan mengetahui kegagalan Rencana Lotte kami.

Aku meminta Ryuuto untuk membujuk ayah supaya ia menunda keputusannya untuk membiarkan Misuzu-san tinggal bersama kami. Tapi sekarang, dengan adanya bayi, aku tidak bisa terus memintanya seperti itu. Mengurus anak pasti sangat sulit. Misuzu-san memang seharusnya tinggal bersama ayah. Aku juga berpikir begitu.

Yah, sekarang aku juga sudah kelas 3 SMA, jadi aku juga sudah sedikit lebih dewasa.

Ketika aku mulai berbicara dengannya, ternyata Misuzu-san adalah orang yang sangat baik, hubungan kami jadi semakin dekat sekarang, bahkan bisa bertemu tanpa ayah.

Jadi, Misuzu-san tinggal di rumahku, itu sama menyenangkannya dengan menunggu kelahiran calon adikku.

Kalau begitu, di rumah Lunacchi juga tidak bisa, ya... Kalau di rumahku juga sepertinya tidak bisa. Adik laki-lakiku kan sedang dalam fase pemberontakan yang parah, tau?”

Akari menyilangkan tangannya sambil berkata begitu.

Ah kalau tidak salah, ia juga sudah kelas 3 SMP yang sedang mempersiapkan ujian, ‘kan?

Iya, dia sering bilang 'Kakak punya penampilan gyaru dan kelihatan seperti orang bodoh, jadi itu bikin malu, tau' gitu. Padahal dia juga sering mengundang teman-teman berandalnya ke rumah untuk pesta Halloween."

“Memangnya itu lagu Ozaki apa!”

Nikoru berkomentar. Aku sebenarnya tidak terlalu paham tentang Ozaki yang dimaksud, tapi Nikoru sangat akrab dengan ibunya dan sering tahu lagu-lagu lama, jadi pasti itu penyanyi jadul.

Hmm, jadi sepertinya pilihannya cuma di rumahku saja... Aku akan coba menanyakannya, tapi aku juga tidak begitu yakin.

Nikoru berkata dengan nada bingung.

Lalu kapan kita mau melakukannya? Siang? Sore?

Ah iya, kita harus menentukan waktunya. Aku sempat berpikir siang sampai sore, tapi takut pulang malam-malam.

Tapi, kalau sore nanti bisa mengganggu ibunya Nikoru ya?

Hmm, iya juga sih...

Ibu Nikoru bekerja di restoran yang buka sampai tengah malam, jadi dia bangun pagi-pagi dan bersiap berangkat sore hari. Rumah Nikoru juga hanya dipisahkan oleh pintu geser, jadi dia tidak ingin mengganggu ibunya.

Kalau begitu, bagaimana kalau kita ke karaoke saja?

Tapi, kita ganti bajunya di mana? Bukannya itu sedikit memalukan kalau pakai kostum dari rumah?”

Tergantung kostumnya sih...

“Karena kalau kita berkumpul di suatu tempat, pasti ada yang naik kereta kan?”

“Benar juga sih……

Kalau kita tinggal di Kansai, kita bisa ke Universal Studios.

“Ayo kita pergi ke sana tahun depan, yuk! Kita nantinya sudah lulus SMA, jadi kita bebas traveling, ‘kan?”

Mau banget! Rasanya pasti seru! Aku jadi bersemangat nih!”

Kami pun jadi bersemangat membicarakannya.

Pada akhirnya, hari itu kami belum memutuskan apa-apa soal rencana Halloween tahun ini.

 

♧♧♧♧

 

Halloween? Bagaimana kalau melakukannya di rumahku saja?

Itu saat aku sedang mengunjungi rumah Maria.

Saat aku menceritakan soal kesulitan mencari lokasi pesta Halloween, dan ibu tiba-tiba menawarkan seperti itu.

“Acaranya akhir Oktober, ‘kan? Kakek dan Nenek berencana pergi jalan-jalan bareng Tae-chan. Aku juga harus bekerja pada akhir pekan, dan Maria juga ada jadwal lesnya, jadi waktunya sangat pas bukan?

Tae-chan adalah kakak perempuan ibu kami dan Mao-kun.... dengan kata lain, dia adalah bibi kami. Dia adalah orang yang dulu membelikan boneka kucing Chii-chan kepada Maria.

Aku sih tidak masalah.

Maria berkata demikian tanpa mengalihkan pandangan dari buku di tangannya.

Sekarang sudah lewat jam 10 malam di hari Sabtu.

Setelah aku berbaikan dengan Maria, kadang-kadang aku datang main ke rumah keluarga Kurose. Sejak aku naik ke kelas 3, aku jarang datang karena tidak ingin mengganggu belajar Maria. Hari ini juga baru sekitar 3 bulan berlalu sejak terakhir kali aku datang ke rumah mereka.

Maria baru saja pulang dari ruang belajar di sekolah bimbelnya. Begitu sampai di rumah, dia langsung duduk di sofa ruang tamu sambil membuka buku kosakata bahasa Inggris.

Aku mengunjungi rumah Kurose di sore hari, lalu makan malam bersama Ibu yang baru pulang kerja. Malam ini aku berencana akan tidur di kamar Maria, lalu besok pagi-pagi kami semua sarapan bersama sebelum aku pulang.

Kakek dan Nenek sudah beristirahat di kamar mereka.

Kakek... apa ia masih bisa pergi liburan?

Aku bertanya pada Ibu dengan penasaran. Sambil melakukan sesuatu di dapur, Ibu tersenyum kecut.

Mungkin ia akan segera melupakannya lagi. Tapi mungkin ini terakhir kalinya mereka bisa berpergian, jadi Tae-chan ingin membuat beberapan kenangan terakhir, menurut penuturan dokter kalau hanya pergi ke pemandian air panas juga tidak apa-apa. Beliau juga bilang itu masih aman.

Ibu menjawab dengan suara pelan. Kalau memang begitu, kurasa mengadakan pesta Halloween di rumah Kurose sepertinya akan baik-baik saja.

Tapi bagaimana denganmu, Maria? Kamu beneran tidak apa-apa? Kamu mungkin pulang dalam keadaan kelelahan dari belajar, lalu masih ada sisa-sisa pesta Halloween di sini, tau.

Aku bertanya dengan khawatir, teringat dengan masa pemberontakan adik laki-laki Akari. Maria yang mendengar itu langsung mengangkat wajahnya dari buku kosakatanya.

“Aku tidak keberatan kok. Lagian, aku memang tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu, jadi aku tidak iri.

Ketika aku melihat Maria tersenyum saat mengatakan itu, aku kagum karena dia sudah begitu dewasa.

 

♧♧♧♧

 

Kemudian, akhirnya sudah diputuskan kalau kami akan mengadakan pesta Halloween di rumah keluarga Kurose.

Mau pakai apa nih?! Kalau ditunda terus-terusan nanti habis, jadi kita harus pesan cepat-cepat!

Saat jam istirahat makan siang, Akari mengeluarkan sebuah buku katalog belanja dari tasnya saat kami makan siang di kelas E. Itu katalog gratis yang biasa disertakan saat kita memesan pakaian online.

Kami membuka-buka isi buku katalog dan ternyata banyak sekali kostum cosplay gaya gyaru.

Wah, yang ini lucu banget!

Kostum Oni? Tapi agak terlalu seksi deh, kelihatan kayak pakaian dalam! Tapi Lunacchi dan Nikorun punya gaya yang bagus, jadi mungkin itu cocok”

Kalau yang ini gimana?"

Cheongsam ya? Mungkin itu juga kelihatan mantap.

Iya sih, tapi kalau pakai Cheongsam buat Halloween tuh rasanya agak aneh ya?

Kalau gitu penyihir atau zombie udah biasa banget deh. Aku gak cocok pakai warna hitam.

“Mumpung ada kesempatan, pastinya kamu mau pakai yang lucu-lucu iya ‘kan!

“Kalau gitu, yang ini bagaimana? Kayakaynya kelihatan baru tuh!

Nikoru menunjuk salah satu model kostum, lalu aku dan Akari saling pandang.

““Kayaknya...cocok nih!

Kami berdua berseru hampir bersamaan.

 

♧♧♧♧

 

“Nee~, nee~, apa kamu akan melakukan sesuatu untuk Halloween nanti, Ryuuto?

Saat aku berjalan pulang bersama Ryuuto dari sekolah menuju ke stasiun, aku bertanya padanya.

Sejak Ryuuto naik kelas 3, ia selalu pergi ke sekolah bimbel setelah sepulang sekolah, jadi waktu kencan kami di perjalanan ke stasiun jadi sangat berharga.

Eh?

Ryuuto menatapku dengan ekspresi terkejut, seolah-olah ia sedang memikirkan hal lain.

Ah, sudah hampir waktunya ya... Kira-kira akhir bulan ini kan?

...Ya...

“Karena aku ada ujian latihan, jadi kurasa hanya belajar biasa deh... Haha.

Jawabannya seperti ia tidak peduli sama sekali.

Wajar saja ia menjawab begitu karena Ryuuto sedang fokus ujian masuk, jadi mungkin dia sedang memikirkan itu tadi.

Meskipun aku sibuk dengan kerja sambilan di toko kue dan toko baju, aku merasa malu karena masih santai soal masa depanku.

Tapi aku sama sekali tidak mengerti soal belajar untuk ujian masuk, apalagi ke universitas yang sulit seperti yang dituju Ryuuto. Kalau terlalu dipikirkan, kami tidak akan punya topik pembicaraan lain.

Ryuuto, apa kamu pernah pakai kostum saat Halloween?

“Eh? Kurasa tidak pernah... Rasanya tidak lucu juga kalau cowok-cowok pakai begitu... Tapi waktu TK dulu, orang tuaku pernah memaksaku pakai baju kostum lalu mengajakku minta permen di pertokoan.

...Be-Begitu ya.

Ternyata ia pernah melakukannya sampai TK.

Nikoru dan yang lain bilang, mereka ingin pakai kostum lalu pergi ke Universal Studios. Aku juga ingin pergi dengan Ryuuto.

...Iya ya.

Ryuuto menjawab dengan senyum lembut.

Tapi untuk itu, kita harus jadi mahasiswa dulu ya...

......

Pada akhirnya, memang begitu ya. Mau bagaimana lagi, masa depan mereka sedang dipertaruhkan.

Aku juga harus bisa memahaminya. Yah, setidaknya aku sudah berusaha. Meskipun begini.

Jadi, hari ini aku, Nikoru, dan Akari sudah memutuskan kostum apa yang akan kami pakai tahun ini. Kami sudah memesan lewat online!"

Benarkah? Memangnya kamu pakai kostum apa?

Ah, akhirnya dia menunjukkan ketertarikannya.

Hehehe, rahasia~

Aku sengaja membuat penasaran, karena ingin Ryuuto memikirkanku sedikit lebih lama.

“Ayo coba tebak~!

Eh?? ...Maid?

Bzzzt! ....Lho, Ryuuto suka banget ya sama maid?

Bu-bukan gitu!

Ryuuto langsung memerah dan membantah dengan panik.

Soalnya kamu pernah memakainya, jadi aku berpikir gitu...

Aduuh~. Kalau kamu suka, nanti aku pakaikan lagi deh... Tapi saat kita berduaan aja ya?

...Be-Berduaan...?!

Entah apa yang dibayangkan Ryuuto, ia mengalihkan pandangannya dengan gelisah.

“Hehehe~”

Tingkahnya yang lucu itu membuatku gemas.

Tapi, untuk saat ini, tidak ada yang bisa kami lakukan lebih dari ini...

Kami sudah sampai di ujung jalan turun dari sekolah, dan bangunan stasiun sudah dekat.

.....

Rasanya selalu saja membuatku sedikit sedih saat harus berpisah di sini.

Jadi, tetap semangat belajarnya ya, Ryuuto.

Aku menahan keinginanku untuk lebih lama bersamanya, lalu tersenyum pada Ryuuto.

...Iya.

Meskipun ia terlihat ingin mengatakan sesuatu, tapi Ryuuto hanya mengangguk dengan senyum lembut.

Aku akan berjuang. Terima kasih.

Ketika melihat senyuman lembut Ryuuto, aku berharap kalau musim dingin cepat berlalu, dan musim semi bisa segera tiba.

 

♧♧♧♧

 

Setelah menghabiskan waktu seperti itu, hari Halloween pun akhirnya tiba.

Kami bertiga bersiap-siap untuk berganti pakaian di kamar Maria.

“Padahal rasanya pasti akan lebih menyenangkan jika Marimero juga bisa ikutan~.

Mau bagaimana lagi, dia kan sedang ujian. Ryuuto juga akhir-akhir ini terlihat terbebani.

Terbebani kenapa? Nilai?

Bukan, kelihatannya ia terbebani secara mental? Aku juga merasa diabaikan saat mencoba berbicara dengannya.

“Tumben banget, si Kashima Ryuuto sampai bertingkah begitu.

“Bahkan Maria juga sama, aku melihatnya terus-terusan belajar dari buku catatan ketika berada di rumah.

Wah! Aku kagum sekali padanya. Tapi kamarnya juga rapi, lebih sederhana dari yang kubayangkan, kupikir akan lebih berantakan.

Kamar Akari kan memang sangat berantakan, penuh dengan barang-barang fandomnya?

“Habisnya barang merchandise idolku sudah sangat kebanyakan~! Setiap kali mau dijual, aku malah beli lagi sampai dua kali lipat!

Haha.

Seperti yang dikatakan Akari, kamar Maria terlihat sangat sederhana, berlawanan dengan image gadis manis miliknya. Maria memang suka kerapian, jadi kamarnya biasanya selalu rapi. Tapi akhir-akhir ini ada tumpukan buku pelajaran di atas meja dan baju-baju yang acak-acakan, sepertinya karena dia sedang sibuk belajar.

Tapi hari ini meja dan lemarinya terlihat rapi seperti saat masih kelas 2 SMA, mungkin dia sengaja membersihkannya.

Lunacchi, badanmu kelihatan langsing ya?

Akari bertanya saat aku sedang melepas baju yang kupakai.

Entahlah, aku belum timbang badan akhir-akhir ini, tapi sepertinya tidak banyak berubah.

Tapi pinggangmu sangat ramping! Bukannya itu curang banget kalau kamu pake filter edit foto realitas~!

Tapi kamu juga kelihatan ramping kok, Akari.

Aku kan memang bertubuh kurus, bukan punya pinggang yang ramping.

Aku juga kurus kok?”

“Kalau Nikorun ‘kan lebih tinggi ketimbang aku! Itu juga curang!”

Haha.

Meskipun dia begitu, tapi Akari memang gemar sekali berfoto selfie dan sangat menyukai dirinya sendiri, jadi dia memang lucu.

Kami semua menanggalkan pakaian tanpa malu-malu, hanya berpakaian dalam, sambil perlahan-lahan mengeluarkan kostum kami dari dalam tas dan mengobrol santai. Aku sangat menyukai hal ini karena suasananya mirip seperti berada di asrama perempuan.

“Kostum ini, cara pakainya gimana?

Hah, Nikorun? Kamu belum pernah mencobanya dulu di rumah?

Kalau aku menjajalnya dulu, nanti susah melipatnya lagi, jadi rasanya lebih mudah bawa kalau masih di dalam bungkusnya.

Iya sih, tapi..

Kostumnya terdiri dari atasan dan bawahan, dengan bagian perut yang terbuka. Ada juga stoking, garter, hiasan rambut, hiasan kaki, serta bando dan ekor. Kostum Nikoru memiliki banyak aksesoris.

Secara keseluruhan kostumnya terlihat seperti bergaya Cina, tapi ada kertas merah bertuliskan huruf Cina yang menambah kesan seram. Kostum Halloween yang cocok ini adalah kostum “Jiangshi*”. (TN: Istilah langsung dari Jiangshi adalah mayat hidup, tapi buat kalian yang pernah nonton film horor china tahun 90-an pasti menyebutnya dengan Vampir china :v)

Lagian, Jiangshi tuh sebenarnya apaan sih?

Nikorun bertanya dengan rasa ingin tahu saat kami sedang berganti pakaian.

Aku juga memiringkan kepalaku dengan penasaran.

Hmm, aku kurang paham sih, tapi katanya kayak zombie gitu lho! Waktu aku menunjukkannya ke ibuku, dia bilang 'Ah, itu yang dulu pernah tayang di TV ya!'. Katanya ibu pernah nonton waktu kecil.

Ah, Mamahku juga pernah cerita!

Akari yang sudah selesai berganti pakaian, mengatakan itu sambil menempelkan tali di atasan ke roknya.

Anime?

Kayaknya live-action deh. Regen-doushi? Yugen-doushi? Aku lupa sih.

Eh, apa-apaan itu? Bahasa Jerman?

Bukan, kayaknya bahasa Cina?"

Jadi emang ada unsur Cina-nya ya?

Nikorun bener-bener nggak ngerti ya, lucu banget!

Soalnya akhir-akhir ini aku sibuk banget kerja sambilan. Sejak liburan musim panas, ada 2 mahasiswa yang mundur, jadi bulan ini aku harus kerja ekstra.

Iya ya, rasanya pasti capek banget. Kamu hebat bisa melakukannya dengan baik.”

Setelah aku mengatakan demikian, Nikoru lalu tersenyum padaku.

...Yah, mendapat kesibukan juga nggak selalu buruk kok.

Wajah Nikoru terlihat sedih, membuatku membayangkan isi hatinya.

Berbeda denganku yang bisa bertemu Ryuuto setiap hari di sekolah, Nikoru hampir tidak pernah bisa bertemu pacarnya, Sekiya-san, karena kesibukannya.

Melihat Nikoru yang begitu, aku jadi merasa harus lebih berusaha juga.

...Tinggal sebentar lagi kok, Nikoru.

Aku mencoba menyemangati diri sendiri, lalu berkata pada Nico.

“Tinggal sebentar lagi musim dingin akan datng, kemudian setelah itu ada musim semi!

Luna...

Nikoru menatap wajahku lekat-lekat, lalu...

Pfft!

Dan entah kenapa, dia tiba-tiba tertawa.

Eh, kenapa kamu malah ketawa!!?

Habisnya, caramu menyemangati itu terlalu biasa-biasa aja, tapi muka kamu serius banget!

Lunachi, kamu terlalu standar banget sih!"

Nikoru dan Akari tertawa bersamaan.

Meskipun dorongan semangatku tidak terlalu berhasil, aku senang bisa melihat Nikoru tersenyum.

 

Kami yang sudah berganti pakaian jadi kostum Jiangshi, langsung berfoto-foto dengan berbagai pose.

Kostum Jiangshi yang kami pakai ada 3 warna berbeda, Nikoru dapat yang merah, Akari dapat yang pink, sedangkan aku mendapat warna yang biru.

Bagian atasannya bergaya Cina dengan kerah tertutup tapi bagian bahunya lumayan terbuka, rok mini mengembang, dikombinasi dengan stocking tinggi yang ditahan dengan garter, jadi ada kesan maid juga. Ditambah aksesori kertas merah di sana-sini, jadi kelihatannya sedikit aneh tapi lucu. Dan ada telinga serta ekor kucing juga, jadi meski kostumnya kostum Jiangshi, tapi tetap terlihat imut.

Sepertinya Ryuuto juga akan menyukai hal ini.

Aku sempat berpikir untuk menunjukkan kostum ini kepadanya.

Ah, pesan Senpai sudah dibaca!

Nikoru, yang baru saja mengirim foto dirinya, bersuara dengan gembira.

Senpai bilang apa padamu?

...hanya dibaca saja...

“Mungkin karena lagi jam pelajaran? Jadi paling-paling hanya dibuka sebentar."

Hmm, mungkin saja.

Meskipun Akari memberi semangat, Nikoru masih cemberut.

...Lalu Luna gimana? Kashima Ryuuto pasti akan memujimu, kan?

Eh!?

Aku terkejut.

Ah... aku belum mengirimnya.

Hah? Kenapa? Foto yang kita ambil tadi benar-benar bagus, ‘kan? Cepat kirim ke pacarmu~!

Ah, iya, benar.

Sambil menjawab begitu, aku membuka aplikasi LINE.

 

Luna

Selamat pagi!

Aku pergi ke pesta Halloween dulu ya!

 

Ryuuto

Hati-hati di jalan

Aku juga mau pergi ke ruang belajar mandiri

 

Obrolan dengan Ryuuto berakhir setelah stiker semangat dariku terlihat sudah dibaca.

“.....

Aku menutup aplikasi LINE tanpa melakukan apa-apa.

“Apa kamu sudah mengirimnya?

...I-iya!

Aku menjawab Akari dengan tanggapan begitu sambil merassa sedikit gugup, aku lalu meletakkan ponselku.

Bagaimana dengan Kashima-kun mengenai kostum Jiangshi-mu, Lunachi?

“Ahaha. Ryuuto juga pasti sedang belajar, jadi belum tentu pesanku langsung dibaca.

Tapi ini tentang Kashima Ryuuto, ia pasti akan bilang 'cocok sekali' walaupun belum membacanya.

Eh, membosankan banget~! Harusnya ia bilang 'tingkat keseksianmu sangat tinggi' gitu!

Hah? Memangnya ada gadis yang merasa senang ketika dibilang begitu oleh pacarnya?

“Emangnya kamu tidak merasa senang dibilang begitu, Nikorun?”

“....mungkin aku merasa sedikit senang.”

“Itu, ‘kan!

Hm, keseksian...?

Aku kurang paham dengan istilah-istilah khas otaku begitu, tapi kayaknya mengarah ke 'seberapa suka' gitu deh. Nanti aku akan mencaritahunnya.

Ah, di dunia otaku katanya mereka suka pakai kata-kata seperti 'suka' jadi 'sukkii' gitu, jadi mungkin 'tingkat kesukaan' maksudnya?

Kalau begitu, aku juga pasti merasa senang kalau dibilang begitu.

"Kalau begitu, coba aku tanyakan ke Ryuuto ah? Apa 'Tingkat keseksianku tinggi?' gitu”

Saat aku bilang begitu, Akari dan Nikoru menatapku dengan wajah terkejut.

Iya, iya, coba katakan!

Aku juga ingin tahu reaksinya.

Nanti saja deh.

Soalnya aku belum mengirim fotoku, pikirku, jadi aku mengalihkan pembicaraan.

 

♧♧♧♧

 

Setelah selesai berganti pakaian, kami bertiga kembali mengambil beberapa foto dan pindah ke dapur.

Karena ini pesta Halloween, jadi ayo kita makan masakan labu! Begitulah rencana kami.

Apartemen ini dulu dibeli oleh kakek kami saat kami masih kecil, jadi memang agak tua. Tapi sekitar lima tahun lalu, mereka merenovasi area dapur dan kamar mandi, jadi area dapurnya masih terlihat baru dan bersih.

“Lah, bukannya lebih baik kalau kita masak dulu sebelum ganti baju ya?

Iya juga sih.

Kalau begitu, mau ganti baju lagi?

Malas ah, enggak mau!

“Ya, lagian juga tinggal pakai celemek saja, jadi masalah bisa langsung selesai, kan?

Ah iya benar.

Nikoru dan Akari sudah membawa celemek mereka sendiri, dan langsung memakainya.

Aku meminjam celemek milik Maria.

Nikoru memakai celemek hitam-putih dengan pita di bagian dada, Akari memakai celemek kotak-kotak merah, sedangkan aku memakai apron pink dengan renda milik Maria. Semua cocok dengan kostum kami dan kelihatan lucu.

Nah, saatnya mulai memasak.

Nikorun, kamu masak apa?

Sup labu. Akari bikin cupcake labu, ‘kan?

Ah iya, aku juga sudah membeli pizza Margherita, loh!

Makasih Lunacchi! Tapi yang itu emang nggak ada unsur Halloween-nya sih.

Yah, kalau cuma labu terus nanti jadi terlalu manis dan bosen.

Kami sepakat untuk membagi tugas memasak. Aku yang curang karena cuma beli pizza, jadi aku harus membantu mereka.

Loh Nikorun, itu apaan?

Akari berseru saat melihat kotak yang dibawa Nikoru.

Di dalamnya ada potongan-potongan labu oranye yang terlihat enak dan lembut.

Oh, karena labu agak ribet dimasak, jadi aku sudah mempersiapkannya dulu di rumah. Nanti tinggal dihaluskan pakai susu untuk dijadikan sup.

Wah, serius!?

Akari mengeluarkan labu hijau dari kantong plastik yang dibawanya, lalu meletakkannya di meja dapur.

Wah, gede banget! Kamu beli yang bulat gini?

Loh, labu yang begini kan lebih cocok buat acara Halloween?

“Kita lagi enggak membuat lampion kali, mendingan yang sudah dipotong aja. Ngomong-ngomong, apa kamu bisa masak, Akari?

Enggak sama sekali!

“Apa kamu tahu cara memotongnya?"

Lho, tinggal potong biasa saja, ‘kan?

“Memangnya orang yang tidak bisa memasak, 'biasa' itu kayak apa?"

Emang nggak ada salahnya kan? Lagian aku ‘kan enggak punya pacar kayak Nikorun dan Lunacchi, jadi wajar saja aku enggak bisa masak!

“Jika pola berpikirmu begitu terus, kamu takkan pernah bisa memasak selama hidupmu, tau.”

Tapi selama ini juga aku masih bisa hidup kok!

“Kalau begitu, jangan sok yakin deh kalo mau bikin cupcake cuma karena nonton di video!

Tapi di video kelihatan gampang banget buatnya!

Jangan percaya video masak yang udah diedit apik gitu!

“Tunggu dulu, kalian berdua, tenangkan diri kalian!

Karena perdebatan soal labu hijau itu, Nikoru dan Akari jadi bertengkar.

“Ujung-ujungnya, aku jadi ikutan bantu juga!

Nikoru dengan sedikit kesal meletakkan labu di talenan dan mulai memotongnya.

Aku dan Akari memperhatikan di sampingnya.

Ini keras banget ya. Ada lap bersih?

Lap? Tunggu sebentar..... ini ada!

Makasih.

Karena rumah ini bukan rumahku, jadi aku juga tidak tahu semua letak barang-barang yang ada, tapi hasil masakan untuk pesta Halloween hari ini sudah menjadi tanggung jawab Nikoru, jadi aku akan mendukungnya sepenuh hati.

Nikoru memegang lap di belakang pisau, lalu menekan berat badannya untuk memotong labu besar menjadi dua.

Nah, potong ini.

Aku dan Akari masing-masing menerima sepotong labu yang telah dipotong menjadi dua.

Eh, ini semua akan dipakai?"

Yah pastinya masih ada sisa. Yang tidak dipakai bisa diolah lagi jadi hidangan lain. Mungkin juga kita bisa membuat cupcake lebih banyak.

Iya, ya.

Akari sepertinya sudah menyiapkan semua bahan yang diperlukan, jadi bahan-bahannya sepertinya akan lebih banyak.

Kalau begitu, kamu pasti tidak akan gagal membuat adonannya!

Pada waktu itu, aku sendiri tidak menyangka bahwa kata-kata yang kuucapkan itu akan menjadi pertanda buruk.

 

Kami memotong labu menjadi potongan yang semakin kecil di atas talenan dengan menggunakan pisau, lalu memanaskannya di microwave.

Di tengah-tengah proses itu, Akari cukup kesulitan.

“Gyaaaaa, sakit!

Ada apa Akari?

Jariku tersayat!

Hah, apa yang sudah kamu lakukan?

Soalnya labunya keras banget, sih!

Kok bisa masih sulit dipotong meski sudah sekecil itu?!”

Yah, memang keras sih...

“Jadi, bagaimana kamu memotongnya? Bukannya di pelajaran tata boga kita diajarkan untuk memotong dengan tangan seperti kucing? Harusnya tidak sampai teriris, kan?

“Karena labunya terlalu keras, jadi aku harus memotongnya dengan dua tangan, ‘kan? Jadi aku melakukannya dengan cara begini...

Hentikan, itu berbahaya! Tentu saja jarimu bisa terluka.

Akari, ayo sini, aku plester lukamu! Kemari!

Huwaaa, terima kasih Lunacchi, kamu memang dewi penyelamatku! Nikorun, kamu jahat sekali!

Siapa yang jahat? Aku kan mengerjakan bagianmu!

Kalau begitu, kerjakan semuanya ya! Aku mau main Tsumtsum dengan Lunacchi di sana.

Jangan bercanda!

Setelah dimarahi Nikoru, Akari yang sudah menempelkan plester pada lukanya terpaksa kembali ke dapur dan melanjutkan memasak.

Aduh, merepotkan sekali. Rasanya tidak bisa secepat di Klassir sama sekali.

Sudah kubilang, jangan pernah mempercayai video itu.

Jangan-jangan, video itu dibuat sama seperti seniman atau ilustrator ya, yang dibuat dengan time-lapse begitu?

"Iya, pasti begitu. Lagian mana mungkin orang amatiran bisa melakukannya semudah itu.

Tapi bahkan di bidang seni, kadang ada juga orang amatiran yang bisa luar biasa, kan?

Tapi kalau videonya viral, artinya mereka sudah jadi profesional, mereka sudah bukan orang amatiran lagi.

“Mumumu...

Ta-Tapi memang ada juga beberapa video dengan resep masakan yang mudah, kan?”

Karena Akari sedari tadi diam saja, aku pun ikut menimpali dengan niat untuk membantunya. Sekarang aku sudah selesai memotong labunya, dan selanjutnya tinggal menyaring tepung.

Video-video yang membuat semuanya terlihat mudah, itu membuat orang awam sulit membedakan mana yang mudah dan sulit. Tapi kalau kamu sering memasak, kamu akan tahu 'oh, yang ini sebenarnya rumit'.

“Mumumu...

Sepertinya Akari mengakui kekalahannya.

Aku pernah mendengar kalau di dalam keluarga Nikoru, ayahnya dulu pernah bekerja sebagai koki, dan ibunya juga mantan koki, jadi sejak kecil Nikoru sudah diajarkan memasak oleh orang tuanya. Setiap kali aku main ke rumahnya, Nikoru selalu bisa membuatkanku makanan dengan cepat, dan semua rasanya enak, jadi diam-diam aku sangat mengaguminya.

Nah, kalau sampai di sini, sisanya kamu bisa kerjakan sendiri, kan?

Lalu tahap selanjutnya adalah mencampur bahan-bahan dan memanggang.

Nicole kembali mengerjakan bagiannya untuk membuat sup, sementara aku mencuci piring dan mempersiapkan untuk memanggang pizza.

Akari terus bekerja dengan lancar mengerjakan tugasnya, dia menuangkan adonan cupcake ke dalam cetakan di atas loyang roti.

Kami memanaskan oven, lalu mulai memanggang cupcake.

Aroma makanan manis pun mulai memenuhi dapur.

Tapi di tengah-tengah itu, ada sebuah insiden yang terjadi.

 

Uwaaa!?

Akari yang jongkok di bawah kompor, mengintip melalui jendela kaca oven yang sedang beroperasi, tiba-tiba berteriak keras.

Ada apa, Akari?

Saat aku bertanya padanya, Akari menunjuk ke dalam oven dengan ekspresi panik.

I-ini... apa ini masih bisa diselamatkan...?

Eh? Apa maksudnya?

Aku tidak mengerti maksudnya, jadi aku pun ikut jongkok di samping Akari dan melihat ke dalam oven.

Hah!?

Aku terkejut ketika melihat sesuatu yang mengerikan dan sampai harus memeriksanya dua kali untuk memastikan apa yang kulihat.

Ini apaan!?

Aku juga mau tanya~~! Pasti ini masalah besar, kan!?

Ketika kami berdua membuat kehebohan, Nikoru yang sedang menyajikan sup, datang menghampiri kami.

Ada apa?

Nikoru lalu ikut berjongkok di samping Akari, dan membuka mulutnya lebar-lebar.

...Hah!? Tunggu dulu, ini apaan sih?

Nikoru menekan tombol jeda pada oven, lalu menggunakan sarung tangan pengaman untuk mengeluarkan loyang roti.

Saat melihat kue cupcake yang ada di atas loyang, aku kembali terkejut.

Waduh, gawat...

Di atas loyang roti, semua cupcake yang berjumlah sekitar sepuluh buah, mengeluarkan adonan encer seperti lelehan gunung berapi dari puncaknya. Bagian luarnya sudah mengeras dan berwarna kuning keemasan, tapi yang keluar adalah adonan putih mentah.

Akari, apa yang sudah kamu lakukan!?

Eh? Ak-Aku enggak ngapa-ngapain kok... Aku cuma mencampur bahan-bahannya dengan normal...

Bagaimana dengan takaran bahannya!? Kamu sudah menakarnya dengan benar, kan?

Eh?

Akari terdiam saat Nikoru terus mendesaknya.

Ya, kira-kira sih...

“Apa maksudmu dengan kira-kira? Apa kamu sudah masukkan semua bahan-bahannya sesuai dengan takaran resep?

Ah...

Tampaknya Akari teringat akan sesuatu dan menunjukkan ekspresi terkejut.

“Yang ini, keluar, terlalu banyak...

Yang Akari tunjuk adalah kaleng di atas meja dapur. Kaleng berwarna merah dan kuning, yang mirip dengan bubuk kari. Aku juga sering menggunakan bahan itu saat membuat kue.

Baking powder!

Melihat itu, Nikoru membelalakkan matanya.

“Dibilangin! Kalau ini terlalu banyak, pasti akan buruk! Bahan ini digunakan untuk mengembangkan adonan, jadi jika terlalu banyak, hasilnya jadi meluap-luap!

Eh!? Serius...?

Raut wajah Akari langsung memucat.

Lagian, kondisi semacam apa sampai membuatmu menuangkannya 'terlalu banyak'? Bagaimana itu bisa terjadi? Bagaimana kamu menakarnya?"

Akari membuka mulutnya dengan canggung setelah dimarahi oleh Nikoru.

Di resepnya tertulis 'satu sendok teh', tapi karena aku membuatnya dengan jumlah lima kali lipat, jadi kupikir takaran satu sendok teh saja cukup, lalu kumasukkan ke dalam mangkuk adonan. Tapi yang keluar tidak mau berhenti, dan saat aku mengayunkan dengan kuat, isi kalengnya hampir habis... Ahaha.

Bukan 'Ahaha', apa yang kamu lakukan sih! Kalau kamu tidak mengikuti takaran, tentu saja hasilnya akan hancur berantakan begini!

Suara marah Nikoru sangat kuat, sampai-sampai aku tidak menemukan celah untuk ikut campur.

Lagipula, kenapa kamu memilih resep yang menggunakan baking powder? Pemula harusnya pakai pancake mix saja!

Lalu, Akari mulai membantah.

Tapi resep ini yang paling banyak dibilang 'enak' di ulasannya!

Makanan yang enak memang membutuhkan waktu dan kerja keras! Kamu belum siap untuk itu!

Kenapa kamu tidak bilang dari awal sih?

Biasanya tidak akan separah ini! Kalau kamu mengikuti takaran yang tertulis sesuai resepnya, pemula pun bisa membuat kue yang lumayan!

Berarti aku lebih parah dari pemula, dong!?

Ya iyalah, kalau tidak mengikuti resep, kamu lebih parah dari pemula! Pertama-tama, mulai belajar pakai sendok teh dengan benar dulu!

Tapi memasak soal perasaan, kan? Garam dan lada juga biasanya ditulis 'secukupnya'!

Mengatur rasa memang sesuai selera! Tapi bahan-bahan yang takaran-nya tertulis, kalau salah bisa kacau, jadi harus diikuti dengan benar!

Memasak itu merepotkan! Aku tidak akan pernah memasak lagi!

“Iya, mendingan jangan!

“Sudah, sudah, mungkin kalau dimakan, mungkin rasanya lumayan enak kali ya...?”

Kedua orang itu terus bertengkar sangat sengit, jadi aku mengambil satu cupcake panas dari atas nampan.

Aku menghindari bagian yang meletus, dan aku menggigit bagian yang matang.

Bagian ini pasti enak!

Atau itulah yang kupikirkan....tapi...

 

Mm... Pahit...

 

Aku tidak bisa menahannya dan tanpa sadar mengeluarkan komentar yang tulus.

Sederhana tapi pahit... Malahan rasanya sangat pahit!

Apa yang terjadi dengan semmua ini?

Yah, tentu saja rasanya pahit. Baking powder memang ada rasa pahitnya.

“Ja-Jadi begitu ya...

Aku tidak tahu karena belum pernah memasukkanmua terlalu banyak.

...La-Lalu, kita harus bagaimana dengan ini...

Aku melihat sekumpulan cupcake di atas nampan yang sedang meletus.

Tidak hanya meletus, ternyata rasanya juga pahit...

Lho, masih ada adonan yang belum dipanggang juga...

Akari melihat sisa adonan yang ada di dalam mangkuk.

Ah... Mungkin bagian yang belum dipanggang masih bisa diselamatkan. Setidaknya kita bisa menambahkan bahan lain selain baking powder, menambah gula dan labu untuk menyembunyikan rasa pahitnya...

Nikoru berkata dengan nada muak, dan kami bertiga pun dengan gontai mulai berusaha menyelamatkan adonan.

 

♧♧♧♧

 

Ketika hari sudah gelap, pintu depan terbuka dengan suara klik.

Aku pulang... Lho, kalian semua kenapa?

Maria baru pulang dari sekolah bimbelnya dan melihat kami bertiga yang tergeletak lesu di sofa dan lantai dengan wajah terheran-heran.

...Kalian tidak hanya bercosplay, tapi juga sedang main vampir sungguhan, ya?

“Maria... Selamat datang di rumah...

Aku yang bersandar di kaki sofa, mengangkat wajahku untuk melihat Maria yang masih menyampirkan tas di bahunya.

Marimero.

Akari yang bersandar lunglai di sofa, perlahan-lahan menegakkan tubuh bagian atasnya meski dengan terhuyung-huyung.

Sementara itu, Nikoru yang berada di sebelahnya terbaring lemas dengan menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa.

“Tunggu... apa kamu mau mencoba makan ini...?”

Akari mengambil satu cupcake dari meja di depan sofa, lalu menyerahkannya pada Maria.

Eh? Ini apaan?

...Cupcake labu...

Nikoru menjawab dengan suara yang hampir putus asa.

“Hmm?

Meskipun dia merasa agak ragu dengan keadaan kami, Maria membuka mulut kecilnya dan menggigit cupcake itu.

...Yah, rasanya sedikit pedas di lidah, tapi lumayan enak kok...

Setelah mendengar itu, kami bertiga saling bertukar pandangan. Aku merasa kalau sepertinya semangat hidup kami kembali pulih.

'Lumayan enak'! Aku berhasil mendapatkannya!

Akari berdiri sambil berteriak.

Kata-kata yang sangat ingin kami dengar!

Lumayan! Lumayan saja sudah cukup!

Lumayan sudah sangat luar biasa!

Aku dan Nikoru juga melompat berdiri, bertepuk tangan dengan semangat.

Melihat reaksi kami yang mungkin terlihat berlebihan, Maria jadi merasa canggung.

Hei, kalian bertiga kenapa sih? Bukannya tingkah kelihatan aneh sekali...?”

“Habisnya... habisnya...!”

Setelah itu, kami mengalami hari-hari yang sulit.

Ternyata jumlah baking powder yang berlebihan dari Akari memiliki efek yang sangat kuat, dan kami tidak bisa menghilangkan rasa pahitnya meskipun sudah menambahkan bahan-bahan lain.

Terkadang aku harus berlari ke supermarket untuk membeli telur atau susu yang sudah habis, atau pergi lagi untuk membeli cangkir kertas karena ternyata tidak cukup. Kadang-kadang barang yang aku cari tidak ada di supermarket terdekat, jadi aku harus berpindah-pindah toko.

Setelah berhasil membuat kue cupcake yang enak, kami sibuk membuat sejumlah besar cupcake, dan ketika kue-kue itu selesai dipanggang, kami semua sudah kelelahan. Karena kami terus mencicipinya, kami jadi tidak terlalu lapar.

Di dapur ada banyak sekali kue cupcake yang lumayan enak. Ternyata semua labu yang dikira kami akan tersisa, nyatanya malah habis dipakai.

Aku sempat berganti pakaian untuk pergi berbelanja, tapi aku malas mengenakan kostum hantu lagi untuk pesta halloween.

Eh, bukannya kamu pulangnya cepat sekali, Maria? Biasanya kamu pulang sekitar jam 10 malam pada akhir pekan, ‘kan?

Tiba-tiba aku sadar dan bertanya.

Ketika aku melihat jam di dinding, waktunya masih menunjukkan kalau sekarang baru jam 6 sore.

Ah... iya ya.

Maria menurunkan pandangannya, wajahnya terlihat sedikit canggung.

Tadi Akari-chan dan Nikoru-chan bilang kalau mereka mau datang hari ini, jadi aku pulang lebih sembari berpikir kalau.... aku ingin kita semua bisa merayakan Halloween bareng, walau cuma sebentar...

Steleha mendengar itu, aku jadi meras gemas.

“Maria...

Betapa imutnya dan menggemaskan sekali adikku ini!

 

‘Aku tidak keberatan kok. Lagian, aku memang tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu, jadi aku tidak merasa iri.

 

Padahal dia sendiri yang bilang kalau dirinya tidak tertarik, tapi ternyata Maria juga sebenarnya ingin ikut pesta Halloween.

Ketika aku memikirkan hal itu, aku sangat bahagia hingga mau tak mau aku jadi merasa kalau Maria begitu menggemaskan.

Ayo, Maria! Ayo kita pesta Halloween bareng!

Kita semua belum makan juga. Jadi aku akan menghangatkan sup.

Lunacchi, tolong buatkan pizza ya!

Siap!

Berkat Maria, kami yang tadinya lemas seperti mayat hidup, kini bersemangat lagi untuk mempersiapkan pesta.

 

♧♧♧♧

 

““““Selamat hari Halloween!””””

Kami menyusun semua hidangan di atas meja, lalu bersulang dengan minuman bersoda.

Selamat makan!

Begitu melihat semua hidangan lezat di depan mata, tiba-tiba aku jadi merasa lapar dan langsung menyantapnya.

Enak sekali~!

Sup labu buatan Nikoru memang benar-benar enak tanpa cela, begitu juga dengan pizza beku yang rasanya pas.

Di ruang tengah ada meja yang dihias dengan bunga-bunga berwarna oranye dan ungu, serta pajangan labu, jadi aku merasa senang ibuku mendekorasinya dengan nuansa Halloween.

Ternyata acara seperti ini memang menyenangkan, ya, ucap Maria sambil meminum cola dengan kedua tangannya.

Sebagai anak yang biasanya disibukkan belajar, mungkin ini jadi waktu istirahat yang jarang bagi Maria.

“Ngomong-ngomong, Maria, kamu mau kuliah di mana?

Lho, Lunacchi juga tidak tahu? Aku juga sudah menanyakannya tapi dia tidak mau memberitahuku.”

“Kamu menanyakan itu waktu sebelum liburan musim panas, ‘kan? Nilaiku waktu itu kan masih jelek, jadi aku merasa malu buat mengatakannya.

Berarti sekarang bisa cerita, dong?

Yah, aku tidak keberatan sih...

Maria tampak sedikit malu-malu saat berkata,

Pilihan pertamaku adalah Jurusan Sastra di Universitas Risshuin.

Wah, kalau tidak salah itu universitas yang sangat bergengsi, ‘kan?

Aku juga pernah dengar tentang itu.

“Luar biasa. Kalau itu kamu, kamu pasti bisa diterima di sana, Maria.

Saat aku berkata begitu, Maria tersenyum padaku.

“....Kalau aku diterima, tahun depan aku juga akan ikut cosplay bareng kalian.

Tatapan mata Akari langsung berbinar ketika mendengar itu.

Eh, kenapa tidak coba kostumku saja sekarang?

Lho, tapi kostum punyaku tidak ada...

“Kamu bisa memakai punyaku saja! Karena ukuranku S, jadi itu pas untukmu, ‘kan?”

Hah? A-Akari-chan?

Maria membelalakkan matanya saat melihat Akari langsung melepas pakaiannya.

Ini, pakai ini!

Akari menyerahkan atasan yang sudah dia lepas kepada Maria.

Eh, apa aku harus ganti baju di sini?!

Maria menjadi panik saat melihat Akari yang hanya mengenakan bra di ruang tengah.

Tidak apa-apa, kan? cuma kita di sini.

Haha, kalau ibu tiba-tiba pulang, pasti kaget ya.

Karena kita sesama perempuan, jadi aman lah.

“......”

Maria juga tidak punya pilihan lain selain melepas pakaiannya dan berganti kostum jiangshi.

“....Ah, tali bahunya terlihat.

Karena model bajunya off-shoulder, jadi Maria kebingungan dengan tali bra yang terlihat. Kami semua sebenarnya memakai bra tanpa tali bahu sejak dari rumah.

Bagaimana kalau kamu lepas saja tali bawahnya?

Iya, mungkin itu ide yang bagus.

Atau apa kamu mau bertukar bra saja?

Ti-Tidak, itu agak aneh!

Maria menolak tawaran Akari dengan wajah memerah.

Wah, maria, kamu kelihatan lucu sekali!

Iya, cocok banget!

“Bagus banget, deh!

Kami terus memuji-muji Maria yang sudah selesai berganti kostum dengan bado telinga kucing. Aura Maria memang cocok dengan nuansa maid, dan model baju off-shoulder ini memamerkan bahu, décolleté, dan perutnya yang seksi, sehingga penampilannya yang sekarang pasti bikin cowok-cowok klepek-klepek.

“Marimero, aku mau mengambil fotomu, jadi ayo lihat kemari~!

Aku juga mau ambil fotomu juga!

Eh, Akari-chan, pakai bajumu dulu dong! Pakai punyaku saja enggak apa-apa!

Maria yang dalam balutan kostum Jiangshi merasa panik ketika melihat Akari yang masih hanya mengenakan bra dan celana dalam sambil mengacungkan ponselnya.

“Sejujurnya, suhunya memang mulai dingin, sih.

“Karena besok sudah masuk bulan November, sih.

Ah, aku sudah tidak sabar dengan Festival Budaya terakhir!

“Dibilangin, dengarin aku dulu dong!

Maria terlihat kewalahan karena kami sibuk berfoto dan mengobrol tanpa peduli padanya.

“Nee, apa aku boleh sekalian bikin video juga?

“Tidak, kalau kamu sampai merekamku, bahkan aku bisa mati secara sosial.

Ya sudah, cepat pakai bajumu sana kali!”

“Iya, iya, aku sedang memakainya kok... Wah, baunya mirip seperti Marimero nih.

“Bisa enggak untuk jangan sembarangan ngomong apa yang kamu pikirkan? Aku jadi merasa malu, tahu!”

Tapi wanginya harum, kok? Kun, kun.

Jangan dihirup-hirup gitu dong!

Kenapa?

Karena itu memalukan!

Aaa, imut banget! Aku juga mau coba baju kayak gini.

Ini sih, benar-benar kacau.

Hahaha.

Kami berempat saling bercanda dan tertawa, pesta Halloween tahun ini benar-benar menyenangkan.

...Tidak.

Tahun ini sangat spesial karena Maria ada di sini bersama kami.

Sejak aku masih kecil, sudah menjadi hal yang wajar bahwa Maria selalu ada di sampingku, dan sekarang dia menjadi bagian dari lingkaran teman-temanku.

Setelah melewati masa-masa kosong yang begitu lama...

Akhirnya hal yang biasa itu kembali, dan itu membuatku hampir menangis terharu.

 

Di balik tawa dan kekonyolan kami, ada perasaan seperti itu yang terselip di dalam hatiku.

Namun, hanya aku sendiri yang mengetahui hal itu.

 

♧♧♧♧

 

Eh, Lunacchi, kamu akan pulang dengan penampilan seperti itu?

Pada pukul 8 malam, kami selesai beres-beres dan bersiap untuk pulang. Akari yang sedang mengganti bajunya berkata demikian saat melihatku yang masih memakai kostum Jiangshi dan memakai mantel di atasnya.

Ah, iya. Karena di luar sudah lumayan gelap jadi tidak terlalu kelihatan, dan juga aku malas untuk menggantinya, jadi mendingan begini saja ya.

“Gitu ya. Aku juga harusnya bawa jaket, ah. Karena suhunya sudah lumayan dingin nih.

“Ya, karena sudah bulan November, sih.

Haha, yang kedua kalinya.

Hati-hati pulangnya ya teman-teman.

Iya, terima kasih!

Maaf sudah merepotkan.

Lalu, kami bertiga keluar dari rumah Kurose dan pergi ke stasiun untuk berpisah ke jalan pulang masing-masing.

 

Setelah aku sudah sendirian, aku membuka ponselku di peron stasiun.

Layar percakapanku dengan Ryuuto masih terhenti di stiker yang aku kirim.

Ryuuto...

Aku terus menunggu dan melewatkan beberapa kereta, hanya membiarkan waktu berlalu.

.....

Aku merasa ragu-ragu, tapi...

Aku akhirnya naik eskalator dan keluar dari gerbang loket yang baru saja aku lewati.

Aku tidak mengirimkan foto itu ke Ryuuto.

Dan aku juga tidak mengganti baju, hanya memakai mantel ini untuk menutupi kostum yang aku kenakan.

Aku ingin Ryuuto melihatku, walaupun hanya sejenak.

Tidak apa-apa, hanya beberapa menit saja.

Aku tidak akan mengganggu belajarnya, aku hanya ingin Ryuuto melihat versi spesialku hari ini, walaupun hanya sesaat.

 

♧♧♧♧

 

...Luna!?

Sat ia melihatku yang tiba-tiba muncul, Ryuuto memasang ekspresi seperti seolah-olah ia baru saja melihat hantu.

Aku sudah menunggu selama satu jam di lobi apartemen Ryuuto. Ryuuto baru saja pulang dari ruang belajar bersama di sekolah bimbelnya, dan aku muncul di hadapannya.

Kenapa...

Jeng jeng!

Aku membuka kancing mantel yang kupakai dan membukanya lebar-lebar. Aku menertawakan diriku sendiri karena menurutku itu agak cabul.

Ryuuto tampak tercengang ketika melihatku yang mengenakan kostum Jiangshi ala maid yang misterius.

Ryuuto, trick or treat!

...Hah?

Ryuuto akhirnya tersadar dari keterkejutannya.

Hmm... 'Kalau tidak diberi permen, aku akan dijahili' begitu ya?

Tepat sekali!

Hmm...

Sambil bergumam tentang permen, Ryuuto mencari-cari di dalam tas ransel yang aku berikan padanya saat ulang tahunnya bulan Maret lalu.

...Apa begini cukup?

Ia mengeluarkan sebungkus biskuit coklat dari dalam tasnya.

Eh?

“Ini sisa-sisa cemilan yang aku makan di ruang belajar, yang kubeli di minimarket...

Ooh, jadi kamu punya cemilan!

Aku menerima cookies coklat itu dengan senyum pahit.

Kenapa kamu malah kelihatan kecewa begitu?

“Karena aku ingin menjahilimu sih...

Sebenarnya aku belum memikirkan apa yang akan aku lakukan.

Tapi, kamu sendiri yang bilang 'trick or treat'...

Hmm, kalau begitu yang tadi batal saja!

Aku merasa harus melakukan sesuatu agar tidak menyia-nyiakan kesempatan.

Kalau begitu, apa yang sebaiknya aku katakan saat ingin iseng? 'Trick or trick'?

Itu kacau sekali!

"Jadi, boleh aku iseng?"

"Ehhh...? I-itu... Iseng seperti apa maksudnya?"

Aku berpikir sejenak saat Ryuuto bertanya.

Hmm~...

Yang terlintas di pikiranku hanya ini.

“Gelitik, gelitik!

Aku mengulurkan tanganku dan mencoba menggelitik bagian pinggang Ryuuto.

Waa!

Ryuuto berteriak kecil dan menjauhkan diri.

Aku merasa agak kecewa.

...Kamu tidak perlu menghindar seperti itu kan?

“Habisnya... itu karena...

Jangan-jangan, kamu tidak suka aku menyentuhmu?

Bu-Bukan begitu, tapi...

Ryuuto terlihat salah tingkah.

Aku jadi gugup...

Gugup? Padaku? Baru sekarang?

“Selain itu, aku juga kurang percaya diri....

“Apa maksudmu dengan kurang percaya diri?”

Maksudnya, soal otot perut dan sebagainya...

Ryuuto menjawab dengan malu-malu kepadaku, yang masih dipenuhi pertanyaan.

Aku cuma belajar terus akhir-akhir ini, jadi aku tidak mempunyai otot sama sekali...

Itu tidak penting bagiku kok.

Aku terkekeh, tapi Ryuuto sepertinya serius.

“Lantas, kalau kita mau melakukan 'begituan' suatu hari nanti, apa yang akan kamu lakukan? Kamu akan menolak karena tidak percaya diri dengan tubuhmu?

"...Maksudnya melakukan 'begituan'?

Setelah berpikir sejenak, ekspresi Ryuuto berubah terkejut.

Ti-Tidak! Nanti, setelah ujian selesai, aku akan... Sedikit-sedikit melakukan latihan fisik, kok...

Begitu ya?

Aku sebenarnya tidak menganggap itu masalah, tapi aku juga berpikir untuk diet sebelum musim panas tiba supaya aku bisa memakai baju renang. Kurasa Ryuuto punya perasaan yang sama.

Dia lucu dan menggemaskan sekali.

Tapi aku hanya tersenyum lembut padanya.

“Oh, iya! Aku membawakan ini untukmu!

Aku menyerahkan kantung kertas berisi tiga cupcake labu yang 'lumayan enak' pada Ryuuto. Aku, Nikoru, dan Akari membawa masing-masing sepuluh buah, sisanya kami tinggalkan di rumah Kurose.

Eh? Terima kasih...

Sama-sama! Jadi, bagaimana? Apa kostum Jiangshi kelihatan cocok?

“Jiangshi?

Sepertinya Ryuuto tidak tahu apa itu Jiangshi. Tapi ia mengamati penampilanku dengan seksama.

“Kelihatan cocok kok.

Ia tersenyum saat mengatakan begitu, memberikan reaksi yang sama seperti dugaan Nikoru. Meski begitu, aku tetap merasa senang ketika mendengarnya.

Terima kasih!

Tiba-tiba aku teringat perkataan Akari.

...Apa 'tingkat keseksian'-ku tinggi?

Eh!?

Mata Ryuuto melebar karena saking terkejutnya.

“Ti-Tingkat keseksian...!?

Sepertinya Ryuuto paham maksud dari kata itu. Aku juga sebenarnya ingin mencari tahu artinya saat menunggu Ryuuto, tapi aku malah melupakannya.

“Jadi bagaimana?

Ti-tidak, anu...!? Lu-Luna!?

Meski Ryuuto terus tergagap, tapi saat ia melihatku yang hanya diam sambil terus menatapnya, Ryuuto akhirnya membuka mulut dengan ekspresi menyerah.

...Iya, tinggi sekali.

Benarkah!? Asyik!

Aku menganggapnya sebagai kualitas 'cinta', jadi aku merasa senang mendengarnya.

Hei, hei, foto yang tadi Akari ambil sangat imut lho! Boleh aku mengirimnya kepadamu?

Eh!?

Entah kenapa Ryuuto terlihat grogi lagi.

...Jangan-jangan, karena buat itu...?

Hm? Apanya?

Aku mengangguk tanpa mengerti maksudnya.

Iya, aku akan mengirimnya sekarang sebelum kelupaan.

Aku membuka ponselku dan mengirimkan foto itu ke Ryuuto melalui LINE.

Bagaimana? Bagus, kan?

...I-iya.

Aku masih punya banyak lho, mau lagi?

“Eh? Ka-Kalau begitu, boleh....”

“Kurasa aku mengambil sekitar 100 foto, tapi kamu yakin mau semuanya?”

Ku bertanya sembari khawatir dengan kapasitas ponsel Ryuuto. Meski wajahnya memerah, Ryuuto balas mengangguk.

“Karena semakin banyak bahannya, semakin baik...(TN: Yang cowok pasti paham maksudnya :v)

...Hah?

Meskipun tidak mengerti sepenuhnya, tapi Ryuuto sepertinya mengizinkanku, jadi aku langsung mengirimkan banyak foto seperti bermain Puzzle & Dragons.

Sudah aku kirim! Bagaimana?

Ryuuto mengangguk canggung sambil melihat ponselnya.

...Iya, imut sekali.

“Ehehe, terima kasih~

Malah aku lah yang harus berterima kasih.

Ryuuto tersenyum dengan anggun saat aku tersenyum malu.

Malam ini... Aku pasti akan melakukannya.

Ryuuto menyatakan dengan ekspresi tekad yang entah kenapa memberikan perasaan segar.

Hm? Oke, yang semangat ya."

Kupikir ia membicarakan soal belajar, jadi aku menyemangatinya.

Tapi Ryuuto malah terlihat sedikit bingung.

Eh, itu... Memang aku harus belajar, jadi aku tidak bisa terlalu semangat...

Eh? Ia tidak membicarakan soal belajar?

Tapi, aku pasti akan... A-aku akan melakukannya sekali... Dengan ini!

Eh? Oke...

Dari tadi aku merasa kalau percakapan kami sama sekali tidak nyambung, tapi aku tidak mengerti di mana letak masalahnya.

...Maaf, tadi kita bicara tentang apa ya?

Karena terlalu membingungkan, akhirnya aku terpaksa bertanya.

Setelah mendengar hal itu, wajah Ryuuto langsung memerah.

I-itu... Kita membicarakan soal memperlakukan 'ini' sebagai cemilan untuk dimakan, kan?

'Ini'?

Apaan sih maksudnya?

Dalam kantung kertas yang dipegang Ryuuto, di sana hanya ada cupcake labu saja, kok?

Jadi kamu bisa memakan nasi dengan itu!?

Itu tidak cocok sama sekali! Itu sih bukan level orang Kansai yang makan nasi dengan okonomiyaki!

Bu-Bukan, itu hanya kiasan saja, maksudnya...

Kiasan?

Maksudnya, melihat ini sambil..."

Melihat itu sambil?

Maksudnya memakan nasi sambil melihat cupcake!?

“Jangan begitu, kamu harus benar-benar memakan yang aslinya juga dong~!

“....!?”

Melihatku yang memprotes, wajah Ryuuto langsung memerah parah seperti gunung berapi meletus.

Eh...!? Ap-Apa itu...maksudnya...?

Maksudnya ya persis seperti yang kubilang.”

Bagaimanapun juga, aku sudah susah payah membuatnya, jadi aku ingin Ryuuto memakannya.

...!?

Wajah Ryuuto semakin merah padam, matanya bergerak-gerak tidak menentu... Sepertinya ia hampir menangis.

...I-Itu sih, tentu saja.

Dengan ekspresi yang tampak seperti ingin meledak, ia mulai memandangku.

Setelah ujian selesai... oke?

Eh, bukannya itu terlalu lama! Nanti bisa busuk, tau!

Eh!?

Cepat dimakan dong~! Setidaknya satu saja buat malam ini! Kenapa enggak boleh?

Ehhh!? Malam ini!? Satu saja!? Bukannya terlalu cepat...!

“Bukannya tidak apa-apa? Kamu bisa memakannya secara terpisah, ‘kan?

Setelah makan malam juga bisa makan makanan manis, 'kan?

“Se-Secara terpisah...

Ayolah, boleh ya dimakan malam ini?

Uugh...!

Ryuuto mundur selangkah menjauhi diriku.

Ada yang aneh denganmu hari ini, Luna!?”

Eh? Apanya yang aneh?

Sebaiknya kita berdua menenangkan diri dulu! Kalau begitu, sampai jumpa.... terima kasih untuk ini!

Setelah mengatakan itu, Ryuuto berbalik dan berlari menuju ke arah lift, sambil membawa kantung kertas pemberianku.

Ryuuto...?

Aku yang ditinggal sendirian hanya bisa kebingungan karena tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi.

 

♧♧♧♧

 

Setelah itu, aku mulai mencari tahu arti “Tingkat keseksian” dan langsung menelepon Ryuuto untuk minta maaf. (TN: Di rawnya tertulis "シコリティ" (shikoriti) adalah bahasa gaul yang digunakan dalam bahasa Jepang untuk menggambarkan tingkat "keseksian" atau daya tarik s*ksual suatu karakter, ilustrasi, atau kostum. Kata ini merupakan gabungan dari kata "シコる" (shikoru) yang berarti "m*sturb*si" dan "クオリティ" (kuoriti) yang berarti "kualitas”)

 

Tapi yah, meskipun begitu, sepertinya usaha 'iseng'-ku berhasil... Jadi, kurasa untuk sisi halloweennya, ini masih termasuk sukses deh!

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama