[LN] Reset Seishun Jilid 2 Bab 4 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Chapter 4Toudo Dan Kucing (Bagian 2)


Restoran keluarga yang terletak di dekat sekolahku masih ramai seperti biasa hari ini. Terkadang aku dan Hanazono singgah ke sini saat pulang.  Manajernya merupakan orang yang ramah, dan selalu membantuku saat aku kesulitan. Setelah sering datang, aku juga bisa sedikit mengobrol dengannya.

Aku bisa melihat ada beberapa siswa dari sekolah lain hari ini juga.

Hehe, hari ini kita yang traktir Toudo minuman di sini, oke!

Memang, meskipun agak menyebalkan. Tapi berkat Tsuyoshi, jadi cuma khusus untuk hari ini!

Ah, maksudnya pembicaraan di antara mereka ya...

Sepertinya pembicaraan tadi berjalan lancar.

Ah, aku mau ke toilet sebentar ya.

Aku juga ah, karena tadi aku kebanyakan minum ini saat mengobrol tadi...

Kalau begitu biar aku yang pesan. Tiga gelas minuman saja, iya ‘kan?”

Aku bisa memesan sendiri di restoran ini.

Mereka berdua menjawab Oke, terima kasih! dan pergi menuju toilet.

Aku sudah terbiasa masuk ke restoran keluarga ini. Meskipun aku baru pertama kali mengalaminya di karaoke, tapi sistem bar minuman ini sangat mengagumkan. Benar-benar sistem yang luar biasa.

Dan sistem restoran keluarga ini juga hebat. Saat memesan, kita bisa memanggil pelayan hanya dengan menekan satu tombol.

Aku menekan tombol memesan. Kupikir manajer yang akan datang di jam segini, tapi seorang pelayan wanita yang sedang mengobrol dengan pelanggan di meja pojok bergegas datang.

Pelayan wanita itu menunjukkan ekspresi yang tidak ramah. Suasananya tidak terlalu baik.

...Mau pesan apa?——Eh? Kamu Toudo, ya?

Maaf, aku sama sekali tidak mengenalmu. Mungkin kamu salah mengenali orang? Aku mau memesan tiga gelas minuman.

Hah? Kamu itu bicara apaan sih? Dulu kita sekelas di SMP, tau? Ini aku, Sorimachi Keiko. Kalau begitu, pasti Hanazono si pengurus Toudo juga ada di sini ya?

Si pengurus Toudo? ...Saat aku membuka 'arsip' ingatanku, Nama Sorimachi memang pernah sekelas denganku. Dia anak yang pintar, dan langsung memandangku garang saat aku mendapat nilai sempurna. ...Kenapa ya? Aku merasa sangat tidak enak. Sepertinya dia meremehkan Hanazono. Aku merasa tidak keberatan jika aku diremehkan, tapi aku harus menenangkan diriku yang tidak stabil ini.

“Aku mau pesan minuman...

Wah, seram! Masa pertemuan kenangan begini kamu enggak bisa lebih ramah sedikit? Hmm, seragammu dari sekolah bagus itu ya? Otakmu cukup encer toh...Cih. —Di sebelah sana ada teman sekelas kita waktu SMP dulu, bagaimana kalau kamu menyapa mereka?”

Saat melihat ke arah meja yang ditunjuk, aku bisa melihat ada beberapa laki-laki dan perempuan yang sebaya denganku. Mereka tercatat sebagai teman sekelasku di 'arsip' ingatanku. Wajah dan namanya pun kukenali. Tapi aku tak bisa menganggap mereka teman sekelas. Hanya orang asing bagiku.

Mereka menatapku dan tertawa mengejek padaku...aku tahu ekspresi mengejek itu. Begitulah cara orang tertawa saat mengolok-ngolok seseorang.

Tapi, hanya ada satu siswa laki-laki yang terlihat pucat pasi dan gemetar saat melihatku.

Lagi-lagi aku jadi teringat masa-masa SMP-ku.

 

◇◇◇◇

 

Ia adalah teman sekelasku sewaktu SMP. Semua teman sekelasku selalu menjahiliku dengan cara yang tidak bisa kupahami.

Saat aku benar-benar kesal, mereka akan berkata, Kamu tidak bisa paham dengan candaan, ya? Hanya sekali, saat Hanazono tidak masuk sekolah karena sakit, terjadi 'insiden'.

Hanazono diolok-olok. Pada waktu itu,aku diliputi oleh perasaan tidak enak dan tidak bisa menganggap itu sebagai candaan lagi.

Meminta maaf atas kesalahan yang tidak ada. Menyimpulkan dengan informasi yang tidak lengkap. Aku tidak bisa memahami dunia SMP yang biasa ini.

Saat itu, Hanazono tidak ada untuk menghentikanku. Aku tidak bisa menghentikan diriku sendiri. Aku berpikir bahwa meskipun aku akan menyesalinya, aku bisa me-reset semuanya nanti. Aku berpikir bahwa tidak masalah untuk menghancurkan semuanya.

Karena itulah 'insiden' tersebut terjadi. Meja dan dinding yang rusak, murid-murid yang gemetar ketakutan dan menjerit-jerit. Aku me-reset perasaan negatif yang kembali pada diriku.

Sejak saat itu, tidak ada lagi yang mau berbicara denganku di kelas itu. Bahkan guru-guru mulai menghindar dariku. Kepala sekolah yang mengetahui situasiku bergerak di belakang layar. Hanya sedikit murid yang mengetahuinya.

Komposisi kelas berubah setiap tahun. Orang-orang cenderung melupakan hal yang tidak menyenangkan. Ini terjadi berulang-ulang.

Tapi masih saja ada orang yang tetap mengingatnya.

 

◇◇◇◇

 

Sorimachi memiliki pandangan yang sama dengan teman-teman sekelas dulu. Menganggap dirinya lebih unggul dariku. Pasti itulah yang dia pikirkan.

...Menilai kelebihan dan kekurangan orang lain tidaklah semudah itu.

Ngomong-ngomong, Toudo ternyata cukup keren, ya? Haha, kamu tidak terlalu pandai berinteraksi dengan perempuan, ya? Hanya aku yang bicara denganmu saja wajahmu sudah memerah~. Ah, bagaimana kalau kita coba berpacaran? Hehe...aku tuh imut, kan?

Pandangan mataku bertemu dengan manajer restoran. Ia menghela napas dan mendekati kami.

Manajer, aku  minta maaf, tapi dia sedang menggangguku. Tolong sampaikan pesananku.

Toudo, maaf, ya. —Sorimachi, meskipun ia teman sekelasmu dulu, sekarang dia adalah pelanggan, tahu? Tolong lakukan pekerjaanmu dengan benar.

Eh, pak manajer, ia itu cuma Toudo, loh? Jadi tidak masalah, kan? Ah, tolong 3 gelas minuman, ya.

Kamu ini memang bodoh, ya?! Kamu sedang bekerja, kan? Berpikirlah dengan baik! Aneh, kan?

Pak manajer toko menarik baju Sorimachi dan menghilang ke dalam dapur.

Aku bisa mendengar suara teguran di telingaku.

Ada dunia anak-anak yang tidak bisa dipahami orang dewasa. Dunia yang hanya bisa dimengerti oleh anak-anak. Polisi pun tidak bisa ikut campur.

Dia sekelas denganku saat kelas 3 SMP dulu. Sorimachi tidak memiliki niat buruk. Atau mungkin memang hanya ada niat buruk yang dimilikinya... Niat buruk sudah menjadi hal yang wajar. Dia hanya menganggapku sebagai orang yang lebih rendah dengan sendirinya.

Rasanya cukup melelahkan...

Yosh! Maaf sudah membuatmu menunggu!

Tsuyoshi, kamu kenapa?

Dua orang itu kembali. Saat aku melihat mereka, aku menghela napas lega. Aku mengubah fokus pikiranku. Mungkin jika itu diriku beberapa saat yang lalu, aku akan me-reset semuanya. Tapi aku yang sekarang.... baik-baik saja.

Kami pergi mengambil minuman di bar, dan mulai berbincang-bincang.

Aku jadi kaget sama Haru-chan...

Haha, mau bagaimana lagi kan...Aku tidak bisa menahan perasaanku...

Nampaknya kalian bisa berbicara dengan jujur. --Lalu bagaimana?

Mereka berdua saling bertukar pandang. Ekspresi mereka persis seperti anak-anak yang akan melakukan kenakalan. Kalau diingat-ingat, dulu Hanazono juga sering berekspresi seperti itu saat SMP. ... Bagiku yang kaku ini, aku hanya mengira mereka sedang menjahiliku, ternyata tidak. Ini adalah salah satu cara mereka mengungkapkan kasih sayang.

—Aku terlalu bergantung padamu, Tsuyoshi. ... Sepertinya Haru-chan juga punya perasaan yang sama. Berpikir untuk memiliki Tsuyoshi dirinya sendiri

Tanaka lalu melanjutkan perkataannya.

Kami berdua benar-benar saling mengungkapkan apa yang kami rasakan. Entah itu keburukan kami——maupun kelicikan kami. ... Pada akhirnya, yang paling penting adalah Toudo, kan...? Ah, itu... kami juga harus menjaga perasaan kami sendiri...

Ya, karena kita memulai dari awal lagi, aku dan Haru-chan juga berpikir untuk memulai lagi dari awal. Tidak ada saling mengalah, karena kami adalah teman, kan! Jadi, Tsuyoshimulai sekarang, tetaplah bersama kami, ya!

“Mari berteman lagi!

--Ah, iya, aku senang bisa bersama kalian.

Sejujurnya, ini sulit kupahami. Rasanya seperti melihat ke dalam lubuk hati mereka.

Mereka berdua bergantung padaku? Faktanya, mungkin aku yang bergantung pada mereka berdua. Kuatnya rasa ketergantungan itu telah mengubah resetku. Saat bersama mereka sekarang, jantungku berdebar-debar dan ada perasaan aneh. Ini adalah sesuatu yang tak bisa kutahan, tidak peduli seberapa keras aku mencoba.

Bagaimanapun juga, yang kuketahui dengan pasti bahwa mereka telah berbaikan.

Hanya itu saja sudah membuatku senang.

—Jadi, aku tidak perlu mengatakan sesuatu yang tidak perlu sekarang.

Saat itu, tanpa dipanggil sama sekali, entah mengapa Sorimachi datang dengan membawa kentang goreng dan meletakkannya di meja kami. Padahal kami belum melakukan pemesanan.

Ini, pesanan kentang gorengnya!

Kami saling berpandangan. Kami tidak berencana makan di sini. Menerima makanan yang tidak dipesan hanya akan membuat kami kerepotan.

Bukannya kamu itu Sorimachi, teman sekelas kami dulu, ya? Jadi kamu bekerja paruh waktu di sini, ya. Ngomong-ngomong, kami tidak memesan ini, tau.

Hanazono masih jutek seperti biasa, ya. Ini sebagai niat baik dariku. Nee, kamu masih saja mengurus Toudo? Oh, ada yang imut sekali di sebelahmu, ya.

Sepertinya dia membawa sisa makanan yang salah pesan dari meja lain.

Baik Tanaka dan Hanazono juga bingung dengan sikap Sorimachi. Aku jadi teringat sesuatu ketika aku melihat mereka berdua.

Kalau tidak salah, waktu itu aku berniat membantu Tanaka... Ah, ya, aku menggunakan 'Limit' untuk menyelamatkan Tanaka. Itulah sebabnya aku kehilangan ingatanku.

Ini adalah situasi yang tidak normal. Aku mulai mengingatnya kembali.

'Limit' adalah kemampuan yang melampaui batas 'Reset'. Kemampuan ini dengan pasti menghapus ingatanku. Pemikiran supercepatku sedang menguliti data masa laluku. Dulu, aku kehilangan banyak ingatan karena 'Reset' yang tidak sempurna, tapi yang utama adalah aku terlalu memaksakan diri menggunakan 'Limit' untuk membantu orang, hingga melampaui batas otak. Itulah sebabnya, aku sama sekali tidak menyadari bahwa aku menggunakan 'Limit'.

Aku menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Ini bukan hal yang harus kupikirkan sekarang.

Karena di sini bukan dunia yang tidak biasa. Di sini ada Hanazono, ada Tanaka, ini adalah kehidupan sehari-hari yang menenangkan.

...Kenapa reaksiku jadi tidak stabil begini? Aku tidak ingin membuat mereka berdua merasa tidak nyaman.

Aku berdiri dan membawa sepiring kentang.

“Aku tidak membutuhkan kentang ini.

Hah? Aku tidak berbicara padamu. Padahal kamu cuma Toudo, jangan sembarangan berkomentar.

Hei, kamu ini kenapa sih? Apa kamu merendahkan Tsuyoshi!

Ya, aneh saja. Tiba-tiba datang lalu mengolok-olok Toudo...

Aku meletakkan tangan di bahu Hanazono dan Tanaka. Aku menyadari kalau kontak fisik bisa menenangkan hatiku.

Aku baik-baik saja.

Jika aku direndahkan, itu akan mengganggu Hanazono dan yang lain juga. Itu sebabnya aku tidak bisa diolok-olok begitu saja. Jadi, aku berusaha lebih keras lagi dan menatap tajam ke arah Sorimachi.

Sorimachi tampak gelisah dan tubuhnya mulai gemetaran sedikit demi sedikit.

Eh... Kenapa, ini? Tu-Tunggu.....habisnya, te-teman-temanku di sana juga menghina Toudo

Hanya ada satu cowok yang wajahnya pucat pasi dan berusaha keras menghentikan teman-temannya. Lalu ia segera pergi meninggalkan restoran cepat saji.

Lho? Mereka kenapa sih? Ka-Kamu ini songong banget, padahal kamu cuma Toudo.

Maaf, aku sama sekali tidak mengingatmu dan aku juga tidak ingin terlibat denganmu. Lagipula kamu sedang bekerja, jadi lakukan pekerjaanmu dengan benar.

...Huh.

Aku hanya mengatakan hal yang masuk akal. Dunia anak-anak bukanlah segalanya.

Pada saat itu, tiba-tiba, ada seseorang yang menghampiri meja kami.

Hmm, itu memang benar. Tapi asal kamu tahu saja, Toudo, argumen kuat tak selalu tersampaikan ke hati orang. Nee-chan, aku datang untuk menjemputmu.

Suara yang indah datang menyela pembicaraan kami. Ternyata itu berasal dari adik laki-laki Tanaka. Aku sudah menghubunginya sebelumnya. Ia sangat protektif terhadap Tanaka. Hari ini, kehadirannya begitu tipis. Saat ia masuk ke dalam restoran, aku hampir tidak bisa merasakan hawa keberadaannya. Ia memang bukan orang yang mudah untuk dihadapi.

“Karena mengantarkan Nee-chan adalah tugasku. Jadi ayo kita pulang sekarang.

Takuya, dasar bodoh! Gunakan bahasa yang sopan! Toudo itu jauh lebih tua darimu, tau! Lah, lagian aku bahkan belum minum sama sekali tahu!”

“Ehh, seriusan..... Kalau begitu aku juga mau pesan minuman. Toudo, ayo duduk di sampingku.

Hmm, Hanazono, kamu tidak masala, ‘kan?

U-Uh, terserah sih. Lah, kalau tidak salah adik laki-lakinya Haru-chan tuh... Yah, tidak penting juga, sih.

Dia cukup keren, lho.

Tanaka berkata padaku dengan wajah ngambek.

Hehe, tapi Toudo jauh lebih keren!

Kenapa Nee-chan tidak bilang aku keren sih!?

“Ehh habsinya kamu Takuya sih. Nih, pesan minuman saja dulu.

Sorimachi yang kebingungan tiba-tiba bicara.

A-Anu, ka-ka-kamu... Kakak perempuannya Takuya ya? Ma-Maksudku, Toudo, kamu berteman dengan Takuya? Ap-Apa aku boleh... minta tanda tangan?

Aku tidak mengerti. Tanda tangan? Apa itu semacam kontrak? Kontrak itu hal yang berat, lho. Apa dia berniat menipu adik laki-laki Tanaka? Aku tidak akan membiarkanmu berbuat curang, oke?

Katanya Toudo tuh kacung di kelas, kan? Jadi turuti perkataanku saja—

Meskipun aku tidak mengerti maksudmu, tapi lebih baik kalau kamu bekerja. Sekarang waktuku bersenang-senang dengan temanku.

Hah? Kamu—

Aku menatap mata Sorimachi dan menyentuh bahunya. Aku menyalurkan kesedihan yang kurasakan saat SMP dulu. Tidak tahu apakah dia mengerti atau tidak. Tapi dia bukan binatang, dia manusia.

Aku menyalurkan perasaanku pada Sorimachi—

Ah... u...

Gerakan Sorimachi terhenti. Dia mundur selangkah. Di belakangnya ada manajer toko.

“Sorimachi... Sudah cukup. Cepat kembali ke tempat pencucian piring. Eh, kamu kenapa?

I-i-iya, ke-kenapa, kenapa, kenapa...

Sorimachi tidak bisa bergerak, kakinya gemetaran. Matanya berkaca-kaca.

Sorimachi ditarik pergi oleh manajer ke bagian dalam. Lalu aku mendengar suara tangisannya.

 

◇◇◇◇

 

Setelah menghabiskan waktu yang menyenangkan di restoran keluarga, kami memutuskan untuk pulang. Sorimachi tidak keluar lagi dari bagian dalam.

Adik laki-laki Tanaka dan Tanaka melambai pada kami sampai kami tak terlihat lagi.

Aku dan Hanazono balas melambai sepanjang jalan.

Saat mereka tak terlihat lagi, Hanazono menghela napas.

...Huh, tak kusangka kalau Sorimachi ada di restoran itu.

“Karena kita jarang ke sana. Jadi dia mungkin baru saja bekerja baru-baru ini.

Waktu SMP dulu, aku juga pernah bermasalah seperti itu... Rasanya ngeselin banget karena Tsuyoshi dihina.

...Maaf, waktu SMP dulu aku tidak bisa beradaptasi dengan kelas dengan baik.

Kami berdua terus berjalan. Matahari sudah mulai terbenam. Waktu yang menyenangkan itu berlalu begitu cepat.

Tidak apa-apa, kamu sudah menjadi lebih baik setelah SMA, Tsuyoshi. Tapi Sorimachi dan yang lain... Masih terjebak di kenangan terbaik saat SMP.

Ah, begitu rupanya, jadi dia masih terpaku pada saat dirinya yang paling bersinar. Makanya dia terus meremehkanku.

Rasanya rumit ya...

Aku sekali lagi menyadari betapa sulit hubungan manusia. Setelah masuk SMA, aku bertemu banyak orang baru. Tidak hanya Hanazono dan Tanaka yang mau berteman denganku.

Hatiku mulai menciut. Aku tidak hanya kehilangan Hanazono dan Tanaka. Aku juga mereset Michiba dan Sasami. Kejadian itu memang menyakitkan. Tapi... Aku tidak seharusnya mereset semuanya.

“Aku penasaran bagaimana dengan kabar Michiba.”

Ah, sepertinya dia menjadi sangat pendiam, loh? Bahkan saat istirahat dia sedang belajar, dan tampaknya serius dengan tugas pengurus kelas... Jangan khawatir. Sepertinya perubahan Michiba juga karena berkatmu.

Berkatku?

Ya, kalau tidak begitu, dia pasti tetap seperti itu. Dengan kepribadiannya yang begitu, dia pasti mempunyai banyak musuh di kalangan perempuan.

Musuh? Tapi mereka terlihat akrab.

Hanazono menatap ke arah kejauhan, seakan-akan sedang mengenang sesuatu.

Yah, memang ada banyak anak perempuan yang cukup sulit. Kamu tidak perlu tahu soal dunia perempuan!

“Be-Begitu ya, kalau dikatakan begitu malah jadi penasaran, tapi... Kalau dipikir-pikir, Michiba memang bmengobrol denganku di perpustakaan, tapi dia jarang sekali menyapaku di kelas. Ah, saat jalan-jalan karyawisata awal semester, aku merasa senang karena dia mau memasukkanku ke dalam kelompoknya.

Ka-Kamu masih mengingatnya?!

Tentu saja. Karena Hanazono juga datang, jadi kita bertiga pergi melakukan karyawisata. ...Sungguh kenangan yang menyenangkan... Kenangan yang nostalgia?

Aku menahan diriku untuk tidak berhenti melangkah. Seharusnya aku tidak merasa nostalgia terhadap Michoba yang sudah kureset. Kepalaku tiba-tiba sakit, seola-olah dipukul palu. Sepertinya otakku berusaha menghilangkan keanehan ini. Ada sesuatu di dalam diriku yang putus asa mencoba melawannya.

Aku tidak boleh memperlihatkan penderitaanku. Sekarang adalah waktunya mengobrol dengan Hanazono.

Hanazono menatap wajahku. Ekspressinya tak terbaca, tapi aku bisa merasakan kehangatan darinya. Sebaiknya aku menahankan rasa sakitku.

“Ka-Katanya Sasami berhenti dari klub atletik, ya? Aku mendengar kabar itu dari Igarashi.

Tidak apa-apa. Hanazono tidak curiga padaku. Aku akan melanjutkan pembicaraan ini.

Iya, aku juga mendengar banyak hal dari Igarashi. Tapi sepertinya bukan karena disuruh Shimizu, tapi karena dia ingin mengejar sesuatu yang lebih tinggi? Dia pergi untuk berlatih dengan pelatih profesional dan menonton latihan di universitas, jadi sepertinya dia sibuk sekali.

Aku sedikit khawatir saat mendengar bahwa dia berhenti dari klub atletik. Aku pernah melihatnya berlari, dan saat itu gaya larinya sudah jauh lebih baik. Sepertinya dia benar-benar mempraktikkan konsep berlari yang baik. Aku sedikit senang saat melihat itu.

Hubungan kami sudah terputus. Jadi kupikir aku sudah tidak peduli lagi. Tapi entah kenapa ada sesuatu yang masih mengganggu hatiku.

...Realitanya memang kejam. Michiba tidak memiliki bakat atletik. Dia bisa mencapai tingkat tertentu, tapi tidak bisa lebih dari itu. Aku merasa sedikit kasihan kepadanya.

Hanya dengan berpikir seperti itu, rasa sakit di kepalaku semakin parah.

Pokoknya aku senang dia jadi lebih optimis. Suatu hari aku ingin berlari bersamanya.

Eh? Tsuyoshi?

Hanazono tampak ragu dengan jawabanku. Tapi aku sendiri juga tidak bisa menjelaskannya.

Mungkin suatu hari nanti akan ada waktunya di mana aku bisa terlibat lagi dengannya.

Hehe, Tsuyoshi memang baik ya...

“Tapi Hanazono lebih baik dariku, loh?”

“Itu sama sekali tidak benar, kok. Omong-omong, aku mendengar setelah Sasami berhenti dari klub, Shimizu berubah menjadi lebih pendiam. Apa kamu tidak kaget mendengarnya? Karena kamu sepertinya cukup peduli pada Sasami.

Shimizu jadi pendiam... Aku bahkan sulit membayangkannya.

Sepertinya suhu suara Hanazono menurun apa dia marah?

...Tapi, dalam waktu yang bersamaan, entah kenapa ada beberapa gadis yang kayaknya sih pacarnya yang datang ke kelasnya untuk membicarakan putus, dan mereka berhadapan satu sama lain... Lalu situasinya benar-benar berubah menjadi kacau.

Apa maksudnya? Bukannya ia menyukaimu, Hanazono? Selain itu, beberapa pacarnya?”

“Mana aku tahu! Aku juga tidak tertarik sama sekali!

Hanazono menghela napas panjang sambil melanjutkan.

Katanya, karena ia mempunyai posisi sebagai jagoan di tim atletik, jadi ia cukup laku di kalangan perempuan dan menembaknya. Tapi Shimizu hampir tidak pernah menolah pengakuan mereka. Lima atau enam pacar? Mungkin lebih? Tapi begitu berpacaran, sifat aslinya langsung ketahuan, dan mereka langsung diputuskan... Sepertinya itu terjadi berulang kali.

Aku terkejut.

Memangnya benar-benar ada orang semacam itu di dunia ini? Ah tidak, aku mengingat tokoh utama novel yang baru saja kubaca juga memiliki hubungan dengan beberapa wanita, dan akhirnya ia ditusuk dengan pisau di perutnya. Aku tidak begitu memahami tindakan tokoh utamanya.

Ternyata orang seperti itu memang ada di dunia nyata, ya....

“Apa... Apa ia masih hidup?

Eh?! Iya, sepertinya baik-baik saja. Justru mengejutkan, para siswa laki-laki malah membantu Shimizu. Meskipun sikapnya buruk, tapi dia suka membantui mereka.

Hanazono menghela napas lagi.

Hah... Banyak hal yang terjadi sejak Tsuyoshi melakukan reset ya... Padahal baru-baru ini terjadi, tapi rasanya sudah seperti masa lalu yang jauh.

Iya, ada banyak hal yang tidak bisa kulakukan sendiri. Ada banyak pengalaman pertama yang baru kualami juga. Hanazono—”

Apa?

Terima kasih sudah mau menjadi temanku dari awal—”

Eh?! Tsu-Tsuyoshi? A-Apa-apaan sih, memalukan tahu! Kamu 'kan tidak menganggapku apa-apa juga!

Wajah Hanazono menjadi sedikit memerah. Kali ini kakiku benar-benar berhenti. Sakit kepalaku semakin parah. Tapi lebih dari itu, perasaan ini tidak bisa kupendam lebih lama lagi.

Tsuyoshi?

Aku bisa merasakan kalau suhu tubuhku meningkat. Aliran darah sepertinya terasa mengalir di wajahku, membuatnya jadi memerah.

Aku... Tidak menganggapnya apa-apa... Tapi aku... Aku mempunyai perasaan pada Hanazono.... dan kemudian, dan kemudian..... Aku menyukai Hana-chan dan rasanya menyakitkan saat berpisah denganmu, jadi aku mereset... Tidak, itu hanya ingatan dari TK...

Aku kesulitan merangkai kata-kata. Aku mengepalkan tanganku sampai kuku-kuku mencengkeram kulitku. Aku sangat ingin menghancurkan reset itu.

...Masa lalu di mana aku mereset itu tidak bisa dikembalikan lagi.

Jadi, jangan menangis.

Apa itu karena aku lemah? Kalau begitu, aku tinggal mengambil kembali perasaan yang hilang itu....

 

Tsuyoshi, untuk saat ini kamu sudah cukup seperti ini. Aku akan selalu menunggumu. Bahkan setelah lulus SMA, dewasa, atau bahkan aku menjadi wanita tua sekalipun, aku akan selalu di sampingmu.

Kata-katannya yang lembut itu menusuk dalam ke dalam dadaku. Hal ini disertai dengan penderitaan yang lebih tak tertahankan dibandingkan rasa sakit lainnya.

Meskipun perkataannya tegas, tapi Hanazono dengan lembut memegang ujung seragamku.

Aku secara refleks menggenggam tangannya.

"Jangan, itu sama sekali tidak benar. Itu hanya akan membuatmu menderita.

...Begitu ya, jadi kamu sudah bisa memahami perasaan orang lain ya. Memang menunggu itu menyakitkan.... Tapi aku mempercayaimu, Tsuyoshi.

“Mempercayaiku?

Ya, karena kamu adalah teman masa kecilku. Kalau begitu, kamu perlu menjadi kuat!

Aku mencium aroma Hanazono. Aroma itu memicu ingatanku. Aku bisa mengingat segala sesuatu dengan cepat, tapi ada tingkat kejelasan ingatannya. Yang tidak dibutuhkan biasanya jadi kabur. Tapi kenangan dengan Hanazono sangat jelas.

Hanazono, apa boleh kita tetap seperti ini sebentar?

Umm, b-boleh saja...

Kami berjalan pulang sambil berpegangan tangan. Aku pernah melakukan ini sebelumnya. Hanya dengan ini, aku bisa melupakan hari-hari yang menyakitkan. Aku tidak perlu mereset.  Aku hanyalah yang lemah.

Di depan apartemenku, aku dan Hanazono saling berpandangan dan melepaskan tangan kami secara bersamaan.

Aku tak bisa menahan rasa sedihnya saat berpisah....

Aku tidak terkejut pada diriku sendiri karena berpikir seperti itu. Itulah yang disebut perasaan.

Hehe, aku akan terus berusaha sekuat tenaga! Bahkan reset sekali pun takkan bisa mengalahkanku!

Kata-katanya dipenuhi keyakinan, seperti pengalaman yang telah dia miliki.

Tapi aku hanya bisa berpikir bahwa Hanazono yang diterangi di bawah sinar rembulan, terlihat begitu mempesona.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama