[LN] Otonari no Top Idol-sama Jilid 2 Bab 2 Bagian 2 Bahasa Indonesia

BAGIAN 2

 

“Imutnyaaaaaaaaaaaaaaaaaa~...

Beberapa ekor penguin berjalan tertatih-tatih di area bebatuan di dalam pagar. Yuzuki mencengkeram pagar seperti anak kecil dan matanya berbinar-binar melihat burung-burung berwarna hitam putih itu. Dulu, setelah makan nasi kare, dia pernah bilang tidak terlalu tertarik dengan penguin, tapi sekarang dia tampak terpesona melihat yang asli. Hari ini juga baru pertama kalinya aku melihat penguin sete;ah sekian lama, dan mau tak mau aku jadi tertarik dengan pesona lucunya.

Ada penguin yang sedang membersihkan bulunya, ada juga yang tertidur di tepi air. Mereka terlihat bebas dan santai, sangat berbeda dengan manusia kota yang dikejar-kejar pekerjaan. Yuzuki terus mengikuti setiap pergerakan penguin dengan wajah berseri-seri. Hanya melihatnya saja sudah membuatku merasa tenang.

Sudah lama sekali aku tidak mengunjungi kebun binatang, tapi aku sangat menikmatinya. Orang-orang di sekitar juga tenggelam dalam kekaguman mereka pada hewan, jadi tidak perlu khawatir Yuzuki atau Emoto-san akan dikenali.

Ini pertama kalinya aku ke kebun binatang Tokyo, tapi rupanya ada banyak hewan yang luar biasa ya!

Kamu tidak pernah mengunjunginya sewaktu study tour SMP?

Setelah aku pindah ke Tokyo, aku lebih fokus pada pekerjaan, jadi aku jarang ikut kegiatan sekolah. Katanya waktu study tour sekolahku mengunjungi wilayah Kyoto, tapi aku ingin sekali-sekali bersantai minum teh panas di penginapan.

Sambil memperhatikan penguin yang berenang dengan lincah, ada raut kesedihan di mata Yuzuki. Meskipun dia tidak menyesali jalan yang dia pilih, tampaknya dia masih merindukan kehidupan sekolah yang normal.

Penguin sepertinya selalu bebas ya. Pasti mereka tidak punya masalah apa-apa.

Belum tentu begitu, tau?”

Emoto-san, yang sedari tadi mendengarkan percakapanku dan Yuzuki, ikut angkat bicara.

Penguin Humbolt ini sebenarnya termasuk spesies yang terancam punah di dunia. Penyebabnya antara lain karena berkurangnya persediaan ikan sebagai makanan mereka. Meskipun mereka terlihat hidup santai, tapi penguin juga tidak lepas dari ancaman predator seperti burung camar dan anjing laut. Sama seperti dunia hiburan, mereka juga berjuang untuk bertahan hidup, lho.

Ternyata dunia ini tidak semudah itu ya.

Tatapan Yuzuki kepada penguin dipenuhi rasa hormat.

“Emoto-san, ternyata kamu sangat tahu banyak tentang hewan ya. Apa kamu penyuka hewan?

Ah, iya. Sebagai 'kakak' Yuzuki, tentu saja aku harus tahu segala sesuatunya!

Sepertinya lebih baik aku tidak membahas soal catatan kecil yang sering diperiksa Emoto-san. Ternyata dia begitu mempersiapkan kunjungan ini dengan matang demi membuat Yuzuki senang.

Yuzuki berpindah ke area lain, kali ini dia terpaku melihat kuda nil yang sedang makan.

Entah kenapa kita selalu betah memandangi hewan yang sedang makan ya...

Memangnya kamu berhak bilang begitu? Yah, aku agak memahaminya sih.

Aku yakin pasti ada nutrisi tertentu yang hanya bisa kita peroleh dari melihat adegan makan.

Oh, cuma kuda nil itu satu-satunya yang berwarna merah. Apa itu jenis yang langka?

Emoto-san langsung bereaksi ketika mendengar kata kuda nil merah. Sambil tersenyum lebar, persis seperti murid yang soal tesnya keluar persis dengan yang ada di buku latihan, dia pun menjawab.

Itu karena warna keringat mereka!

Keringat? Memangnya keringat bisa menjadi berwarna merah?

Ya, lendir yang awalnya tak berwarna akan berubah menjadi merah setelah keluar dari tubuh. Karena kuda nil tidak berbulu, jadi cairan itu berfungsi melindungi tubuh mereka.

“Hee~, begitu ya...

Sepertinya dia sudah mempelajari segala macam informasi tentang hewan-hewan di kebun binatang ini. Meski ajakannya baru kemarin malam, tapi persiapannya mungkin sudah lama dilakukan.

Apa ada hal menarik lain tentang hewan yang ingin kamu tanyakan? Aku bisa menjawab apa saja, kok.

Emoto-san mencondongkan tubuhnya ke depan dan bertanya dengan bersemangat.

Ka-Kalau begitu, burung bangau yang di sana...

Mata Emoto-san bersinar lebih terang. Sepertinya dia juga sudah benar-benar mempersiapkan diri untuk itu.

Itu adalah jenis bangau Manchuria. Di Jepang, ada tujuh jenis bangau yang bisa diamati, tapi yang bereproduksi di dalam negeri hanya bangau Manchuria. Katanya, di rawa-rawa di bagian timur Hokkaido, kita bisa melihat mereka sepanjang tahun!

O-Oh, begitu ya...

Yuzuki sedikit meringis ketika mendengar penjelasan Emoto-san yang membara.

Bangau Manchuria juga sering digambar di guci dan layar. Gambar mereka bertengger di pohon pinus juga sudah menjadi klasik. Tapi, katanya sebenarnya mereka tidak bisa hinggap di batang pohon karena bentuk kakinya. Ada juga teori kalau bangau dalam cerita 'Balasan Kebaikan Burung Bangau' itu sebenarnya burung bangau biasa. Dasarnya...

Bahkan Yuzuki yang terkenal cepat paham pun tampaknya mulai kewalahan. Matanya terlihat berputar-putar.

“Emoto-san, bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu? Baru nanti kita bisa membahasnya lagi.

...Kurasa itu ada benarnya juga. Untuk saat ini, lebih baik kita fokus mengamati dulu, baru nanti kita bahas lebih lanjut. Informasi juga akan lebih mudah masuk ke kepala.

Jadi masih ada putaran kedua ya. Kayaknya hari ini akan menjadi hari yang panjang.

Ayo, Yuzuki, kita pergi ke area selanjutnya. Pegang tanganku, ya? Biar kamu tidak tersesat.

Eh, tapi sekarang tidak terlalu ramai...

Aku ingin berpegangan tangan dengan Yuzuki. Ayo.”

Emoto-san terlihat dalam suasana hati yang baik saat menggenggam tangan Yuzuki. Yuzuki juga tampaknya tidak keberatan.

Tiba-tiba, Emoto-san menoleh ke arahku.

“Apa juga sedang menikmatinya, Mamori-san?

Eh? Ya.

Kalau begitu, kurasa ada baiknya aku mengizinkanmu ikut kemari.”

Dia tersenyum ramah, lalu kembali menoleh ke arah Yuzuki yang berada di sampingnya. Senyuman Emoto-san tidak kalah memikatnya dari Yuzuki.

Aku benar-benar bukan apa-apa dibandingkan mereka. Meski hanya berbagi waktu seperti ini tanpa ada yang istimewa, mereka berdua adalah idola populer di seluruh Jepang.

Lalu Yuzuki menemukan sudut pameran tupai dan melepaskan genggaman tangan Emoto-san untuk berlari ke sana. Kini hanya aku dan Emoto-san yang tersisa di tempat.

...Kenapa kamu mau mengurus Yuzuki, Emoto-san?

Sekarang aku sudah mulai sedikit mengerti tentang dirinya, jadi aku ingin bertanya langsung kepadanya.

Setelah berpikir sejenak, Emoto-san menjawab dengan natural.

Sama seperti Mamori-san. Aku melakukannya karena aku menyukainya. Jika itu demi Yuzuki, aku akan melakukan apapun dengan senang hati.

...Begitu ya.

Aku tidak bisa membantah pernyataan itu.

Meskipun kami memiliki tujuan dan prinsip yang berbeda, tapi kami memiliki perasaan yang sama terhadap Yuzuki.

 

☆☆☆

 

Setelah mengelilingi kebun binatang sampai dua kali, kami bertiga berjalan-jalan di taman di dalam area. Ada jalan setapak berbatu di antara pepohonan pinus, lampion-lampion yang tersusun rapi, dan bangunan satu lantai di seberang kolam. Rasanya seperti sedang mengunjungi tempat wisata. Ketika mendengar gemericik air, perasaanku jadi tenang.

Kami memutuskan beristirahat sejenak di restoran kayu yang berada di pinggir taman. Karena tiga sisi tertutup dinding, tempatnya cukup tersembunyi dan cocok untuk istirahat.

Hah, jalan-jalan tadi membuatku lapar...

Perkataan santai Yuzuki membuat mataku dan Emoto-san berbinar di saat yang bersamaan.

““Yuzuki, ayo kita makan siang!””

Kami berdua mengatakan itu pada saat yang bersamaan. Aku mengulurkan bekal makan siangku dari sebelah kanan Yuzuki, dan Emoto-san menyodorkannya dari sebelah kiri. Kotak bento yang dibungkus serbet dan tas bekal bertabrakan dengan keras di pangkuan Yuzuki.

Wah, Mamori-san. Padahal aku sudah mengatakannya berkali-kali untuk datang tanpa perlu membawa apa-apa.

Emoto-san tersenyum sinis seperti antagonis.

“Emoto-san juga sama, kalau kamu mau menyerah, kamu bisa melakukannya sekarang, loh?”

Aku membalas dengan senyum iblis.

Bagiku, acara utama hari ini bukan menjelajahi kebun binatang, melainkan persaingan makan siang ini.

Semalam, Emoto-san memberitahu bahwa dia akan membawa bekal makan siang. Tapi aku juga tidak mau kehilangan kesempatan emas ini, jadi aku juga membawa bekal. Kami berdua tak mau mengalah, dan akhirnya berakhir dengan dua jenis bekal di depan Yuzuki.

Lagian juga, Yuzuki sebenarnya bukan milik Emoto-san. Jika dia mencoba memonopoli Yuzuki dengan dalih sebagai kakak perempuannya”, aku tidak akan segan-segan untuk merebutnya (NTR)”, atau lebih tepatnya, merebut makan siangnya (MTR).

“Aku sudah menyiapkan bekal ini sejak pukul 7 pagi. Jadi, bisa enggak kalau kamu jangan menggangguku?”

Kalau begitu, aku bangun pagi-pagi jam setengah 7 lho. Kamu akan mengalahkan, ‘kan?

“Lebih tepatnya, aku sudah mulai persiapannya sejak semalam!

“Aku juga membeli wajan baru khusus untuk hari ini!”

Tanpa disadari, kami berdua sudah berdiri dan saling menatap tajam. Sama seperti koboy di film barat yang saling mengukur waktu untuk menarik senjata, kami diam-diam memperhatikan satu sama lain.

Keheningan berlangsung beberapa detik. Lalu kami berdua kompak mengalihkan pandangan ke arah Yuzuki.

““Yuzuki!!””

Y-Ya!

Yuzuki yang namanya tiba-tiba dipanggil, langsung menegakkan badannya.

Cobalah bekal kami, dan putuskan siapa yang lebih unggul. Aku akan menunjukkan kepada Emoto-san seperti apa rasanya kekalahan.

Yuzuki, mari kita tunjukkan padanya betapa kuatnya ikatan saudara di antara kita.

Sepertinya Yuzuki tidak tahan dengan tekanan kami sehingga dia dengan canggung menganggukkan kepalanya.

Mamori-san, bagaimana kalau kita tentukan hukuman bagi yang kalah? Pihak yang kalah harus berhenti menjadi pengasuh Yuzuki.

“Jika tidak ada hukuman semacam itu, rasanya bakalan membosankan. Baiklah, aku terima tantanganmu!

“....Fufufu”

........fufufufu.

“Ahahahahaha.

“Fuhahahaha!

Kami tertawa keras seolah memamerkan kemampuan kami. Semangat itulah kunci untuk memenangkan pertandingan ini. Pada titik ini, aku tidak memedulikan kalau hanya Yuzuki yang memandang kami dengan tatapan ketakutan.

Kriteria penilaiannya sederhana. Siapa yang bisa lebih menyenangkan Yuzuki.

“Kalau begitu, biar aku yang duluan...

Tidak, giliranku dulu! Ini, silakan!

Emoto-san mendorong kotak bekalku dan mengeluarkan isi tas makannya.

Yah, tidak masalah, pemain utama memang seharusnya datang terakhir. Biar dia menjadi pemanasannya dulu.

Dari dalam tas, dia mengeluarkan dua jenis wadah.

Pertama-tama, Emoto-san memberikan Yuzuki gelas plastik berpenutup. Di dalamnya ada potongan tomat ceri, brokoli, dan timun.

Masukkan saus ala Jepang tanpa minyak ke dalam gelas ini, lalu kocok baik-baik. Meskipun sedikit, rasanya akan merata dan terasa lebih kenyang.

Semacam salad kocok yang biasa dijual di minimarket atau kafe. Wadah lainnya berisi onigiri oatmeal dan bakso daging ukuran satu suapan, ditusuk dengan lidi.

Itulah menu yang disiapkan Emoto-san. Meskipun tampak menarik secara visual dan sehat, yang perlu diperhatikan adalah kepraktisannya. Bahan salad dipotong besar-besar, jadi bisa dimakan langsung dengan lidi tanpa perlu sendok atau garpu.

Sebagai seorang idol, kami harus bisa makan cepat dan efisien di mana pun, bahkan jika tidak ada meja atau alas.

Sepertinya Emoto-san sangat percaya diri, mengingat dia menetapkan hukuman bagi yang kalah. Menunya juga cukup seimbang, ada sayuran dan protein.

Mulailah dengan saladnya dulu. Supaya itu bisa memperlambat kenaikan gula darahmu.

...Baik, selamat makan.

Yuzuki menusukkan sumpit berwarna merah muda pada brokoli, lalu memasukkannya ke dalam mulunyat. Kemudian, dia melakukan hal yang sama pada ceri tomat dan ketimun. Suara kunyahan Yuzuki yang renyah terdengar memenuhi paviliun.

Bagaimana? Rasanya enak?

Emoto-san menatapnya dengan pandangan penuh harap.

Pada detik berikutnya, aku melihat sesuatu yang luar biasa.

 

Kosong.

 

Atau mungkin, hampa, semesta, ketiadaan, kekosongan dalam ajaran Buddha.

Semua cahaya menghilang dari bola mata Yuzuki yang besar. Tampaknya makanan sehat ini tidak terlalu berkesan bagi gadis yang sedang lapar.

...

Wajahnya datar tanpa menggerakkan otot sedikitpun, hanya mulutnya yang bergerak teratur.

Yuzuki, sepertinya kamu sampai tak bisa berkata-kata karena terharu, ya. Apa ini berarti kemenanganku sudah pasti?

Sepertinya Emoto-san sama sekali tidak menyadari perubahan yang terjadi pada adiknya. Malahan, dia dengan percaya diri meyakini kalau dirinya telah menang.

Untuk kudapan kedua, Yuzuki memilih onigiri dengan oatmeal. Tampaknya dicampur dengan biji wijen putih dan abon ikan. Terdengar suara 'crik-crik' saat dia mengunyah.

............”

Manusia bisa kehilangan emosi sampai sejauh ini, aku merasa kagum melihat Yuzuki yang terus diam tanpa suara.

Tekstur biji wijen dan abon ikan memberi aksen yang menarik, bukan? Aroma laut dari abon ikan juga menutupi rasa hambar onigiri.

Emoto-san menjulurkan hidungnya dengan bangga, persis seperti Pinocchio. Sepertinya dia tipe orang yang terlalu positif atau mungkin dia memang tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya.

...Tapi, yang terakhir...!

Pada titik ini, sinar di mata Yuzuki mulai kembali.

Wajar saja, karena hidangan terakhirnya adalah bakso. Hidangan tersebut disiram saus hitam, dan bersinar berkat terpaan sinar matahari. Sudah jelas sekali alasan kenapa Yuzuki jadi bersemangat.

Akhirnya daging yang kutunggu-tunggu! Selamat makan...?

Tapi, semakin dia mengunyahnya, wajah Yuzuki justru semakin murung. Setahuku, dia tidak membenci rasa asam dari saus hitam.

“......................................................

Ah, Yuzuki kembali menjadi mode robot lagi. Bahkan kecepatan mengunyahnya pun menurun drastis, hampir seolah-olah berhenti total.

Mustahil Yuzuki tidak menyukai daging. Beberapa hari yang lalu, dia bahkan memakannya dengan rakus seperti suku pemburu.

Tiba-tiba, sebuah kemungkinan terlintas di kepalaku.

Emoto-san, boleh aku mencoba satu juga?

Wah, apa masakan buatanku ini begitu menarik bagimu? Silakan, silakan.

Aku memakan bakso yang menempel di sumpit, dan langsung mengerti alasan raut wajah Yuzuki.

Ini... ampas tahu?

Seolah-olah sudah menunggu tanggapanku, Emoto-san menjentikkan jarinya dengan percaya diri.

Benar sekali! Selain ampas tahu, aku juga menggunakan tahu dan putih telur sebagai perekat, jadi rasanya tidak terasa kasar di mulut, 'kan?

Dengan menggunakan saus hitam yang kuat, dia berhasil menutupi rasa polos dari tahu. Dan juga rendah kalori. Dia berhasil mempertahankan konsepnya, tapi dengan kualitas yang tinggi. Tapi...

“Ufufu, kalau kamu menyukainya, kapan-kapan aku akan membuatkannya lagi ya?

“.................................................................Ya.

Gawat, kondisi mental Yuzuki benar-benar sudah hancur.

“Ka-Kalau begitu, sekarang giliranku!

Aku tidak tega melihatnya lebih lama lagi. Aku harus segera mengembalikan semangat Yuzuki.

Bento buatan Emoto-san memang jelas tujuannya, dan tidak ada kekurangan mencolok pada bentonya sendiri. Kalau ini acara masak di TV, dia mungkin punya kesempatan menang.

Tapi Emoto-san salah paham. Juri di sini bukan chef bintang tiga atau instruktur gym, melainkan Sasaki Yuzuki yang mencintai makanan jalanan.

Ini kesempatan untuk menunjukkan kepadanya makanan kesukaannya.

Aku membuka serbet dan melepas tutup kotak bento sekali pakai.

“Inilah bento buatanku.

...Hh

Aku tidak melewatkan sesaat ketika sorot mata Yuzuki berubah.

Jika dibandingkan dari segi variasi warna dan jumlah menu, bento Emoto-san memang jauh lebih unggul. Tapi ada ungkapan ‘sederhana adalah yang terbaik’ di dunia ini. Aku punya keyakinan mutlak pada satu menu ini.

Maaf sudah membuatmu menunggu, Yuzuki. Hari ini makan siang kita adalah bento daging sapi grill!

Yuzuki yang tadi seperti robot tanpa emosi, kini wajahnya dipenuhi harapan.

Beef bowl di waralaba seperti restoran gyudon, restoran keluarga - kalbi (potongan daging sapi) banyak tersedia di mana-mana. Di antara semua bagian daging sapi yang bisa diolah jadi yakiniku, kalbi adalah yang paling cocok disandingkan dengan nasi putih.

Kandungan lemak berlebih pada iga pendek yang terkadang menjadi kekurangan bisa diserap oleh nasi putih. Dengan mengoleskan minyak juicy pada butiran nasi putih murni, tampilan nasi menjadi lebih menawan dan elegan.

Cara memasaknya pun didasari dengan masakan China. Aku hanya perlu menumis daging dengan bumbu kecap asin, gula, sake, minyak wijen, serta bubuk bawang putih dan jahe, lalu letakkan di atas nasi putih. Terakhir, taburi dengan biji wijen putih.

Bento milik Emoto-san adalah makanan ‘bermoral, sementara bento buatanku adalah makanan tidak bermoral. Bisa dibilang, ini merupakan pertentangan antara pahlawan dan penjahat.

Namun, dalam pertarungan antara keadilan dan kejahatan, keadilan tidak selalu menang. Seperti konsep anti-hero dalam film dan komik Amerika, setiap orang memang cenderung tertarik pada jalan yang jahat.

Ternyata yang kamu buat adalah makanan itu...!

Emoto-san mengepalkan tangannya dengan marah.

Mamori-san, sepertinya kita memang berada di kubu yang berbeda...!

Maksudmu?

Menggunakan daging sapi yang tinggi kalori, ditambah lagi dengan bagian yang berlemak seperti kalbi, itu sudah di luar batas! Kalau mau pakai daging, setidaknya pakai daging ayam bagian dada atau paha!

Tapi kalau mau diolah jadi yakiniku, kalbi adalah pilihan terbaik.

Yuzuki menganggukkan kepalanya di sampingku.

Dan apa kamu menyadari bahwa pilihan kalbi itu seperti senjata makan tuan? Lihat permukaan dagingnya yang sudah dingin!

Permukaan daging cokelat itu dipenuhi dengan bintik-bintik putih.

Karena dingin, bumbu dan minyaknya sudah terpisah dan membeku. Dengan daging yang lengket dan keras begini, bagaimana Yuzuki bisa merasa puas?

Memang benar apa yang dikatakannya. Yakiniku seharusnya dinikmati dalam keadaan hangat, tapi di sini disajikan dalam kondisi dingin, tentu saja hidangan tersebut kehilangan daya tariknya. Setelah mendengar perkataan Emoto-san, Yuzuki terlihat agak kecewa.

Tapi, tenang saja. Aku yang sangat paham kesukaan Yuzuki, tidak akan membuat kesalahan sekelas itu.

Yuzuki, coba lihat ke samping kotak bentonya.

Yuzuki yang terlihat khawatir, mengangkat kotak bento tinggi-tinggi. Dan tampaklah sebuah tali yang terjuntai, persis seperti ekor hewan kecil.

Jangan bilang kamu...!

Tampaknya Emoto-san sudah menyadarinya.

Ya, sejak awal dia sudah salah menilai bekalku.

Asumsinya bahwa tidak bisa makan nasi hangat di luar itulah kelemahannya yang terbesar.

Aku menyuruh Yuzuki untuk menarik tali itu.

Pop.

Beberapa detik setelah menarik tali, uap mulai mengepul dari dalam kotak. Yuzuki memegang kotak itu dengan kedua tangan, panik seperti pasukan baru yang disuruh menangani bom.

Yuzuki, apa baru pertama kalinya kamu melihat bento model seperti ini?

Yuzuki mengangguk dengan ragu-ragu ketika aku bertanya padanya.

Ini adalah kotak bento berpemanas yang sering digunakan untuk makan siang di dalam kereta.

“Memangnya hal semacam itu ada?”

“Di bawah bento ini dilengkapi dengan pemanas di dasarnya. Ada kantong yang berisi kapur tohor dan air, nah kalau ditarik talinya, keduanya akan bercampur dan terjadi reaksi kimia yang menghasilkan panas dan uap.

Yuzuki memperhatikan peralatan modern ini dengan pandangan serius, seperti sedang melakukan eksperimen ilmiah. Dan dalam waktu kurang dari satu menit, uap sudah memenuhi area sekitar. Membawa aroma pekat dari daging dan saus.

Yuzuki menelan ludah.

Ta-Tapi aku tidak janji akan memakan masakan Suzufumi, lho?

Kenapa? Padahal kamu langsung memakan bento Emoto-san tanpa ragu.

Tapi bento Ruru-san itu tidak membuat rasa bersalah. Selain itu, rasa laparku sudah terpenuhi, 'kok?

Ini adalah pengkhianatan yang tak terduga. Memangnya boleh ya bagi juri untuk bersikap tidak adil?

Perkembangan yang tak terduga ini juga tampaknya membuat ekspresi Emoto-san melunak. Kalau begitu, aku juga tidak akan segan-segan.

Waktu pemanasan adalah 5 menit. Sama dengan batas waktu untuk jatuh ke dalam makanan.

Kamu yakin tidak mau memakannya? Kamu pasti sudah lama ingin makan daging, 'kan?"

“Tidak juga. Bakso tahu tadi rasanya enak dan aku sudah puas.

Jangan bohong. Saat aku mengumumkan kalau bento yang kusiapkan adalah beef kalbi, bukankah kamu hampir kendali?

“Se-Sembarangan kalau ngomong! Aku punya ayam salad di rumah, jadi aku bisa menahannya.

“Menahannya, ya... Artinya kamu sebenarnya ingin memakannya, 'kan?

I-Itu...

Unit pemanas semakin memojokkan. Semakin lama, semakin banyak uap yang keluar, dan aroma daging sapi kalbi semakin kuat.

Napas Yuzuki semakin terengah-engah, seperti seorang penderita virus zombie yang berusaha menahan hasratnya. Meskipun dia berusaha keras menahan diri, tapi di dalam hatinya dia sudah mengakui kekalahannya ketika dia tidak melepaskan kotak bentoku.

Tinggal 30 detik lagi hingga matang. Butiran keringat mulai muncul di dahi Yuzuki.

Tinggal 20 detik. Dia menekan dadanya dengan satu tangan, membuat kerutan dalam di blus-nya.

Tinggal 10 detik tersisa. Aku berbisik di telinganya, seperti membalas dendam.

Kunyahlah dagingnya, Yuzuki.

...~~~~~♥♥

Waktu tersisa tinggal 0 detik.

Saat aku membuka tutup kotak bento, terlihatlah bento kalbi daging sapi yang masih hangat. Yuzuki, yang terkena secara langsung kekuatan magis ini, tak bisa melawan.

Argh... Tanganku... Bergerak sendiri...!

Sumpit yang menjepit daging dan nasi itu bergetar pelan. Tanpa perlawanan yang berarti, sumpit itu masuk ke dalam mulut Yuzuki.

Wah, saus manis-asin dan dagingnya bersatu padu, menyerang tenggorokanku dengan kecepatan tinggi... Manisnya saus, manisnya lemak, manisnya nasi putih, serangan membabi buta yang tak terhentikan... Padahal belum kutelan, tapi sumpit sudah bergerak sendiri, jika aku terus seperti ini, bisa-bisa malah keluar dari mulutku...

Yuzuki yang terus mengunyah bento itu dikuasai oleh nafsu makannya. Apa yang dia lakukan bukan sekedar makan, tapi penyatuan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk memasukkan daging dan nasi ke dalam tubuhnya, menjadikannya sebagai bagian dari dirinya.

Saat aku melihat ke arah Emoto-san, dia tampak terkejut. Dengan mulut terbuka, dia terperangah melihat pemandangan di depannya.

Yu-Yuzuki... Apa yang terjadi padamu...?

Inilah sifat asli Yuzuki. Apa kamu tidak mengetahuinya?

Yuzuki, cepat sadar! Kumohon!

Ucapan Emoto-san tampaknya tidak sampai ke telinga Yuzuki, karena dia terus melahap bento kalbi dengan kecepatan tinggi.

Paduan yang sederhana ini, aku tak pernah bosan untuk memakannya. Malah, bisa langsung berinteraksi dengan daging dan nasi adalah hal yang menyenangkan... Ini pasti perwakilan Jepang dari sederhana adalah yang terbaik. Kekenyangan pun tak bisa menghentikanku

Tapi tentu saja, semua yang ada pasti akan berakhir. Kurang dari 3 menit, kotak bento sudah kosong, dan Yuzuki menghembuskan napas puas, “Puhaaah! Sambil mengunyah abon kering yang disediakan sebagai penyegar, Emoto-san masih terpana.

Nah, aku dan Emoto-san sudah selesai menghabiskan bento kami masing-masing. Waktunya menentukan keputusan akhir.

Penilaian dilakukan oleh satu juri. Preferensi sang juri akan sangat menentukan.

Emoto-san yang tadi terlihat sangat percaya diri, sekarang gelagapan dan gemetaran.

Bukankah kesepakatan kita, 'yang kalah harus berhenti mengurus Yuzuki' iya ‘kan, Ememoto-san?

Ugh...

Ememoto-san mengeluarkan suara sengsara dari tenggorokannya. Maaf saja, nona idol, tapi ludah yang kamu muntahkan takkan bisa kamu minum kembali.

Meskipun hasilnya sudah kelihatan jelas, tapi aku tetap harus mengakhiri pertandingan ini dengan layak. Selama beberapa hari ini, aku benar-benar menyadari niatku untuk membuat Yuzuki jatuh ke dalam makanan”, jadi aku ingin berterima kasih padanya untuk itu.

“Kalau gitu, Yuzuki. Silakan angkat tanganmu untuk menilai bento mana yang paling kamu sukai. Tiga, dua, satu—”

“Sialan, rupanya ada orang di sini juga!

Suara kasar seorang pria memotong perkataanku.

Ketika aku melihat ke arah sumber suara itu, ada dua pria berusia awal 20-an, masing-masing memakai tank top putih dan tank top hitam, mereka terlihat seperti musuh berwarana-warni dalam game RPG.

Ah... Kurasa kursi di ujung sana kosong. Cih, bagaimana ini ya?”

Sepertinya mereka sedari tadi mencari tempat istirahat, dan berkeliling sekitar kebun binatang. Pria berpakaian putih itu jelas menunjukkan tanda-tanda merasa jengkel.

Sudahlah, ayo di sini saja. Aku sudah lelah.

Pria berpakaian hitam juga tak terlalu senang. Sandal jepit yang dikenakannya juga terlihat tipis, dan menurutku itu tidak cocok untuk berjalan-jalan di taman.

“Itulah sebabnya, boleh kami ikut duduk di sini? Kami minta maaf kalau mengganggu kencan kalian.

Tentu saja tak ada alasan untuk menolak. Tapi entah kenapa, rasanya lebih baik jika mereka tidak berlama-lama di sini.

Saat pria berpakaian putih itu melangkah mendekati bangku, wajahnya tampak bingung. Kemudian, dia menghampiri Yuzuki dan berhenti di depannya.

...Entah kenapa, sepertinya aku pernah melihatmu di suatu tempat.

B-Benarkah?

Mendengar reaksi pria berpakaian putih itu, pria berpakaian hitam juga berjalan mendekati dengan langkah lebar.

Ah iya, kamu benar. Apa kamu seorang artis? Idol?

Serius? Aku baru pertama kali melihatmu. Ngomong-ngomong, siapa pria di sampingmu? Ia pacarmu?

Dalam beberapa detik ini, aku sudah bisa menebak. Dua orang ini jelas memiliki mulut yang gampang bocor. Jika identitas Yuzuki sebagai seorang idola terkuak, bisa-bisa muncul gosip yang aneh.

Meskipun aku ingin keluar dari pondok ini, dua pria berpakaian hitam-putih itu menghalangi jalan. Selain menyingkir, aku tak punya cara lain untuk melarikan diri. Jika aku memaksa kabur, hal itu sama saja berarti mengakui kalau ini kencan rahasia.

Saat aku sedang berpikir bagaimana cara mengatasi masalah ini, tiba-tiba Emoto-san melangkah ke depan.

Sebenarnya, kami sedang berada di tengah-tengah video perekaman jalan-jalan.

Tanpa kusadari, di tangannya tiba-tiba sudah ada gimbal yang dipasangkan ke ponselnya, seolah-olah sedang melakukan perekaman. Tapi layar ponselnya tetap gelap. Jadi, perkataannya hanya sebatas gertakan.

Ah, jadi kalian memang artis? Kalau begitu, boleh aku meminta foto dengan kalian? Aku ingin pamer pada teman-temanku.

Sebelum pria berpakaian putih itu memasukkan tangannya ke saku, Emoto-san dengan cekatan membentuk gestur permintaan maaf dengan tangannya yang kosong.

“Kami minta maaf, ada aturan dari kontrak yang melarang kami mengungkapkan informasi artis atau lokasi pemotretan sebelum tayang. Kalau sampai ketahuan, kami akan dikenakan denda~.

Di depan Yuzuki, dia bersikap seperti kakak perempuan. Tapi sekarang dia berbicara dengan suara lembut, seakan-akan dia adalah karyawan senior yang membela karyawan junior. Dia menurunkan alisnya dengan meminta maaf dan tersenyum tipis.

Ah, ayolah. Satu foto saja tidak akan ketahuan...

Saat pria berpakaian putih itu berbicara, tangan kanannya terangkat sampai ke dada.

Namun, tangan kecil Emoto-san sudah lebih dulu meraihnya.

Kalau foto memang sulit, tapi setidaknya kalian boleh minta berjabat tangan. Apa itu cukup?

Mata sipitnya tidak penah lepas memandang pria itu. Pria berpakaian putih tiba-tiba melunak, menurut dengan berkata Ah, iya.  Pria berpakaian hitam yang berjabat tangan juga tersenyum lebar.

Nanti pasti akan ada pengumuman dari stasiun, jadi tolong nantikan ya!

Meninggalkan pria-pria yang terlihat setengah sadar itu, kami segera pergi dari area pondok istirahat.

Di sampingku, Emoto-san kembali berjalan dengan tenang, wajahnya kembali seperti atasan yang baru saja menyelesaikan satu pekerjaannya.

“Kamu sepertinya sudah sangat mahir melakukannya.

Sebagai 'kakak', aku memang selalu berlatih untuk melindungi 'adik'-ku. Kalau kamu mengaku sebagai pengasuh Yuzuki, bukannya saat-saat seperti itulah saat ketangguhan-mu diuji?

Ah, aku tak bisa membantah lagi.

Sejujurnya, mungkin aku terlalu bersemangat. Aku senang bisa pergi bersama Yuzuki, sampai-sampai tidak memikirkan strategi untuk menghadapi situasi darurat. Aku bahkan membeku saat berhadapan dengan dua pria berpakaian hitam-putih itu.

Sepertinya ini sedikit lebih awal dari rencana, bagaimana kalau kita bubar saja? Dengan keberadaan Mamori-san di sini, kalau ada orang lain yang menyapa, itu akan merepotkan.

Sudah cukup lama sejak kami memasuki area kebun binatang, dan tempat ini kini mulai ramai. Meskipun itu membuatku frustrasi, tapi sepertinya mengikuti sarannya memang yang terbaik.

Mamori-san, izinkan aku mengatakan satu hal lagi.

“.......apa?”

Pandangan tajam Emoto-san tertuju padaku.

Meskipun kemampuan memasakmu cukup bagus, tapi bagiku kamu masih amatiran! Kamu bahkan tak bisa menghindarkan Yuzuki dari masalah, apa kamu pantas menyebut dirimu sebagai pengasuhnya?

Uuh...

Pertama-tama, kenapa kau datang dengan pakaian seperti itu? Kamu seolah-olah ingin mempromosikan kalau kamu sedang berkencan di depan umum!

Uugh...

Dan menunggu satu jam lebih di tempat perjanjian, bukankah itu menunjukkan hasrat terpendam untuk berduaan dengan Yuzuki selama mungkin? Menjijikkan!

Bukankah katanya cuma satu? Sejak tadi aku sudah diomeli habis-habisan. Tapi omelan terakhirnya juga sepertinya berlaku untuk Emoto-san juga.

Pokoknya, hari ini sampai di sini dulu. Permisi.

Emoto-san menarik tangan Yuzuki dan berjalan cepat meninggalkanku. Yuzuki sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi hanya melambai kecil ke arahku sebelum mengikuti Emoto-san pergi ke arah yang berlawanan.

Sepertinya aku masih belum berpengalaman sampai-sampai berhutang budi pada rivalku, Emoto-san. Kali ini aku akan mengakui dengan jujur kekalahanku, tapi lain kali aku akan meraih kemenangan yang mutlak.

Hmm, tunggu, tunggu, kenapa aku dianggap kalah? Sepertinya ada hal penting yang kulupakan...

...Ah

Benar juga, pertandingan antara makanan tidak bermoral dan makanan bermoral belum ditentukan pemenangnya.

Apa jangan-jangan alasan dia pergi dengan cepat untuk menghindar dari keputusan itu?

Ternyata dia sengaja mengaburkan hasil pertandingan dengan keributan tadi...!

Emoto Ruru memang orang yang tak bisa diremehkan.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama