[LN] Reset Seishun Jilid 2 Bab 6 Bagian 1 Bahasa Indonesia

 

Chapter 6 Kunjungan Perusahaan Michiba Rokka Dan Toudo Tsuyoshi (Bagian 1)

 

Bagiku, berinteraksi dengan orang lain sangatlah sulit. Aku mengira kalau semua orang selain aku bisa menjalaninya dengan baik. Tapi ternyata aku hanya tidak bisa melihat sekelilingku dengan baik.

Ruang kelas yang dipenuhi orang asing. Jadi wajar saja jika terjadi gesekan antara orang-orang. Tidak ada yang jahat atau baik. Yang ada hanya murid-murid yang belum dewasa.

Sedikit demi sedikit, aku mulai mengerti sesuatu yang tidak kupahami sebelumnya. Aku tidak merasakan aura yang baik dari kelompok yang berada di sekitarku. Michiba terlihat sangat kesepian. Padahal ada teman sekelas di sekitarnya.

Itu bukan urusanku. Kata-kata itu kedengarannya terlalu menyedihkan.

Kesepian itu menyedihkan. Aku tidak ingin melihat Sasami yang terkena kebencian tanpa maksud.

Padahal seharusnya aku sudah meresetnya—

U-Umm, kamu yakin kalau aku boleh ada di sini?

Tentu saja! Ah, aku Tanaka Haru! Aku berada di kelas khusus dan satu kelas bareng Toudo!

A-Ah, iya, namaku Michiba. S-Salam kenal."

Ayo kita santap makanannya!

Michiba mengangguk kecil seperti hewan kecil. Sepertinya aku masih khawatir dengan Michiba. ...Tapi aku tidak tahu harus membicarakan apa. Aku diam-diam menyantap makananku. Michiba juga menjawab pertanyaan Tanaka sambil makan.

“Michiba memmakan masakan ala Jepang ya. Hmm, cara makanmu terlihat sangat sopan sekali.

Be-Benarkah? ...Ku-Kurasa ini biasa saja, mungkin karena orang tuaku koki....

Begitu ya? Aku tak tahu standar biasa, tapi rasanya menyenangkan sekali saat melihatnya.

Ah, iya... Terima kasih. Um, ngomong-ngomong...

Ada apa?

Kata-kata Michiba terhenti sampai di situ. Aku bisa menebak apa yang ingin dia katakan. Aku sudah 'mereset' Michiba. Perasaan hangat terhadapnya sudah hilang.

...Ini kontradiktif. Aku merasa Michiba terlihat sedih. Aku juga jadi merasa kesepian. Kepalaku sakit. Tapi, itu tak penting.

——Aku hanya perlu menyangkal kontradiksi itu.

Ka-Kamu tak apa-apa? Karena kamu terlihat sedikit tidak sehat.

T-Tidak masalah. Daripada itu, apa kamu juga tertarik dengan tempat pernikahan ini, Michiba?

Michiba mungkin mempunyai kepekaan yang tajam. Padahal aku sudah berusaha bersikap biasa, tapi sejak ‘reset’ hari itu, aku dihantui rasa sakit yang terkadang menyerang tubuhku. Itulah keadaan normalku sekarang.

Iya, karena pekerjaan ini bisa membuat orang bahagia. Menurutku itu sungguh indah dan menakjubkan. Bagiku...aku juga..... Suatu hari nanti, aku juga...

Michiba tampaknya sedang menahan sesuatu dengan susah payah. Aku takkan mengatakan bahwa aku tidak tahu apa itu. Sekarang, Michiba yang berada di depanku ingin menyuarakan keluh-kesahnya padaku.

——Ini salahku, akulah yang salah, aku yang payah, aku yang jahat, aku, aku, aku....

Informasi tentang pandangan mata, pergerakan bola mata, jumlah keringat, bau, detak jantung, dan kondisi kulit lawan bicaraku, semua itu mengalir ke otakku.

Itu sama sekali tidak masalah. Dia hanya tidak ingin membuatku khawatir.

Dia berusaha mempertahankan diri dengan kata-kata yang merendahkan diri, agar lawan bicaranya memberikan kata-kata penenang. Ini hal yang wajar bagi anak-anak. Tapi, Michiba tidak menerima itu.

Michiba berusaha maju ke depan. Bersama denganku.

Senyuman kaku dan canggung yang dipaksakan itu adalah buktinya.

Hmm, apa kamu mau mencoba ayam goreng ini? Daging ayam bagus untuk memulihkan tenaga. Kondisi fisik terhubung langsung dengan kondisi mental. Tidak usah sungkan-sungkan.”

E-Eh?

Toudo, gadis-gadis tidak bisa makan sebanyak itu, ‘tau? Michiba-san, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk memakannya.

Hmm, kalau Hanazono pasti bisa menghabiskannya dengan cepat.

Hee, Hana-chan... Ah, sudah kesampingkan itu! Tapi dia sendiri tubuhnya sangat ramping, lho!

“Bukannya kamu juga sama? Kamu terlihat sangat langsing, Tanaka.

“Uuu~, su-sudah, jangan membicarakan tentang aku! Aku cuma sedang membicarakan kalau Hana-chan itu menakjubkan.”

Michiba menundukkan kepalanya. Tanaka tidak berkata apa-apa. Maka aku pun tidak perlu banyak bicara.

...Makanannya enak ya. Makan bersama-sama memang terasa lebih enak, ya? Ah-Ahaha, kamu memang baik sekali, ya.”

Aku bukannya baik hati. Jika aku benar-benar orang yang baik hati, aku tidak akan 'mereset'-nya...

 

◇◇◇◇

 

Ah... Aku harus kembali...

Setelah makan siang, acara kunjungan sore kembali dimulai. Aku dan Tanaka berada dalam kelompok kelas khusus. Sedangkan Michiba berada dalam kelompok yang sama dengan teman-teman sekelasnya. Tapi, karena jumlah orangnya sedikit, jadi kami mengikuti jadwal yang sama.

Raut wajah Michiba terlihat pucat. Tapi pandangan matanya menunjukkan kekuatan.

Jika dia kembali ke dalam kelompok itu berarti akan ada perlakuan buruk lagi. Aku juga pernah merasakan atmosfer yang sama seperti itu.

Lantas, apa yang harus kulakukan?

“Michiba, kalau kamu tidak nyaman dengan kelompok kelasmu, bagaimana kalau bergabung dengan kami? Toh, kita satu grup juga. Jadi seharusnya tidak ada masalah, kan?

Michiba memperlihatkan ekspresi terkejut padaku, tapi itu hanya berlangsung sesaat. Dia menggigit bibirnya seolah sedang menahan diri.

T-Tidak, aku senang dengan tawaranmu, tapi aku harus kembali.

Begitu ya.

Terima kasih banyak, Tanaka-san, Toudo.

Michiba melambaikan tangan padaku, lalu kembali ke tampat teman-teman sekelasnya berada.

Aku tidak bisa menilai apakah itu keputusan yang tepat atau tidak.

Di depan Michiba yang membelakangi kami, ada teman-teman sekelasnya yang dulu. Mereka menampilkan senyum yang tidak kusukai.

Tapi Michiba tidak menunduk. Dia berhadapan langsung dengan teman-teman sekelasnya.

Aku dan Tanaka hanya bisa berjalan di belakangnya.

 

Hei, Tanaka. Hubungan pertemanan itu sulit sekali ya. Michiba yang tadinya dikelilingi teman-temannya, tapi sekarang dia malah dipandang rendah oleh mereka. Apa itu hal normal? Aku jadi teringat masa SMP-ku dulu saat aku sering diejek dan diolok-olok.”

Bahkan siswa biasa saja sudah kesulitan dengan hubungan pertemanan. Sepertinya sekolah terlalu sulit bagiku.

Tapi aku harus terus berusaha. Gagal, gagal, dan belajar dari itu. Aku tidak boleh 'me-reset' lagi. Aku bisa kehilangan pemahaman tentang hati nurani manusia.

Iya... Mengetahui ada orang yang lebih rendah dari diri sendiri bisa membuat seseorang merasa lega. Karena mereka merasa lebih unggul daripada orang lain, jadi alasannya sangat sederhana.

Alasan sederhana?

Ya, 'karena rasanya menyenangkan' hanya itu saja... Rasanya menyenangkan bisa merendahkan orang lain, rasanya menyenangkan jika bisa lebih pintar daripada orang lain, 'aku lebih imut', 'aku lebih terkenal'. Mereka mendefinisikan diri mereka sendiri melalui orang lain. ... Bukannya Michiba-san dulunya populer di kelas? Tapi reputasinya tiba-tiba jatuh... Ada juga orang-orang yang menganggap hal itu menyenangkan.

“Apa benar begitu?

——Aku terkejut. Aku tidak pernah menyangka sampai sejauh itu. Kalau begitu, ketika aku dikurung di selatan Prancis dulu, bukannya kehidupan sekolahku jauh lebih sulit daripada itu?

Aku merasa mengerti mengapa mereka mengejekku.

Teman-teman sekelasku dulu, rekan-rekan kerjaku, mereka semua menertawakanku...

Itu menyakitkan. Aku menjadi tidak suka. Oleh karena itu, aku terus-menerus me-reset diriku di masa lalu. Untuk menghilangkan rasa sakit itu.

Michiba adalah gadis biasa. Aku tidak ingin dia merasakan sakit seperti itu--

Tidak, tunggu dulu?

Tanaka, jangan-jangan... Ini hal yang biasa terjadi? Di dunia ini, hal seperti ini tersebar di mana-mana?

Tanaka mengangguk lemah.

...Ya, tidak semua orang sebaik Toudo atau Hana-chan. Itu benar-benar sulit, ya...

Begitu ya— Kalau begitu, jika aku ingin membantu Michiba

Jika orang luar mendadak ikut campur, situasinya malah akan semakin rumit. Jika Michiba-san menerima ajakanmu tadi, hal itu bisa semakin memburuk. Itulah sebabnya Michiba-san mencoba untuk menyelesaikannya sendiri.

“Begitu ya, aku mengerti. Aku hanya bisa mengawasi saja, ya.

Aku bisa memahaminya dengan pikiran. Tapi di dalam hatiku, ada perasaan yang sulit kujelaskan. Ada banyak ketidakadilan yang kurasakan.

“Toudo, kamu ada janji pergi ke kafe dengan Hana-chan dalam perjalanan pulang, kan? Kalau kamu tidak keberatan, bagaimana kalau kamu mengajak Michiba-san juga?

Aku pernah membaca dalam beberapa novel, bahwa dengan bergaul di komunitas lain, kita bisa merasakan stimulus yang berbeda dan mengurangi stres.

Memang ada perselisihan antara aku dan Michiba. Tapi itu sudah menadi masa lalu. Kami berdua dulu masih anak-anak yang belum dewasa. Aku merenungkannya di dalam hati. Bukan dengan pemikiran cepat. Aku mencoba menggali perasaanku sendiri.

...Aku tidak ingin melihat Michiba terluka. Aku ingin Michiba kembali seperti dulu saat kami tertawa bersama di perpustakaan.

Ayo ajak dia.

Dalam jawaban singkatku, kumasukkan seluruh perasaanku—

Syukurlah. Fufufu, kamu menunjukkan wajah yang lembut sekarang. Wajah tersenyummu memang yang terbaik, Toudo.

Hmm, apa aku juga tersenyum?

Jika Tanaka berkata begitu, aku yakin pasti memang begitu. Perasaan hatiku menjadi sedikit lebih lapang.

“Umm, apa sebaiknya aku jangan mengatakannya di depan kelompok itu?

Iya... memang begitu. Aku tidak mempunyai kontak Michiba-san. Bagaimana dengan Hana-chan?

Sepertinya Hanazono dan Michiba tidak terlalu dekat. Walaupun aku sudah memeriksanya, tapi sepertinya dia juga tidak tahu.

“Lohh? Bukannya kamu pernah belajar kelompok dengan Michiba-san di perpustakaan, ‘kan? Kalau begitu, kamu pasti punya, ‘kan?”

...Hah?

Aku mengeluarkan ponselku dari saku. Aku ingat pernah bertukar kontak dengan Michiba... Tapi ingatanku sedikit samar-samar.

Tapi ketika aku memeriksa percakapan di ponselku, seharusnya tidak ada pesan dari Michiba——.

Ah, ini Michiba-san, kan? Haha, foto profil nikujaganya lucu banget!

...Tanaka, ternyata aku punya kontak Michiba.

“Hmm? Iya, itu ada kok.

Aku tidak bisa 'mengenali'-nya. Aku tidak bisa melihat hal semacam itu. Dan perasaan sedih, kesepian, khawatir dan kasih sayang yang muncul dari Michiba perlahan menghilang dengan cepat.

‘Reset’ yang tidak bisa dipulihkan. Kemampuan yang tidak dapat diukur di luar akal sehat.

Ingatan-ingatanku bersama Michiba mengalir cepat dalam pikiranku. Di perpustakaan, di taman rekreasi tepi pantai, di dalam ruang kelas—

Tanaka, aku minta maaf, tapi apa aku boleh memegang tanganmu?

E-Eh, apa?! U-uh, boleh sih...

Tanaka menggenggam tanganku tanpa bertanya apapun.

Entah kenapa, hanya dengan melakukan itu aku merasa jadi lebih kuat. Itulah sebabna

Rasa sakit yang tak tertahankan yang menyerang seluruh tubuhku, semuanya sudah tidak penting lagi. Aku tidak akan menyesalinya lagi. Untuk itu—

Aku mengalihkan 'sakelar'

Pada saat itu, emosi yang bergejolak membakar bagian terdalam hatiku. Otakku mengenali itu sebagai panas api yang nyata. Tapi, itu hanya khayalan. Panas api yang benar-benar menyengat rasanya tidak seperti ini.

Aku memandang ponselku dengan satu tangan.

Air mata mengalir dari mataku. Di balik pandangan yang kabur, ada sesuatu yang tidak bisa kukenali.

Pesan dari Michiba. Pesan yang kutinggalkan tanpa dibalas.

Hatiku terasa tercekik. Gelombang emosi yang hampir menghilang berubah menjadi lebih tenang.

'Toudo, kamu tidak perlu membalasnya. Maafkan aku selama ini, dan terima kasih. Berkatmu, aku jadi tersadar. Semoga kamu bisa bahagia dengan Hanazono, selamat tinggal.'

Baru sekarang aku bisa mengenali pesan percakapanku dengan Michiba.

“————!

Emosi yang membara itu berubah arah, mengarah ke dalam diriku sendiri. Bukan untuk me-reset, tapi menusuk hatiku. Rasa sakit di dalam hatiku seketika pecah seperti kaca.

...Mm, aku bisa mengenalinya. Nanti aku akan menghubunginya.

“Toudo... Bagaimana kalau kita istirahat sebentar?

Tidak apa-apa.

Tanaka terus menggenggam tanganku dengan khawatir. Melihat ekspresi Tanaka, rasa bersalah merebak dalam diriku. Bukan hanya informasi kontak Michiba saja yang tidak kukenali.

Tanaka, foto ini... benar-benar bagus ya.

Ah, yang baru kupasang itu! Hehe, kamu ingat meski sudah mereset-nya. Terima kasih...

Foto kami berdua, Tanaka dan aku, sedang tersenyum. Foto itu ternyata tertempel di ponselku. Baru sekarang aku bisa 'mengenali'-nya.

 


 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama