[LN] Reset Seishun Jilid 2 Bab 5 Bagian 2 Bahasa Indonesia

 

Chapter 5Kunjungan Industri Toudo Tsuyoshi (Bagian 2)

 

Setelah mendapatkan penjelasan tentang pekerjaan di gedung pernikahan di ruangan perjamuan yang agak kecil yang disebut ruang Phoenix, kami akan melakukan tur keliling gedung. Bukan hanya area yang terlihat oleh tamu, tapi kami juga akan berpindah ke area belakang untuk melihat berbagai aktivitas pekerjaan.

Aku mendengar suara kelompokku yang sedang sedikit berisik.

Rokka-chan tuh setia banget, ya~ tapi dia malah melakukan kebodohan, haha, kalau saja dia terus mengikuti sesi belajar bersama di perpustakaan, mungkin dia bisa berpacaran dengan Toudo-kun~

“Lagian, aku sudah mencegahnya untuk membuatnya menunggu karaoke selama 2 jam, loh? Dia benar-benar gila, ya?

Aku juga merasa tidak enakan, tapi kita harus mendengarkan penjelasan Onee-san itu.

Saat aku diolok-olok, aku hanya diam. Aku hanya menunggu sampai badai reda. Karena itu memang benar.

Akulah yang bodoh. Jadi... wajar-wajar saja jika mereka mengatakannya. Setiap kali mereka mengatakannya, aku merasa bersalah pada Toudo.

Hatiku yang terluka bisa terlupakan saat aku belajar. Dan tadi aku juga merasa lebih baik setelah melihat Toudo. Jadi kupikir aku harus melakukan yang terbaik dalam mengikuti kunjungan perusahaan ini.

Meski begitu, di sudut hatiku, aku ingin pulang dan belajar.

Pegawai kantor gedung pernikahan yang berjalan di samping guru pendamping kami menatap kami dengan ekspresi masam.

Murid-murid kali ini cukup bersemangat. Apa kalian ada pertanyaan? Karena sebentar lagi kita akan mengunjungi bagian makanan.”

Toudo dan Tanaka-san mendengarkan dengan serius di barisan terdepan. Sebenarnya aku juga ingin bertanya, tapi dalam situasi ini, itu akan membuatku kerepotan nantinya. Paku yang menonjol akan dipukul. ... Meski aku berpikir untuk tidak peduli, aku tidak bisa memperkuat hatiku sampai sejauh itu.

Umu, aku punya pertanyaan—”

“Tu-Tunggu, Toudo, bukannya kamu terlalu banyak bertanya! Ay-Ayo kita ke tempat selanjutnya!

Begitu ya, kalau begitu aku akan menanyakan semuanya nanti

Ketika menyaksikan interaksi antara Toudo dan Tanaka-san, entah kenapa membuatku merasa hangat.

Tanpa kusadari, hatiku yang aus telah menemukan ketenangan.

Teman, ya...

Orang pertama yang muncul di dalam pikiranku adalah... Sasami.

Dia memang sedikit orang yang suka mencela orang lain, tapi dia berusaha serius menghadapi Toudo. Aku merasa diberikan semangat oleh sikapnya itu.

Hei, lagi-lagi dia melihat Toudo, loh?

“Apa dia mau pergi karaoke lagi? Kali ini mau berapa jam ia harus menunggunya?

Hei, kalian laki-laki, berhentilah~ Rokka-chan juga sudah menyesalinya, tau~

Suara-suara itu sama sekali tidak terdengar serius. Jelas-jelas dia meremehkanku. ... Meskipun begitu, aku...

I-iya, maaf. Ayo lanjutkan.

Hah? Kamu tidak perlu mengatakan itu pada kami."

“Kamu mendingan diam saja, Michiba.

Ayo pergi, Rin-chan!

Aku tidak ingin melakukan hal yang merendahkan diri. Aku juga tidak ingin mengasihani diriku sendiri. Ketika aku memikirkan apa yang telah aku lakukan, aku merasa itu adalah hal yang tidak terelakkan.

Tapi, hatiku yang bersemangat ini perlahan tenggelam... Toudo, apa yang harus aku lakukan?

Aku mencuri pandang ke arah Toudo yang sedang berbicara sambil tersenyum dengan Tanaka.

Soalnya, jika aku memandangnya, aku akan diejek lagi....

 

◇◇◇◇

 

Untuk makan siang, kami dijadwalkan akan makan di kantin karyawan.

Rokka-chan, lagi-lagi kamu memakan makanan Jepang? Kamu memang enggak pernah bosan ya~

I-iya. Makanan Jepang membuatku lebih tenang.

Ketika Rin-chan duduk di depanku dan berbicara padaku, jantungku berdetak sangat kencang. Sulit bagiku untuk tetap tenang. Aku tidak bisa kuat seperti Toudo...

Hmm, karena ayah Rokka-chan seorang koki terkenal, sih. Ah, mungkin itulah sebabnya kamu jadi sangat egois, ya?

Ah, haha...

Aku hanya bisa tersenyum kecut.

Makanan yang seharusnya enak pun terasa hambar.

Kalau makan bersama teman, seharusnya lebih enak. Tapi di kelas, aku makan sendiri. Setelah selesai makan, aku langsung menuju ke perpustakaan. Meski hambar, itu masih terasa enak.

“—Ah, tempat ini kosong! Boleh aku duduk di sini?

Eh...?

Tanaka-san duduk di kursi kosong yang ada di sampingku. Di depan Tanaka-san, Toudo juga ikutan duduk. Aku menunduk karena tidak berani mengangkat wajahku. Kalau aku mengangkat wajah, aku akan bertatapan dengan Toudo.

Ternyata kantin karyawan ini memperhatikan nilai gizi. Ini luar biasa.

Benarkah? Karena kelihatannya lezat jadi harusnya rasanya pasti enak, kan!

Aku terdiam seperti patung batu.

Aku merasakan suasana yang tidak enak. Aku tahu dari pengalamanku sendiri ketika berada di kasta atas dulu. Meskipun statusku sudah berubah, kemampuan membaca suasanaku masih tetap sama. Teman-teman dalam kelompok itu menyeringai dengan ekspresi yang menjengkelkan.

Seorang siswa laki-laki berbicara pada Toudo. Kurasa itu wajar saja karena mereka dulunya adalag teman sekelas.

“Oi, oi, Toudo, kamu yakin mau duduk di depan Michiba lagi? Kamu pasti disuruh nunggu lama lagi, loh?

Iya nih, katanya kamu ingin banget pergi ke karaoke, ya?”

Kamu nanti disuruh ngajarin belajar dia lagi, loh.

Sebagian besar teman-teman sekelas kami tidak memiliki perasaan buruk padanya. Toudo hanyalah cowok yang canggung. Berkat Sasaki-san, itu bisa terungkap.

...Tapi cowok-cowoko ini berbeda. Selain soal karaoke, mereka menganggap kalau Toudo...lebih rendah dari mereka.

Siswa yang diasingkan dan tidak bisa pergi karaoke. Itulah penilaian mereka terhadap Toudo.

Aku ingin mengubah suasana yang tidak enak ini, tapi aku tidak punya kekuatan untuk melakukan itu sekarang.  Yang bisa kulakukan hanya menggigit bibir dengan frustrasi. Tapi—aku harus melakukan sesuatu.

Sudahlah, jangan begitu~. Rokka-chan pasti merasa enggak enakkan, tau? Lagipula, Toudo-kun berada di kelas khusus, jadi kita bisa lebih akrab lagi.

Ah iya, soal karaoke aku minta maaf ya, Toudo!

Aku cuma disuruh begitu sama Michiba, jadi enggak ada pilihan. Ayo kita akrab!

Aku bisa mendengar detak jantungku sendiri.

Aku menarik nafas dalam-dalam lalu mengangkat wajah. Saat aku hendak mencoba menghentikan mereka—

Hen—

Toudo memiringkan kepalanya.

Lalu ia memandang ke arah murid-murid itu, kemudian menatapku. Aku merasa matanya sedikit melebar. Itu gerakan yang sangat manusiawi...Apa dia marah? Kenapa?

—Maaf. Apa kalian temanku? Aku minta maaf, tapi aku tidak mengenali kalian.

Ekspresi Tanaka benar-benar mengesankan.

Dia percaya pada Toudo dan mengawasinya. Luar biasa... Padahal dia sebaya denganku tapi bisa berekspresi seperti itu... Tanpa sadar, aku dibuat terpesona padanya.

Hah? Toudo, kamu ngomong apaan sih? Mentang-mentang kamu pindah ke kelas khusus, kamu jadi berlagak sombong begitu?

“Oi, sudahlah hentikan. Astaga, lagian Toudo juga pasti membenci Michiba, kan? Ayo kita...bully dia—

Anak cowok itu tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

Penyebabnya karena tatapan Toudo. Tatapan matanya bukan tatapan seperti sedang menatap makhluk hidup. Seluruh tubuhku membeku.

—Kenapa aku harus membenci Michiba? Keributan itu tidak ada hubungannya dengan kalian. Kelihatannya aku tidak disambut dengan baik di sini. Tanaka, ayo kita pergi.

Oke, baiklah.

Toudo yang sekarang berbeda dengan Toudo yang kukenal sebelumnya, tapi aku tidak bisa menjelaskan apanya yang berbeda.

Jantungku berdebar kencang. Mungkin ini pertama kalinya aku merasakan emosi Toudo.

...Setelah ini, mungkin mereka akan mengerjaiku karena merasa kesal. Yah, selama Toudo tidak merasa tidak nyaman, itu sudah cukup.

Pada saat itu—— aku meerdengar suara yang terbata-bata.

“Mi-Michiba, sepertinya kamu tidak bersama teman-temanmu di sini. ...Tapi aku mendengar dari Hanazono kalau kamu punya teman, bukan? Ah, tak apa. Aku punya satu usulan, apa kamu mau ikut denganku ke sana? Aku ingin bertanya banyak hal pada pegawai di sana, mungkin aku bisa dapat petunjuk untuk hidup normal.

Dirinya terlihat seperti Toudo yang canggung saat pertama kali kami bertemu. Hatiku terasa tercubit.

Aku hampir menangis dalam hati—

Aku melihat sekelilingku.

Wajah cemberut para murid laki-laki.

Ekspresi tak suka di wajah murid perempuan.

Aku bisa mendengar suara hati mereka.

—Apa kamu masih mau pergi meski sudah berbuat buruk?

—Kamu pasti cuma mau memanfaatkannya saja, kan?

Kalau kamu pergi, akan kubully lebih parah lagi.

Sekarang kastaku lebih tunggu darimu.

Hatiku menjadi goyah. Karena kupikir aku bisa menghadapi Toudo setelah aku menjadi peringkat teratas di tes...jadi, aku masih...

Tanaka-san menepuk punggungku.

“Ayo, jangan pasang wajah suram begitu! Toudo juga sudah mengerahkan keberaniannya lho! Ah, sampai jumpa lagi semuanya!!

E-Eh, a-aku...

“Kami pinjam Michiba-san dulu, ya! Jadi teman baik-baik ya!

Semua terpesona dengan senyum Tanaka. Semua aura buruk langsung lenyap seketika.

Aku menarik nafas dalam-dalam.

Hah... Iya. Rin-chan, aku pergi dulu ya.

Oke, sampai nanti~ Rokka-chan, beruntung sekali ya. Haha, kamu sekalian tidak usah kembali lagi.

Kata-katanya menyayat hatiku. —Tapi aku harus lebih kuat.

Iya, aku akan berjuang sendiri untuk sementara waktu. Terima kasih.

Loh, Rokka-chan mau jadi penyendiri?

“Benar sekali, aku sudah bosan dengan urusan kasta. Aku akan jadi murid biasa di kelas.

Beneran? Rokka-chan jangan bercanda, kita 'kan teman~.

Maaf selama ini merepotkanmu. Aku tidak akan mengganggu lagi.

...Terserah deh.

Aku tahu jika aku salah memilih sedikit saja bisa berujung jadi pembullyan. Mereka masih anak-anak yang ikut-ikutan. Tapi aku tak boleh peduli dengan suara orang lain. Aku harus jadi kuat seperti Toudo.

Toudo dan Tanaka-san menungguku.

Aku mengangkat wajah dan berjalan maju dengan tegak.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama