Houkago, Famires de Volume 2 Bab 3 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Chapter 3 — Orang yang Percaya Bagian 2

 

Bagiku, Kazemiya Kohaku, restoran keluarga hanyalah sekadar tempat pelarian.

Tapi setelah bertemu dengan Narumi, tempat tersebut menjadi tempat yang spesial bagi kami berdua.

Tempat kami bisa bebas dari ikatan keluarga dan rumah...

...Atau setidaknya begitu seharusnya.

Kenapa... Onee-chan bisa ada di sini...?

Karena aku mencarimu. Wajar saja, kan? Karena kamu kabur dari rumah, sih? Adik yang paling berharga bagiku sudah kabur dari rumah... Aku benar-benar sangat khawatir...

Sambil mengatakan itu, Onee-chan mulai mengguncang tubuh dan suaranya menunjukkan bahwa dia sudah tak kuasa menahan perasaannya.

“Ko-ha-ku-chaaan!

Dengan napas perut yang terlatih sebagai penyanyi, dia melompat untuk memelukku.

Ahh~~~~~~! Kohaku-chan! Kohaku-chan! Syukurlah! Aku benar-benar bersyukur~~! Aku lega kamu baik-baik saja!

“Tunggu dulu, Onee-chan! Jangan berteriak tiba-tiba begitu...!

Aku merasa cemas dengan pandangan orang-orang di sekitar. Meskipun wajahnya tidak terlihat karena dia sedang memelukku, tapi suaranya bisa saja membocorkan identitasnya sebagai 'Kuon'. Untungnya, kursi yang kami duduki berada di sudut ruangan, dan tidak ada orang di sekitar kami, jadi sepertinya belum ada yang menyadarinya.

Aku sangat khawatir sewaktu si nenek peyot itu mengatakan kalau dia mengusirmu dari rumah! Bukannya itu sangaty berbahaya kalau harus keluar sendirian di malam hari! Aku bingung kamu pergi ke mana... Kalau sampai terlibat masalah bagaimana...

...Maafkan aku. Aku tidak memikirkannya.

Iya, harusnya kamu memikirkannya sedikit. Hah... Aku sampai merasa kalau jantungku hampir copot, tahu! Aku paham kenapa Kohaku-chan ingin melakukannya, tapi tetap sajamaksudku, jelas-jelas yang paling salah itu si nenek peyot itu, jadi aku tidak mau terlalu menyalahkanmu. Tapi tetap saja, aku merasa cemas kalau ada sesuatu yang terjadi!

Suara Onee-chan bergetar seolah-olah berusaha menahan tangisannya, menunjukkan kalau dia benar-benar mengkhawatirkanku.

...Sekarang rasa bersalah mulai menyelimuti diriku.

Hiks... Kohaku-chan...

“Onee-chan... Sekali lagi, maafkan aku...

...Hiks, hiks, hah, hah.

“Onee-chan. Hentikan.

Aah~ Akhirnya aku bisa bernafas lega... Saat lelah, Kohaku-chan... Saat semangat pun, Kohaku-chan... Sepanjang waktu, Kohaku-chan...

“Onee-chan!

Benar juga. Akhir-akhir ini dia jarang pulang ke rumah, jadi aku lupa kalau Onee-chan memang punya sifat seperti ini.

“Duhh, sudahlah, lepaskan aku!

Aahn, padahal ini reuni yang menyentuh hati...

Aku akhirnya bisa melepaskan diri dari pelukan Onee-chan. Rasanya memalukan kalau sampai Narumi melihat ini...

“Tolong hentikan sih. Rasanya bikin malu kalau kamu melakukan itu di depan temanku, tau...

Teman?

Akhirnya Onee-chan mengalihkan pandangan ke arah Narumi.

Dalam momen itu, Narumi memberi salam dengan santai.

“Senang bertemu denganmu, namaku ────”

Narumi Kouta-kun, ‘kan?

Sebelum Narumi sempat memperkenalkan dirinya, Onee-chan sudah lebih dulu menyebut namanya.

...Apa Onee-chan tahu tentang Narumi?

Iya, aku tahu.

Onee-chan dan Narumi harusnya baru bertemu hari ini.

Jangan-jangan...

“Onee-chan mengetahuinya dari Mamah?

Mana mungkin. Memangnya orang itu mau membicarakan begitu?

Onee-chan menjawab sambil menatap tajam, seolah mengejek seseorang yang tidak ada di sini.

Saat menyebut 'orang itu', tiba-tiba suara Onee-chan kehilangan kehangatan.

Aku mencari tahu sendiri. Ada banyak hal..... Oh, aku Kazemiya Kuon, kakaknya Kohaku-chan. Salam kenal.

...Salam kenal juga. Senang berkenalan denganmu.

Iya, salam kenal. Malahan, terima kasih ya. Karena kamu sudah menjaga Kohaku-chan.

Aku tidak menjaganya. Aku hanya ingin membela temanku.

Iya, iya. Bagus sekali. Aku jadi merasa lega, kok. Ternyata Kohaku-chan mempunyai teman sepertimu. Kamu mempunyai nuansa yang berbeda dari Shiori-chan.”

Onee-chan mengangguk dengan puas sambil memandang Narumi.

Senyumnya yang ceria itu terlihat menawan dan bersinar bagaikan bintang di langit malam yang gelap.

Lalu, dengan senyum yang tak luntur, Onee-chan bertepuk tangan dengan gembira, seolah telah selesai membaca buku yang menyenangkan.

 

Nah, kalau begitu, petualangan kabur dari rumah ini sudah selesai! Ayo kita pulang sekarang!

 

Dengan suara yang cerah, riang, dan ringan, namun entah kenapa terasa ada kesungguhan di dalamnya, rasanya seperti ada air dingin yang disiramkan langsung ke hatiku.

...Aku tidak mau.

Aku dengan susah payah mengeluarkan kata-kata itu. Mungkin di tempat lain aku takkan bisa melakukannya. Jika Narumi tidak ada di sampingku, mungkin aku juga tidak akan bisa. Tapi di sini, di tempat yang tak ingin diganggu siapapun, dengan Narumi di sisiku, aku akhirnya bisa mengucapkannya.

Aku tidak mau. Aku sama sekali tidak mau pulang. Kalau mau pulang, Onee-chan saja yang pulang sendiri.

Kenapa? Kamu sudah cukup bersenang-senang selama liburan musim panas, ‘kan?

Liburan musim panas. Kata-kata itu memicu amarah yang membakar hatiku yang membeku.

Bukan liburan. Ini kabur dari rumah. Aku tidak mau kembali ke rumah itu lagi. Aku tidak mau pulang.

Kabur dari rumah?

Iya. Aku sudah kabur dari rumah. Jadi—

Kamu benar-benar serius mengatakannya?

Jika balasannya diucapkan dengan nada mengejek atau meremehkan, mungkin aku masih bisa membalasnya.

Tapi tidak. Kalimat itu diucapkan dengan tenang, seolah-olah dia sedang menasihati anak kecil dengan kekejaman realita.

Iya, aku serius...! Aku benar-benar serius...!

...Begitu ya. Kelihatannya Kohaku-chan benar-benar terluka sampai meyakini ini. Maaf ya, Onee-chan tidak bisa melakukan apa-apa untukmu.

Bukan omong kosong...!

"Bukan? Kalau begitu, boleh aku menanyakan sesuatu?

Aku tidak ingin dia bertanya. Aku tidak mau dia menanyakannya. Meski begitu, suaraku gemetar dan aku tidak bisa menyusun kata-kata dengan baik.

“Apa kamu benar-benar berpikir kalau kabur dari rumah ini akan terus berlangsung?

Pertanyaan Onee-chan perlahan-lahan mematikan api yang tadi menyala di dalam diriku.

Kamu pasti sudah menyadarinya, kan? Kabur dari rumah tidak mungkin bisa berlangsung selamanya. Itu tidak realistis. Lagipula, kamu bahkan tidak punya tempat untuk menginap, kan?

...Uhh...

Aku tahu. Aku sudah mengetahuinya. Aku sudah tahu kalau pelarian ini tidak akan berlangsung selamanya.

Aku sendiri berpikir demikian di dalam hatiku, dan aku yakin Narumi juga berpikir demikian.

Kami berdua melarikan diri dari realitas, bersama-sama seperti biasa.

Kamu memang selalu suka melarikan diri ya, Kohaku-chan. Tapi apa ada yang berhasil kamu selesaikan dengan melakukan itu?

Onee-chan berkata demikian seolah-olah dia bisa melihat menembus waktu kami berdua.

Tidak ada sama sekali, 'kan? Melarikan diri tidak akan mengubah apa-apa. Tidak bisa mengubah apa-apa.

Tubuhku terasa membeku dari dalam ketika mendengar fakta yang diungkapkan dengan datar.

Amarah, kekecewaan, kesedihan, semuanya menguap.

“Masalah kabur dari rumah sekarang juga sama saja. Si nenek peyot itu takkan peduli sama sekali meskipun kamu kabur dari rumah, Kohaku-chan. Dia hanya akan menganggapnya sebagai kenakalan anak kecil. Lagipula, kamu tidak punya kekuatan untuk mengubah orang itu, 'kan? Kamu sendiri yang paling mengetahui itu.

Apa maksudnya...?

Karena kamu itu lemah, Kohaku-chan.

Onee-chan tidak menunjukkan senyuman palsu, dia justru berbicara padaku dengan senyuman yang penuh kasih sayang.

Kamu selalu berlari mengejar punggungku, tapi tersandung dan jatuh, menyerah dan putus asa, lalu kabur lagi ke dunia mimpi yang manis. Sampai sekarang pun, dasarnya tidak berubah. Kalau ada masalah, kamu langsung lari dan mengalihkan pandangan dari realitas, hanya melayang-layang di dunia khayalan. Kamu lemah... sungguh lemah dan rapuh... bidadariku yang manis.

Dia dengan lembut mengusap kepalaku dan memelukku.

“Kali ini juga sama saja. Kohaku-chan yang lemah tak bisa melakukan apa-apa. Akting kabur dari rumah ini hanya sandiwara belaka. Sudah saatnya kamu kembali pulang. Kamu pasti tak akan kuat menghadapi rasa sakit di dunia nyata.

Aku tak bisa bergerak.

Kalau kamu tidak suka ibu menyakitimu, biar aku yang menghilangkan ibu dari rumah itu. Ah, tapi rumah itu pasti sudah tempat yang tak menyenangkan bagimu. Bagaimana kalau kita membangun rumah baru untukmu? Tempat tinggal khusus untukmu, tanpa gangguan keluarga. Jangan khawatir soal kehidupan, aku akan menghidupimu selamanya. Untuk itulah gunanya 'kuon', untuk nyanyianku. Aku akan dengan senang hati menyerahkan semua bakat dan eksistensiku kepadamu, Kohaku-chan. Karena itulah kebahagiaanku.

Rasanya seakan-akan aku seperti terkurung dalam sangkar yang manis.

“Selebihnya... aku sudah memahaminya. Penghalang terbesar... adalah aku sendiri, iya 'kan?

Eh...?

Karena keberadaanku lah yang sudah membuatmu tersiksa, 'kan?

────Aku tidak bisa menjawabnya.

Aku tak bisa membalas apapun perkataan Onee-chan.

Keinginan gelap yang samar-samar terkubur di dalam hatiku telah terkuak.

Ah, tidak apa-apa. Tidak apa-apa, kok. Jangan pasang wajah terluka begitu. Jika keberadaanku yang menyakiti dan menyiksamu, Kohaku-chan, aku akan menghilang dari hadapanmu. Aku tetap merasa bahagia dengan itu.

Aku merasa larut.

Dengan begini, kamu tak punya alasan lagi untuk terus kabur dari rumah, 'kan?

Aku merasa jatuh.

Ayo pulang ke rumah, Kohaku-chan.

Aku merasa tercurah warna.

“Kohaku-chan. Bidadari yang lemah tak berdaya. Tenang saja, aku akan membahagiakan dirimu.

Pandanganku. Duniaku. Hatiku. Menjadi gelap gulita ────.

Apa kamu benar-benar berpikir klaau Kazemiya akan merasa bahagia dengan begitu?"

────...Narumi.

“...Hmm? Kamu siapa ya?

Aku adalah sekutu dari Kazemiya Kohaku.

Itu niat yang bagus. Pasti sulit bagimu karena terlibat dalam acara kabur dari rumah Kohaku-chan, ya? Selanjutnya biar aku, sebagai kakaknya, yang mengurusnya. Jadi orang luar bisa segera menyingkir.”

...Benar. Akulah yang menyeret Narumi ke dalam kekacauan ini.

Seharusnya ia tak perlu terlibat denganku.

Akulah yang membujuk Kazemiya untuk kabur.

Hah?

Narumi menatap lurus ke mata Onee-chan tanpa mengalihkan pandangannya.

“Pada awalnya Kazemiya ingin pulang. Tapi aku yang menghentikannya, merayu dengan kata-kata manis, menggodanya, dan mengajaknya untuk kabur dari rumah.

Aku tak bisa memahami apa yang dikatakan Narumi. Tidak, tidak, tidak. Itu bukan Narumi yang melakukannya. Akulah yang menyeretnya ke dalam maslah ini.

Apa yang..... kamu katakan? Tidak, Onee-chan, itu salah. Narumi hanya ingin membantuku—

Itu tidak salah.

Narumi menyela ucapanku sambil tetap memandang lurus ke arah Onee-chan.

Kuon-san. Apa kamu tahu...

Apa?

“Bagaimana raut wajah Kazemiya saat meninggalkan rumahnya di hari itu?

Sikap Onee-chan yang tadinya meluap-luap, kini terdiam.

“Pada hari itu, wajah Kazemiya terlihat seperti hampir menangis.

“.....

Meskipun raut wajahnya tidak menangis dan berusaha mati-matian untuk menahannya, tapi kurasa hatinya menangis dalam diam.

“......

Aku ingin Kazemiya bisa tersenyum seperti biasa. Jadi aku membujuknya. Kalau dia cuma kembali diam-diam ke rumah, dia pasti tak akan bisa tersenyum lagi.

Onee-chan tidak membalasnya sama sekali, dia hanya mendengarkan perkataan Narumi dalam diam.

Yah... Meski sebenarnya aku mempunyai alasan lain untuk membujuknya.

Alasan lain?

Aku ingin memonopoli Kazemiya untuk diriku sendiri.

Hweh?!”

Memonopoli untuk dirinya sendiri!? Ditambah lagi, aku tak sengaja mengeluarkan suara yang aneh dari mulutku...!

Na-Narumi!? Apa yang sedang kamu katakan!? Di saat seperti ini, kamu jangan bercanda seperti itu...!

Mana mungkin aku bercanda di saat seperti ini. Inilah perasaanku yang sebenarnya. Aku ingin menolongmu dan membuatmu tersenyum, Kazemiya. Tapi alasan terbesarnya ialah, aku ingin memiliki waktu Kazemiya untuk diriku sendiri. Maafkan aku, karena telah merepotkanmu dengan kemauanku.

Dia berbicara dengan wajah datar! Itu sama sekali tidak benar!? Akulah yang tiba-tiba menerobos masuk!

Kenapa Narumi... melakukan hal seperti ini...! Ia melakukan sesuatu seolah-olah ia sendiri yang memulai kekacauan ini...!

Hee... Sepertinya kamu menarik juga. Ayo lanjutkan saja.

Kalau kamu mau mengajak Kazemiya pulang, kamu harus berbicara denganku dulu.

“Memangnya kamu pikir aku tidak mempunyai cara lain untuk membawa pulang anak yang kabur dari rumah ini? Atau kamu mau melibatkan polisi?

Tadi kamu sendiri yang bilang 'liburan musim panas', 'kan? Ya, benar, kami sedang pergi liburan. Aku sudah pamit ke keluarga dan pergi dari rumah.

Ah... Surat yang ia tinggalkan saat berangkat...

“Bukannya kamu sendiri yang akan kerepotan karena terlalu melebih-lebihkan masalah jalan-jalan liburan ini dengan melibatkan polisi? Si penulis-penyanyi terkenal, Kuon-san.

Keheningan yang singkat menyelimuti seisi ruangan.

Hanya suara riuh rendah di dalam toko yang memenuhi suasana. Onee-chan dan Narumi saling menatap tajam tanpa bergerak.

...Hmm. Menarik juga, kamu. Baru kali ini ada yang berani menentangku secara frontal seperti ini. Aku suka alasanmu yang mau melakukan ini demi Kohaku-chan.

Setelah mengamati Narumi sejenak, Onee-chan diam-diam bangkit dari tempat duduk.

Yah, selain orang itu, aku sama sekali tidak merasa kerepotan meski ada keributan. Bagaimanapun juga, bagi diriku, Kohaku-chan lebih penting dari apa pun. Selain itu, apa yang terjadi selanjutnya aku tak peduli. Aku juga tak akan terpengaruh oleh kekacauan ini.

Tapi,...Onee-chan lanjut berbicara sambil memandang Narumi dari atas.

“Aku akan membiarkannya untuk kali ini. Narumi Kouta-kun.

...Kalau itu makasih banyak.

Saat dia mengalihkan tatapannya dari Narumi, Onee-chan mengeluarkan headphone putih dan perak dari dalam tasnya.

Itu adalah headphone kesukaanku, dengan motif telinga kucing.

Itu, 'kan... Punyaku...

Kamu membutuhkan ini, 'kan? Kohaku-chan.

“.....

Headphone ini merupakan alat yang kugunakan untuk menghalangi suara-suara di dunia.

Alat untuk menolak dan melarikan diri dari hal-hal yang tidak kusuka agar aku tidak mendengarnya.

Onee-chan meletakkan headphone itu di atas meja, lalu mengambil nota dengan cara menggantikannya.

Aku membiarkanmu pergi kali ini karena Narumi-kun, tapi kamu paham, 'kan? Permainan kabur-kaburan ini tidak bisa terus berlanjut, dan juga, Kohaku-chan sedang merepotkan Narumi-kun.

......

Aku akan datang lagi besok, jadi persiapkan dirimu.

Tidak ada gunanya kamu melarikan diri. Aku merasa dia menyiratkan hal seperti itu. Tapi mungkin memang begitu adanya.

Entah dengan cara apa, tapi Onee-chan berhasil menemukan kami.

Kuon-san

Narumi berdiri, lalu berkata pada punggung Onee-chan.

Apa?

Kamu bilang kalau Kazemiya itu lemah, 'kan?

Ya. Kohaku-chan itu lemah. Dia adalah bidadari yang rapuh, jadi aku akan melindunginya.

Aku tidak bisa menyangkal perkataan Onee-chan. Selalu menutup telinga, membuang muka, menolak, dan lari dari hal-hal yang tidak kusukai... Aku memang lemah.

Kazemiya Kohaku sebenarnya gadis yang kuat. Dia tidak membutuhkanmu untuk melindunginya.

Lagi-lagi pandangan mereka saling beradu. Lalu, setelah melirik sekilas ke aragku, Onee-chan tanpa berkata apa-apa langsung menghilang dari hadapan kami.

............

Bahkan setelah Onee-chan pergi, aku hanya bisa menunduk diam.

Di kepalaku, aku masih mengingat jelas perkataannya.

Aku membiarkanmu pergi kali ini karena Narumi-kun, tapi kamu paham, 'kan? Permainan kabur-kaburan ini tidak bisa terus berlanjut, dan juga, Kohaku-chan sedang merepotkan Narumi-kun.

Kazemiya

“────”

Selama aku menunduk, rupanya Narumi pergi ke counter dan kembali dengan segelas melon soda bening dan secangkir teh yang dituangkan ke dalam cangkir putih.

Aroma hangat teh tercium, sepertinya teh itu dibuat dengan cara diseduh.

...Tapi ini 'kan musim panas?

Tidak apa-apa. AC di sini berfungsi dengan baik. Dan kurasa ini lebih cocok untukmu sekarang.

...Terima kasih.

Setelah meletakkan cangkir di atas meja, Narumi tidak duduk di kursi di hadapanku, melainkan duduk di sampingku.

Kenapa... kamu duduk di sampingku?"

“Cuma lagi ingin saja. Kalau kamu tidak suka, aku bisa pindah.

...Mana mungkin aku tidak menyukainya.

Licik. Cara bertanya seperti itu. Mana mungkin aku akan bilang kalau aku tidak menyukainya.

..................

..................

Narumi tidak mengatakan apa-apa sejak duduk di sampingku. Dirinya hanya diam dan terus menemaniku.

Meskipun tadi aku tidak mempunyai selera makan apa pun, tapi anehnya tanganku meraih secangkir teh hitam hangat yang tidak sesuai musim.

...Hangat.

Rasanya seperti tubuhku yang membeku perlahan-lahan mencair.

Bagaimana? Minum teh panas di musim panas juga tidak buruk, 'kan?

Kamu sendiri malah minum es melon soda.

Habisnya, ini 'kan musim panas.

Kayaknya kamu juga akan meminum itu di musim dingin deh.

“Tentu saja lah. Aku akan terus meminumnya.

Sudah kuduga.

Kami berdua saling bertukar pandang dan kemudian tertawa bersama.

Karena ia duduk di sampingku, wajah Narumi jadi sangat dekat. Aku bisa melihat dengan jelas wajahnya yang sedang tersenyum.

...Aku sangat suka melihat wajah Narumi saat ia tersenyum.

Hm? Ada apa?

...Tidak ada apa-apa.

Apa yang sedang kupikirkan sih. Sekang bukan saatnya untuk memikirkan hal semacam itu.

“Ngomong-ngomong, kamu bilang kalau kita mau nonton film hari ini, ‘kan? Ayo kita cari daftar pilihannya.

Narumi mengambil ponselnya dan mulai mencari-cari film, seolah tak terjadi apa-apa.

Percakapannya dengan Onee-chan, dan percakapan mereka berdua, seolah-olah hal semacam itu tidak pernah ada.

...Tapi.

Narumi. Maaf. Sudah cukup, aku sudah baik-baik saja.

Aku tidak bisa terus merepotkan Narumi.

“Apa yang dikatakan Onee-chan itu benar. Aku tidak bisa kabur dari rumah seperti ini selamanya. Narumi, kamu bahkan memaksakan dirimu untuk ikut kabur untuk menyelamatkanku dan sampai tidak tidur untuk menemaniku.

Itu semua terasa seperti mimpi.

Semua yang dikatakan Onee-chan itu benar. Akulah yang sudah menyeretmu.

Kenyataannya, yang bisa kulakukan hanyalah keluar rumah dan kembali seperti biasa. Kelakuan semacam itu hanyalah kenakalan dan keegoisan dari anak kecil.

Maaf. Terima kasih. Aku sudah baik-baik saja.

Narumi menemaniku kabur. Dia mengeluarkanku dari kegelapan.

Jadi, ayo kita pulang. Aku akan meminta maaf sendiri pada keluargamu.

Aku sudah mendapatkan lebih dari cukup mimpi manis yang sangat indah ini.

Baik-baik saja. Aku baik-baik saja. Aku tidak mau merepotkan Narumi lebih dari ini.

Aku tidak mau pulang.

Tapi aku sudah bilang, aku baik-baik saja sekarang...

Aku tidak peduli dengan keadaanmu, Kazemiya.

Eh...?

Aku tidak mau pulang ke rumah yang membuatku tak nyaman. Aku mau terus kabur saja. Hanya itu saja. Itu semua tidak ada hubungannya sama sekali dengan keadaan Kazemiya.”

Itu bohong. Meskipun mungkin benar ia tak mau pulang, tapi bukan hanya itu saja alasannya. Narumi pembohong. Dia benar-benar pembohong...yang sangat baik.

...Baiklah, tidak masalah. Kalau begitu, biar aku saja yang pulang.

Jika aku memaksakan diri untuk pulang, aku yakin kalau Narumi juga pasti...

Tidak boleh.

Narumi memegang tanganku yang mencoba berdiri.

 

...Bukannya kamu tadi bilang kalau aku tak ada hubungannya?

“Memang tidak ada. Tapi kita adalah 'Aliansi Restoran Keluarga'. Kalau begitu, tolong bekerja sama denganku.

...Licik sekali. Cara bicaramu yang begitu.

Licik. Licik, licik, licik sekali. Kalau dikatakan begitu, aku tak bisa menolaknya.

“Aku tidak peduli jika aku dibilang licik. Aku akan melakukan apa pun, bahkan yang curang sekalipun, agar bisa membuat kamu tersenyum, Kazemiya.

...Kenapa?

Karena aku menyukai wajahmu yang sedang tersenyum.

...Itu sama sepertiku.

Aku juga sama... Aku juga menyukai wajah Narumi yang tersenyum.

Kita berdua memang serasi ya.

Iya, serasi.

Saat aku pertama kali berbicara dengan Narumi di restoran keluarga itu, percakapan kami juga seperti ini.

Kali ini justru kebalikannya, tapi mungkin Narumi juga memikirkan hal yang sama.

...Kebalikannya ya, dari waktu itu.

...Iya.

Ia mengingatnya. Narumi juga mengingatnya. Aku merasa senang sekali.

Hei, Kazemiya. Apa kamu benar-benar ingin pulang?

...Aku tidak mau pulang.

Perasaan yang selama ini kutahan meluap keluar.

Karena Narumi dengan lembut membuka pintu yang kututup rapat-rapat.

Aku tidak mau pulang. Aku ingin kabur bersama Narumi. Itulah yang sebenarnya kuinginkan.

Aku ingin kabur bersama Narumi. Itulah keinginan hatiku yang tulus. Tidak diragukan lagi kalau itulah perasaanku yang sebenarnya.

“....Tapi, aku juga berpikir bahwa apa yang dikatakan Onee-chan itu ada benarnya juga, kataku dengan nada mengejek diri sendiri.

Aku memang lemah. Aku mengejar punggung Onee-chan sekuat tenaga, lalu menyerah dan putus asa. Pada akhirnya, aku hanya bisa melarikan diri dari Onee-chan, selamanya menjadi anak kecil yang merepotkan Mama... Dan juga merepotkan Narumi. Aku benci kelemahanku itu. Aku sangat membencinya sampai-sampai aku muak dengan diriku sendiri.

Setiap kali aku mengakui kelemahanku, rasanya seperti ada pisau yang menghujam hatiku, dan kata-kata terus mengalir keluar.

“Onee-chan hanya mengatakan hal yang benar. Aku memang anak yang lemah...

Tapi Kazemiya adalah gadis yang kuat.

Kenapa Narumi sekeras ini membantah kelemahanku yang kuakui sendiri?

...Sebelah mananya? Lagipula, kamu juga sudah bilang begitu pada Onee-chan...? Tapi aku masih belum mengerti.

Kazemiya. Kamu selalu mendengarkan lagu-lagu kakakmu dengan baik, kan? Setiap kali ada lagu single baru, kamu pasti memeriksanya dan pergi berlatih di karaoke.

...Habisnya, aku menyukai lagu-lagu Onee-chan. Lagu-lagunya bagus semua...

Nah, begitulah maksudku. Aku pasti tidak bisa melakukan itu.

Karena kamu tidak suka karaoke?

Bukan begitu.

Ternyata perkataanku benar-benar meleset.

Narumi tersenyum lembut dan melanjutkan.

Kalau aku yang jadi Kazemiya, mungkin aku tidak akan bisa mendengarkan lagunya. Aku tidak akan repot-repot memeriksa lagu single terbarunya. Itu hanya akan membuatku terluka. Aku akan menutupinya dan berpura-pura tidak menontonnya. Nyatanya, aku juga tidak pernah menyentuh uang yang dikirim si ayah brengsek itu.

Itu... Bukan hal besar. Aku hanya mendengarkan lagunya saja.

“Tapi menurutku itu hal yang besar. Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan, tapi bagiku itu hal yang besar. Tidak peduli seberapa banyak upaya yang kamu lakukan untuk melarikan diri atau terluka, kamu tetap tidak melarikan diri dari kakakmu sendiri.

Aku hampir menyerahkan diri pada kata-kata yang manis dan lembut itu. Tapi, masih ada yang mengganjal di hatiku.

Aku... Tidak bisa membantah apa yang dikatakan Onee-chan.

 

────Sisanya... Aku paham. Aku sangat paham. Penghalang terbesar adalah diriku sendiri, kan?

────Kazemiya Kuon, keberadaanku sendirilah yang menyiksamu bukan, Kohaku-chan?

 

Di dalam hatiku, aku berharap kalau Onee-chan lebih baik menghilang saja,

Ternyata itu terbaca. Aku penasaran bagaimana perasaannya yang sudah mengetahui hal itu.

Seandainya Onee-chan menghilang, semuanya akan jadi lebih mudah... Seandainya Onee-chan tidak ada, aku tidak akan merasakan penderitaan ini... Aku selalu, selalu berpikir begitu. Itu memang ucapan hatiku yang terdalam. Padahal Onee-chan tidak salah apa-apa.

Tapi bukan berarti itu salah Kazemiya semua.

“Onee-chan tidak salah apa-apa. Tapi aku malah berharap dia menghilang, itu... itu hal yang buruk. Itu sangat jahat.

Kazemiya.

Tangan Narumi menyentuh pipiku. Kehangatan yang disalurkan dan sentuhannya yang lembut seperti menangani barang pecah belah membuat kesadaranku yang tenggelam kembali muncul.

Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Jangan menganggap hanya kamu yang salah.

...Kenapa? Kenapa Narumi mengatakan hal itu padaku?

Karena aku tahu itu bukan satu-satunya isi hatimu.

Jari-jari Narumi membelai pipiku, menghapus air mata yang mengalir, padahal aku tidak menangis. Sepertinya Narumi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa aku lihat.

Bukan hanya itu saja?...Padahal tidak ada yang lain lagi.”

“Ada.”

Entah kenapa, Narumi menyatakan itu dengan tegas.

Aku baru saja mengetahuinya kemarin.

Kemarin...

Ketika mendengar itu, aku berusaha mengingat kembali apa yang terjadi kemarin.

...Ah.

Akhirnya aku mengerti apa yang dimaksud Narumi.

Jadi begitu ya... Aku...

Ya, itu juga merupakan isi hati yang sebenarnya darimu, Kazemiya.

........iya......

Aku mengangguk, menahan diri untuk tidak mengeluarkan air mata, hanya dengan kata-kata seperlunya.

Narumi menyadarkanku.

Ternyata memang ada satu lagi isi hati yang sebenarnya tentang Onee-chan di dalam diriku.

...Besok, ayo temui kakakmu.

Untuk apa aku menemuinya?

“Kamu hanya perlu mengatakan semua yang ingin kamu katakan.

Eh...?

Aku terkejut dengan usulan yang tiba-tiba itu, mulutku menganga lebar karena tercengang.

Tadi, kamu hanya terus mendengarkan apa yang dikatakan kakak perempuanmu, kan? Jujur saja, aku tidak suka melihatnya. Bahkan aku berpikir, kenapa kamu tiba-tiba tidak membalas apa-apa lagi.

Itu... karena aku pikir apa yang dikatakan Onee-chan itu benar...

Sejak awal, kita memang tidak melakukan hal yang benar, kan? Apa yang kita lakukan hanyalah pelarian. Kita penuh dengan kesalahan.

Kalau dikatakan begitu, memang benar sih. Tapi kenapa kamu bisa berkata dengan sangat percaya diri seperti itu?

Bukan percaya diri. Aku hanya membuka diri saja.

Apa-apaan maksudnya itu?

Aku tertawa melihat keyakinan Narumi, dan senyumku kembali muncul dengan sendirinya.

Aku sudah mengatakan apa yang ingin kukatakan. Sekarang giliranmu, Kazemiya. Besok, katakan semua yang ingin kamu katakan. Apa yang kamu pikirkan sejak dulu. Apa yang kamu rasakan sekarang. Keluhan sekecil apapun, katakan saja. Tumpahkan saja semua.

Baik. Aku akan melakukannya. Tapi entah apakah Onee-chan akan menerimanya atau tidak.

“Kamu tidak perlu membuatnya mengerti. Cukup katakan apa yang ingin kamu katakan, lalu kita berdua bisa kabur lagi.

Berarti menghindar?

Ya, begitulah.

Haha. Ide yang bagus."

Sampai beberapa waktu yang lalu, aku serasa seperti tenggelam di dalam jurang hitam, tapi sekarang sudah berbeda.

Hatiku terasa sangat ringan. Tidak hanya ringan, tapi juga hangat.

Entah kenapa alasannya. Mungkin Narumi bisa menggunakan sihir.

“Oleh karena itu, hari ini adalah hari untuk memulihkan semangat. Pertama, nonton film. Lalu ayo pergi ke karaoke.

Aku harus hati-hati supaya tidak serak.

Aku ingin melihat Kazemiya yang berbicara dengan suara serak.

Tidak mau. Aku tidak mau Narumi mendengarnya suaraku yang jelek.

Tapi aku ingin mendengarnya, setidaknya sekali.

Tidak, aku benar-benar tidak mau!

Waktu di restoran keluarga itu berlalu begitu cepat.

Dengan tekad untuk menyongsong esok hari dan waktu yang menyenangkan di dalam hati, kami mendapatkan cap stempel kedua kami.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama