[LN] Hanayome Shuugyou Volume 1 Bab 4 Bahasa Indonesia

Chapter 4 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri, Menyatakan Perasaannya

 

 

Sekitar pertengahan bulan Mei.

“Festival, olahraga?

Ya. Maksudnya adalah 'turnamen olahraga'.

Waktu perayaan festival olahraga telah tiba.

Walaupun aku tidak yakin apakah di Inggris tidak ada acara seperti itu, tapi di sekolah tempatku melakukan program pertukaran pelajar, yaitu sekolah Lily, tidak ada acara yang serupa.

“Jadi begitu ya. Apa itu rugby? Sepak bola? Kriket? Atau tenis?

Ah, bukan yang itu.

Aku salah menerjamahkannya.

Saat aku menyampaikan bahwa isi acaranya adalah permainan seperti memasukkan bola dan tarik tambang, yang membuat perbedaan antara yang berpengalaman dan tidak, Lily mengerutkan alisnya.

“Rasanya kayak kekanakan-kanakan ya.

Kamu tidak menyukainya?

Tidak juga. Kurasa sesekali juga tidak ada salahnya.

Dia sedikit melonggarkan bibirnya ketika mengatakan itu.

Tampaknya dia tidak keberatan untuk berpartisipasi.

Aku lalu memberikan Lily selembar kertas yang berisi daftar perlombaan.

Kamu harus mengikuti minimal satu perlombaan tim dan satu perlombaan individu. Hasilnya baru akan diputuskan saat diskusi kelas nanti.

Aku menjelaskan secara rinci kepada Lily tentang masing-masing perlombaan.

Perlombaan tim seperti memasukkan bola dan tarik tambang.

Perlombaan individu seperti lari, lari rintangan, dan lomba membawa barang.

Maksudnya perlombaan makan roti ini bagaimana?

“Ada roti yang menggantung di jalur lomba lari. Dan kamu harus memakannya dengan mulutmu.

Itu sungguh perilaku yang tidak sopan ya.... Omong-omong, rotinya itu nanti mau diapakan setelah perlombaan selesai?

...Rotinya nantik akan menjadi milik orangnya sendiri, jadi itu terserah orangnya.

Hmm.... Lalu, roti apa saja yang ada?

Mungkin roti manis. Tahun lalu sih sampai ada roti melon dan roti isian.

Hmm. Begitu ya.

Tampaknya Lily tertarik dengan perlombaan makan roti... atau tepatnya, pada rotinya.

Untuk perlombaan timnya gimana?"

“Aku mau yang sama denganmu saja, Souta.

Ternyata dia ingin melakukan apa saja asalkan bersama denganku.

Kalau perlombaan yang akan diikuti ternyata populer, jumlah partisipasinya akan diundi. Tergantung dari hasinya, ada kemungkinan kalau aku dan Lily akan dipisahkan.

Jadi sebaiknya aku memilih perlombaan yang kurang populer, tapi...

Kamu yakin tidak apa-apa?

“Iya, tidak apa-apa."

Aku akan memilihkan perlombaan yang kira-kira menyenangkan dan bisa jadi kenangan yang berkesan.

 

※※※※

 

“Kamu mau ikut perlombaan apa untuk perorangan, Souta?

Saat istirahat, sebelum jam wali kelas Panjang dimulai, Misato bertanya padaku.

Mungkin aku akan memilih lomba meminjam barang. Kalau cuma lari biasa itu membosankan, dan aku sudah pernah ikut lari rintangan saat kelas 3 SMP dulu.

Aku belum pernah mencoba lomba meminjam barang. Jadi aku ingin mencobanya.

Kalau perlombaan tim?

“Aku belum memutuskannya, tapi aku sudah berjanji akan ikut yang sama dengan Lily.

Hmm. Kalian masih saja bermesra-mesraan ya.

Bukannya begitu.

Aku mengerutkan keningku.

Untungnya orang yang dibicarakan tidak ada di sini.

“Apa kamu cuma menyembunyikan rasa malumu? Atau, kalian berdua memang benar-benar tidak berpacaran?

Misato bertanya padaku dengan nada serius.

Sepertinya dia benar-benar mengira kalau aku dan Lily berpacaran.

...Yah, aku bisa memahami kenapa dia sampai berpikir begitu, sih.

Kami beneran tidak berpacaran.

Hmm. Kalau itu aku sih, aku tidak akan ke rumah teman lawan jenis sebagai teman sekelas.... Apalagi Amelia-chan katanya datang untuk belajar jadi pengantin, maksudnya sudah pasti 'begitu', ‘kan?

Ternyata dia juga sudah bilang begitu kepada Misato. ya.

[Belajar jadi pengantin.]

Itu sih cuma Lily saja yang ingin mengingat bahasa Jepang aneh yang pernah dipelajari. Jadi jangan salah paham.

Masa sih? Memangnya itu bisa terjadi?

“Kalau Lily, itu bisa terjadi. Meski dia kelihatan pintar begitu, tapi dia sebenarnya orang yang lugu dan polos.”

Lily memang terlihat ceroboh. Dia juga gampang berasumsi sendiri.

“Benarkah? ...Mungkin saja. Kalau Amelia-chan sih, bisa jadi. Tapi... Kamu juga cukup aneh loh, Souta...”

Apa maksudnya dengan aneh?

Aku memang lumayan ceroboh, tapi tidak separah Lily.

“Apa kamu tidak pernah berpikiran kalau Amelia-chan menyukaimu, Souta?”

“Kurasa dia tidak menyukaiku.”

“Kenapa kamu bisa yakin bilang begitu?”

“Karena aku pernahg mendengarnya langsung sebelumnya.”:

Ketika aku berada di Inggris dulu, aku pernah sekali bertanya pada Lily.

“Apa jangan-jangan kamu menyukaiku?” tanyaku begitu.

Aku juga laki-laki.

Berbicara dengan gadis yang manis memang menyenangkan dan membuatku senang, apalagi sampai berharap kalau dia menyukaiku.

Meskipun, hasilnya...

“Aku sudah memutuskan untuk tidak salah paham lagi.”

Walau aku tidak bisa menangkap semua yang dia katakan dengan cepat dalam bahasa Inggris, aku ingat dia pernah membentakku, “Tolong jangan salah paham.”

Perkataan itu sedikit melukaiku.

“Hmm. Tapi kelihatannya tidak begitu... Ngomong-ngomong, kamu sendiri bagaimana, Souta? Apa kamu menyukai Amelia-chan?”

“Tidak juga... Dia memang cantik dan manis, tapi...”

Memang benar aku pernah merasa terluka saat dikatai jangan salah paham.

Tapi di saat yang sama aku merasa lega. Karena aku ingin tetap berteman baik dengan Lily.

“Aku tidak ingin berpacaran, terutama dengan teman sendiri. ...Kamu sendiri mengerti kan, Misato?”

Pertanyaanku dijawab Misato dengan senyum getir.

“...Kurasa ada benarnya juga. Meskipun hubungannya akrab, kalau nilai-nilai yang diyakini, hubungan yang paling dekat pun akhirnya harus berpisah. Itu kan akan canggung. Teman... Lebih baik memang berteman saja.”

Seberapapun akrabnya, kalau nilai-nilai tidak cocok, hubungan itu akan gagal.

Dan jika itu terjadi, hubungan kedua orang tidak bisa kembali seperti semula.

Aku dan Misato sama-sama memahami hal itu.

Apa yang sedang kalian berdua bicarakan?

Aku mendengar suara Lily yang sepertinya dalam suasana hati tidak senang.

Dia berdiri di sana dengan wajah cemberut.

Sepertinya dia baru saja kembali dari pelajaran bahasa Jepang.

“Hehe, menurutmu sendiri apa?”

“Oi, jangan menempel begitu.”

Misato tersenyum penuh arti sambil merangkul lengan kananku.

Dia menempel erat padaku.

Dasar ini anak, dia selalu erepotkan...

“Aku sama sekali, tidak tertarik.”

Lily menatap tajam Misato sambil mengatakan itu.

Kemudian dia mencengkeram lenganku yang lainnya dengan kedua tangannya.

“E-Eh, tunggu.... Lily!?”

Lalu dia menarikku dengan kuat.

Aku terpaksa menekan kuat ke bawah dengan kedua kakiku untuk tidak terjatuh.

Lily memeluk tubuhku dengan kedua lengannya. Dadanya yang lembut mengenai lenganku. Tapi Lily tidak peduli dan terus menarikku dengan sekuat tenaga.

“Souta. Ayo membicarakan tentang perlombaan olahraga. Kita harus mendiskusikan apa yang akan kita ikuti bersama.”

Sambil berkata begitu, Lily menatap tajam ke arah Misato.

Misato tampak terhibur dan terkekeh kecil.

“Baiklah.... kalau begitu yang semangat ya.”

Dia mengatakan itu dan melepaskan lenganku.

Dengan hilangnya gaya tarik di sisi kanan, keseimbangan menjadi goyah dan...

“W-Wahh...”

Tak pelah, tubuhku oleng ke arah kiri dan..... jatuh menimpa Lily.

Gawat!

Aku merasa panik dan secara refleks memeluk tubuh Lily.

Kyaa!

“Ugh...”

Aku menguatkan pijakan kedua kakiku dan berdiri sekuat tenaga agar tidak jatuh.

Perlahan-lahan aku memulihkan posturku.

“Lily, apa kamu tidak apa-apa!?”

Mughhh...!

Lily menjawab dengan erangan tertahan. Setelah aku memeriksanya, ternyata wajahnya terbenam dalam pelukanku.

Hanya ujung kakinya saja yang menyentuh lantai.

...Sepertinya aku tanpa sengaja mengangkatnya karena memeluknya begitu erat.

Aku segera melepaskan pelukanku dari Lily.

Phahhh...!

“Maaf, kamu baik-baik saja?”

Aku bertanya pada Lily saat perlahan-lahan menurunkannya.

Wajah Lily... terlihat merah padam.

Dia menatapku dengan mata berkaca-kaca.

“E-Etto...”

Dasar Souta mesum...!

Bugh!

Lily memukul dadaku dengan kepalan tangannya.

Rasanya lumayan sakit.

Setelah itu, Lily mendengus dan kembali ke tempat duduknya.

Dasar Souta mesum...!

“Ini salahmu tahu!”

Aku menatap tajam ke arah Misato.

 

※※※※

 

Beberapa hari sebelum Festival Olahraga.

Jam pelajaran olahraga hari itu adalah hari latihan untuk Festival Olahraga, dengan peserta campuran laki-laki dan perempuan.

Ada beberapa peserta seperti Lily yang belum berpengalaman dalam beberapa cabang. Tujuannya adalah untuk memahami aturan dan teknik dasar.

Wah, padahal baru bulan Mei, tapi cuacanya sudah panas sekali, ya.

Lily bergumam sambil mendongak menatap matahari. Dia mengenakan seragam olahraga sekolah. Rambutnya diikat ekor kuda agar mudah bergerak.

Memang begini di Jepang bulan kalau di bulan Mei.

Begitu ya.

Wajah Lily langsung mengernyit.

Jika diperhatikan, kulit putihnya terlihat sedikit berkeringat. Sepertinya suhu saat ini masih terlalu panas bagi Lily yang merupakan orang Inggris.

Jangan lihat-lihat terus, dasar mesum.

Lily menggerakkan kakinya dengan gelisah sambil mengatakan itu.

Celana olahraga putri di sekolah kami memang sedikit pendek. Jadi kaki panjang Lily yang putih terlihat menonjol.

Ah, maaf.

Aku segera mengalihkan pandanganku.

Sebenarnya tidak ada niat apa-apa, tapi...

Setelah ditegur seperti itu, aku jadi mulai menyadari banyak hal. Jika diperhatikan, gadis cantik seperti Lily yang mengenakan seragam olahraga, lekuk tubuhnya jadi terlihat jelas.

Entah kenapa, aku tidak tahu harus melihat ke mana.

Ayo cepat latihan, waktunya terbatas, tau.

Kenapa kamu juga ikutan...

Lily melotot ke arah Misato yang memberinya semangat untuk latihan. Misato juga ikut dalam cabang perlombaan yang sama dengan kami.

Sepertinya Lily tidak senang dengan hal itu.

Aku tidak tahu apakah hubungan mereka baik atau buruk.

"Aku kalah suit, jadi ayo cepat latihan Lomba Bakiaknya.

Lomba Bakiak.

Itu adalah perlombaan di mana beberapa peserta berbaris vertikal dan mengikat kaki mereka, lalu berlomba mencapai garis finish. Di sekolah kami, jumlah pesertanya dilakukan dengan 5 orang.

...Tolong, jangan ganggu.

Aku akan serius melakukannya kok.

Bukan itu maksudku.

Lily dan Misato mulai mengapitku, mengikat kakiku dengan tali, dan mulai berkelahi.

Padahal ini adalah perlombaan di mana semua orang harus kompak...

Apa pilihanku ini salah?

Souta, kamu terlalu menempel pada Misato.

Begitu kami mulai latihan, Lily langsung memprotes dari belakang.

Misato di depan, aku di belakangnya, lalu Lily berada di belakangku.

Di belakangnya ada beberapa murid perempuan sekelasku, kemudian murid laki-laki dari kelas lain.

Yah, kalau enggak begini, bakalan bahaya tau...

Karena orang yang di depanku adalah Misato, jadi aku tidak segan untuk menempel dengannya.

Tapi...

“Maksudku, justru kamu yang terlalu menempel, Lily.

Ini wajar kok.

Wajar, huh?

Aku terus merasakan sesuatu yang lembut menempel di punggungku.

Dan setiap Lily berbicara, nafasnya menerpa telingaku dengan wangi yang sedikit asam.

Souta, kamu boleh menempel lebih dekat, tau?

Misato!

Tolong, jangan bertengkar...

Aku jadi berpikir kalau perlombaan ini mungkin bukan perlombaan yang cocok untuk campuran laki-laki dan perempuan...

 

※※※※

(Sudut Pandang Lily)

Aku, Amelia Lily Stafford, sudah sekitar sebulan bersekolah di Jepang.

Setelah pulang sekolah, aku sedang mencuci pakaian.

“Hem-hem-hem”

Aku bersenandung kecil sambil memasukkan cucian ke dalam mesin cuci.

Pada awalnya aku bahkan tidak tahu cara menggunakan mesin cuci, tapi sekarang aku sudah melakukannya dengan mahir.

Aku semakin dekat untuk menjadi istri yang baik.

...Ah

Ini baju olahraga Sou-chan.

Rasanya sedikit lembab, pasti karena keringat.

Aku mengingat kembali latihan Lomba Bakiak hari ini. Kami berlatih untuk mengikuti perlombaan bakiak yang akan kami lakukan di festival olahraga.

Dalam perlombaan tersebut, para peserta harus menempel pada orang di depan.

Maka dengan terpaksa, ya, dengan terpaksa... aku menempelkan tubuhku pada Souta.

...Ia wangi sekali.

...

Tanpa sadar aku menahan napas.

Ini adalah pakaian yang dikenakan Soutasaat berolahraga beberapa jam yang lalu. Pasti masih ada banyak sisa bau Souta pada baju olahraganya.

Jantungku berdebar-debar.

Tidak boleh. Melakukan hal seperti ini... itu tidak baik.

Apa benar-benar tidak boleh?

Kami sepasang kekasih, iya ‘kan?

Sedikit saja tidak apa-apa, ‘kan?

Ah, tapi itu tidak sopan...

...Ah

Tanpa kusadari, ujung hidungku sudah menempel pada baju olahraga itu.

Aku tidak bisa berhenti sekarang.

Aku tidak bisa menghentikannya.

Hhhh... Haah...

Paru-paruku dipenuhi aroma Souta.

Souta...

...Ini memang tidak boleh.

Bau ini bisa membuatku rusak.

Aroma Souta membuatku candu.

Aku melemparkan baju olahraga itu ke dalam mesin cuci.

Sebaiknya hentikan saja.”

Setidaknya, untuk hari ini.

 

※※※※

 

Setelah selesai mencuci.

Wah, enak banget, festival olahraga pasti seru. Aku juga pernah melihatnya di anime! Jangan lupa kirim fotonya padaku ya?

Iya, aku mengerti.

Aku sedang berbicara lewat telepon dengan sahabatku, Mary, setelah sekian lama.

Berbicara dalam bahasa Inggris memang sedikit lebih nyaman, meski aku sudah terbiasa dengan bahasa Jepang.

Souta juga bisa bicara bahasa Inggris, tapi dia bukan penutur asli.

Ah iya, aku melihatnya di TV lho!

...TV? Ah, maksudnya wawancara itu ya?"

Saat aku berkencan dengan Souta, aku pernah diwawancarai oleh stasiun TV Jepang.

Ini adalah program yang mewawancarai orang asing yang pernah mengunjungi Jepang untuk mengetahui tujuan mereka datang, dan dalam beberapa kasus menggali lebih dalam.

Aku menjawab dengan tegas, “Pelatihan menjadi istri yang baik.

Lho, apa acaranya sampai disiarkan di Inggris juga?

Kupikir itu cuma acara TV di Jepang saja...

“Mana mungkin lah. Aku melihatnya di internet.

Oh begitu.

Di zaman sekarang, melihat acara TV asing tidak terlalu sulit. Aku mengira kalau Mary hanya melihat anime Jepang saja, tapi ternyata dia juga melihat yang lain-lain.

Di media sosial sempat jadi topik hangat lho. Aku jadi penasaran lalu nonton, ternyata itu kamu, jadi aku lumayan terkejut.

Media sosial...

Pasti tempat para otaku anime Jepang berbahasa Inggris seperti Mary berkumpul, dunia yang tak terjamah.

Jadi topik hangat? Seperti apa misalnya?

“Yang menar... Katanya ada gadis Inggris yang sangat imut.

Fufufu, tentu saja.

Keimutanku bersifat universal, nomor satu di dunia.

Souta adalah orang yang paling beruntung memiliki pacar seimut diriku.

Tapi aku merasa lega kalian berdua terlihat akrab. Kalian benar-benar terlihat seperti sepasang kekasih.”

Tentu saja. Sudah kubilang, ‘kan? Aku dan Sou-chan adalah sepasang kekasih.

Hmm... Tapi, apa kamu sudah menyatakan perasaanmu padanya?

It-Itu...

Belum sih. Tapi aku yakin ia pasti mengerti perasaanku.

“Begitu. Aku memang merasakan hal itu dari apa yang kulihat di TV. Ia bahkan mengatakan kalau ia ingin berduaan denganmu...”

“Ya. Ia menyebutku sebagai ‘teman perempuannya.'

“...Hmm?'Teman perempuan'? ...Apa ia benar-benar mengatakan itu?

Iya. Begitutalh cara Souta memperkenalkanku kepada kru TV sebelum wawancara.

Meskipun hal itu tidak muncul di wawancara.

Tapi begitu lah cara Souta pertama kali memperkenalkanku.

...Lily, kau tahu artinya 'teman perempuan' itu kan?

Ya, tentu saja. Maksudnya adalah pacar (girl friend), kan?

Karena itu adalah kombinasi bahasa Jepang yang sederhana, jadi lebih mudah menebak maknanya.

Lagipula, aku kan memang pacarnya Souta, jadi kurasa itu pasti benar dari konteksnya.

Kayaknya bukan itu artinya deh...

Eh?

Dalam bahasa Jepang, 'onnatomodachi' itu artinya teman perempuan, maksudnya hanya sekedar teman biasa.

...Jangan bercanda. Aku akan marah nih.

Aku enggak bercanda kok.

...

T-i-d-a-k m-u-n-g-k-i-n...

Aku enggak percaya. Lagipula, Mary, kamu bukan penutur asli bahasa Jepang. Tolong jangan mengatakan hal sembarangan.

Tapi di anime...

Jangan samakan anime dengan kenyataan. Aku dan Souta itu sepasang kekasih. Pasti begitu."

Yah, kalau kamu memang berpikir begitu, tak apa-apa, ‘kan? Kalau begitu, sampai jumpa lagi...

Suara Mary yang dingin membuatku tersadar.

Maaf, itu salahku. Jangan tinggalkan aku.

Kalau begini terus, aku mungkin akan dicampakkan oleh Souta...

Aku tak bisa menahannya!

Tenang, aku enggak akan meninggalkanmu kok. ...Menurutku, ia juga sepertinya menyukaimu lho. Aku hanya mengenalnya sewaktu di Inggris saja sih.

Be-Benarkah? Kalau begitu kenapa aku cuma dianggap 'teman perempuan'...

Kalau ia memang menyukaiku, kenapa ia tidak langsung bilang kalau aku adalah pacarnya?

Apa ia merasa malu-malu atau semacamnya?

Mungkin ia berpikir kalau kamu sudah memutuskannya.

...Apa maksudmu?

Memutuskannya?

Walaupun aku sangat menyukai Souta?

“Habisnya, kamu pernah bilang ingin memutuskan hubungan kalian waktu ia mau kembali ke Jepang?

It-Itu... itu ‘kan permasalahan dari setengah tahun yang lalu!?

Iya, setengah tahun. Selama itu kamu mengabaikannya kan?

Ugh...

I-itu memang benar sih...

Tapi, rassanya sudah terlambat untuk minta maaf. Suasananya juga begitu canggung

Aku takut kalau ia membenciku.

Ta-Tapi sekarang hubungan kami sudah menjadi akrab lagi, loh?

Justru karena itulah dia menganggapmu cuma sebagai teman perempuan. Ia memang menyukaimu, tapi karena ia berpikir kalau kamu sudah mencampakkannya.... jadi ia merasa enggak yakin kalau hubungan kalian bisa menjadi berpacaran lagi.

“Ja-Jadi begitu ya...

Jadi begitu rupanya...……

Kalau begitu, kenapa ia tidak bilang saja kepadaku?

Lalu, apa yang harus aku lakukan?

Minta maaflah kepadanya. Bilang kalau kamu ingin hubungan kalian kembali seperti dulu.

...Aku yang harus minta maaf duluan?

Tentu sajalah. Secara logika, jelas-jelas kamu yang salah, ‘kan?

T-Tapi ia duluan yang tega meninggalkan pacarnya...

Mau bagaimana lagi, dia 'kan harus kembali ke Jepang! Bahkan visanya juga bisa habis masa berlakunya.

Ta-Tapi, seandainya saja kalau ia memberitahuku lebih dulu, aku juga...

“Ia sudah bilang kok! Kamu nya saja yang nggak dengar! Meskipun ia salah, tapi kamu duluan yang bilang kalau kalian putuss, jadi kamu duluan yang harus minta maaf!

I-iya sih, tapi... bagaimana caranya...

“Kamu harus meminta maaf soal bilang putus. Bilang padanya kalau kamu menyukainya, dan mau kembali menjadi pacarnya, lalu masalah pun selesai. Mudah 'kan?

Ta-Tapi, kalau ia membenciku...

“Mana ada cowok yang mau mengajak kencan cewek yang dibencinya! Kamu adalah gadis terimut sedunia, ‘kan?

Be-Benar juga ya?!”

Tidak apa-apa.

Souta menyukaiku.

Hanya ada sedikit kesalahpahaman di antara kami.

Aku menenangkan diriku sendiri dengan mengatakan itu.

Jangan-jangan, ia menyukai Misato?

Aku berusaha menghilangkan rasa kekhawatiran itu.

 

※※※※

(Sudut Pandang Souta)

Festival olahraga diadakan pada hari Minggu.

Sehari sebelumnya, Sabtu.

Aku, ibuku, dan Lily sedang berada di dapur.

Kami sedang membuat bekal makan siang untuk hari festival olahraga. Karena kantin sekolah akan tutup di hari Minggu, jadi kami perlu membawa bekal makan siang.

Soal penataan, kami baru akan melakukannya di pagi hari, tapi persiapan yang tahan lama bisa dilakukan sehari sebelumnya.

Tapi...

Bu, kotak bekal itu... bukannya itu terlalu besar?

Ayo kemasi semua yang bisa dikemasi sekarang.

Setelah mengatakan itu, Ibuku mengeluarkan kotak bekal raksasa... atau lebih tepatnya, rantang yang besar. Meskipun porsi makan Lily dua kali lebih banyak dariku, tapi kotak itu terlalu besar.

Ibu pikir Lily itu apaan, sih.

“Karena porsinya ‘kan untuk 5 orang, jadi wajar saja. Memangnya apa masalahnya?

Tapi ibu mengatakan sesuatu dengan nada yang santai.

...Lima orang?

Aku, Lily, dan... jangan-jangan Misato juga?

Lalu dua orang laginya siapa?

...Jangan-jangan, ibu juga akan ikutan datang ya?

Eh? Memangnya tidak boleh? Apa kamu merasa malu?”

Aku bukan anak SMP lagi kali.

Aku tidak sampai mengatakan itu memalukan ketika orang tua datang berkunjung, tapi....

Selama ini ibu enggak pernah datang berkunjung, ‘kan?”

Ibu memang biasanya tidak tertarik dengan acara-acara sekolah.

Sewaktu aku masih SD, dia setidaknya masih datang meski hanya sebentar.Tapi dia seringnya tidak datang karena sibuk dengan pekerjaannya.

Tapi setelah aku masuk SMP, dia bahkan tidak pernah datang sekali pun. Yah, bukannya berarti aku mengharapkan ibu untuk datang, tapi... aku penasaran apa yang membuat ibu tiba-tiba ingin datang.

“Habisnya, aku harus mengabadikan kehebatan Lily-chan di depan kamera, kan?

Ah, begitu ya.

Jadi itu demi Lily.

Atau lebih tepatnya, demi orang tua Lily.

Dia mengirimkan foto untuk memberitahu bahwa putri mereka baik-baik saja. Hal tersebut memang penting.

Tapi kalau ibu ikutan datang, totalnya jadi empat orang... ah, buat ayah juga ya?”

Iya. Kita akan berbagi bekal. Sekalian ibu akan memperkenalkan Lily-chan kepadanya sebagai calon menantunya.

Ayah pasti akan datang seperti biasa. Kali ini juga pasti akan datang.

Berarti ini pertama kalinya kami berkumpul sebagai keluarga yang utuh setelah sekian lama. Soal ibu yang menganggap Lily sebagai calon menantunya, itu sih hanya kesalahpahamannya saja.

Harusnya ibu bilang dari awal kek.

Apa aku belum pernah memberitahumu?

Belum.

Oh. Tapi sekarang aku sudah memberitahumu, kan?”

Astaga, ibuku masih saja sembrono seperti biasa. Ya meskipun aku tidak tahu, itu pasti akan ketahuan pada saat hari acara, jadi kurasa tidak masalah.

Jadi, Lily. Saat festival nanti, aku akan memperkenalkanmu kepada ayahku...Lily?”

...Fue? Apa kamu mengatakan sesuatu?

Saat aku memanggilnya, bahu Lily bergetar.

“Ayahku akan datang ke festival olahraga, jadi aku akan memperkenalkannya padamu.”

Be-Begitu ya. Ayahanda, ya... baiklah, aku mengerti.

Akhir-akhir ini Lily sering melamun. Seolah-olah seperti dia sedang memikirkan sesuatu. Wajahnya juga kelihatan cemas. Dia sepertinya ingin mengatakan sesuatu kepadaku, atau hendak mengatakan sesuatu kepadaku.

“Apa kamu sedang tidak enak badan?

Ah, tidak, hanya...

Aku menempelkan dahiku ke dahi Lily.

Hmm, sepertinya dia sedikit panas...

Tu-Tunggu, tolong hentikan!

Dia mendorongku dengan kedua tangannya.

Saat aku melihatnya, wajahnya tampa merah padam.

Wajahmu kelihatan memerah.....apa kamu baik-baik saja? Kamu lagi demam?

Ini salahmu! Dasar bodoh, mesum! Aku benci sekali denganmu!

Lily berteriak sambil memukul-mukul dadaku.

Rasanya agak sakit.

Maaf. Aku terlalu sembarangan menyentuhmu. Maafkan aku, ini sakit tahu..."

...Tolong jangan lakukan itu lagi.

Lily mendengus kecil.

Sekilas, sepuanya kelihatan sudah kembali seperti biasa. Tapi kemudian, ekspresinya berubah menjadi sedih.

Seperti dia sedang menyesali sesuatu.

Apa dia sedang merindukan rumahnya?

“Masa muda sekali ya~...

Ibuku tertawa riang.

Entah kenapa, itu membuatku merasa jengkel.

 

※※※※

 

Pada hari acara perayaan festival olahraga. Hari itu cuacanya cerah dan mendukung untuk berolahraga.

Uuh... panasnya...

Lily berkata sambil memakai jaket olahraga di atas kepalanya.  Pada pandangan pertama, itu terlihat akan membuatnya semakin panas...

Tapi karena tidak terkena sinar matahari secara langsung, jadi sepertinya itu lebih nyaman.

Padahal baru bulan Mei... Apa ini cuaca yang tidak normal?

Mungkin karena ini hari yang panas di musim panas.”

...Apakah musim panas di Jepang memang sepanas ini?

“Cuacanya akan semakin panas lagi nanti.”

Kamu pasti bohong, ‘kan?

Aku bisa memahami perasaan Lily.

Aku juga merasa kalau di Inggris terlalu dingin.

Ini juga merupakan bagian dari keseruan dari studi luar negeri... Jadi, dia tidak punya pilihan lain selain menanggungnya.

Wah, perlombaan bakiak dengan cuaca sepanas ini. Mungkin itu pilihan yang salah ya

Misato sibuk mengipasi bagian dadanya sambil berkata demikian. Memangnya dia tidak khawatir tentang tatapan laki-laki?

Apa itu terasa sejuk?

“Itu? Yang mana?"

Menggulung lengan baju

Seperti yang ditunjuk Lily, Misato sedang menggulung lengan baju olahraganya yang pendek.  Lengan baju yang pendek menjadi semakin pendek sampai-sampai menampakkan bahunya.

... Jujur saja, sepertinya itu tidak terlalu berbeda.

“Rasanya jadi lebih sejuk, mungkin?

Ah begitu ya

Sepertinya dia berpikir itu patut untuk dicoba, jadi Lily pun ikut menggulung lengan bajunya.

Bekas terbakar matahari, bahu putih, dan ketiak yang basah oleh keringat pun bisa terlihat. Tanpa sadar, aku merasa ada sedikit pesona di dalamnya, jadi aku segera mengalihkan pandanganku.

Padahal dia merasa malu-malu dengan kakinya...

Bagaimana?

“Rasanya jadi sedikit lebih sejuk, seperti air di atas batu panas

Air di atas batu panas tidak akan berpengaruh apa pun...Atau itulah yang kupikirkan. Tapi, mungkin maksudnya adalah 'Itu lebih baik daripada tidak melakukannya'.

Oh ya, kalau Ibu bagaimana?

Dia akan datang untuk mendukung Lily di lomba makan roti.”

Aku menjawab pertanyaan Misato.

Acara perlombaan berlangsung dengan urutan lomba makan roti, lomba bakiak, dan lomba meminjam barang. Kemudian, setelah istirahat makan siang, lomba lari halang rintang yang diikuti Misato akan dimulai.

Jika semuanya berjalan dengan lancar, semua kompetisi yang kami ikuti akan selesai antara pukul 10.30 dan 14.00.

Ayah dan Ibu pasti akan datang menyesuaikan dengan waktu itu. Mereka pasti tidak terlalu tertarik dengan kompetisi yang bukan anak mereka ikuti.

Ibu...?

Lily bergumam dengan ekspresi bingung.

Apa ada sesuatu yang membuatnya bingung?

Kenapa Misato memberitahu Souta tentang rencana Ibunya?

...Hah?

Kenapa? Ya itu karena...

Menurutmu kenapa?

Saat aku menoleh dengan heran karena Lily tampak kebingungan, Misato menyunggingkan senyum menantang.

Lily tampak terkejut ketika melihat ekspresi Misato.

Ja-Jangan-jangan...

“Alasannya sama seperti kamu, Amelia-chan.”

Ti-Tidak mungkin...!?

Lily membelalakkan matanya.

Lalu dia melihat ke arahku seakan-akan ingin memastikan sesuatu.

Aku sama sekali tidak mengerti.

Padahal Misato tidak melakukan homestay atau semacamnya, ‘kan...?

Pertama-tama, bahkan Lily yang memanggil ibu asuhnya dengan sebutan Ibunda” saja sudah aneh.

Be-begitu ya. Hm... Jadi begitu? Yah, terserah orangnya sih mau memanggilnya apa

Saat aku merasa bingung, Lily mulai menerimanya sendiri.

Hmm?

Yah, kalau dia sudah paham sih tidak apa-apa.

 

※※※※

 

Sekitar pukul 10.30. Sesuai jadwal acara, tibalah giliran Lily untuk mengikuti lomba makan roti.

Aku pergi dulu

Hati-hati ya

Setelah mengantar Lily, aku mengeluarkan ponselku untuk mengirim pesan ke Ibuku.

Gilirannya Lily, tapi Ibu di mana? ....

Pesan sudah dibaca dengan cepat dan balasan pun datang.

“Jadi, Ibu sedang ada di mana?

Dia bilang sedang berada kursi penonton. Katanya ayah juga ada bersamanya... bukannya itu mereka?

Aku menunjuk ke arah kursi penonton.

Di sana, dua orang yang tampak seperti Ibu dan Ayahku, sedang berbicara sambil melihat ke arah Lily. Mungkin mereka sedang membicarakan gadis Inggris yang sedang tinggal di rumah kami.

“Syukurlah kalau mereka bisa datang tepat waktu. Aku juga akan memfotonya.”

Sambil berkata begitu, Misato bersiap dengan ponselnya.

Kamu akan memfoto Lily?

Iya. Soalnya Ibu yang meminta tolong.”

... Tapi aku tidak diminta melakukannya.”

Aku tidak mengatakan kalau dia tidak boleh mengandalkan Misato, tapi...

Bukannya lebih masuk akal kalau Ibu seharusnya memintaku lebih dulu, ‘kan?

“Mungkin yang seperti biasa, 'bukannya sudah lubilang', kali? Atau mungkin Ibu tidak percaya padamu? Souta juga agak sembarangan sih.”

Tidak separah Ibu.”

Aku juga bersiap dengan ponselku. Meskipun Ibuku tidak memintaku untuk melakukannya, tapi Lily memintaku untuk mengambil foto terbaiknya.

Aku akan mengirimkannya kepada Mary, jadi tolong ambil foto terbaikku, katanya.

Beberapa saat kemudian, lomba makan roti dimulai.

Lima peserta berlari bersamaan menuju roti yang digantung di tengah lintasan.

“Bukannya lari Amelia-chan terlalu cepat? Apa dia pernah ikut klub lari?

Kayaknya cuma tennis dan pacuan kuda deh

Pa-Pacuan kuda...

Meskipun perlombaan ini merupakan perlombaan campuran putra-putri, larinya Lily tidak kalah dengan yang laki-laki.

Dia bahkan lari lebih cepat dari rata-rata laki-laki.

Ketika dia hampir mencapai roti yang digantung dan...

Dia melompat dengan cepat.

Jangan-jangan dia pernah bermain bola voli juga?

Kayaknya dia pernah main ballet saja deh

Oh, pantas saja.”

Dia mengambil roti di mulutnya dengan sekali gigit dan Lily langsung melesat dengan kecepatan penuh.

Sementara peserta lain merasa kesulitan menggigit roti mereka, Lily malah berlari sendiri.

Mengabaikan laki-laki yang panik mengejarnya, Lily akhirnya finish di tempat pertama.

Masalahnya adalah fotonya...

Hmm, hasilnya jadi sedikit blur ya

“Kamu masih ceroboh seperti biasanya. Kalau aku sih berhasil mendapat foto yang bagus.”

Aku menunjukkan ponsel ke arah Misato.

Di sana terdapat foto Lily yang melompat di udara dan dengan indah menggigit rotinya.

Ini adalah fotonya yang terbaik.

Aku yakin kalau Lily pasti tidak akan protes.

Wah lumayan bagus, boleh aku minta?

... Tanyakan dulu pada Lily. Untuk apa memangnya?

Untuk dijadikan wallpaper hape.”

Itu menjijikkan tahu...

Lily itu bukan pacarmu, tahu.

Beberapa saat kemudian.

“Aku akan memakannya untuk makan siang. Sebagai makanan penutup.”

Lily kembali sambil membawa roti melon dengan wajah bangga. Roti melon adalah kue Jepang yang paling disukainya.

Apa kamu sudah mmefotonya?

Ya. Bagaimana menurutmu?

Aku menunjukkan ponselku ke arah Lily.

Lily mendengus kecil.

Seperti biasa, kamu hebat. Kamu boleh memakainya untuk dijadikan wallpaper, loh?

Jangan mengatakan hal yang sama seperti Misato.

“Mana mungkin lah. ... lagian kami bukan sepasang kekasih.”

Saat aku menjawab begitu, mata Lily membelalak lebar.

Lalu dia terkulai lemas dan merosotkan bahunya.

Be-begitu ya... Jadi begitu ya

... Ada apa, Lily?

Tidak, bukan apa-apa

Sepertinya dia kelelahan.

Wajahnya juga terlihat pucat.

“Apa kamu masih sanggup ikut lomba bakiaknya?

“Aku masih sanggup... Tidak apa-apa.”

Lily menjawab dengan mata kosong.

... Apa beneran tidak apa-apa?

 

※※※※

 

Perlombaan bakiak berakhir tanpa hambatan. Jika ada sesuatu yang kukhawatirkan, mungkin itu karena perhatian Lily sedang teralihkan.

Tidak seperti saat latihan, jarak di antara kami terasa lebih jauh.

Tidak, saat latihan dia justru terlalu menempel, jadi jarak yang segitu sudah sudah pas.

Baiklah, kalau begitu aku akan pergi untuk ikut perlombaan meminjam barang.”

...Baik.

...Lily, kamu baik-baik saja? Mau ke ruang kesehatan untuk beristirahat?

Dia terlihat benar-benar tidak sehat. Aku akan menyuruh Misato menemaninya ke ruang kesehatan. Atau aku yang akan ke sana.

...Tolong tinggalkan aku sendiri.

Dia menjawab dengan suara yang lesu.

Waktunya sudah mendesak, jadi aku tidak bisa memaksanya pergi ke ruang kesehatan.

Begitu ya. ...Jangan terlalu memaksakan diri, oke?

...Iya....aku tahu.

Lily menjawab dengan suara yang tidak bersemangat.

Aku sedikit ragu-ragu, tapi aku tetap berjalan menuju lapangan.

Sebelum perlombaan meminjam barang dimulai, aku melirik ke arah tribun penonton.

Di sana ada ibu, dan juga ayahku.

Mereka melambai ke arahku, jadi aku membalas lambaian tangan mereka.

Jarang sekali mereka berdua datang bersama.

Itu semua pasti karena Lily.

Sementara aku memikirkan hal itu, perlombaan pun dimulai.

Aku memilih satu lembar kertas yang ada di dekat garis finish.

Aku harus meminjam barang yang tertulis di sana dari suatu tempat.

Semoga saja isinya mudah, tapi untuk isinya justru...

Seriusan nih?”

Tema meminjamnya memang mudah, tapi juga merepotkan.

Aku tahu kalau tema semacam ini akan memeriahkan suasana, tapi aku ingin para panitia bisa merasakan posisi peminjam maupun yang dipinjami.

Yah, mau bagaimana lagi.

Aku langsung menuju tribun suporter di kelasku.

Lalu aku berbicara pada Lily yang terlihat lesu.

Lily.

...Ada apa?

“Apa kamu baik-baik saja?”

Aku baik-baik saja...untuk apa kamu datang ke sini?

Lily memelototiku dengan nada suara yang agak kesal.

Sepertinya dia tidak sakit, tapi...

Dia terlihat dalam suasana hati yang buruk.

Hmm, rasanya agak sulit untuk memintanya.

Aku membutuhkan bantuanmu untuk perlombaan meminjam barang ini...

Aku dengan ragu-ragu membentangkan kertas di depan Lily.

Lily menatapnya dengan tak berminat, lalu...

Mengangkat wajahnya.

Kamu yakin kalau bukan Misato yang pergi?

Dia berkata dengan ekspresi terkejut.

Memang benar bahwa setelah Lily, pilihan berikutnya adalah Misato, tapi...

Karena kamulah yang terbaik.

Be-Begitu ya...?

Kalau kamu sedang tidak enak badan, aku bisa mencari orang lain untuk menggantikanmu...

Sepertinya memang tidak baik meminta orang yang sedang tidak sehat.

Saat aku berpikir demikian dan bersiap untuk pergi, Lily tiba-tiba...

Tunggu dulu sebentar!

Dia memegang bajuku.

Aku akan pergi!

Lily segera berdiri sambil mengatakannya.

Wajah cemberutnya tadi sudah hilang entah ke mana.

Dia dipenuhi dengan semangat membawa.

...Padahal aku yang memintanya, tapi dia benar-benar orang yang praktis.

Kamu yakin tidak apa-apa? Bukannya kamu sedang tidak enak badan?

Aku sangat bersemangat! Lagipula, tidak ada yang bisa menggantikanku, kan?

Lily berkata dengan bangga.

Di sana ada Lily yang manis seperti biasanya.

Memang, Lily yang sedang bersemangat seperti ini terlihat lebih manis.

Meskipun aku tidak bisa bilang sebagai imbalan...Setelah perlombaan meminjam barang selesai, boleh aku minta waktumu sebentar? Ada yang ingin kubicarakan dengan serius.

Lily berkata demikian dengan ekspresi yang tak biasa.

Pembicaraan serius? ...Aku jadi gugup.

Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu, ayo pergi.

Baik.

Aku menggenggam tangan Lily.

Bahu Lily tiba-tiba sedikit terlonjak.

“Ada apa?

Ti-Tidak apa-apa kok.

Wajah Lily sedikit memerah saat mengatakan itu.

...Apa dia merasa malu?

Yah, melihat topiknya sih wajar saja.

 

Begitulah, aku menggenggam tangan [gadis yang menurutku paling imut] saat kami mencapai garis finish.

 

※※※※

 

Setelah perlombaan meminjam barang selesai. Kami berjalan menuju belakang gymnasium. Dia bilang ada yang ingin dibicarakan, jadi kami berdua pergi di tempat yang sepi.

Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?

Umm, mengenai hal yang terjadi lebih dari setengah tahun yang lalu...

“Setengah tahun yang lalu?

Itu cukup lama.

...Apa ini tentang saat aku pergi belajar ke luar negeri.

Jangan-jangan...

Itu, tentang perpisahan waktu itu.

Ahh...

Mengenai topik itu ya...

Secara pribadi, aku tidak begitu ingin membahasnya, karena hanya akan membuatnya canggung.

Apa aku akan dimarahi lagi?

Aku minta maaf karena tidak mengantarmu waktu itu.

Lily menundukkan kepalanya.

...Aku sedikit terkejut.

Aku minta maaf karena tidak membalas pesanmu. Aku minta maaf karena tidak menghubungimu.

A-Ah uya, tidak apa-apa kok.

Aku minta maaf karena sudah mengatakan sesuatu yang kejam.

Aku mengerti. Jadi, tolong angkat kepalamu...

Aku minta maaf karena mengatakan kalau kita putus dan mengatakan aku membencimu. Itu semua bohong. Aku sama sekali tidak membencimu.

Lily mengangkat kepalanya dan menatapku lekat-lekat.

Aku menyukaimu.

Setelah mengatakan itu, dia kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Aku minta maaf karena sudah menghilang tanpa kabar dan tiba-tiba menemuimu. ...Aku ingin kembali ke hubungan kita yang semula. Aku mohon.

Kembali ke hubungan yang semula, ya...

Lily.

Ya?

Aku juga menundukkan kepalaku.

Maaf, kurasa perkataanku saja masih kurang jelas. Kupikir perasaanku sudah tersampaikan. Dari sisiku juga... Bisakah hubungan kita kembali seperti semula?

Aku menyampaikannya dalam bahasa Inggris pada Lily.

Lalu aku mengangkat wajah.

Lily...

Baiklah. Aku memaafkanmu. Sebagai gantinya, tolong maafkan aku, ya?

Lily tersenyum sambil menghapus air mata di sudut matanya.

Dan begitulah, hubungan kami kembali menjadi 'sahabat'.

 

※※※※

 

Kami berdua kembali ke tribun suporter kelas.

Di sana sudah ada Misato, ibu, dan juga ayah yang sedang menunggu.

Pas sekali.

Ah, kalian akhirnya muncul juga! Tadi kalian ngapain? Kencan?

Kurang lebih begitu.

Aku mengabaikan godaan Misato, lalu menghadap ke arah ayahku.

Lama tidak berjumpa, Ayah.

Wah, sudah lama tidak bertemu denganmu, Souta. Jadi, gadis ini... [gadis yang menurutmu paling imut], ya?

Ayahku mengatakannya sambil menyeringai. Cara dia tersenyum sangat mirip dengan Misato.

Benar. ...Lily, biar kuperkenalkan. Orang tua ini adalah ayahku.

Namaku Kasai Souji, Nona Stafford. Aku adalah orang tua dari anak laki-laki dan perempuan yang sudah kamu bantu. ...Boleh saya memanggilmu dengan Amelia-san?

Ayahku berkata dengan gaya yang agak berlebihan sambil berlutut di hadapan Lily.

Ibu bergumam pelan sambil menggerutu, Di usianya yang sudah tua masih saja ingin terlihat keren.

Ya, salam kenal. Namaku Amelia Lily Stafford... Ayahanda. Tolong panggil saja aku Lily.

Lily membungkuk dengan anggun.

...Dia mengizinkan Ayah untuk memanggilnya Lily juga?

Padahal baru pertama kali bertemu?

Padahal aku butuh setengah tahun!?

“Ayahanda? Bagus sekali! Rasanya seolah-olah aku jadi punya dua anak perempuan, luar biasa!

...Dua?

Lily memiringkan kepalanya dengan bingung, lalu melihat sekeliling.

Memangnya masih ada yang lain, ya?

Aku di sini.

Misato tersenyum dengan menyeringai.

Lily menatapnya dengan bingung.

...Ada sesuatu yang aneh?

Ayo kita makan sekarang? Waktunya juga hampir habis.

Ah, iya benar juga. Souta, Misato, cepat carikan tempat yang bagus.

...Misato juga? Kenapa?

“Lily-chan juga ikutan, kok? Sudah kubilang kita akan makan bersama berlima, ‘kan? Kita akan berkumpul sebagai satu keluarga... Lho? Aku belum bilang, ya?

...Berlima? Misato juga? Keluarga?

Lily berhenti berjalan.

Lalu dia bergumam pelan.

Kasai Misato. Kasai Souji. ...Kudou Souta. Hmm? Apa maksudnya ini?

...Apa maksudmu?

Kenapa marga Misato dan ayah Souta bisa sama? Kenapa namanya berbeda dengan Souta?

Karena ayah dan ibu bercerai. Jadi aku mengganti namaku mengikuti nama marga ibuku. Rasanya akan terlalu merepotkan kalau beda marga.

Kalau Misato...?

Dia ikut ayah. Jadi, namanya marganya tetap sama."

...Ikut ayah? ...Hah?

Lily membuka mulutnya dengan terkejut.

Apa kalian berdua... saudara kandung?

Iya, memang.

...Meskipun seumuran?

Kami berdua anak kembar. Ngomong-ngomong, akulah yang kakak.

Kami berdua kembar dizigotik.

...Lho?

Aku belum pernah bilang, ya?

Kamu belum pernah bilang sama sekali!!

Suara marah Lily bergema dengan lantang.

 

※※※※

 

Aku sama sekali tidak paham. Kenapa kamu tidak memberitahu? Hal sepenting itu! Aku sangat benci sifat seperti itu.

Sambil makan bento, Lily menatapku dengan galak.

Dia marah atau makan, sebaiknya dia memilih salah satunya.

“Aku benar-benar minta maaf. Kupikir aku sudah memberitahumu. Mau coba telur gulung punyaku?

Sambil meminta maaf kepadanya, aku mencoba memperbaiki suasana hatinya.

Kalau dipikir-pikir, aku memang belum pernah memberitahunya.

Ini memang salahku.

...Apa kamu sudah menyesalinya?

Hal penting harus disampaikan dengan benar.

...Yah, apa boleh buat. Aku akan memaafkanku.

Lily mendengus kecil.

Lalu dia memakan telur gulung yang kuberi dan menyipitkan matanya.

Wajahnya terlihat bahagia.

“Memangnya hal sepenting itu biasanya lupa dikasih tahu...?”

Benar sekali. Sebagai ibunya, aku sampai merasa terkejut.

Kamu juga seharusnya tidak boleh mengomentari orang lain, Mikoto. Seharusnya kamulah yang memberitahu hal semacam ini.”

Sebelum bercerai, nama ibuku adalah Kasai Mikoto.

Nama gadisnya, dan yang sekarang Kudou Mikoto.

Itulah nama ibuku.

Aku mengira kalau Souta sudah memberitahunya.

“Dengan ibu yang seperti ini, dan anak yang seperti itu.”

Darah keturunan itu memang menakutkan, ya.

Misato tertawa dengan riang.

Hei.

Kamu juga belum bilang, kan?

Aku sudah bilang kok. Cuma Amelia-chan nya saja yang tidak mendengarkan.

...Aku tidak pernah mendengarnya.

Lily menatap Misato dengan tajam.

Aku mungkin memang salah, tapi Misato juga punya andil.

Lihat, dia bilang kalau dia belum pernah mendengarnnya.

Aku sudah bilang kalau aku dan Souta itu keluarga. Dan ngomong-ngomong, akulah yang kakaknya.

......”

Mendengar kata-kata Misato, Lily mengalihkan pandangannya.

Ah iya, Misato memang sudah bilang begitu.

...Lho?

Lily?

Jangan-jangan...

Apa Lily juga merasa bersalah?

Ah, panggil saja aku Lily, bukan Amelia!

Benarkah? Terima kasih, Lily-chan! Kamu memang pengertian sekali!

Misato menggenggam tangan Lily.

Dia berusaha menutupinya... dasar si Lily.

Barusanm ada sebuah kata yang tidak bisa aku abaikan begitu saja.

“Karena aku yang lahir lebih dulu, jadi akulah kakaknya.

“Eh? Memangnya kamu tidak tahu? Bayi yang keluar belakangan berarti masuknya duluan. Jadi itu berarti, akulah kakaknya."

“Bukannya itu cuma mitos? Secara hukum, yang lahir lebih dulu jadi kakak."

Tapi menurutku, aku lebih terlihat seperti kakak.

Apa-apaan itu...

“Betul sekali.

Lily!?

Aku terkejut melihat Lily yang tiba-tiba menyetejuinya.

Lily sudah selesai makan onigiri dan sekarang mengulurkan tangan ke sandwich.

Soal siapa yang lebih tua tidak penting.

Sekarang adalah waktunya untuk makan.

Mungkin begitu isi pikirannya.

“Mempermasalahkan itu juga tidak ada gunanya, huh.

Hmm, jadi kamu mengakui?

Terserah kamu sajalah.

Secara hukum, akulah yang kakak.

Itu tetap tidak berubah.

Persis seperti itu, acara kumpul keluarga untuk pertama kalinya setelah sekian lama akhirnya selesai.

Selain itu, sekitar sepertiga dari bekal yang dibawa oleh Misato dan ayahku dimakan oleh Lily.

Ngomong-ngomong, Misato.

Setelah selesai makan, Lily sedikit berdeham.

Lalu dia melirik sekilas ke arah ayah dan ibuku.

...Kira-kira ada apa?

Ada satu hal yang ingin kusampaikan.

...Apa?

Kenapa dia terdengar serius?

Mungkin, seharusnya aku tidak mengatakannya di tempat seperti ini.

Lily terlihat sedikit canggung dan tidak nyaman.

Lalu dia menatap lurus ke arah Misato...

Menurutku, Tuhan tidak akan mengizinkan hubungan incest.

...Apa sih yang dia bicarakan?

...Hah?

Mulut Misato menganga lebar karena terkejut.

Ayah dan ibuku saling berpandangan.

Incest.

...Maksudnya hubungan sedarah!?

Tunggu, Lily-chan! Kamu salah paham!

“Aku minta maaf. Tapi, aku mengkhawatirkanmu...

Tenang dulu, Lily-chan. Memang benar, aku melakukan dan mengatakan hal-hal yang bisa menimbulkan salah paham. Tapi itu hanya untuk menggoda Lily-chan, bukan karena hal lain!! Ayah, Ibu? Jangan pasang wajah seperti itu!! Bukan itu maksudnya!! Souta, ayo katakan sesuatu juga!!

Misato berteriak histeris.

Jarang sekali dia terlihat panik seperti ini.

Tapi, pantas saja akhir-akhir ini ada yang aneh dengan jarak kami.

“Jadi begitu ya...

Souta! Jangan sok tahu! Candaan ini sama sekali tidak lucu, tau!

Misato mencengkeram bahuku dan mengguncang-guncangnya dengan sekuat tenaga.

Untuk sementara, aku hanya memasang tampang Masa iya sih?.

“Fufufu...kuku... Hahaha!"

Sepertinya Lily tidak bisa menahan tawanya lagi dan dia mulai tertawa terbahan-bahak.

Lalu dia berkata dengan wajah yang jahil,

Ini adalah balasanku.

...Hah?

Misato membuka mulutnya dengan terkejut.

Ekspresi Misato yang seperti itu juga jarang terlihat.

Aku melihat beberapa hal yang bagus dan merasa senang bisa melihat ekspresi Lily yang seperti itu.



 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama