[LN] Hanayome Shuugyou Volume 1 Bab 3 Bagian 3 Bahasa Indonesia

Chapter 3 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri, Menikmati Kehidupannya Di Jepang (Bagian 3)


 

Sepulang sekolah.

“Aku pulang!

“Ara, selamat datang di rumah!

Aku pulang bersama Misato. Ibuku terlihat senang sekali karena dia sudah lama tidak bertemu Misato.

Apanya yang aku pulang. Sok akrab sekali...!

Di sisi lain, Lily tampak tidak senang. Apa dia saking tidak sukanya melihat Misato datang ke sini?

Kurasa dia memang tidak menyukainya.

Lily memang gadis yang pemalu.

Aku bisa memahami perasaannya. Aku juga tidak nyaman saat Misato mengajak teman-temannya ke rumahku. Apalagi kalau mereka sampai menginap, rasanya begitu sesak.

Walaupun itu cerita yang sudah lama...

Pasti Lily juga merasakan hal yang sama.

Ini, rekaman yang itu. Aku sudah membakar datanya.

Wah, syukurlah. Aku khawatir Souta menghapusnya sebelum aku melihatnya.

...Jadi dia datang untuk itu.

Bagus, nanti akan kuhancurkan.

Bagaimana, Amelia-chan? Masakan buatanku?

...Lumayan.

Sambil memakan hamburger buatan Misato, Lily menanggapinya dengan nada sedikit kesal.

Aku yakin kalau rasanya lebih enak dari buatannya sendiri.

Wajar saja, karena Misato memang sudah lebih lama bisa memasak. Rasanya malah memalukan kalau Misati kalah dari Lily.

...Tapi kenapa Lily seperti bersaing dengan Misato begitu?

Apa dia masih dendam soal tanding tenis waktu itu?

Setelah makan malam, begitu selesai bersih-bersih, Misato menatap Lily lalu menarik tanganku.

“Mumpung ada kesempatan, ayo kita mandi bareng lagi seperti dulu?

Dia berkata dengan suara keras.

Apa sih yang dikatakan orang ini?

Mana mungkin kita bisa masuk bareng.

Tapi Souta, kamu tidak bisa mencuci rambutmu sendiri, ‘kan?

Memangnya itu pembicaraan waktu kapan sih?

Yah, mungkin dia hanya bercanda sih...

Kalau begitu, jika aku memintamu 'tolong cuci rambutku', apa kamu benar-benar...?

Mandi bersamaku?

Ketika aku hendak membalas perkataannya dengan bercanda,

Tidak boleh!!

Lily berseru dalam bahasa Inggris sambil memisahkan paksa tanganku dan tangan Misato.

Lalu dia mengusir Misato seolah-olah sedang mengusir serangga.

Mandi sendiri sana!

Aku cuma bercanda lho, jangan dianggap terlalu serius...

Souta juga sama! Kenapa kamu malah bicara begitu?!

Aku juga cuma bercanda kok. Mana mungkin aku tidak bisa mencuci rambut sendiri...

Ketika aku mencoba memberitahunya dengan senyum masam bahwa aku sedang bercanda,' Lily berteriak untuk menyelaku.

Padahal kamu tidak perlu meminta Misato! ‘kan masih ada aku!

....Hah?

Aku akan masuk bersamamu. Aku juga akan mencuci rambutmu

Wajah Lily memerah saat mengatakan itu. Lalu dia mencengkeram lenganku dan menarikku dengan paksa.

Ayo, kita mandi sekarang!

Tunggu, tenang dulu, Lily

Kenapa Misato boleh, tapi aku tidak?!

Tapi aku juga tidak mandi dengan Misato

Tapi dulu kalian pernah mandi bareng, ‘kan...?

Itu waktu kecil dulu. Waktu kami masih SD.

...Tidak apa-apa, aku tahu kok. Di Jepang ada budaya telanjang bersama. Karena kita mandi bersama, bu-bukannya berarti aku menyukaimu atau semacamnya, ini hanya untuk pemahaman budaya asing saja!

Lily, tunggu dulu, dengarkan dulu baik-baik! Di Jepang juga, biasanya laki-perempuan tidak mandi bareng!

Tapi Misato boleh...

Sudah kubilang itu cuma waktu SD. Lagipula, kami adalah...

Orang yang mencegah Lily agar tidak membawaku mandi bersama adalah...

“Kalau begitu, Amelia-chan, bagaimana kalau kamu mandi bersama denganku?

Ucapan Misato tersebut.

Gerakkan Lily seketika terhenti.

...Apa maksudnya?

“Sama seperti perkataanku. Ayo mandi bareng? Kita kan sesama perempuan, pasti ada banyak hal yang bisa dibicarakan.

Perkataan Misato membuat Lily tampak sedikit berpikir.

Lalu akhirnya dia melepaskan tanganku.

...Baiklah, ayo.

Sepertinya Lily sudah menyerah untuk mandi bersamaku.

Aku juga merasa lega, tapi.... itu hanya berlaku sejenak.

...Souta.

A-Apa?

Lily berbalik dan menghadapku.

Jangan-jangan dia mau mengajak kalau kami bertiga masuk bersama...?

Ta-Tadi itu hanya bercanda. Ini lelucon khas Inggris. Aku sama sekali tidak berpikir untuk mandi bersamamu dengan serius. Atau berpikir untuk memperlihatkan tubuhku padamu! Hal semacam itu hanya boleh dilakukan setelah menikah! Ja-Jangan salah paham, oke!

Dia menceramahiku dengan cepat dalam bahasa Inggris.

Aku tidak memahami separuh apa yang dia katakan...

Tapi setidaknya aku bisa tangkap itu hanya bercanda dan jangan salah paham.

Jadi maksudnya, yang tadi itu hanya bercanda.

...Tentu saja, aku juga berpikir begitu.

Mana mungkin Lily ingin mandi bersamaku.

...Dan aku juga sama sekali tidak berpikir untuk ikut mandi bersama.

Aku seriusan, kok?

“Kalau gitu, Amelia-chan. Ayo kita mandi bareng.

Ah, tunggu. Jangan dorong-dorong.

Misato mendorong bahu Lily menuju ruang ganti.

Akhirnya, aku bisa merasa tenang.

“Sekarang, ayo, buka bajunya... Wah, Amelia-chan, kamu masih memakai yang seksi-seksi ya!

“Itu terlalu berlebihan. Yang begini, biasa-biasa saja.

Tidak, habisnya itu keliatan transparan banget di bagian pantatmu... Kamu mau memamerkannya ke siapa? Pasti kepada Souta, ya?

Tidak akan kupamerkan! Kamu juga, ayo buka bajumu!

Amelia-chan juga tidak sabaran ya. Apa kamu juga mau lihat pakaian dalamku?

“Enggak juga, kok?

Kok jawabnya cuek gitu sih... Ada yang lain tidak?

Cuek...? Tidak, aku tidak tertarik.

Tapi kulit Amelia-chan mulus banget lho... Wah, halus sekali! Ini asli atau hasil perawatan?

Jangan bicara keras-keras! Nanti Souta bisa mendengarnya!

Tenang saja, ia tidak akan mendengarnya sama sekali.

...Aku bisa mendengarnya dengan jelas tau.

 

※※※※

(Sudut Pandang Misato)

Saat mandi.

“Apa orang Inggris biasanya mandi seperti ini?

Untuk membuka percakapan, aku bertanya pada Amelia-chan. Di Eropa dan Amaerika, orang-orang di sana kelihatannya tidak terlalu sering berendam di bak mandi.

Aku pernah dengar ada yang bahkan tidak mandi shower sekalipun, jadi aku bisa menebaknya...

Tidak terlalu sering.

Begitu ya. ...Jadi, bagaimana menurutmu mandi gaya Jepang?"

“Rasanya tidak buruk. Sesekali boleh juga melakukannya.

Sepertinya dia tidak berendam di bak setiap hari.

Kalau dipikir-pikir, Souta juga bukan tipe yang berendam di bak setiap hari.

Tapi Amelia-chan kelihatannya mandi shower setiap hari. Katanya, Agar tidak dibenci Souta.

Amelia-chan, badanmu wangi sekali. Wangi apa itu? Shamponya keliatan biasa, tapi...

“Ini bau parfum.

Wah, parfum ya. Aku belum pernah menggunakannya sih. ...Boleh aku melihatnya?

Boleh saja.

Aku mendapat balasan yang lebih baik dari dugaanku. Sepertinya dia adalah gadis baik-baik jika tidak melibatkan Souta.

Hei, Amelia-chan. Boleh tanya sesuatu lagi?

...Pertanyaan yang tadi?

“Bagian bawahmu, itu beneran asli atau dicukur?

Hah?

Amelia-chan menatapku dengan wajah tak percaya.

Ayolah, beritahu aku...

Itu berkat hasil laser medis.

Dia mau memberitahuku.

Aku tidak menyangkanya.

Lebih nyaman begini. Bagaimana kalau kamu mencobanya? Di Jepang juga ada, kan?

Aku sih pernah kepikiran, tapi kelihatannya menyakitkan. Selain itu, rasanya agak memalukan juga kalau aku pergi ke pemandian umum.

Ternyata kamu juga punya rasa malu ya.

"Tentu saja. Sembarangan saja kalau bicara.

...Ngomong-ngomong, kenapa kamu merasa malu saat masuk pemandian umum? Bukannya itu sebaliknya?

Dia mengabaikan pertanyaanku, dan balik bertanya.

Aku berpikir sejenak sebelum menjawab.

Di Jepang, menjaga yang alami adalah hal yang biasa.

...Begitu ya

Amelia-chan membelalakkan matanya dengan sedikit terkejut. Kemudian, ekspresi wajahnya menjadi khawatir.

Apa Souta juga menyukai yang alami...

Dia bergumam dengan nada suara cemas.

Jika rambut kemaluanmu sudah laser, kemungkinan besar rambut tersebut tidak akan tumbuh lagi.

Bagaimana ya cara menyemangatinya...?

Mana mungkin aku bisa mengetahuinya sampai sebanyak itu.

Hmmm tapi ya kupikir Souta pasti tidak akan mempedulikan soal itu.

Souta menyukai yang mulus kok.

Be-Benarkah? Syukurlah kalau begitu. ...Tapi bukan berarti aku melakukannya untuknya. Aku melakukannya untuk diriku sendiri. Aku tidak peduli dengan seleranya.

Sepertinya dia jadi lebih semangat.

Syukurlah aku tidak ditanya Kenapa kamu bisa sampai mengetahuinya?.

Soalnya aku memang tidak tahu apa-apa.

Aku akan menyamakan ceritanya dengan Souta nanti.

Ngomong-ngomong soal selera Souta...

Ah iya, bagaimana kalau aku memberitahumu tentang selera rasanya Souta?

Mata Amelia-chan membelalak ketika mendengar usulanku.

Dia lalu memalingkan wajahnya sambil mendengus kecil.

L-Loh? Reaksinya tidak seperti yang kuduga.

Tidak usah, terima kasih. Aku sudah belajar memasak dari ibunda. Souta pasti lebih menyukai masakan ibunda.

Memang masakan ibu yang paling enak.

Aku mengerti logikanya.

Hmm, bisa dimengerti sih, tapi...

“Apa iya? Orang itu punya sifat sedikit ceroboh. Aku yakin kalau Souta juga sudah merasa bosan.

...

Lagipula, hanya meniru rasanya saja tidak akan membuatmu lebih baik.

...

Komentarku membuat Amelia-chan terlihat gelisah. Setelah tampak berpikir sejenak, dia lalu bertanya padaku.

Apa tujuanmu?

Aku cuma ingin berteman baik denganmu, Amelia-chan.”

Balasanku tadi hanya berisi setengah jujur dan setengah alasan.

Samar-samar aku memahami kalau Amelia-chan tidak terlalu menyambut kedatanganku menginap di sini.

Tapi aku ingin menginap, dan tidak ingin terjadi ketegangan dengan Amelia-chan setiap kali melakukannya.

...Aku tidak mempunyai bayaran yang bisa kuberikan padamu, tau?

Jangan-jangan dia tidak mau menerima 'garam' dariku?

Bagaimana kalau sebagai terima kasih karena sudah memperlihatkan parfummu?

Sebenarnya aku tidak butuh bayaran apa-apa sih.

Tapi kurasa Amelia-chan akan lebih mau kalau dikatakan seperti itu.

...Baiklah

Seperti dugaanku, Amelia-chan langsung menyetujuinya.

Kalau begitu, lain kali saat aku menginap...

Tidak boleh

Eh?

Lalu bagaimana...?

Aku yang akan datang ke rumahmu.

Ah, begitu rupanya.

Dengan cara begitu, dia bisa mengawasi agar aku tidak dekat-dekat dengan Souta, ya.

Memang sedikit melenceng dari tujuan awal sih... Tapi Amelia-chan datang menginap di rumahku juga bukanlah ide buruk.

...Mungkin sekalian saja ajak Souta juga.

Itu anak, ia sudah jarang sekali main ke rumahku.

Ayah juga sama saja... Kenapa sih laki-laki selalu acuh begitu?

Kenapa senyum-senyum sendiri?

Eh, tidak apa-apa kok. Baiklah, lain kali kalau ada kesempatan, bagaimana kalau kamu sekalian menginap saja?

Senang rasanya bisa menghabiskan waktu menyenangkan dengan Amelia-chan.

Tapi, kalau dipikir-pikir...

Dasar Souta, mau sampai kapan ia merahasiakannya?

Padahal tidak ada gunanya juga untuk menyembunyikannya.

Dia memang tipe seperti ibu, gampang sekali lupa menyampaikan hal penting.

...Yah, tapi karena kelihatannya menarik, jadi enggap apa-apa deh!

Kenapa kamu cengengesan sendiri? ...Menyeramkan tau.

“Bukan apa-apa. Aku cuma kebetulan mengingat sesuatu yang lucu.

 

※※※※

(Sudut Pandang Souta)

Apakah cara berdekatan secara fisik memberikan efek?

Ketika keluar dari kamar mandi, Lily dan Misato terlihat semakin akrab.

Setelah mandi, ibu juga bergabung, dan mereka terlihat asyik berbincang seperti sedang melakukan pembicaraan khusus perempuan.

Aku senang mereka bisa saling beradaptasi dengan baik.

... Sebaliknya, aku merasa sedikit canggung karena cuma aku satu-satunya laki-laki di sini.

Masalah muncul saat waktu tidur tiba.

“Kurasa sudah waktunya untuk tidur... Ah, aku harus tidur di mana? Sudah tidak ada kamar kosong, kan?

Misato bertanya pada ibu.

Dulu ada satu kamar kosong di rumah kami, tempat Misato biasa menginap, tapi sekarang kamar itu digunakan oleh Lily.

Ara, iya benar juga ya. Kalau begitu, apa kamu mau tidur di kamarku? Aku akan tidur di ruang tamu."

Tidak, itu terlalu merepotkan...

Misato terlihat sedikit berpikir.

Lalu, dia melirik sekilas ke arah Lily.

.....Apa dia akan meminta Lily untuk tidur bersama dengannya?

“Aku tidak keberatan tidur bersama Misato...

Kalau begitu, bagaimana kalau aku tidur bersama Souta saja?

Misato berkata demikian sambil tertawa dan memegang lenganku.

“Enggak, ah... rasanya pasti pengap.

Tidak salahnya, iya ‘kan~. Dulu kita sering tidur bersama waktu kecil. Memangnya ada masalah? Bukannya kita sangat dekat?”

... Sebenarnya, aku memang tidak keberatan sama sekali.

Ketimbang tidur bersamaku yang jelas-jelas seorang laki-laki, bukannya lebih baik dia tidur bersama ibu?

Tidak boleh, tidak boleh!

Sebelum aku bisa menjawabnya, Lily tiba-tiba menyela. Lily menarik lepas tanganku dan Misato dengan paksa.

Jika Misato akan tidur bersama Souta, maka aku juga akan tidur dengan Souta!

Entah mengapa, aku merasa déjà vu...

“Tidak, itu sih kelihatan aneh.

Itu sama sekali tidak aneh!! Kenapa Misato boleh tidur denganmu, sedangkan aku tidak boleh!!

Ah, itu sih...

Bukannya itu wajar? Karena kami...

Sebelum aku sempat menjawabnya, Misato malah tertawa terbahak-bahak.

Kalau begitu, bagaimana jika kita bertiga - aku, Souta, dan Amelia-chan - tidur bersama?

... Baiklah, kalau begitu aku akan mengizinkannya.

... Bagaimana dengan keinginanku?

Seperti yang kudugam rasanya terlalu sempit untuk tiga orang.

Lagipula, aku merasa meskipun Misato ada di sini, rasanya aneh jika Lily juga ikutan tidur bersama...

Ketika aku hendak membantah perkataan mereka,

Oh? Kalau begitu, aku juga mau ikut tidut bareng! Ayo kita berempat tidur bersama!

Ibuku yang idiot justru mengatakan sesuatu yang bodoh.

Mana mungkin bisa begitu.

Dan 30 menit kemudian...

“Aku akan tidur di samping Souta!

“Kalau begitu, aku juga di sebelahnya Souta.

Kalau begitu, aku akan di samping Misato, ya? Fufu, sudah lama sekali kita tidak melakukan ini!

Kami berempat berbaring di atas futon yang terbentang.

Rumah kami hanya memiliki dua futon, jadi ukurannya terasa sempit.

“Sudah kuduga, aku mau tidur di kamarku saja...

Tidak boleh.

Tanganku dipegang erat-erat.

Souta harus di sampingku. Ini aturannya.

Lily terus bersikeras dengan pipi yang menggembung.

Entah kenapa, sepertinya ada sesuatu yang salah.

Apa penyebabnya... karena Misato?

Lily memang suka bersaing dengan Misato.

Mungkin dia merasakan persaingan yang aneh ketika mendengar bahwa Misato pernah tidur bersama denganku ketika masih kecil dulu.

Tapi menurutku, itu bukan sesuatu yang perlu dipersaingkan...

Kalau begitu, aku akan mematikan lampunya ya.

Misato berkata sambil setengah tersenyum, lalu mematikan lampu.

Ruangan seketika menjadi gelap gulita.

Aku bisa mendengar samar-samar nafas Lily di sebelahku. Aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya saat badan kami saling bersentuhan sendikit.

... Bukannya dia terlalu dekat?

Lily, bisakah kamu sedikit menjauh?

Tidak bisa. Ini sudah di batasnya.

Embusan nafas Lily menggelitik di dekat telingaku.

Aku merasa suasananya jadi semakin aneh.

Aku merasa panik dan segera membalikkan badan memunggungi Lily.

Selamat malam.

Aku menutup mataku sambil mengatakan itu dan berusaha menenangkan diri.

... Kurasa klebih baik kalau aku melupakan keberadaan Lily.

Aku memunggungi Lily dan mulai menghitung domba dalam pikiranku.

Ketika aku menghitungnya sampai 200 domba, aku mulai mengantuk...

Tiba-tiba...

Hnn...

Ada sesuatu yang memeluk punggungku. Aku merasakan kehangatan dan kelembutan dari belakangngku. Jantungku berdebar kencang dan aku terbangun.

Souta...

Terdengar suara yang lembut dan manja dari arah belakangku. Apa dia sedang mengigau?

...Aku suka

...Eh?

Tanpa sadar aku berseru kaget.

Seketika, aku bisa merasakan kalau tubuh Lily menegang sesaat.

Jangan-jangan, dia masih terbangun? Dia.... tidak sedang mengigau?

..... Dia suka? Maksdunya dia menyukaiku?

Aku dengan gugup menunggu apa yang akan dikatakan Lily selanjutnya.

Tapi Lily tidak mengatakan apa-apa.

Mungkin dia memang cuma mengigau.

Tapi, nafasnya terdengar tidak wajar...

Apa itu hanya imajinasiku saja?

Lily. Apa jangan-jangan kamu... terbangun?

Karena aku sangat penasaran, jadi aku akhirnya bertanya pelan pada Lily.

Lalu...

Ak-Aku tidak bisa memakannya lagi. Pe-Perutku sudah kenyang...

Ternyata makanan toh?!

Rupanya, saat dia bilang dia ‘suka’, yang dia maksud adalah makanan.

Aku merasa lega dan menghela napas.

 

※※※※

(Sudut Pandang Lily)

Kurasa ia benar-benar sudah tertidur?

Aku, Amelia Lily Stafford, mengamati Souta dengan seksama.

Ia sedang tertidur dengan membelakangiku.

Sulit menebak apakah ia benar-benar sudah tidur atau masih terjaga.

Tadi aku sempat berpikir kalau dirinya belum tidur, jadi aku langsung menyatakan perasaanku dengan nekat.

Aku segera berpura-pura mengigau untuk menutupinya.

Tapi.... kali ini pasti aman.

Aku merasa kalau sudah hampir 2 jam berlalu.

Misato dan ibunda juga pasti sudah tidur.

Souta...

Sambil berpura-pura mengigau, aku perlahan-lahan mendekati Souta. Aku menempelkan tubuhku di punggungnya yang lebar.

Aku menempelkan hidungku sedikit, lalu menciumnya.

Ada aroma yang membuatku ingin memeluknya.

Aku didorong oleh keinginan untuk memeluknya.

Ia sedang tidur, kan?

Karena ia sama sekali tidak menjawab meskipun kupanggil.

... Kurasa tidak apa-apa jika ia terbangun.

Tadi aku bisa menutupinya, jadi lain kali juga aku akan melakukan trik yang sama.

...Aku sudah kenyang.

Aku memeluknya seperti tadi.

Saat aku hendak memeluknya,

Nnh...

Souta berguling membalikkan badannya.

Aku menahan napas dan menegangkan tubuhku.

Wajah Souta sekarang tepat di depan wajahku.

Hembusan napasnya menggelitik bibirku.

Jantungku berdebar dengan kencang sampai-sampai rasanya mau meledak.

Ka-Kalau begini, apa boleh aku diam-diam menciumnya saat dia tidur...

Tidak, tidak boleh!

Apa sih yang sedang kupikirkan?

Laki-laki dan perempuan yang belum menikah berciuman... itu sama sekali tidak bermoral.

Apalagi mencurinya saat ia tidak sadar...

Ta-Tapi, kalau dipikir-pikir, tidur bersama saja memang sudah tidak etis.

Dan memeluknya diam-diam saat berpura-pura mengigau juga...

Sama seperti kata peribahasa, lebih baik mencuri induk domba daripada mencuri anaknya.

Tapi tetap saja, ada perbedaan besar antara tidur bersama dan berciuman.

Kalau ia terbangun, aku tidak bisa mengelak lagi.

Aku bisa dianggap sebagai gadis yang tidak tahu malu dan mungkin dia akan membenciku.

Pikiranku terus berputar-putar.

Sementara itu...

Lily...

Souta bergerak.

Ia perlahan-lahan melingkarkan lengannya di tubuhku.

Aku tanpa sadar menahan napas.

Aku ditarik ke dalam pelukannya dengan kuat.

Ah...

Tanpa kusadari, aku kini berada di dalam pelukan Souta.

Aku terjebak.

Aku tidak bisa bergerak.

Aku tidak bisa melawan.

So-Souta, ap-apa kamu... sudah bangun?

Aku bertanya pelan kepada Souta.

Mungkin ini balasan atas ulahku tadi.

Lily... sisakan untukku... jangan habiskan semuanya...

Yang kembali terdengar hanyalah igauan.

Jadi ia masih tidur?

Tapi mungkin ia cuma pura-pura.

... Sudahlah, tidak masalah.

Aku menenggelamkan wajahku ke dalam dada Souta.

Aku mendengarkan detak jantungnya dan merasakan kehangatan tubuhnya, lalu menarik napas dalam-dalam.

Ah... Hidungku dipenuhi dengan aroma Souta...

Dengan perasaan bahagia, aku kembali memejamkan mata.

 

※※※※

(Sudut Pandang Souta)

Saat aku terbangun di pagi hari, Lily sedang berada dalam pelukanku.

Bukan Lily yang memelukku, tapi akulah yang memeluk Lily.

Semalam... kamu cukup liar ya.”

Lily mengatakan ini kepadaku dengan wajah merah begitu aku bangun.

Liar? Aku tidak ingat melakukan apa-apa yang liar.

Apa aku melakukan sesuatu?

Tidak, jika dalam posisi seperti ini, sepertinya aku memang melakukan sesuatu.

Apa aku sudah melakukan sesuatu?

Souta juga lumayan jahil ya.

Dia hanya menjawab dengan ekspresi menggoda, tanpa memberitahu apa yang sudah kulakukan.

Tapi ibu dan Misato juga ada di sini.

Jadi aku yakin kalau aku tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Aku memutuskan untuk berpikir begitu.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama