Chapter 3 — Seorang Putri Bangsawan Yang Datang Untuk Belajar Di Luar Negeri, Menikmati Kehidupannya Di Jepang (Bagian 3)
Sepulang
sekolah.
“Aku
pulang!”
“Ara,
selamat datang di rumah!”
Aku
pulang bersama Misato. Ibuku
terlihat senang sekali karena
dia sudah lama tidak bertemu Misato.
『Apanya yang
aku pulang. Sok akrab
sekali...! 』
Di sisi
lain, Lily tampak tidak senang. Apa
dia saking tidak sukanya melihat Misato
datang ke sini?
Kurasa dia
memang tidak menyukainya.
Lily
memang gadis yang pemalu.
Aku bisa
memahami perasaannya. Aku
juga tidak nyaman saat Misato mengajak teman-temannya ke rumahku. Apalagi kalau mereka sampai menginap, rasanya begitu sesak.
Walaupun
itu cerita yang sudah lama...
Pasti
Lily juga merasakan hal yang sama.
“Ini,
rekaman yang itu. Aku sudah membakar datanya.”
“Wah,
syukurlah. Aku khawatir Souta
menghapusnya sebelum aku melihatnya.”
...Jadi
dia datang untuk itu.
Bagus,
nanti akan kuhancurkan.
“Bagaimana,
Amelia-chan? Masakan buatanku?”
“...Lumayan.”
Sambil
memakan hamburger buatan Misato, Lily menanggapinya
dengan nada sedikit kesal.
Aku yakin
kalau rasanya lebih enak dari
buatannya sendiri.
Wajar
saja, karena Misato memang sudah lebih lama
bisa memasak. Rasanya malah
memalukan kalau Misati kalah dari Lily.
...Tapi
kenapa Lily seperti bersaing dengan Misato begitu?
Apa dia masih dendam soal tanding tenis
waktu itu?
Setelah
makan malam, begitu selesai bersih-bersih,
Misato menatap Lily lalu menarik tanganku.
“Mumpung ada
kesempatan, ayo kita
mandi bareng lagi seperti dulu?”
Dia
berkata dengan suara keras.
Apa sih yang dikatakan orang ini?
“Mana
mungkin kita bisa masuk bareng.”
“Tapi Souta, kamu tidak bisa mencuci rambutmu sendiri, ‘kan?”
Memangnya
itu pembicaraan waktu kapan sih?
Yah,
mungkin dia hanya bercanda sih...
“Kalau begitu, jika aku memintamu 'tolong
cuci rambutku', apa kamu benar-benar...?”
Mandi
bersamaku?
Ketika
aku hendak membalas perkataannya dengan bercanda,
『Tidak boleh!! 』
Lily
berseru dalam bahasa Inggris sambil memisahkan paksa tanganku dan tangan Misato.
Lalu dia
mengusir Misato seolah-olah sedang
mengusir serangga.
『Mandi sendiri sana! 』
“Aku
cuma bercanda lho, jangan dianggap terlalu
serius...”
『Souta
juga sama! Kenapa
kamu malah bicara
begitu?! 』
“Aku
juga cuma bercanda kok. Mana mungkin aku
tidak bisa mencuci
rambut sendiri...”
Ketika
aku mencoba memberitahunya dengan senyum masam bahwa aku sedang ‘bercanda,'
Lily berteriak untuk menyelaku.
『Padahal kamu tidak perlu
meminta Misato! ‘kan masih ada aku! 』
....Hah?
『Aku akan masuk bersamamu. Aku
juga akan mencuci rambutmu』
Wajah
Lily memerah saat mengatakan itu. Lalu
dia mencengkeram lenganku dan menarikku dengan paksa.
『Ayo, kita mandi sekarang!』
『Tunggu, tenang dulu, Lily』
『Kenapa Misato boleh, tapi aku
tidak?! 』
『Tapi aku juga tidak mandi dengan
Misato』
『Tapi dulu kalian pernah mandi bareng, ‘kan...? 』
『Itu waktu kecil dulu. Waktu kami masih SD. 』
『...Tidak apa-apa, aku tahu kok. Di Jepang ada budaya telanjang
bersama. Karena kita mandi bersama,
bu-bukannya berarti aku menyukaimu atau semacamnya, ini
hanya untuk pemahaman budaya asing saja! 』
『Lily, tunggu dulu, dengarkan dulu baik-baik! Di
Jepang juga, biasanya laki-perempuan tidak mandi bareng! 』
『Tapi Misato boleh... 』
『Sudah kubilang itu cuma
waktu SD. Lagipula, kami adalah...』
Orang
yang mencegah Lily agar tidak membawaku mandi bersama adalah...
“Kalau
begitu, Amelia-chan, bagaimana
kalau
kamu mandi bersama denganku?”
Ucapan
Misato tersebut.
Gerakkan
Lily seketika terhenti.
“...Apa
maksudnya?”
“Sama
seperti perkataanku. Ayo mandi bareng? Kita ‘kan sesama perempuan, pasti ada
banyak hal yang bisa dibicarakan.”
Perkataan
Misato membuat Lily tampak sedikit berpikir.
Lalu
akhirnya dia melepaskan tanganku.
“...Baiklah, ayo.”
Sepertinya
Lily sudah menyerah untuk mandi bersamaku.
Aku juga merasa lega, tapi.... itu hanya berlaku sejenak.
“...Souta.”
“A-Apa?”
Lily berbalik dan menghadapku.
Jangan-jangan
dia mau mengajak kalau kami bertiga masuk bersama...?
『Ta-Tadi itu hanya bercanda. Ini lelucon khas
Inggris. Aku sama sekali tidak berpikir untuk mandi bersamamu dengan serius.
Atau berpikir untuk memperlihatkan tubuhku padamu! Hal semacam itu hanya boleh dilakukan setelah
menikah! Ja-Jangan
salah paham, oke! 』
Dia
menceramahiku dengan cepat dalam bahasa Inggris.
Aku tidak
memahami separuh apa yang dia katakan...
Tapi
setidaknya aku bisa tangkap “itu
hanya bercanda” dan “jangan salah paham”.
Jadi
maksudnya, yang tadi itu hanya bercanda.
...Tentu
saja, aku juga berpikir begitu.
Mana
mungkin Lily ingin mandi bersamaku.
...Dan
aku juga sama sekali tidak berpikir untuk ikut mandi bersama.
Aku seriusan,
kok?
“Kalau gitu,
Amelia-chan. Ayo kita mandi bareng.”
“Ah,
tunggu. Jangan dorong-dorong.”
Misato
mendorong bahu Lily menuju ruang ganti.
Akhirnya,
aku bisa merasa tenang.
“Sekarang,
ayo, buka bajunya... Wah, Amelia-chan, kamu masih
memakai yang seksi-seksi ya!”
“Itu terlalu
berlebihan. Yang begini,
biasa-biasa saja.”
“Tidak, habisnya itu keliatan transparan
banget di bagian pantatmu... Kamu mau memamerkannya ke siapa? Pasti kepada Souta,
ya?”
『Tidak akan kupamerkan! Kamu juga,
ayo buka bajumu! 』
“Amelia-chan
juga tidak sabaran ya. Apa kamu juga mau lihat pakaian dalamku?”
“Enggak
juga, kok?”
“Kok
jawabnya cuek gitu sih... Ada yang lain tidak?”
“Cuek...?
Tidak, aku tidak tertarik.”
“Tapi
kulit Amelia-chan mulus banget lho... Wah, halus sekali! Ini asli atau hasil perawatan?”
『Jangan bicara keras-keras! Nanti Souta bisa mendengarnya! 』
“Tenang
saja, ia tidak akan mendengarnya sama sekali.”
...Aku bisa mendengarnya dengan jelas tau.
※※※※
(Sudut
Pandang Misato)
Saat
mandi.
“Apa orang
Inggris biasanya mandi seperti ini?”
Untuk
membuka percakapan, aku bertanya pada Amelia-chan. Di Eropa dan Amaerika, orang-orang di sana kelihatannya tidak
terlalu sering berendam di bak mandi.
Aku
pernah dengar ada yang bahkan tidak mandi shower sekalipun, jadi aku bisa menebaknya...
“Tidak
terlalu sering.”
“Begitu
ya. ...Jadi, bagaimana menurutmu mandi gaya
Jepang?"
“Rasanya tidak
buruk. Sesekali boleh juga melakukannya.”
Sepertinya
dia tidak berendam di bak setiap hari.
Kalau
dipikir-pikir, Souta juga
bukan tipe yang berendam di bak setiap hari.
Tapi
Amelia-chan kelihatannya mandi shower setiap hari. Katanya, “Agar tidak dibenci Souta.”
“Amelia-chan,
badanmu wangi sekali. Wangi apa itu?
Shamponya keliatan biasa,
tapi...”
“Ini bau parfum.”
“Wah,
parfum ya. Aku belum pernah menggunakannya
sih. ...Boleh aku melihatnya?”
“Boleh saja.”
Aku mendapat
balasan yang lebih baik dari dugaanku. Sepertinya dia adalah gadis baik-baik jika tidak melibatkan Souta.
“Hei,
Amelia-chan. Boleh tanya sesuatu lagi?”
“...Pertanyaan yang tadi?”
“Bagian bawahmu, itu beneran asli atau dicukur?”
“Hah?”
Amelia-chan
menatapku dengan wajah tak percaya.
Ayolah,
beritahu aku...
『Itu berkat hasil laser medis. 』
Dia mau memberitahuku.
Aku tidak menyangkanya.
『Lebih nyaman begini. Bagaimana kalau kamu mencobanya?
Di Jepang juga ada, kan? 』
“Aku
sih pernah kepikiran, tapi kelihatannya menyakitkan.
Selain itu, rasanya
agak memalukan juga kalau aku pergi ke
pemandian umum.”
『Ternyata kamu juga punya rasa
malu ya. 』
"Tentu
saja. Sembarangan saja kalau bicara.”
『...Ngomong-ngomong, kenapa kamu merasa malu saat masuk pemandian
umum? Bukannya itu sebaliknya? 』
Dia
mengabaikan pertanyaanku, dan balik bertanya.
Aku
berpikir sejenak sebelum menjawab.
“Di
Jepang, menjaga yang alami
adalah hal yang biasa.”
『...Begitu ya』
Amelia-chan
membelalakkan matanya dengan
sedikit terkejut. Kemudian, ekspresi
wajahnya menjadi khawatir.
『Apa Souta juga menyukai yang alami... 』
Dia
bergumam dengan nada suara cemas.
Jika rambut
kemaluanmu sudah laser, kemungkinan
besar rambut tersebut tidak akan tumbuh lagi.
Bagaimana
ya cara menyemangatinya...?
Mana mungkin
aku bisa mengetahuinya sampai sebanyak itu.
Hmmm tapi ya
kupikir Souta
pasti tidak akan mempedulikan soal itu.
“Souta menyukai yang mulus kok.”
『Be-Benarkah? Syukurlah kalau begitu.
...Tapi bukan berarti aku melakukannya untuknya. Aku melakukannya untuk diriku
sendiri. Aku tidak peduli dengan seleranya. 』
Sepertinya
dia jadi lebih semangat.
Syukurlah
aku tidak ditanya ‘Kenapa
kamu bisa sampai mengetahuinya?’.
Soalnya
aku memang tidak tahu apa-apa.
Aku
akan menyamakan ceritanya dengan Souta nanti.
Ngomong-ngomong
soal selera Souta...
“Ah
iya, bagaimana kalau aku memberitahumu tentang selera rasanya Souta?”
Mata
Amelia-chan membelalak ketika mendengar usulanku.
Dia lalu
memalingkan wajahnya sambil
mendengus kecil.
L-Loh?
Reaksinya tidak seperti yang kuduga.
『Tidak usah, terima kasih. Aku
sudah belajar memasak dari ibunda.
Souta pasti lebih menyukai masakan ibunda. 』
Memang
masakan ibu yang paling enak.
Aku mengerti
logikanya.
Hmm, bisa
dimengerti sih, tapi...
“Apa iya? Orang itu punya sifat sedikit
ceroboh. Aku yakin kalau Souta juga sudah merasa bosan.”
“...”
“Lagipula,
hanya meniru rasanya saja tidak akan membuatmu lebih
baik.”
“...”
Komentarku
membuat Amelia-chan terlihat gelisah. Setelah
tampak berpikir sejenak, dia lalu bertanya
padaku.
『Apa tujuanmu? 』
“Aku
cuma ingin berteman baik denganmu, Amelia-chan.”
Balasanku
tadi hanya berisi setengah jujur dan
setengah alasan.
Samar-samar
aku memahami kalau Amelia-chan tidak terlalu menyambut
kedatanganku menginap di sini.
Tapi aku
ingin menginap, dan tidak ingin terjadi ketegangan dengan Amelia-chan setiap
kali melakukannya.
『...Aku tidak mempunyai bayaran yang bisa kuberikan padamu, tau? 』
Jangan-jangan
dia tidak mau menerima 'garam' dariku?
“Bagaimana
kalau sebagai terima kasih karena sudah memperlihatkan
parfummu?”
Sebenarnya
aku tidak butuh bayaran apa-apa sih.
Tapi
kurasa Amelia-chan akan lebih mau kalau dikatakan seperti itu.
『...Baiklah』
Seperti
dugaanku, Amelia-chan langsung menyetujuinya.
“Kalau
begitu, lain kali saat aku menginap...”
『Tidak boleh』
Eh?
Lalu
bagaimana...?
“Aku
yang akan datang ke rumahmu.”
Ah,
begitu rupanya.
Dengan cara
begitu, dia bisa mengawasi agar aku tidak dekat-dekat dengan Souta, ya.
Memang
sedikit melenceng dari tujuan awal sih... Tapi Amelia-chan datang menginap di
rumahku juga bukanlah ide
buruk.
...Mungkin sekalian saja ajak Souta
juga.
Itu anak, ia
sudah jarang sekali main
ke
rumahku.
Ayah juga sama saja... Kenapa sih laki-laki selalu
acuh begitu?
“Kenapa
senyum-senyum sendiri?”
“Eh,
tidak apa-apa kok. Baiklah, lain kali kalau ada kesempatan, bagaimana kalau kamu sekalian menginap saja?”
Senang rasanya bisa menghabiskan waktu
menyenangkan dengan Amelia-chan.
Tapi,
kalau dipikir-pikir...
Dasar Souta, mau sampai kapan ia merahasiakannya?
Padahal
tidak ada gunanya juga untuk menyembunyikannya.
Dia
memang tipe seperti ibu, gampang sekali
lupa menyampaikan hal penting.
...Yah, tapi karena kelihatannya menarik, jadi enggap apa-apa deh!
“Kenapa kamu cengengesan
sendiri? ...Menyeramkan tau.”
“Bukan
apa-apa. Aku cuma kebetulan
mengingat sesuatu yang lucu.”
※※※※
(Sudut
Pandang Souta)
Apakah
cara berdekatan secara fisik memberikan efek?
Ketika
keluar dari kamar mandi, Lily dan Misato terlihat semakin akrab.
Setelah
mandi, ibu juga bergabung, dan mereka terlihat asyik berbincang seperti sedang melakukan pembicaraan khusus perempuan.
Aku
senang mereka bisa saling beradaptasi dengan baik.
...
Sebaliknya, aku merasa
sedikit canggung karena cuma aku satu-satunya
laki-laki di sini.
Masalah
muncul saat waktu tidur tiba.
“Kurasa
sudah waktunya untuk
tidur... Ah, aku harus
tidur di mana? Sudah tidak
ada kamar kosong, ‘kan?”
Misato
bertanya pada ibu.
Dulu ada
satu kamar kosong di rumah kami, tempat Misato biasa menginap, tapi sekarang
kamar itu digunakan oleh Lily.
“Ara, iya benar juga ya. Kalau begitu, apa kamu mau tidur di kamarku? Aku
akan tidur di ruang tamu."
“Tidak,
itu terlalu merepotkan...”
Misato
terlihat sedikit berpikir.
Lalu, dia melirik sekilas ke arah Lily.
.....Apa
dia akan meminta Lily untuk tidur bersama dengannya?
“Aku
tidak keberatan tidur bersama Misato...”
“Kalau
begitu, bagaimana kalau aku tidur
bersama Souta saja?”
Misato
berkata demikian sambil tertawa dan memegang lenganku.
“Enggak, ah...
rasanya pasti pengap.”
“Tidak
salahnya, iya ‘kan~. Dulu
kita sering tidur bersama waktu kecil. Memangnya ada
masalah? Bukannya kita sangat dekat?”
...
Sebenarnya, aku memang tidak keberatan sama sekali.
Ketimbang
tidur bersamaku yang jelas-jelas seorang laki-laki, bukannya lebih baik dia
tidur bersama ibu?
『Tidak boleh, tidak boleh! 』
Sebelum aku bisa menjawabnya, Lily tiba-tiba menyela. Lily menarik lepas tanganku dan Misato dengan paksa.
『Jika Misato akan tidur bersama Souta, maka aku juga akan tidur dengan Souta! 』
Entah
mengapa, aku merasa
déjà vu...
“Tidak, itu
sih
kelihatan aneh.”
『Itu sama
sekali tidak aneh!! Kenapa Misato boleh tidur
denganmu,
sedangkan aku tidak boleh!! 』
“Ah,
itu sih...”
Bukannya itu
wajar? Karena kami...
Sebelum aku sempat menjawabnya, Misato malah tertawa terbahak-bahak.
“Kalau
begitu, bagaimana jika kita bertiga - aku, Souta,
dan Amelia-chan - tidur
bersama?”
『...
Baiklah, kalau begitu aku akan mengizinkannya. 』
...
Bagaimana dengan keinginanku?
Seperti yang
kudugam rasanya terlalu sempit untuk tiga orang.
Lagipula,
aku merasa meskipun Misato
ada di sini, rasanya aneh jika Lily juga ikutan tidur bersama...
Ketika aku
hendak membantah perkataan mereka,
“Oh?
Kalau begitu, aku juga mau ikut tidut bareng!
Ayo kita berempat tidur bersama!”
Ibuku yang
idiot justru mengatakan sesuatu yang bodoh.
Mana
mungkin bisa begitu.
Dan 30
menit kemudian...
“Aku akan tidur di samping Souta!”
“Kalau
begitu, aku juga di
sebelahnya Souta.”
“Kalau
begitu, aku akan di samping Misato, ya? Fufu, sudah
lama sekali kita tidak melakukan ini!”
Kami
berempat berbaring di atas futon yang terbentang.
Rumah
kami hanya memiliki dua futon, jadi ukurannya
terasa sempit.
“Sudah
kuduga, aku mau tidur di kamarku saja...”
“Tidak
boleh.”
Tanganku
dipegang erat-erat.
“Souta harus di sampingku. Ini
aturannya.”
Lily terus bersikeras dengan pipi yang
menggembung.
Entah
kenapa, sepertinya ada sesuatu yang salah.
Apa
penyebabnya... karena Misato?
Lily
memang suka bersaing dengan Misato.
Mungkin
dia merasakan persaingan yang
aneh ketika mendengar bahwa Misato pernah tidur bersama denganku ketika masih kecil dulu.
Tapi
menurutku, itu bukan sesuatu yang perlu dipersaingkan...
“Kalau
begitu, aku akan mematikan lampunya ya.”
Misato
berkata sambil setengah
tersenyum, lalu mematikan lampu.
Ruangan
seketika menjadi gelap gulita.
Aku bisa mendengar
samar-samar nafas Lily di sebelahku. Aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya saat badan kami saling bersentuhan sendikit.
... Bukannya dia terlalu dekat?
“Lily,
bisakah kamu sedikit menjauh?”
“Tidak
bisa. Ini sudah di batasnya.”
Embusan
nafas Lily menggelitik di dekat telingaku.
Aku
merasa suasananya jadi semakin aneh.
Aku merasa panik dan segera
membalikkan badan memunggungi Lily.
“Selamat
malam.”
Aku
menutup mataku sambil mengatakan itu dan
berusaha menenangkan diri.
... Kurasa klebih baik kalau aku melupakan keberadaan Lily.
Aku
memunggungi Lily dan mulai menghitung domba dalam pikiranku.
Ketika aku menghitungnya sampai 200
domba, aku mulai mengantuk...
Tiba-tiba...
“Hnn...”
Ada
sesuatu yang memeluk punggungku. Aku
merasakan kehangatan dan kelembutan dari belakangngku. Jantungku berdebar kencang dan
aku terbangun.
『Souta... 』
Terdengar
suara yang lembut dan manja dari arah belakangku. Apa dia sedang mengigau?
『...Aku suka』
“...Eh?”
Tanpa
sadar aku berseru kaget.
Seketika,
aku bisa merasakan kalau tubuh Lily menegang sesaat.
Jangan-jangan,
dia masih terbangun? Dia.... tidak sedang mengigau?
..... Dia suka?
Maksdunya dia menyukaiku?
Aku dengan gugup menunggu apa yang akan dikatakan Lily selanjutnya.
Tapi Lily
tidak mengatakan apa-apa.
Mungkin dia memang cuma mengigau.
Tapi,
nafasnya terdengar tidak wajar...
Apa itu hanya imajinasiku saja?
“Lily.
Apa jangan-jangan kamu...
terbangun?”
Karena aku
sangat penasaran, jadi aku akhirnya bertanya pelan pada
Lily.
Lalu...
『Ak-Aku tidak
bisa memakannya lagi. Pe-Perutku sudah
kenyang... 』
Ternyata makanan toh?!
Rupanya,
saat dia bilang dia ‘suka’,
yang dia maksud adalah makanan.
Aku merasa lega dan menghela napas.
※※※※
(Sudut
Pandang Lily)
Kurasa ia benar-benar sudah tertidur?
Aku,
Amelia Lily Stafford, mengamati Souta
dengan seksama.
Ia
sedang tertidur dengan
membelakangiku.
Sulit
menebak apakah ia benar-benar
sudah tidur atau masih terjaga.
Tadi aku
sempat berpikir kalau dirinya
belum tidur, jadi aku langsung menyatakan perasaanku dengan nekat.
Aku
segera berpura-pura mengigau untuk menutupinya.
Tapi.... kali ini pasti aman.
Aku merasa
kalau sudah hampir 2 jam berlalu.
Misato
dan ibunda juga pasti sudah tidur.
“Souta...”
Sambil
berpura-pura mengigau, aku perlahan-lahan mendekati Souta. Aku menempelkan tubuhku di
punggungnya yang lebar.
Aku
menempelkan hidungku sedikit, lalu menciumnya.
Ada aroma
yang membuatku ingin memeluknya.
Aku
didorong oleh keinginan untuk memeluknya.
Ia
sedang tidur, ‘kan?
Karena ia
sama sekali tidak menjawab meskipun kupanggil.
... Kurasa tidak apa-apa jika ia terbangun.
Tadi aku
bisa menutupinya, jadi lain kali
juga aku akan melakukan trik yang sama.
“...Aku
sudah kenyang.”
Aku
memeluknya seperti tadi.
Saat aku
hendak memeluknya,
“Nnh...”
Souta berguling membalikkan badannya.
Aku
menahan napas dan menegangkan tubuhku.
Wajah Souta sekarang tepat di depan
wajahku.
Hembusan napasnya
menggelitik bibirku.
Jantungku
berdebar dengan kencang sampai-sampai rasanya mau meledak.
Ka-Kalau
begini, apa boleh aku diam-diam
menciumnya saat dia tidur...
Tidak,
tidak boleh!
Apa sih yang sedang kupikirkan?
Laki-laki
dan perempuan yang belum menikah berciuman... itu sama sekali tidak bermoral.
Apalagi
mencurinya saat ia tidak sadar...
Ta-Tapi, kalau dipikir-pikir, tidur
bersama saja memang sudah tidak
etis.
Dan
memeluknya diam-diam saat berpura-pura mengigau juga...
Sama seperti
kata peribahasa, lebih baik mencuri induk domba daripada
mencuri anaknya.
Tapi
tetap saja, ada perbedaan besar antara tidur bersama dan berciuman.
Kalau ia
terbangun, aku tidak bisa mengelak lagi.
Aku bisa
dianggap sebagai gadis yang tidak
tahu malu dan mungkin dia akan membenciku.
Pikiranku
terus berputar-putar.
Sementara
itu...
“Lily...”
Souta bergerak.
Ia
perlahan-lahan melingkarkan lengannya di tubuhku.
Aku tanpa
sadar menahan napas.
Aku
ditarik ke dalam pelukannya dengan kuat.
『Ah... 』
Tanpa kusadari, aku kini berada di dalam pelukan Souta.
Aku
terjebak.
Aku tidak
bisa bergerak.
Aku tidak
bisa melawan.
『So-Souta, ap-apa kamu... sudah bangun? 』
Aku
bertanya pelan kepada Souta.
Mungkin
ini balasan atas ulahku tadi.
“Lily...
sisakan untukku... jangan habiskan semuanya...”
Yang
kembali terdengar hanyalah igauan.
Jadi ia
masih tidur?
Tapi
mungkin ia cuma
pura-pura.
...
Sudahlah, tidak masalah.
Aku
menenggelamkan wajahku ke dalam
dada Souta.
Aku
mendengarkan detak jantungnya dan merasakan kehangatan tubuhnya, lalu menarik
napas dalam-dalam.
Ah... Hidungku dipenuhi dengan aroma Souta...
Dengan
perasaan bahagia, aku kembali memejamkan
mata.
※※※※
(Sudut
Pandang Souta)
Saat aku terbangun di pagi hari, Lily sedang berada dalam pelukanku.
Bukan
Lily yang memelukku, tapi akulah
yang memeluk Lily.
“Semalam...
kamu cukup liar ya.”
Lily
mengatakan ini kepadaku dengan wajah merah begitu aku bangun.
Liar? Aku
tidak ingat melakukan apa-apa yang liar.
Apa aku
melakukan sesuatu?
Tidak, jika
dalam posisi seperti ini, sepertinya aku memang melakukan
sesuatu.
“Apa
aku sudah melakukan sesuatu?”
“Souta juga lumayan jahil ya.”
Dia hanya
menjawab dengan ekspresi menggoda, tanpa memberitahu apa yang sudah kulakukan.
Tapi ibu
dan Misato juga ada di sini.
Jadi aku
yakin kalau aku tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
Aku
memutuskan untuk berpikir begitu.