Kimizero Jilid 8 Bab 1.5 Bahasa Indonesia

Chapter 1.5 — Panggilan Telepon Panjang Antara Luna dan Nikoru

 

Nikoru, terima kasih atas kerja kerasmi!

Luna juga! Bagaimana dengan sekolahnya?

Aku belajar sangat giat setiap hari! Ini pertama kalinya aku belajar sekeras ini!

Serius? Keren!

Nikoru juga sedang belajar di sekolah nail art, ‘kan?

Hmm, yah, bagiku itu hal yang kusukai jadi banyak yang sudah kuketahui. Jadi teori-teorinya juga tidak terlalu sulit bagiku.

Aku juga banyak belajar tapi itu tidak sulit sama sekali bagiku! Aku jadi kaget sendiri.

“Ngomong-ngomong, kabar soal kehamilan Akari itu benar-benar mengejutkan ya?

Iya... Di antara teman-temanku yang dari SD dan SMP, memang ada yang sudah menikah dan jadi ibu. Tapi Akari 'kan masih begitu muda, makanya aku lumayan kaget.

Akari sampai bilang padaku, 'Karena Luna berpengalaman, jadi aku ingin minta saran darinya.' Tapi bagaimana mungkin kamu bisa memberi saran, padahal dia sudah hamil begitu?

Akari juga pasti sedang bingung. Aku juga ikutan bingung.

Kalau punya pacar sih ini bukan lagi urusan orang lain ya.

Setelah mendengar cerita Akari... Aku jadi berpikir, meskipun pakai kontrasepsi, masih ada kemungkinan bocor juga. Jadi aku memberitahu Ryuuto kalau mungkin lebih baik kalau hubungan kita tidak terburu-buru.

Kalau begitu logikanya, kamu juga nggak boleh naik mobil atau pesawat, karena ada risiko mengalami kecelakaan, ‘kan? Pasti Akari dan pacarnya memang kurang berhati-hati soal kontrasepsi. Kalau benar-benar dilakukan dengan tepat, seharusnya tidak akan gagal.

Ya, kamu benar juga. Setelah dipikir-pikir lagi, itu memang ada benarnya juga.

Tapi saat liburan, kalian jadi kurang bergairah, kan?

Iya... Waktu aku menceritakan hal itu kepada Maria, dia bilang 'Itu namanya khawatir yang berlebihan.'

Benar, ya. Aku pernah membacanya di Instagram kalau 90% dari kecemasan kita ternyata tidak pernah terjadi.

...Apa aku sudah melakukan kesalahan terhadap Ryuuto, ya?

Hm?

“Ia pasti sudah kecewa. Tiba-tiba aku dapat menstruasi. Aku juga kecewa... Jadi kami berencana melakukan oral s*ks, tapi tiba-tiba Akari menelepon...

Wah, timing-nya buruk banget! Benar-benar khas Akari deh.

Setelah itu aku tidak bersemangat melakukan seperti itu dan keesokan harinya juga...

Wah, kasihan. Ia pasti merasa bingung dan galau.

...Begitukah?

Iya, wajar saja. Ia ‘kan laki-laki.

"Tapi aku takkan memahaminya. Kalau dia tidak bilang, aku takkan memaksanya melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan. Aku kan seorang wanita, jadi aku tidak terlalu ngebet melakukannya.

Mungkin dia pikir, meskipun kamu sendiri tidak ingin, kamu tetap akan memaksakan diri melakukannya seperti dulu.

Tapi hubungan kita sudah tidak tahap itu lagi, ‘kan? Bahkan kalau sudah jadi suami-istri, apa Ryuuto harus selamanya memendam perasaannya dan terus mengalah demi aku? Apa itu masih dibilang hubungan yang baik?

Hmm...

Aku ingin Ryuuto lebih sering bersikap egois. Karena Ryuuto selalu bersikap baik, dia sepertinya lebih memikirkan apa yang aku inginkan daripada perasaannya sendiri...

“Yah, ia benar-benar kebalikannya dengan pacar-pacarmu yang dulu sih.

Pacar-pacar sebelumnya itu sudah lama sekali, aku hampir tidak mengingat siapa-siapa lagi selain Ryuuto.

Haha, iya 'kan! Cewek ‘kan suka menghapus kenangan masa lalu!"

Mungkin perkataanku terdengar lancang, tapi... Bagiku, Ryuuto adalah 'cinta pertama dan terakhirku'.

Wajar saja kalau hubungan kalian sudah selama itu.

“Oleh karena itu, sama seperti Ryuuto yang menjaga perasaanku, aku juga ingin menjaga perasaan Ryuuto. Tapi untuk itu, ia harus mengungkapkannya dengan jelas.

...Kenapa sih laki-laki tidak pernah mengungkapkan perasaannya, ya?

“Apa Sekiya-san maupun Nishina-kun juga begitu?

Iya... Begitu. Aku sudah lama berteman dengan Ren, jadi aku sedikit paham apa yang dia pikirkan. Tapi kalau menyangkut perasaannya padaku, ia tidak pernah membicarakannya.

Makanya aku selalu bertanya, 'Aku berpikir begini, tapi kalau Ryuuto bagaimana?' Tapi dia hanya menjawab 'Iya' saja... Aku jadi ragu, apa benar-benar seperti itu?

Mungkin ia pikir kau memaksanya?

Aku enggak begitu! Aku benar-benar ingin tahu perasaan Ryuuto!

Haha.

...Bahkan waktu di rumah Onee-chan, aku juga tidak bisa menanyakan perasaan asli Ryuuto.

Begitu ya...

Aku ingin Ryuuto bersikap egois! Walau aku ragu-ragu, aku ingin dia memelukku dengan erat dan bilang, 'Aku mau melakukannya denganmu!'

Haha, kamu kebanyakan nonton drama.

Tapi 'kan, apakah kita lakukan atau tidak, itu harusnya keputusan bersama setelah kita membicarakannya? Jika Ryuuto mengungkapkan perasaannya sendiri, bukannya itu berarti dia tidak menghargai perasaanku, 'kan?

Yah, memang begitu. Soal dominasi awal ya.

Apa itu artinya aku yang menguasai Ryuuto?!

Bukan begitu, tapi karena Luna itu salah satu gadis kasta terasat di sekolah, mungkin Ryuuto merasa rendah diri karena sebelumnya dia biasa-biasa saja.

“Apa-apaan itu!? Emangnya itu ada hubungannya? Lagian kan kita juga sudah lama lulus.

“Benar sih, tapi tetap saja...

Aku menginginkan kalau aku dan Ryuuto saling mengungkapkan perasaan, lalu bersama-sama memutuskan apa yang akan kita lakukan.

...Begitu ya.

Ya, aku ingin kita memutuskan sesuatu bersama-sama. Bukan aku yang bilang 'Aku mau ini!' atau 'Aku tidak mau itu!', lalu Ryuuto hanya mengikuti.

...Rasanya memang ideal kalau kamu bisa seperti itu.

“Benar, ‘kan?

Tapi itu sulit. Orang-orang tidak ingin terluka dan tidak ingin menyakiti orang lain.

...Apa maksudnya?"

Setidaknya aku melakukan itu pada Ren. Karena aku belum benar-benar merasa siap untuk jadi pacarnya, tanpa sadar aku selalu menekan Ren supaya tidak terlalu dekat denganku.

...Apa kamu tidak bisa mengatakannya dengan jujur pada Nishina-kun? Kalau kamu belum siap dengan perasaan itu?

Aku tidak bisa mengatakan itu. Karena itu akan menyakiti hati Ren. Itulah arti dari mengatakan yang sebenarnya.

...Tapi...

Luna mungkin berpikir, dengan saling terbuka dan jujur, meski ada perbedaan, kalian bisa melewatinya karena ada kepercayaan. Makanya kamu ingin bisa saling mengatakan kalian yang sebenarnya, kan?

...Iya, memang begitu.

“Itulah yang membuatku iri. Kalau aku dan Ren saling terbuka, hubungan kami pasti akan berakhir.

 

Setelah panggilan telepon itu berakhir, Luna melamun untuk beberapa saat.

Dia membuka kotak aksesorisnya yang berada di atas meja, menyentuh cincin dan anting-anting batu bulan, lalu menghela napas pelan.

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama