[LN] Otonari no Top Idol-sama Jilid 2 Bab 8 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Ronde 8Tetangga Yuzuki Adalah Dirimu

Bagian 2

 

Aku menyiapkan sup miso dengan jahe dan bahan yang mudah dicerna. Jahe akan menghangatkan tubuh dari dalam, sementara tahu akan memberi rasa kenyang yang mudah. Aku berharap kalau sup ini bisa sedikit membuatnya merasa lebih baik, baik secara fisik maupun mental.

Emoto-san mengangkat mangkuk dengan kedua tangan, lalu menyeruputnya perlahan.

...Hangatnya.

Sepertinya dia mulai sedikit tenang setelah mencicipinya.

Kalau mau, aku bisa menyiapkan nasi hangat dan acar instan untukmu.

Ah, kamu tidak perlu sampai segitunya. ...Lagipula, aku juga bawa bekal sendiri.

Emoto-san mengeluarkan kotak makan dari dalam tasnya. Tapi dia hanya memandangi kotak itu tanpa mengeluarkan isinya.

“Umm, kamu tidak akan memakannya?

...Sebaiknya tidak usah.

Alasan kenapa dia enggan menyentuh bekal itu karena bekal tersebut bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk Yuzuki. Di samping kotak bekal ada bekas tempat es batu. Tapi kalau menunggu Yuzuki pulang, makanannya bisa kurang segar.

...Kalau kamu tidak keberatan, apa aku boleh memintanya?

Eh?

Sejujurnya aku sedari tadi merasa lapar. Selain itu, aku merasa tidak enakan untuk makan sendiri, jadi kupikir aku bisa mengajakmu...

Apapun alasannya, yang penting bekal buatan itu tidak jadi terbuang. Emoto-san memandang curiga dengan komentarku yang asal, tapi akhirnya dia memberikan bekal itu padaku.

...Anggap saja sebagai balas budi dariku.

Ternyata kami sama-sama berusaha mencari alasan demi mencegah makanan itu terbuang.

Aku mengeluarkan kotak bekal berbentuk lonjong dari dalam tas, lalu membukanya.

Wah...

Isinya nasi multi-biji, omelet ala Spanyol, coleslaw dan kubis ungu, serta ayam teriyaki. Penampilannya tampak seperti bento makan siang di kawasan perkantoran.

“...Baik yang di taman rekreasi maupun ini, susunan makanannya selalu cantik ya.

...Menikmati makanan juga harus dengan mata.

Emoto-san menggaruk pipinya dengan malu-malu.

Pertama-tama, aku mulai mencicipi omeletnya duly. Dengan bantuan sumpit, aku memotongnya supaya pas dengan porsi satu suapan.

Wah, lembut sekali... begitu rupanya, kamu pasti memakai banyak susu ya. Dan kentangnya juga ditumbuk, jadi terasa halus banget di lidah.

...Jadi kamu bisa mengetahuinya, ya.

Sedikit terdengar nada riang di suaranya. Bukan karena Emoto-san gampang tergoda, tapi memang para koki pasti senang saat orang menyadari ciri khas masakannya.

“Ohh, coleslaw-nya juga aman dari kandungan air berlebih, jadi rassanya renyah. Kacang garbanzanya memberikan rasa sederhana tapi menenangkan.

Aku merendam kubisnya dalam air garam, supaya kandungan airnya merata. Lalu aku memotongnya tipis-tipis sesuai arah tulang daunnya, untuk mendapatkan tekstur yang lebih renyah.

Sensasi asam lemon dan aroma peterseli benar-benar jadi aksen yang pas. Ini pakai cuka sushi ya, bukan gula biasa?

Tepat sekali! Rupanya kamu sangat peka ya.

Tatapan mata Emoto-san yang semula redup, kini kembali bersinar.

Daging ayam teriyaki juga enak. Dagingnya ditumbuk tipis lalu digulung dengan daun salam, lalu dioseng dengan saus teriyaki. Keseimbangan antara rasa kental saus dan kesegaran daun salam benar-benar pas. Setelah rasa manis menyebar di mulut, nasi multibijinya membersihkan kembali.

Nah, kan? Aku sudah memperhitungkan variasi rasa, tekstur, dan porsi dengan cermat! Cara memasakku sangat berbeda dengan Mamori-san yang hanya memaksakan daging, minyak, dan nasi putih.

Sepertinya kepercayaan diri Emoto-san sudah pulih. Perubahannya cepat sekali, aku perlu belajar darinya tentang perubahan suasana hatinya ini.

...Aku benar-benar bisa merasakan cinta yang dituangkan Emoto-san ke dalam bekal ini.

Aku menyampaikan pendapat jujurku tanpa bermaksud mencari muka.

Bekal ini memanfaatkan apa yang kamu pelajari terakhir kali, ‘kan?

Ketika aku bertanya demikian, Emoto-san terdiam sejenak.

Daging yang sengaja dia hindari di Taman Rekreasi, kini dengan bangga disajikan, bahkan dimasak dengan rasa kuat teriyaki, demi Yuzuki yang dulu merasa senang bento daging sapi.

Jujur saja, aku cukup menyukai bento yang kemarin. Sudut pandangmu yang mempertimbangkan kemudahan dalam memakannya benar-benar khas idol.

...Kenapa kamu tiba-tiba memujiku begitu? Apa jangan-jangan kamu berniat menjilatku?

Sudah kubilang, itu salah paham...

Aku cuma bercanda, kok.

Emoto-san menempelkan jarinya ke bibirnya dan tersenyum usil.

Bento daging sapi buatanmu juga... Yah, sebenarnya tidak buruk. Sepertinya kamu tidak asal-asalan memberi banyak daging ke dalamnya, tapi mengaturnya agar habis bersamaan dengan nasi. Menyajikan acar mentah terpisah juga ide yang bagus, kamu pasti sudah memperhitungkan hal itu supaya tidak melemahkan teksturnya saat dipanaskan.

“Tak disangka kamu sangat memperhatikan detailnya.”

...Menganalisis lawanmu juga diperlukan untuk menang!”

Pipi dan telinganya sedikit memerah, mungkin ada pujian tersembunyi di sana.

Tapi tetap saja! Memberi makanan yang kaya kalori semacam itu pada Yuzuki masih tidak dianjurkan!

Emoto-san tiba-tiba bersuara keras sambil menunjukku.

Aku menanggapinya sambil mendengus, lalu melipat tangan dengan gaya mengancam.

Tapi Yuzuki sendiri merasa senang kok?

“Masalahnya bukan itu saja! Kamu bahkan menggunakan kotak bekal pemanas segala, bukannya itu terlalu mencolok! Nanti kalau saus teriyakinya terciprat ke baju Yuzuki, bagaimana? Kamu kurang memperhatikan Yuzuki!

Tenang saja, aku juga membawa peralatan untuk menghilangkan noda kok. Kalau cuma memanaskan pakai kotak bekal begitu, aku bisa melakukannya sendiri dulu sebelum berikan pada Yuzuki. Yang harus kamu lakukan bukan menceramahiku, tapi menyadari kekurangan dirimu sendiri, ‘kan?”

Saat aku tersenyum mengejek, Emoto-san menggertakkan giginya sembari mengepalkan tangannya dengan kuat di atas pangkuannya.

Kalian sudah bersama selama tiga tahun, masa kamu tidak tahu kesukaan Yuzuki sama sekali? Atau hubungan kalian hanya sebatas hubungan bisnis, seperti 'saling menguntungkan'?

“Ma-Mana mungkin begitu! Aku jauh lebih mengetahui tentang Yuzuki daripada kamu!

“Meski begitu, bukannya jelas-jelas akulah yang menang mutlak saat di kebun binatang tempo hari? Kamu ingat ekspresi lumer Yuzuki, ‘kan?

Aku kembali melipat tanganku dan memasang wajah penuh kemenangan.

“Aku juga bisa dengan mudah membuat wajah anggun Yuzuki menjadi lebur tak karuan! Itu bahkan bukan perkara sulit!

Emoto-san juga memaksakan senyum di wajahnya.

“Kalau cuma bicara saja sih memang gampang. Tapi bila tidak ada tindakan, itu cuma gonggongan anjing yang kalah.

“~~~~Aku masih belum kalah, tahu!

Setelah meminum habis sup misoinya, tatapan Emoto-san menjadi tajam.

“Sudah kuduga, aku tidak bisa mempercayakan Yuzuki padamu! Mamori-san, ayo kita bertanding lagi!

Dengan senang hati aku meladenimu. Kali ini, aku akan memastikan kalau kamu benar-benar mengakui kekalahanmu!

Kami berdua saling bertukar pandangan sengit.

Ruangan menjadi hening, yang terdengar hanya suara napas kami saja.

...Maaf, aku malah membuatmu jadi memainkan peran antagonis.

Emoto-san yang sudah kembali tenang, bergumam dengan nada menyindir dirinya sendiri.

Meskipun aku berpikir kalau aku sudah cukup berusaha, tapi aku memang tidak berbakat untuk berakting. Lebih baik aku segera menyingkirkan topeng tipisnya.

...Orang yang bisa membuat bekal sedetail ini demi satu orang saja memanglah langka. Perasaanmu sudah tersampaikan dengan baik pada Yuzuki. Dia pasti berterima kasih, dan ingin berbaikan denganmu.

...Yuzuki ingin berbaikan? Tolong jangan bercanda.

Kenapa kamu yang 'kakak'-nya menjadi pesimis begitu?

Justru karena status 'kakak' itulah yang membuatku jadi tersesat sejauh ini.

Karena spesial, dia tak mau membaginya dengan siapa pun.

Karena spesial, mereka bisa mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

Karena spesial, mereka takut untuk saling berhadapan.

Baik Emoto-san maupun Yuzuki, mereka saling menganggap satu sama lain sebagai sosok yang spesial.

Tapi entah sejak kapan, hubungan di antara mereka mulai saling menjauh, tak lagi sehati, dan hubungan mereka berubah menjadi rumit.

Justru karena tidak ada bentuk nyata, kalian bisa memulai lagi berulang kali. Ikatan bernama 'hubungan' itu memang kusut, tapi bukannya terputus. Kalau begitu, kamu tinggal membuka sampul yang menggulung itu.

Aku meyakini kalau tidak ada perbedaan antara aku dan Emoto-san dalam hal perasaan menyayangi Yuzuki. Hanya posisi dan urutan pertemuan yang berbeda.

...Aku iri padamu.

Emoto-san dengan tenang mengungkapkan perasaan terdalamnya.

Membuat makanan tak bermoral meskipun ditolak, lalu bertengkar dengan Yuzuki, tapi masih tetap bisa membangun kepercayaan yang kuat. ...Mungkin yang kubutuhkan adalah keberanian untuk berhadapan langsung, sama sepertimu.

Emoto-san yang sedari tadi menunduk, kini mendongak.

Tidak ada lagi keraguan di matanya.

Mamori-san, sekali lagi, tolong bertandinglah denganku.

“Aku akan menerimanya dengan senang hati. Tapi aku takkan memberi ampun padamu, oke?”

Justru itu kalimatku. Aku sudah paham betul caramu bertarung. Jika kamu berpikir bisa menang cuma dengan mengandalkan daging dan nasi, kamu membuat kesalahan besar!”

“Emoto-san juga sama, kekalahamu sudah dipastikan ketika kamu menggunakan tahu!

Suara bel tanda babak final bergema di dalam hati kami.

Semangat juang Emoto-san, yang hampir saja menghilang, menjadi sangat bersemangat.

“Mari kita selesaikan masalah ini dan menentukan pemenangnya. Siapa yang paling pantas menjadi pengasuh Yuzuki, aku atau Mamori-san! Kali ini aku akan menyerahkan seluruh jiwa dan ragaku untuk mengalahkanmu!

Emoto-san mengulurkan tangannya. Sosoknya yang tersenyum menantang tanpa rassa takut membuatnya terlihat sangat keren.

Aku juga tak akan segan-segan. Akan kutunjukkan padamu kenapa aku disebut orang yang 'terlalu ikut campur'. Nantikan saja!

Saat aku membalas uluran tangannya, semangat yang berkobar itu menghangatkan tanganku. Membara membakar jiwa bertarungku.

Emoto Ruru. Ketua grup idol [Spotlights] dan 'kakak perempuan' Yuzuki. Tak ada yang kurang darinya sebagai lawan.

Kami saling memandang sambil tersenyum.

Kemudian Emoto-san melepas tanganku, dan kali ini benar-benar meninggalkan ruang tamu.

Tepat sebelum dia menutup pintu, aku bisa mendengar gumaman samarnya,

...Aku sangat bersyukur bahwa tetangga Yuzuki adalah kamu.

Aku tidak menahannya lagi. Aku bahkan tidak mengasihaninya maupun menghiburnya.

Karena Emoto-san, adalah rival terberatku.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama