Kimizero Jilid 8 Bab 2.5 Bahasa Indonesia

Chapter 2.5 — Obrolan Tongkrongan Antara Akari-chan dan Marimero

 

Di dalam sebuah kafe yang berada di gedung fashion di pusat kota, ada dua orang gadis yang sedang duduk berhadapan.

...

...

Setelah hening beberapa saat, salah satu dari mereka mengangkat wajahnya.

...Akari-chan.

Mendengar namanya dipanggil, gadis yang dipanggil Akari-chan itu mengangkat wajahnya.

...Hm?

...Lalu, bagaimana? Apa kamu akan melahirkannya?

...

Akari-chan kembali menunduk dan terdiam.

Di atas meja ada dua minuman mereka, serta sebuah foto. Secara keseluruhan gelap, seperti terkena badai debu, dengan sesuatu yang terlihat seperti bola putih di tengahnya.

...Aku akan melahirkannya.

Akari-chan menjawab tanpa mengangkat wajahnya.

Habisnya, tidak ada pilihan lain, 'kan? Jika kamu melihat foto yang seperti ini...”

Dia melihat foto di atas meja dan tampak berpikir.

Setelah diperlihatkan foto ini... 'Ini jantungnya', katanya... Aku jadi terharu dan berpikir, ini sudah menjadi seorang manusia...

Di situ Akari-chan menunduk sambil menutupi mulutnya, seperti terbawa emosi.

Aku juga khawatir dengan masa depanku bersama Yusuke, dan sangat takut untuk melahirkan, tapi... Aku tidak bisa menganggapnya tidak ada...

Begitu ya.

Teman gadisnya itu tersenyum tipis, lalu mengambil sapu tangan dari tas tangannya dan menyerahkannya.

Terima kasih...

Akari-chan mengusap matanya dengan sapu tangan itu.

“Apa kalian sudah memberitahu orang tua kalian masing-masing?

Belum... Kalau dari keluargaku mungkin masih bisa, tapi kayaknya keluarga Yusuke bakal marah banget... Tapi aku harus memberitahu mereka di akhir pekan nanti. Meskipun berat, aku tidak bisa menunda-nunda lagi, karena anak ini terus tumbuh.

Akari-chan menjauhkan sapu tangan dari matanya dan kembali menatap perutnya yang masih datar.

...Tapi, hebat ya. Aku tidak pernah menyangka kalau kamu menjadi orang pertama dari teman-temanku yang menikah, Akari-chan.

Mendengar kata-kata temannya yang tersenyum, Akari-chan juga mengangkat wajah dengan mata memerah.

Aku juga tidak pernah menyangkanya. Kupikir itu pasti Lunacchi.

Setelah mengatakan itu, dia tertawa dan mendadak menepuk-nepuk tangannya seolah ingin mengubah suasana.

“Ngomong-ngomong, bagaimana denganmu sendiri, Marimero? Apa tidak punya kabar dengan cowok yang lagi PDKT?

Mendengar itu, gadis yang dipanggil Marimero itu hanya tersenyum masam.

Aku enggak ada... Ah, sebelum musim panas kemarin sedikit ada, sih.

Apa!? Kok aku tidak pernah tau! Ayo ceritakan!

Yah, karena kita sudah lama enggak ketemu. Tapi enggak terlalu penting juga, kok.

Ayolah, ceritakan!

Karena Akari-chan terlihat sangat antusias, jadi Marimero terpaksa membuka mulutnya seolah-olah dia tidak punya pilihan lain.

Aku menyukai seseorang, tapi... Orang itu adalah seseorang yang tidak bisa aku pacari.

“Eh, apa maksudmu!? Jangan-jangan selingkuh!?

He-Hentikan! Jangan keras-keras!

Marimero langsung dibuat panik karena mengganggu pengunjung lain.

“...Aku tidak berbuat apa-apa. Memang dari awal ia sudah menikah, kok...itulah sebabnya aku langsung menyerah.

“Apa dia menipumu!? Apa dia mendekatimu dengan berpura-pura menjadi lajang!?”

“Tidak. Ia tidak menyembunyikannya dari awal... Itu sebabnya akulah yang bodoh.”

Marimero tertawa lemah pada dirinya sendiri. Ketika mendengar itu, Akari-chan berkata dengan tegas, Itu enggak benar.

“Di antara teman-temanku yang lain, kamu adalah gadis yang paling pintar, Marimero.

Mendengar kata-kata temannya, Marimero tersenyum sedikit senang.

...Terima kasih.

Seriusan, aku yakin kalau Marimero pasti enggak bakal sampai hamil sembarangan seperti aku.

Setelah mendengar itu, Marimero tersenyum sambil menunduk.

...Tapi, aku merasa iri padamu, Akari-chan.

Dia berkata begitu sambil menyipitkan mata, seolah-olah merindukan sesuatu.

Kurasa, di dalam hatiku... Aku juga ingin 'tidak sengaja' melakukannya.

Di bawah pandangan Akari-chan, Marimero berkata pelan.

“Entah itu tidak sengaja, atau kesalahan... Aku ingin bersatu dengan Satou-san... Pria yang sudah beristri itu.

Marimero mengatakan demikian sambil sengaja menghindari pandangan Akari-chan yang terkejut.

...Karena menurutku, itulah yang dinamakan cinta.

Melihat temannya yang tersenyum sedih itu, Akari-chan mengerutkan kening.

Marimero...

Lalu setelah itu, dia tiba-tiba mencoba membuat ekspresi ceria.

“Oh iya, apa tidak ada yang lain? Mungkin teman laki-laki yang akrab juga boleh, 'kan?

Umm...

Marimero berpikir sejenak, lalu menjawab dengan enggan.

“Meski tidak bisa dibilang teman yang akrab...tapi ada seorang laki-laki yang pernah makan bersamaku dua kali.”

“Eh, siapa-siapa!? Ia anak mana!?”

Marimero menjawab sambil tersenyum masam saat Akari-chan terus menanyakannya,

Teman kuliah Kashima-kun yang dikenalkannya padaku. Kedua kalianya saat aku pergi berempat dengan Luna dan Kashima-kun.

Wah, pasti cowok Houou dong!

Iya...

Bagaimana? Ganteng?

...Yah, wajahnya memang ganteng, sih.

“Ehh~ bagus dong! Kapan kencan kalian berikutnya?

...Entahlah. Kayaknya bukan seperti itu.

Hah? Gimana maksudnya?

Yah, kayaknya ia tidak terlalu tertarik padaku, sih... Dua kali itu cuma membahas jurusan doang, jadi aku tidak tahu orangnya kayak apa.

Setelah mendengar perkataannya, Akari-chan tampak terkejut.

Lho? Mustahil ada cowok yang enggak tertarik sama Marimero! Itu sama saja seperti orang Jepang yang nggak suka ayam goreng!

Tapi, liat ini...coba lihat Line ini.”

Marimero mengeluarkan ponselnya dan memperlihatkan layarnya pada Akari-chan.

Akari-chan yang sedang menatap layar tampak terkejut.

“Apa, ini seriusan!?”

“Seriusan lah.”

“Uwahh……

Saat melihat layar itu, Akari-chan langsung memasang wajah jijik.

Wah, yang begini sih memang sebaiknya dihindari.

Lalu dia bertanya-tanya.

...Kok Kashima-kun bisa berteman sama orang begini, sih? Kashima-kun 'kan orang baik. Waktu SMA juga, meski ia pendiam tapi ia justru kelihatan asik. Yusuke, setelah aku mengenalnya lebih dekat saat kami mulai berpacaran, ternyata ia punya selera humor yang tinggi dan menyenangkan. Nishina-kun juga, Nikorun pernah bilang kalau dia suka mengobrol dengannya.

Marimero mengangguk setuju.

Iya... Itulah sebabnya, pasti ada sisi baiknya, cuma aku belum bisa melihatnya.

Sambil menyimpan kembali ponselnya, Marimero menggeleng-gelengkan kepalanya dengan bingung.

“Hanya saja, aku masih belum mengetahuinya....”

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama