[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 1 Bagian 3 Bahasa Indonesia

 BAGIAN 3


Ketika aku kembali ke rumah keluarga Konohana, aku duduk di kamarku dan menghadap laptopku.

“Kantor dan peralatannya sudah siap. Aku juga sudah mendapatkan para insinyur yang akan menjadi karyawan perusahaanku. Aku juga sudah memiliki rencana desain kasar untuk situs e-commerce ...... Oke, mari kita gunakan fungsi lompati waktu di sini.

Ketika kamu ingin memulai usaha dari awal di kehidupan nyata, pada awalnya kamu akan mengalami kesulitan dalam pendanaan. Jika kamu terlalu fokus pada masalah ini, kamu tidak akan bisa menikmati interaksi dengan perusahaan lain yang merupakan inti dari permainan manajemen.

Kurasa lebih baik untuk memperlakukan saat ini hanya sebagai kesempatan untuk belajar tentang manajemen selanjutnya.

(...Sebenarnya, itu adalah masalah yang bisa diabaikan oleh siswa Akademi Kekaisaran.)

Alasan kenapa para pengusaha kesulitan dalam mengumpulkan modal adalah karena mereka harus mencari investor. Tapi, sepertinya di Akademi Kekaisaran, koneksi semacam itu banyak beredar di sana-sini. Kamu akan bisa mendapati banyak siswa yang orang tuanya memiliki perusahaan investasi.

Layar menampilkan tulisan Proses lompat waktu telah selesai.

Dengan demikian, perusahaanku kini telah memasuki tahun kedua sejak didirikan. Dalam game manajemen ini, waktu akan berlalu selama tiga tahun, jadi pada akhirnya perusahaanku akan mencapai tahun kelima.

Aku memeriksa dengan seksama isi layanan yang dihasilkan oleh fitur lompat waktu.

Woahh...!!

Meski hanya di dalam game, aku merasa sendiri ketika terharu melihat perusahaanku berkembang dengan baik.

Saat memeriksa data, berbagai angka ditampilkan, dari jumlah kunjungan pengguna harian hingga jumlah iklan.

Aku juga memeriksa desain halaman beranda, yang menjadi halaman pertama yang diakses pengguna. Meskipun dibuat dengan fitur lompat waktu, ternyata desainnya tidak buruk-buruk amat.

(Mungkin aku harus melihat-lihat perusahaan lainnya juga)

Saat menampilkan peta, aku bisa melihat pemandangan kota yang di-render dari sudut atas miring. Di tengahnya terdapat gedung bertingkat sedang, di mana sebagian adalah kantor milikku.

Sama seperti di dunia nyata, di dalam game juga disediakan alamat untuk kantor. Saat aku mencoba mencari perusahaan milik Taishou, kantor pusat mereka yang berada di Prefektur Osaka ditampilkan di layar.

Karena merasa sedikit penasaran, jadi aku memeriksa di peta dunia nyata, dan ternyata pemandangannya hampir sama. Sepertinya game manajemen ini berusaha mereplikasi pemandangan kota dengan seakurat mungkin.

Dengan rasa kagum, aku memeriksa data perusahaan-perusahaan terdekat.

(... Yah, kurasa itu wajar-wajar saja, mana mungkin aku bisa berada di tingkat yang sama dengan mereka hanya dengan melompati waktu dua tahun.)

Semua murid lain mengelola perusahaan yang jauh lebih besar daripada milikku. Baik modal, pendapatan, maupun jumlah karyawan, semua jumlahnya tak sebanding.

Perbedaan yang tampak jelas dari angka-angka itu, di satu sisi membuatku bisa memahaminya dengan jelas, tapi di sisi lain juga terasa sangat menakutkan.

Tapi, tak masalah.

Pertama-tama, aku harus berusaha menyamai mereka. Jika aku tidak bisa melakukannya sampai setingkat itu, aku bahkan tak layak masuk ke dalam OSIS.

Sehari pun berlalu dalam game, dan angka-angka di perusahaan pun berubah.

Di dunia nyata hanya berlalu 15 menit, tapi di game sudah satu hari. Jika harus menyusun strategi secara real-time, pasti tidak akan sempat. Jadi, aku perlu melakukan persiapan sebelumnya.

(...Ternyata ada NPC-nya juga ya.)

Di dalam dunia game, ternyata ada juga perusahaan yang dikelola oleh NPC dan bukan dikelola oleh siswa. Sepertinya kami bisa melakukan transaksi dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

Yang pertama harus kulakukan adalah... meningkatkan jumlah pengguna.

Saat aku memeriksa tren jumlah pengguna, pada awalnya aku bisa melihat kalau jumlah penggunanya terus meningkat pesat, tapi kemudian menjadi stagnan selama enam bulan terakhir.

Kurasa mengatasi situasi stagnan ini sepertinya akan menjadi tantanganku berikutnya.

Situs tempat orang bisa membeli produk atau layanan online disebut situs e-commerce (EC). Demi meningkatkan jumlah pengguna situs EC milikku, aku mempunyai beberapa ide yang terlintas di pikiranku.

Sambil meregangkan badan sebentar, aku memeriksa jam di komputer. Sekarang sudah hampir pukul 9 malam. Setelah pukul 9, aku tak bisa bermain game lagi. ...Meskipun semangatku masih berkobar, tapi akan kusimpan untuk besok. Hari ini cukup sampai di sini saja.

Tampaknya Hinako juga akan fokus bermain game manajemen untuk sementara waktu demi menjaga integritasnya sebagai Ojou-sama yang sempurna. Makanya hari ini dia tidak datang ke kamarku. Biasanya dia ada di ranjangku saat seperti ini, jadi aku merasa sedikit kesepian juga.

(...Mungkin sesekali aku yang akan pergi menemuinya.)

Aku menutup laptopku dan keluar dari kamar.

Saat aku menuju ke kamar Hinako, aku berpapasan dengan seseorang yang kukenal.

...Takuma-san?

Hm? Oh, Itsuki-kun ya.

Pria bertubuh tinggi kurus yang mengenakan setelan jas mahal itu, Takuma-san, berbalik menghadap diriku.

Dia membawa setumpuk dokumen di tangannya. ...Sebagai orang yang tahu sifat aslinya, dokumen itu terlihat mencurigakan bagiku.

Tolong jangan terlalu waspada begitu. Apa aku pernah melakukan sesuatu padamu?

Tidak... Ini lebih seperti refleks.

“Itu bahkan membuatku semakin sedih.

Padahal ia tidak terlihat sedih sama sekali.

“Oh iya, kalau dipikir-pikir, mulai hari ini kamu sudah bisa memainkan game manajemen, ‘kan? Apa kamu berhasil mendirikan perusahaanmu sendiri?

Ya... Tunggu, kok Takuma-san bisa tahu kalau aku memilih mendirikan perusahaan?

Entah kenapa aku merasa kalau kamu pasti akan melakukannya.

Ia masih memiliki kemampuan observasi yang menakjubkan seperti biasanya.

EQ... Atau sebutan lainnya adalah kecerdasan emosi. Katanya Takuma-san memiliki kecerdasan emosional yang luar biasa, dan bisa mengerti apa yang dipikirkan orang hanya dengan melihat ekspresi wajah mereka.

Lalu, perusahaan apa yang kamu dirikan, Itsuki-kun?

...Aku mendirikan perusahaan yang mengelola situs belanja online khusus hadiah.

Oh, begitu. Bisnis e-commerce memang bagus, karena pasar-nya masih akan terus tumbuh. Dan staf pengajar di Akademi Kekaisaran juga cukup memperhatikan tren, jadi sepertinya ide-mu akan mendapat apresiasi yang baik.

Takuma menopang dagunya dan mengungkapkan pendapatnya sendiri.

Sambil mendengarkan apa yang dikatakannya, aku mulai berpikir.

...Apa mungkin sebaiknya aku meminta saran darinya?

Aku memang kurang nyaman dengan Takuma-san. Tapi ada semacam firasat samar yang muncul di dalam diriku.

Aku merasa aku bisa tumbuh lebih jauh lagi jika bersama orang ini. Bahkan selama liburan musim panas, aku bisa memutuskan prospek masa depanku berkat Takuma-san, dan karena ia mengetahui tujuanku, aku juga merasa lebih mudah untuk berkonsultasi dengannya.

Selain itu, Takuma-san paham betul masalah perusahaan. Belum lama ini ia membahas tentang budaya kerja yang tidak sehat di Konoha Link Co., Ltd, jadi jelas sekali kalau dirinya menguasai seluk-beluk urusan perusahaan.

Takuma-san. Apa aku boleh meminta saranmu mengenai game manajemen ini? Ada sesuatu yang aku cemaskan mengenai apa yang harus kulakukan untuk langkah selanjutnya.

“Secara khususnya, masalah apa yang sedang kamu cemaskan?

Sekarang ini, setelah menggunakan fitur lompat waktu, aku sedang memikirkan cara untuk meningkatkan jumlah pengguna. Tapi dengan anggaran yang terbatas, aku tidak bisa mencoba semuanya...

Jadi kamu ingin tahu cara yang efektif, begitu?

Aku mengangguk, lalu Takuma-san tampak berpikir sejenak.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kamu membantuku dengan pekerjaanku? Seperti yang kau lihat, aku sedang sibuk dengan pekerjaan kantor.

Ia mengangkat sedikit berkas-berkas yang dipegangnya.

“Aku merasa tidak keberatan jika aku bisa membantu, tapi...

“Jangan khawatir, tugasmu hanya merapikan dokumen, jadi tidak akan sulit kok.

Takuma-san berbalik dan berjalan menuju suatu tempat. Aku pun mengikutinya.

Ia masuk ke ruang kerja kecil di lantai pertama mansion. ...Ini pertama kalinya aku masuk ke ruangan ini. Kalau tidak salah, menurut Shizune-san, ini adalah ruang untuk tamu bekerja. Kupikir ruangan ini jarang sekali digunakan, tapi ternyata memang kadang dipakai oleh anggota keluarga yang jarang di rumah.

Takuma-san lalu menyerahkan padaku setumpuk kertas yang berisi sekitar 50 lembar.

Ini... surat-surat email ya? Kenapa repot-repot harus mencetaknya segala...

“Demi perubahan suasana. Akhir-akhir ini aku hanya menatap layar komputer, jadi aku merasa rindu pada kertas. Yah, pada akhirnya aku meminta bantuanmu karena aku tak punya waktu untuk membacanya.

Aku juga akhir-akhir ini hanya menatap layar komputer, jadi aku bisa sedikit memahaminya.

Usahanya untuk meningkatkan motivasi kerjanya mungkin merupakan kemampuan yang dibutuhkan sebagai orang dewasa yang bekerja.

Tolong pisahkan mana yang perlu aku balas dan mana yang tidak. Dan untuk yang tidak perlu dibalas tapi isinya singkat, tolong sampaikan padaku secara lisan. Setelah itu, kamu bisa membuangnya.

Takuma-san duduk di kursi kerja sambil membaca dokumen-dokumen.

Dengan sedikit ketegangan, aku mulai menata dokumen-dokumen itu.

Ada surat ucapan terima kasih dari Perusahaan Arise yang mengatakan bahwa berkat Takuma-san, negosiasi mereka jadi berhasil.

Hmm.

Dari Perusahaan Wiz Partners, mereka akan mengirimkan prototipe dalam waktu dekat.

Mengerti.

Takuma menimpali laporanku saat ia mengerjakan dokumen.

Ada kabar dari Menteri Pertahanan, mereka menerima kontrak... Hah? Menteri Pertahanan...!?

“Mereka adalah pelanggan penting kami.

Kemunculan nama besar yang tak terduga itu membuatku terkejut tanpa sadar.

... Seperti yang kuduga, sepertinya Takuma-san adalah seseorang yang bisa melakukan pekerjaannya.

Kalau tidak, mustahil ia bisa mempunyai kenalan luas seperti ini. Jika dirinya bisa berurusan dengan tokoh politik ternama itu berarti ia sudah cukup dipercaya oleh pihak lain.

... Sudah selesai.

Kerja bagus.

Penataan dokumen telah selesai.

Saat aku menatap ke arah Takuma-san, rupanya ia masih membaca dokumen yang tampak sulit.

Pekerjaanku masih memakan waktu sedikit lebih lama. Kalau kamu masih mempunyai waktu luang, kamu boleh melihat-lihat dokumen di sana. Mungkin itu bisa menjadi pelajaran.

E-Ehh? Apa boleh? Apa tidak ada dokumen rahasia perusahaan atau semacamnya?

“Sekarangt sudah terlalu terlambat, bukan?”

Yeah, benar juga sih...

Aku merasa malu pada diriku sendiri karena aku sempat berpikir kalau orang ini sebagai orang yang normal meski hanya sesaat, tapi..... ternyata aku salah. Takuma-san memang orang yang seperti itu.

Mungkin aku juga aneh karena sampai meminta saran darinya.

Aku pun mengambil dokumen yang menarik perhatianku.

Ini...

“Itu adalah proposal untuk perusahaan manufaktur.

Aku masih tidak bisa memahaminya hanya dari penjelasannya. Tapi aku merasa tidak enakan meminta Takuma-san yang sibuk untuk menjelaskan lebih rinci, jadi aku membaca dokumennya sendiri untuk memahaminya lebih dalam.

(... Jadi, intinya, mereka sedang meminta kerja sama perusahaan lain untuk menyelesaikan produk mereka.)

Sepertinya Perusahaan Elektronik Grup Konohana sedang mengembangkan AC mewah untuk kalangan konglomerat di luar negeri. Untuk meningkatkan kinerja yang lebih baik, mereka ingin menggunakan komponen yang telah dikembangkan perusahaan lain, jadi mereka meminta izin penggunaan komponen tersebut.

Jika mereka mengizinkan kami menggunakan komponen itu, pihak perusahaan mereka bisa mendapatkan banyak data percobaan yang berharga, yang bisa dibagikan ke pihak mereka juga. Jika AC itu berhasil selesai dengan menggunakan komponen tersebut, itu juga akan meningkatkan reputasi mereka. Tentu saja, kami juga sudah menyiapkan imbalan yang layak. Hal itu tertulis di proposal ini. Jadi, kami menawarkan untuk berbagi data seperti ini, dan mohon dukungannya...

... Apa semua usulan dari proposal ini asli?

Hm?

Tanpa sadar, aku bertanya demikian.

Takuma-san menghentikan pekerjaannya, lalu menatapku.

Itu... Aku merasa kalau beberapa dari proposal ini terasa palsu, atau semacamnya... Aku merasa tujuan asli Takuma-san hanya ingin bertemu langsung dengan pihak mereka.

Di samping proposal itu, ada juga dokumen percakapan email dengan penanggung jawabnya. Tampaknya Takuma-san belum pernah bertemu langsung dengan orang tersebut.

Menanggapi pertanyaanku itu, Takuma-san membelalakkan matannya... dan tertawa.

“Benar sekali. Orang itu keras kepala, jadi sulit menerima proposal tertulis. Tapi aku yakin bisa membujuknya kalau kami bertemu langsung. Itu sebabnya aku menebarkan umpan yang terlihat lezat dulu.

Uwah...

Ketika aku melihat senyum licik Takuma-san, aku sedikit merinding di dalam hati.

Bagaimana kamu bisa tahu?

Eh?

Kamu bisa menebak pemikiranku hanya dari dokumen sepele ini. Hebat sekali.

Tidak, itu hanya firasaku saja. Karena isi proposalnya terasa sedikit kabur begitu....”

Aku tidak begitu mengerti, tapi entah kenapa Takuma-san memandangku dengan serius.

Tapi aku memang tidak bisa menjelaskan perasaan ini dengan kata-kata.

“Untuk beberapa alassan, aku hanya merasa kalau Takuma-san pasti akan melakukan itu.

Jawabanku memang tidak memuaskan, tapi itulah yang aku rasakan, jadi tidak ada cara lain untuk menjelaskannya. Itu benar-benar berasal dari firasatku saja.

Kenapa Takuma-san mendadak jadi serius dengan obrolan sepele semacam ini?

... Aku merubah pikiranku.

Takuma-san berkata dengan suara pelan.

Bagaimana kalau kamu menjadi murid didikanku, Itsuki-kun?

Murid didikan?

Ya. Setidaknya selama game manajemen ini. Bagaimana kalau kamu belajar dariku?

Itu...

“Kedengarannya terlalu bagus untuk jadi kenyataan, sih...

“Oke sudah diputuskan.

Saat aku melihat Takuma-san tersenyum bahagia, aku merasakan sedikit perasaan tidak enak. Apa aku bakalan baik baik saja? Apa aku baru saja membuat kesepakatan dengan iblis?

Kalau begitu, coba tunjukkan padaku keadaan perusahaanmu saat ini. Meskipun sekarang di luar jam game, tapi kamu masih bisa menunjukkan layar utamanya, 'kan?

... Baik, aku mengerti. Aku akan mengambil laptopku dulu.

Setelah kembali ke kamarku, aku membawa laptop yang tadi kutinggalkan di meja dan kembali menuju ruang kerja Takuma-san. Aku membuka laptop dan menunjukkan layar beranda game itu kepadanya.

Saat ini begini kondisinya, dan aku ingin meningkatkan jumlah penggunanya...

Sambil menampilkan layar, aku mulai menjelaskan kondisi perusahaanku saat ini.

Setelah mendengar pemikiranku, Takuma-san terdiam sejenak, lalu...

“Kurasa kamu lebih baik menambah iklan daripada menambah jumlah produk.

Ia menyimpulkannya dengan singkat.

Perusahaanmu bukan yang membuat produknya sendiri, jadi mengandalkan informasi dari mulut ke mulut itu sia-sia. Hal ini sama saja seperti restoran yang bilang 'kami mengandalkan citarasa'.

Apa itu contoh yang buruk...?

Ya, memang sudah seharusnya mengandalkan citarasa.

Maksudnya, jangan berkutat pada salah satu faktor saja, tapi aku harus bersungguh-sungguh di bidang lain juga?

Sebaiknya kita tentukan dulu konsep dunianya.

Konsep dunia?

Kalau perusahaan mempunyai konsep dunia sendiri, itu akan lebih mudah menyampaikan citra ke orang lain. Seperti contoh restoran tadi, kamu bisa mengadaptasi konsep gaya rumah tradisional atau masa depan. Begitu konsepnya jelas, tinggal buat iklan yang menonjolkan konsep tersebut.

Baik, terima kasih atas sarannya.

Menentukan konsep dunia seperti apa, itulah tugasku.

Berbeda dengan restoran, karena ini situs penjualan online, sebaiknya konsepnya lebih universal agar bisa menjangkau banyak orang.

...Karena ini situs belanja online, target utamanya kemungkinan besar orang dewasa yang punya kartu kredit. Jadi, konsep seperti pertemanan orang dewasa mungkin cocok. Bukan dalam artian saling berpura-pura atau basa-basi, tapi citra orang dewasa yang cerdas dan profesional.

Tapi, nama perusahaan ini agak sederhana, ya.

Uhh...

Ia menusuk tepat ke kelemahanku.

Yah, nama perusahaan memang sering kali meakai nama pendirinya. Jadi, tidak usah terlalu dipikirkan. Perusahaan kami juga begitu, ada Toyoda-san, Ishibashi-san, dan lain-lain. ...Tapi, kalau perusahaan IT, bukankah sebaiknya memilih nama yang lebih keren sedikit?”

Itu... karena aku tidak punya selera penamaan yang bagus...

Belakangan ini ada banyak perusahaan yang menggunakan crowdsourcing untuk mencari nama. Soalnya manajemen itu kan tidak bisa dilakukan sendiri, jadi kamu harus banyak melibatkan orang.

Benar juga, persis seperti yang dikatakan Tennouji-san, permainan manajemen itu lebih baik dilakukan dengan melibatkan banyak orang lain. Apalagi Takuma-san yang terlibat di banyak bidang bisnis pasti lebih mengetahuinya.

“Baiklah, bagaimana kalau aku memberi tugas? Coba cari tahu cara manajemen dari orang-orang yang biasa berinteraksi denganmu dan melaporkannya padaku sebelum hari Jumat. Kurasa berbicara dengan Hinako, Tennouji-san, dan Miyakojima-san saja sudah lebih dari cukup.”

Bagaimana dia bisa mengetahui orang-orang yang kukenal? Tapi, kurasa terlalu banyak memikirkannya juga tidak ada gunanya.

“Selain itu, aku hanya berada di mansion hanya untuk hari ini. Jadi lain kali kita bicara lewat video call saja.

Baik, aku mengerti, terima kasih banyak untuk hari ini.

Santai saja, kamu tidak perlu khawatir, aku hanya berinvestasi saja kok.

“Berinvestasi?

Ketika aku membalasnya dengan keheranan, Takuma-san mengangguk dan berkata,

Ya, aku berinvestasi pada bakatmu.

Lalu Takuma membawa tumpukan berkas dan keluar dari ruang kerja.

Aku juga keluar dari ruangan dan berjalan kembali ke kamarku, merenungkan kembali perkataan Takuma-san sebelumnya.

...Bakat?

Apa maksudnya aku punya bakat?

Aku memikirkannya sejenak, tapi aku segera menepis pikiran tersebut. Seperti yang tadi kupikirkan, terlalu banyak memikirkan hal itu juga tidak ada gunanya. Sekarang yang penting adalah menyelesaikan tugas yang diberikan Takuma-san.

Saat aku semakin mendekati kamarku, aku bisa melihat bayang-bayang seseorang di depan pintu.

Rupanya itu Hinako.

Ah iya, kalau dipikir-pikir, sebenarnya alasanku keluar kamar tadi adalah untuk menemui Hinako.

Hinako sekarang ada di depan kamarku... sepertinya dia sedang berusaha merapikan rambutnya dengan sungguh-sungguh.

...Apa yang sedang dia lakukan?

Hinako?

“Eh!? It-Itsuki...?

Hinako berbalik dengan terkejut.

Tumben sekali, jarang-jarang aku bisa melihat Hinako segugup ini.

Ka-Kamu dari mana saja selama ini...?

Tadi aku sedang mengobrol sebentar dengan Takuma-san.

“Ugh...

Sepertinya Hinako masih merasa tidak nyaman dengan Takuma-san.

Hinako juga hari ini fokus bermain game manajemen, ya.

...Iya. Sebenarnya aku ingin menyelesaikannya lebih cepat, tapi... aku dipanggil oleh Papa.

Dipanggil Kagen-san? Apa itu soal game manajemen?

Ya. Sebagai putri pewaris Keluarga Konohana, aku disuruh mendapatkan hasil yang pantas.

Hinako tampak murung.

Aku berniat segera mengerjakan tugas yang diberikan Takuma-san padaku, tapi Hinako sepertinya sedang kelelahan, jadi kurasa lebih baik tidak membahas game manajemen hari ini.

Suasana hening muncul ketika percakapan terhenti, Hinako tampak gelisah, memandang ke kiri dan kanan.

“Umm... Mau masuk ke kamarku dulu?

...Ya, ma-mau.

Hinako mengangguk kecil dengan pipi yang sedikit memerah.

Dalam suasana yang agak aneh ini, aku membawa Hinako masuk ke dalam kamarku.

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Hinako)

Setelah memasuki kamar Itsuki, Hinako melihat-lihat suasana kamar seperti biasanya.

Mungkin Itsuki tidak menyadari kebiasaannya ini.

(Ah... Tempat pensilnya bertambah)

Karena Hinako sering mengunjungi kamar Itsuki, jadi dia langsung menyadari perubahan di kamar tersebut, di sana ada tempat pensil hitam baru di atas meja.

Hinako suka datang ke kamar Itsuki.

Awalnya kamar ini terkesan rapi, tanpa ada banyak barang-barang yang tak berguna, memberi kesan seakan-akan kamar ini hanyalah tempat tinggal sementara. Tapi setiap hari, kamar ini semakin diwarnai oleh Itsuki. Peralatan tulis bertambah, sandal bertambah, jam dinding bertambah, komputer bertambah... Rasanya seolah-olah Itsuki semakin menjadi penghuni rumah ini, dan hal tersebut membuatnya senang.

Biasanya Hinako akan langsung berbaring di tempat tidur Itsuki serasaya menikmati rasa aman di hatinya. Tapi...

(Jangan... Jangan seperti biasa lagi!!)

Tiba-tiba keringat mengalir di dahinya.

(Sudah kuduga... Aku tidak bisa melakukannya dengan tenang seperti dulu!!)

Hinako tidak bisa mengendalikan debaran hatinya.

Bahkan sebenarnya, kemarin dia juga sama sekali tidak bisa tidur nyenyak di tempat tidur Itsuki. Meski dia berbaring di sana, dia tetap terjaga dan hanya mendengarkan percakapan antara Itsuki dan Shizune.

Dalam banyak adegan di manga shoujo, kamar lawan jenis sering dianggap sebagai tempat yang istimewa.

Dan Hinako mulai memahami perasaan itu sekarang.

Ada ketegangan misterius yang memberitahunya bahwa dia tidak boleh melakukan sesuatu yang aneh.

Boleh aku memakai laptopku dulu? Soalnya ada sesuatu yang mau kucatat...

I-Iya, boleh...

Ketika Hinako mengangguk, Itsuki langsung menghadap ke arah layar laptopnya.

Hinako duduk di tepi ranjang, memperhatikan profil Itsuki yang serius. ...Sosok Itsuki yang sedang berusaha sekuat tenaga selalu terlihat keren.

Lalu tiba-tiba, Itsuki menoleh ke arahnya.

Apa Itsuki menyadari kalau sedari tadi dia menatapnya lekat-lekat? Karena merasa panik, Hinako buru-buru langsung mengalihkan pandangannya.

Dia bisa mendengar suara ketikan keyboard.

Hinako kembali memandang Itsuki, dan kali ini pandangan mereka saling bertemu.

...Ke-Kenapa dari tadi kamu terus melirik-lirik kemari?

Tidak, kupikir aku akan menggendongmu ke kamarmu jika kamu tertidur.

Menggendong...?

Iya. Aku sudah pernah melakukannya beberapa kali, kan?

Kalau dipikir-pikir lagi, sepertinya memang pernah....

...Kalau aku memintanya, apa hari ini aku juga akan digendong lagi?

Hinako memandangi Itsuki yang mengetik dengan serius.

(Tidak boleh... Akhir-akhir ini aku langsung ingin bersikap manja padanya.)

Meski dirinya bersikap manja, Hinako berpikir kalau Itsuki pasti tidak akan membencinya.

Pertama-tama, bagaimana pendapat Itsuki mengenari dirinya? Karena merasa penasaran, Hinako pun mulai membuka mulutnya.

...Itsuki, bagaimana pendapatmu....mengenai aku?”

Hm?

Itsuki menatapnya dengan membelalakkan matanya.

(Tu-Tunggu, bukannya itu terlalu blak-blakkan...!)

Hinako langsung menanyakan apa yang dia pikirkan.

“Ma-Maksudku... Bagaimana menurutmu tentang aku yang ceroboh ini...?

Saat Hinako menggantinya dengan pertanyaan yang berbeda, Itsuki tampak memikirkannya agak mendalam.

Hinako memang kadang-kadang khawatir soal itu, ya.

Mm...

Tapi seperti yang sudah kubilang sebelumnya, aku sama sekali tidak keberatan. Justru aku merasa terhormat bisa mendukungmu yang selalu berusaha keras...

Itsuki berkata demikian dengan ekspresi malu-malu.

Wajah Hinako seperti akan meleleh, jadi dia menutupi pipinya dengan telapak tangannya.

Itsuki memang pernah mengatakan hal itu sebelumnya. ... Pada saat itulah Hinako mencoba mengubah orang yang membangunkannya di pagi hari dari Itsuki menjadi Shizune. Ternyata sejak saat itu, dia sudah mulai memandang Itsuki sebagai lawan jenis. Karena Hinako merasa malu kalau penampilannya yang baru bangun tidur dilihat oleh Itsuki.

Itsuki sepertinya memang suka merawat orang lain.

Karena kepribadian Itsuki yang seperti itu, jadi Hinako tahu kalau ia tidak akan kecewa melihat sosok aslinya berapa kalipun. Tapi tetap saja, kadang-kadang Hinako ingin memastikannya.

(...Perasaan cinta tuh memang aneh, ya)

Kepercayaannya kepada Itsuki tidak pernah goyah. Tapi akhir-akhir ini, Hinako justru merasa sering cemas dibandingkan sebelumnya.

Dibutuhkan sedikit keberanikan untuk bersikap apa adanya dan menjadi diri sendiri.

Tapi kalau Itsuki tidak menerima dirinya apa adanya, jarak di antara mereka takkan semakin dekat.

Boleh aku tidur.... di ranjangmu? Mungkin aku akan ketiduran...

Ah, iya. Aku akan belajar, jadi kamu bebas melakukan apapun di sini seperti biasa, Hnako.

Hinako berbaring di tempat tidur Itsuki.

Kalau menerima diri apa adanya merupakan hal yang penting dalam hubungan cinta normal... Lalu bagaimana dengan dirinya yang sudah diterima apa adanya sejak awal?

Mungkin Hinako sedang menjalani kehidupan cinta yang cukup rumit.

Saat dia mulai setengah mengantuk memikirkan hal itu...

Hmm? Rupanya dari Tennouji-san.

Telinga Hinako langsung bergerak.

Itsuki langsung mengangkat ponselnya. Sepertinya ia menerima panggilan telepon.

“Halo, Tomonari-san?”

Terdengar suara Tennouji-san bergema di ruangan yang sunyi.

Tennouji-san, ada apa?

“Bukan apa-apa. Kupikir kamu mungkin sedang mengalami kesulitan soal game manajemen, jadi aku ingin menawarkan bantuan.

Hinako perlahan-lahan bangkit dari tempat tidur.

Panggilan telepon pada jam segini...?

Hinako menatap tajam ke arah Itsuki, tapi sepertinya Itsuki tidak menyadarinya sama sekali.

Terima kasih atas perhatiannya. Tapi aku baik-baik saja, semuanba sudah beres kok.

“Jadi begitu ya... Tapi tetap saja, aku khawatir. Mengingat kepribadian Tomonari-san, kupikir kamu akan terlalu memaksa diri.”

Aku akan lebih berhati-hati...

Memang, bagian itu juga harus diperhatikan.

Istirahat juga penting, lho. Bagaimana kalau, misalnya Minggu depan kita...

Tennouji-san berbicara dengan ragu-ragu.

Kemudian pada saat itu, Hinako menarik napas perlahan,

Tomonari-kun. Bagaimana kalau Minggu depan kita pergi belanja?

Hah? Suara itu... Ko-Konohana Hinako!?

Hinako berbicara dengan suara yang lebih keras dari biasanya supaya rival di ujung telepon bisa mendengarnya.

Itsuki melonjak kaget.

Atau kalau kau mau, kita nonton film juga boleh, lho?

Eh, film...!? Tomonari-san!? Bisakah kamu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi!?

Wajah Itsuki langsung dipenuhi dengan keringat dingin yang membasahi mukanya.

A-Ah, tidak! Sebenarnya aku sedang membicarakan tentang game manajemen dengan Konohana-san!

Benarkah? Bukannya tadi kalian sedang merencanakan kencan biasa di hari libur!?

Ah, ma-maaf, kayaknya sinyal jadi buruk jadi aku harus menutupnya, ya!

He-Hei—

Itsuki buru-buru menutup teleponnya dengan panik.

Meskipun dia bisa mendesaknya lebih jauh lagi... Tapi Hinako memutuskan untuk membiarkannya sampai di sini saja.

...........Hinako?

Itsuki menatap Hinako dengan waspada, seolah-olah ia melihat ranjau darat yang baru saja diinjak.

Jadi... Kamu mau menonton film?

...Tapi hari itu aku harus menghadiri acara makan malam, jadi aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Seolah bertanya 'Lalu tadi itu apaan?' raut wajah Itsuki menunjukkan kebingungan.

Hinako sendiri juga tidak tahu. Dirinya juga tidak yakin.

Tapi, perasaannya menjadiiiiiiii sangat campur aduk saat melihat Itsuki mengobrol dengan Tennouji.

...Aku mau tidur.

Eh?

Hinako kembali berbaring di ranjang, membuat Itsuki semakin kebingungan.

Satu-satunya yang bisa terdengar hanyalah suara jarum jam yang berdetak.

Anu, Hinako. Ini sudah waktunya mandi, lho...

Gendong aku.

...

Gendong aku.

Meski Itsuki bingung, tapi Hinako mengabaikannya.

Akhirnya, Itsuki menggendong Hinako dalam gendongan ala putri dan membawanya ke kamarnya.

Saat tubuhnya terangkat dalam dekapan lengan Itsuki yang ternyata kuat di balik pakaiannya, wajah Hinako menunjukkan ekspresi berseri-seri dengan bangga.

Rasakan itu, Tennouji Mirei.

Inilah yang dinamakan jarak fisik yang sesungguhnya.




 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama