[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 1 Bagian 4 Bahasa Indonesia

 Bab 1 Bagian 4

 

Keesokan harinya. Topik pembicaraan utama di akademi hari ini adalah tentang game manajemen.

Berbeda dengan kemarin, hari ini aku bisa sedikit terlibat dalam pembicaraan itu. Dengan memiliki perusahaan sendiri, aku bisa menerima apa yang sedang dibahas oleh semua orang sebagai pihak yang terlibat.

Yah, meski begitu, Tomonari-kun... menamai perusahaanmu sendiri dengan nama 'Tomonari Gift', rasanya agak bagaimana gitu...?

Asahi-san berkata sambil tersenyum masam. Di sampingnya, Taishou juga menampilkan ekspresi yang rumit di wajahnya.

Selama waktu istirahat. Aku berbicara dengan Taishou dan Asahi-san tentang game manajemen. Walaupun aku sudah memberikan beberapa pendapat di pertemuan teh, aku pikir aku harus melaporkan kemajuannya, tapi...

...Aku mulai sedikit menyesalinya.

Apa?! Tidak, tidak, namanya tidak seburuk itu kok?! Hanya saja, aku merasa kalau nama itu terdengar seperti perusahaan manufaktur, sih...

Melihat aku yang menjadi lesu, Asahi-san dengan panik mencoba menyemangatiku kembali.

Tomonari Gift Co., Ltd. Itulah nama perusahaanku.

Seperti yang dikatakan Takuma-san, aku baru menyadari kalau nama tersebut tidak terlalu terlihat seperti perusahaan IT.

Bagaimana dengan kinerja perusahaanmu?

Setelah menggunakan fungsi melompati waktu, perkembangannya jadi stagnan. Tapi aku sudah menemukan solusinya, jadi kurasa aku bisa mengatasinya.

“Sepertinya berjalan dengan lancar ya. ...Perusahaanku juga agak stagnan, jadi aku harus melakukan sesuatu.

Taishou juga terlihat khawatir dengan manajemen perusahaannya.

(... Aku juga harus mengerjakan tugas dari Takuma-san)

Tugas yang diberikan Takuma-san adalah untuk menyelidiki bagaimana cara mengelola bisnis dari Hinako, Tennouji-san, dan Narika. Batas waktunya adalah hari Jumat, jadi masih ada dua hari lagi. Mengingat Takuma-san, ia pasti tidak ingin aku bersantai-santai, tapi meneliti mereka satu per satu dengan hati-hati.

Pertama-tama, aku melihat ke arah Hinako, tapi dia sudah dikelilingi teman-teman sekelas. Sepertinya dia sedang menerima konsultasi tentang game manajemen.

Aku masih bisa berbicara dengan Hinako meskipun itu di luar akademi. Malahan, mungkin rasanya lebih nyaman jika aku menanyakannya setelah pulang ke rumah.

... Hari ini, aku akan mencoba berbicara dengan Tennouji-san.

Sama seperti Hinako, sepertinya Tennouji-san juga selalu dikelilingi banyak orang. Mungkin sebaiknya aku langsung menanyakan jadwalnya, baik saat istirahat makan siang maupun setelah sekolah.

Saat aku sedang memikirkan tugas dari Takuma-san...

Semuanya.

Terdengar suara yang lembut dan halus.

Ah, Suminoe-san! Selamat pagi!

Selamat pagi.

Suminoe-san menundukkan kepalanya dengan tenang.

“Aku minta maaf karena kemarin menolak undangan minum teh.

Tidak apa-apa, aku yakin Suminoe-san juga pasti sedang sibuk, 'kan?

"Memang, saat game manajemen dimulai, ada banyak yang harus kulakukan.

Asahi-san dan Taishou masing-masing berkata kepada Suminoe-san.

Sementara itu, aku kehilangan momentum untuk berbicara dan hanya diam saja.

Tomonari-kun, kamu tidak terlalu sering berbicara dengan Suminoe-san, ya?

"Itu memang benar... Ya, walaupun tidak sepenuhnya tidak pernah, sih.

Seolah-olah bisa membaca pikiranku, Sumiyonoe-san tersenyum lembut padaku.

Ufufu, kamu tidak perlu terlalu kaku begitu. Kita 'kan teman sekelas.

...Maafkan aku.

Sepertinya dia menyadari bahwa aku menjadi tegang.

Suminoe Chika.

Di antara teman-teman sekelasku, dia adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa berbicara setara dengan Hinako. Selain gerakan yang sopan seperti Hinako dan Tennouji-san, penampilannya yang manis dan lembut juga sering menjadi bahan pembicaraan di kalangan siswa laki-laki.

Kulitnya yang putih dan bersih seperti salju. Rambutnya yang hitam dan lembut menjuntai dari bahu hingga pinggang. Dari aura lembutnya dan anggun, dia memancarkan suasana “Ojou-sama” yang berbeda dari Hinako.

Ini bukan pertama kalinya aku berbicara dengan Suminoe-san. Dulu, saat aku membantu Narika dalam rencana untuk keluar dari zona 'tidak punya teman', aku beberapa kali berbicara dengannya. ... Aku berpikir bahwa agar bisa dekat dengan Hinako, aku harus juga akrab dengan teman-teman Hinako, termasuk Suminoe-san.

Meskipun begitu, karena kami berdua jarang berinteraksi, jadi jumlah percakapan kami juga tidak banyak. Karena hubungan kami seperti itu, aku jadi tegang ketika dia tiba-tiba mengajakku bicara. Karena aku sudah terbiasa dengan Hinako dan Tennouji-san, jadi itu tidak masalah, tapi sudah lama sekali sejak aku merasakan aura bangsawan yang tinggi, jadi hal itu membuatku sedikit gugup.

“Kita berdua memang jarang mempunyai kesempatan berbicara langsung seperti ini. Tapi aku sepertinya cukup tahu banyak tentang Tomonari-san, lho?

Eh... Kenapa bisa begitu?

“Karena Tomonari-san tampaknya akrab dengan Konohana-san. Dan juga...

Suminoe-san sekilas melihat ke arah orang-orang yang berkumpul di sini.

Tomonari-san selalu dikelilingi berbagai macam orang.

...Apa iya?

“Ara, kamu bahkan luar biasa karena tidak menyadari itu sama sekali.”

Dia dengan entengnya mengatakan hal seperti itu sampai-sampai membuatku jadi malu.

Entah bagaimana... Dia mirip seperti bidadari.

Rasanya begitu murni, dan tidak ada yang kotor.

Meskipun aku tidak ingin membandingkan, tapi sepertinya Suminoe-san paling banyak disukai setelah Hinako di kelas ini. Aku jadi mengerti alasannya. Baik asal-usul maupun kepribadiannya, dia memiliki keduanya.

Pada saat itu, bel tanda masuk berbunyi.

Ah.

Ketika mendengar bel berbunyi, aku tanpa sadar berseru.

Ada apa, Tomonari-kun?

Tidak... Sebenarnya ada yang ingin kubicarakan dengan Tennouji-san, tapi karena sekarang sudah mulai jam belajar, jadi aku akan melakukannya saat istirahat nanti.

Aku ingin berbicara dengan Tennouji-san supaya aku bisa menyelesaikan tugas dari Takuma-san.

...Dengan Tennouji-san?

Suminoe-san tiba-tiba menatapku.

Sepertinya ada sesuatu yang membuatnya penasaran.

Yah, aku ingin membicarakan sesuatu tentang game manajemen.

...Begitu. Tennouji-san memang dapat diandalkan, ya.

Suminoe-san menunjukkan ekspresi paham.

Suminoe-san dulu sekelas dengan Tennouji-san, 'kan?

Ya. Aku sering dibantu olehnya. ...Sejak dulu, Tennouji-san sudah dikagumi oleh orang-orang dari kelas lain.

“Sungguh menakjubkan sekali, meskipun dia masih kelas satu.

Ya. Aku tidak pernah bertemu orang lain yang sebaik dan terhormat seperti Tennouji-san.

Entah kenapa, saat topik pembicaraan beralih tentang Tennouji-san, Suminoe-san terlihat lebih bersemangat. Aku yakin dia pasti sangat menghormati Tennouji-san.

Tak lama kemudian, semua orang duduk di tempat masing-masing, dan jam pelajaran pun dimulai.

 

◆◆◆◆

 

Setelah jam pelajaran selesai, aku segera pergi menuju kelas Tennouji-san seperti yang sudah kurencanakan. Saat mengintip ke dalam kelas C, aku melihat Tennouji-san dengan rambut pirang bergelombangnya yang berkilau.

Seperti yang sudah kuduga, Tennouji-san juga dikelilingi oleh teman-teman sekelasnya... Tapi tiba-tiba, tatapan mata kami bertemu saat aku berdiri di luar kelas.

Tennouji-san memiringkan kepalanya dan berjalan mendekatiku.

Tomonari-san, ada apa?

Maaf kalau aku sudah mengganggu. Tapi ada sesuatu yang ingin aku konsultasikan...

Meski aku merasa bersalah telah menyela pembicaraan Tennouji-san dengan teman-temannya... Entah kenapa, para murid perempuan di dalam kelas itu terlihat semakin bersemangat saat melihatku.

Orang yang di sana, sepertinya ia sering mengadakan 'pesta teh' bersama Tennouji-san...

Kalau begitu, sepertinya ia juga tamu undangan dari 'pesta teh yang terhormat' itu...

Aku bisa mendengar bisik-bisik para siswi di kelas.

... 'Pesta teh yang terhormat'?

Sepertinya perkumpulan teh yang kita adakan sepulang sekolah disebut begitu. Yah, melihat siapa saja yang ikut, memang pantas disebut begitu.

Tapi aku malah berpikiran sebaliknya.

Bahkan Taishou dan Asahi-san pun sepertinya akan menggelengkan kepala mereka untuk membantah perkataan Tennouji-san.

Hari ini kita tidak ada acara pesta teh, kan?

Benar. Tapi kalau terlalu sering, nanti malah mengganggu konsentrasi pada game manajemen.

Kalau begitu, secata pribadi, boleh kita berbicara sebentar sepulang sekolah nanti?

Begitu aku mengatakannya, murid-murid perempuan di dalam kelas itu semakin bersemangat.

Be-Berani sekali...!

Ternyata dia lelaki yang tangguh juga...

Terdengar suara-suara menyemangati yang histeris, dan itu membuatku berkeringat dingin.

... Ups, aku lengah karena akhir-akhir ini aku bisa akrab dengan semua orang. Murid-murid perempuan di Akademi Kekaisaran ini adalah nona-nona manja yang tidak mengerti soal percintaan——dengan kata lain, mereka haus dengan topik percintaan.

Tapi, berbeda dengan mereka, Tennouji-san tetap tenang dan mengangguk.

“Ini soal game, ‘kan?

Ah, iya. Maafkan aku jika ajakanku sedikit membingungkan."

Tidak apa-apa, aku tahu kalau Tomonari-san orangnya begitu.

Tennouji-san tersenyum simpul, tapi entah kenapa senyumnya terlihat sedikit menakutkan.

Sayangnya hari ini aku ada janji lain sepulang sekolah, jadi mungkin aku akan sedikit terlambat...

Tidak masalah. Aku mohon bantuannya.

Baiklah, kita bertemu di kafe biasa sepulang sekolah.

Oke, dengan begini aku bisa melanjutkan mengerjakan tugas dari Takuma-san.

Omong-omong, apa yang ingin kamu konsultasikan?

Sebenarnya, aku sedang meneliti tentang manajemen bisnis beberapa orang.

Wah, niat yang bagus sekali.

Aku juga tertarik dengan manajemen bisnis Tennouji-san, jadi meskipun bukan untuk tugas, aku ingin mendengar ceritanya.

“Aku sendiri menjalankan perusahaan di bidang tekstil."

Bidang tekstil, ya?

Ya. Perusahaanku adalah perusahaan nomor dua di bidang industri, terutama menangani serat sintetis.

Sebagai perusahaan nomor dua di industri, berarti perusahaan itu bukan baru didirikan setelah memulai permainan, tapi sudah ada sebelumnya.

Jadi, tujuan Tennouji-san saat ini adalah menjadikan perusahaan itu nomor satu di industri?

Itu... Aku sendiri merasa kurang yakin.

.....Oh?

Aku mengira akan mendapat jawaban Tentu saja desuwa! tapi ternyata di luar dugaan.

Awalnya memang begitu rencananya, tapi perusahaan terbesar di industri tekstil ini memiliki skala yang berbeda. Mungkin rasanya tidak realistis untuk bisa mengalahkan mereka dalam tiga tahun.

Tennouji-san terlihat ragu-ragu.

(... Aneh sekali, biasanya Tennouji-san sangat mementingkan yang nomor satu.)

Ada sedikit perasaan janggal.

Apa dia mempunyai strategi lain, atau lebih berhati-hati dalam urusan bisnis?

... Rasanya akan memakan waktu yang lama jika aku menceritakannya lebih lanjut, jadi kita lanjutkan nanti sore saja.

Baiklah, aku menantikannya.

Sepertinya aku bisa dapat informasi yang berguna. Aku sangat berterima kasih karena dia sudah menyempatkan waktu di sela kesibukannya.

Oh iya, ngomong-ngomong, soal telepon semalam...

Tennouji-san menatapku tajam.

Aku merasakan keringat dingin mengalir dengan deras di punggungku.

Aku mengetahui tentang situasi di antara kamu dan Konohana-san, tapi... Ja-Jangan bilang kalau kalian berduaan saja di kamar pada malam hari begitu...?!

Ti-tidak, itu...

Tolong jawab dengan berani dan tatap mataku, oke~~~~~~~~~?””

Tennouji-san mendekatkan wajahnya.

Aku secara refleks mengalihkan pandangan.

Tapi, waktu di rumah Tennouji-san juga...

Di rumahku juga...?

“Umm, saat aku menginap di rumah Tennouji-san....”

Aku menginap di rumah Tennouji-san saat hujan deras, dan Tennouji-san membawakan teh ke kamarku.

Pada saat itu kami berdua sama-sama berteriak Ayo tumbangkan Konohana Hinako!!

Saat itu, aku baru pertama kali melihat Tennouji-san dengan rambut terurai sehabis mandi.

Mungkin Tennouji-san sudah melupakannya...

Ma-mana mungkin aku melupakannya...

Tennouji-san segera mengalihkan pandangannya.

“Ma-Mana mungkin....aku akan melupakan hari itu....”

Pipi Tennouji-san terlihat merah merona.

Apa maksudnya itu...? Aku ingin bertanya kepadanya, tapi aku mengurungkan niatku.

Jika aku menanyakan itu, rasanya seperti aku akan melewati batas tertentu--

“Eh.... bukannya suasana di antara mereka berdua cukup bagus ya...?”

Benar, aku jadi ikutan deg-degan sendiri...

Aku bisa mendengar bisik-bisik dari murid perempuan di kelas.

Cara mereka memandang kami, seolah-olah mereka melihat sesuatu yang tidak seharusnya mereka lihat, membuat Tennoji-san dan aku kembali sadar dalam sekejap.

Ah, sebentar lagi jam pelajaran akana dimulai!

Baik! Kalau begitu, sampai jumpa lagi setelah sekolah!

Aku segera berjalan cepat kembali ke kelasnya.

Untung saja itu bisa dilanjutkan nanti sore.

Sepertinya untuk sementara waktu aku tidak bisa berbicara lancar dengan Tennouji-san.

 

◆◆◆◆

 

Sepulang sekolah. Seperti yang sudah direncanakan, aku pergi menuju kafe yang biasa.

Sebelumnya, aku sudah memberitahu Hinako bahwa aku mempunyai acara sepulang sekolah hari ini, jadi tidak bisa pulang bersamanya. ... Akhir-akhir ini, kalau menyangkut Tennouji-san, Hinako selalu bereaksi berlebihan, jadi aku tidak memberitahu siapa yang akan kutemui. Aku hanya diam-diam memberitahu Shizune-san tentang situasiku, dan dia bilang Memang lebih baik untuk merahasiakannya dari Ojou-sama dulu”, jadi kurasa ini keputusan yang benar.

Setelah tiba di kafe dan menunggu sebentar, Tennouji-san akhirnya datang.

Tomonari-san, maaf sudah menunggu lama.

Tidak apa-apa.

Tennouji-san menarik kursi di hadapanku dan duduk.

Lalu... dia bertanya dengan suara pelan.

... Sebenarnya, apa-apaan dengan situasi ini?

... Aku juga ingin tahu.

Aku mengedarkan pandangan di sekelilingku. Suasana kafe jauh lebih ramai dari biasanya. Murid-murid yang duduk di meja lain hanya terus memperhatikan kami.

... Sepertinya ada yang menguping pembicaraan kita selama istirahat tadi siang. Meski begitu, aku tidak menyangka akan sebegini menjadi pusat perhatian.

Tennouji-san juga terlihat bermasalah.

Anak perempuan sepertinya lebih menyukai topik semacam ini daripada laki-laki, dan kebanyakan orang yang hadir di meja itu adalah perempuan. Mereka mendengarkan percakapan kami dengan gelisah.

... Apa apara Ojou-sama itu memang mempunyai banyak waktu luang, ya?

Seharusnya sih tidak mungkin, tapi...

“Umm, kalau begitu sebaiknya kita langsung ke tujuan awalku saja?

Benar. Aku yakin semua orang akan menjadi tenang begitu mereka tahu jika kita menjalin hubungan yang serius.

Tennouji-san berkata demikian sambil mengeluarkan laptop dari tasnya.

Saat aku duduk di sampingnya untuk melihat layar, terdengar suara teriakan. “Kyaa~!” yang histeris dari murid-murid perempuan entah dari mana. Aku dan Tennouji-san berhenti bergerak sejenak, tapi kami pura-pura tidak mendengarnya.

Layar menampilkan informasi tentang perusahaan Tennouji-san. Sebagai pemilik beberapa perusahaan, informasi di layar Tennouji-san jauh lebih banyak dibanding layarku.

... Tennouji-san menjalankan perusahaan tekstil, ‘kan?

Ya. Ini perusahaannya.

Informasi perusahaan itu muncul di layar. Karena mereka adalah perusahaan nomor dua, modalnya dan jumlah karyawannya jauh berbeda dari perusahaanku.

Nah, di sinilah letak masalahnya.”

Tennouji-san menatapku dan menatapku.

Sebenarnya, aku baru saja mengambil keputusan terkait perusahaan tekstil ini. Coba tebak, keputusan apa yang aku ambil?”

Pertanyaan tiba-tiba itu membuatku sedikit terkejut, tapi aku mencoba berpikir dengan tenang.

Perusahaan Tennouji-san merupakan perusahaan nomor dua terbesar dalam industry tekstil. Kalau begitu, yang penting adalah tidak sampai tertelan oleh perusahaan nomor satu, bukan?

Tapi, karena dia menyebut 'sudah mengambil keputusan', jadi sepertinya hal itu bukan mengarah pada memperluas bisnis.

... Apa kamu bermitra dengan perusahaan lain untuk mengalahkan perusahaan terbesar nomor satu di industri?

Jawabanmu lumayan, tapi itu belum benar.

Tennouji-san menggelengkan kepalanya.

Jawaban yang benar adalah — aku menjual perusahaan itu.

Aku jadi terdiam sejenak karena jawabannya di luar perkiraan.

Dijual?

Lebih tepatnya, kami sudah ada kesepakatan untuk menjualnya. Pembelinya adalah perusahaan terbesar di industri ini. Alasan aku punya janji lain sepulang sekolah tadi adalah karena urusan ini.

Jadi bukannya mengejar untuk mengalahkan pesaing terbesar di industri, malah menyerahkan perusahaannya begitu saja kepada mereka.

Kenapa dia malah melakukan hal seperti itu...?

Seolah-olah bisa membaca pertanyaanku, Tennouji-san mulai menjelaskan.

Tentu saja, dengan menjual perusahaan aku bisa mendapat keuntungan penjualan. Perusahaan yang kujual adalah nomor dua di industri, jadi keuntungannya juga sangat besar. ... Keuntungan tersebut akan kuinvestasikan untuk modal dalam bisnis baru selanjutnya.

Setelah menyesap tehnya, Tennouji-san melanjutkan.

Menurutku, dalam jangka panjang, ini akan meningkatkan nilai grup perusahaan.

Saking terkejutnya, aku hanya bisa diam memandangi layar laptop. Tennouji-san terkekeh ketika melihat reaksiku yang termangu-mangu.

Hal yang menarik dari dunia bisnis adalah meskipun mereka pesaing, mereka belum tentu menjadi musuh. Ingat baik-baik, jangan mudah menciptakan musuh, oke?

... Aku akan mengingatnya dengan baik.

Di masa depan, jika perusahaanku berkembang besar dan aku mulai menjalankan bisnis baru selain bisnis yang sekarang, kemungkinan akan menghadapi masalah serupa. Jika pesaingku sangat kuat, sebaiknya jangan keras kepala untuk bersaing, tapi juga perlu mempertimbangkan opsi untuk mengalah demi mendapat keuntungan jangka panjang.

Ara, ada pesan...

Muncul sebuah pop up pesan di layer laptop Tennouji-san.

Pesan itu dari siswa yang sepertinya menjadi mitra transaksi Tennouji-san.

'Terima kasih atas pembicaraan M&A tadi! Aku jadi merasa tenang membeli perusahaan Tennouji-san!'

Setelah membaca pesan itu, Tennouji-san tersenyum seolah-olah dia berhasil membuat pencapaian.

“Karena ini adalah transaksi yang saling menguntungkan, aku jadi merasa lega.”

Kemungkinan besar perusahaan siswa itu akan semakin berkembang pesat setelah mengakuisisi perusahaan Tennouji-san, dan menjadi pemain terkemuka di industri tekstil. Siswa itu pasti membayangkan masa depan yang cemerlang.

Terlihat dari pesannya bahwa dia sangat gembira.

... Kalau Tennouji-san menjadi CEO grup di dunia nyata, apa kamu juga akan menggunakan strategi M&A untuk menjalankan bisnismu seperti ini?

Melakukan keputusan seberani itu di dunia nyata, tentunya tidak semudah itu. ... Tapi, mungkin suatu hari nanti aku akan dihadapkan pada keputusan serupa. Makanya saat ini aku berlatih dengan game ini untuk mempersiapkan diri.

Jangan lupa, ini hanya sebuah permainan simulasi. Jika dianggap akan memberi pelajaran yang lebih baik, tidak masalah untuk memilih tindakan yang mungkin takkan dipilih di dunia nyata.

Terima kasih banyak. Hal itu sangat bermanfaat untuk belajar.

Senang rasanya bisa membantu. Sebagai kawan dan sekutu, aku akan melakukan apa pun untukmu, oke?”

Tennouji-san tersenyum senang.

Sepertinya dia memang suka jika diandalkan oleh orang lain.

“—Oleh karena itu, sebaiknya semuanya juga segera kembali ke urusan masing-masing, oke?”

Tennouji-san berkata demikian sambil melihat ke arah para penonton di kafe.

Para gadis yang sedari tadi memperhatikan kami terdengar salah tingkah. ... Pasti mereka berkumpul di sini karena mengagumi Tennouji-san. Jika Tennouji-san berkata demikian, mereka tidak punya pilihan selain mematuhinya. Para siswi itu menganggukkan kepala sedikit, lalu mulai bubar.

Terakhir, aku bisa mendengar bisik-bisik mereka.

... Pada akhirnya, sebenarnya hubungan mereka berdua itu bagaimana?

... Sebaiknya kita tetap mengawasi perkembangan mereka dengan hati-hati.

Sepertinya mereka belum menyerah sama sekali. Tampaknya aku akan terus diawasi oleh pandangan sekitar untuk waktu yang lama.

Tidak, ... aku tidak punya waktu untuk memusingkan pandangan orang lain.

... Aku juga harus berjuang lebih keras.

Ide memanfaatkan keuntungan penjualan M&A untuk memulai bisnis baru itu sama sekali tidak pernah terpikirkan olehku.

Aku merasa frustrasi. Aku harus belajar lebih keras supaya bisa setara dengan Tennouji-san dan yang lainnya.

Saat aku sedang berpikir begitu...

Tomonari-san.

Tennouji-san berkata dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

“Tidak ada salahnya untuk berjuang lebih keras, tapi jangan sampai memaksakan diri, ya?

... ?

Apa maksudnya aku jangan sampai memaksakan diri?

Kalau itu yang dia maksud, dari awal aku memang tidak berniat melakukan hal itu. Jadi aku menganggukkan kepala sembari menjawab, “Aku mengerti”.


 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

 

 

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama