[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 2 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 2 Suminoe Chika

Bagian 2

 

Sepulang sekolah. Aku dan Kita datang ke kafetaria akademi.

Suminoe-san sebentar lagi pasti datang.

Sesi belajar ini akan dihadiri tiga orang: aku, Kita, dan Suminoe-san. Jumlahnya tidak boleh terlalu banyak, agar masing-masing punya cukup waktu untuk berkonsultasi.

Aku mengajak Suminoe-san saat istirahat siang tadi, dan dia menyanggupi dengan senang hati. Tapi sepertinya dia ada urusan lain sebelumnya, jadi dia akan datang terlambat sekitar setengah jam. Dia juga bilang kalau dirinya tidak bisa lama-lama karena masih ada urusan rumah.

Aku dan Kita yang sudah lebih dulu tiba, membuka laptop dan mengobrol santai sambil masing-masing bermain game.

Maaf ya, waktu itu aku bilang kalau cuma kita berdua saja yang punya latar belakang mirip saat kamu belajar sertifikasi. Ternyata Suminoe-san levelnya jauh di atas kita.

Tidak apa-apa... aku baru menyadarinya setelah kamu mengatakannya. Sebenarnya aku tahu kalau keluarga Suminoe-san punya perusahaan IT.

Aku hanya melupakannya karena memang tidak terlalu dekat dengannya.

“Ngomong-ngomong, Tomonari-kun, apa yang sedang kau kerjakan sekarang?"

Kita bertanya sambil mengintip layar laptopku.

Aku sedang mempelajari bagaimana cara membaca neraca dan laporan laba rugi.

Wow... luar biasa, kamu bener-bener belajar dengan rajin, ya.

Kamu sendiri tidak mempelajarinya, Kita-kun?

Tidak. Di game, angka-angkanya kan langsung dihitung otomatis, jadi kurasa aku tidak perlu mempelajarinya.

Aku juga merasakan hal yang sama saat bermain game. Jika hanya fokus pada kemajuan game, kami tidak perlu bisa baca neraca dan laba rugi.

“Sekarang aku jadi paham kenapa kamu bisa berkembang sangat pesat, Tomonari-kun. Meski kamu sedang sibuk, kamu masih menyempatkan diri belajar hal-hal yang berguna di masa depan.

Aku memang diberi tugas ini oleh Takuma-san, tapi aku sendiri juga ingin menjadikan game manajemen ini sebagai kesempatan untuk mempelajari hal-hal yang berguna di masa depan nanti. Ternyata cara berpikir begitu memang hal yang benar.

Aku yakin kalau semuanya pasti berkat bimbingan Shizune-san dan Takuma-san aku bisa mengembangkan cara berpikir seperti ini. Karena terus menerima bimbingan mereka yang ketat dan rasional, aku jadi bisa melihat sesuatu dari sudut pandang jangka panjang.

Saat aku berterima kasih kepada mereka berdua di dalam hatiku, aku mendengar suara langkah kaki dari belakang.

Maafkan aku sudah membuat kalian menunggu lama.

Saat aku menoleh, Suminoee-san datang dengan rambut terurai lembut.

Tidak, tidak apa-apa. Aku tahu kamu pasti sedang sibuk.

Ufufu, kamu tidak perlu terlalu formal begitu.

Aku dan Kita berdiri untuk menyapanya, dan Suminoe-san menanggapi sambil tersenyum lembut.

Setelah Suminoe-san duduk, pelayan kafetaria datang dengan cekatan untuk mencatat pesanannya. Suminoe-san memesan teh dengan lihai, kelihatannya dia sudah terbiasa.

Keluarga Suminoe-san menjalani perusahaan IT besar, ‘kan?

Ya. Perusahaan kami terutama mengembangkan sistem untuk sektor keuangan.

Ketika aku pindah ke Akademi Kekaisaran, Shizune-san menyuruhku untuk menghafal profil teman-teman sekelasku. Jadi aku memang tahu sedikit tentang perusahaan Suminoe-san. Karena aku tidak banyak berhubungan dengannya, jadi informasi tentang dirinya tersimpan di sudut ingatanku, tapi sekarang aku kembali mengingatnya untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

SIS Corporation, perusahaan IT milik keluarga Sumizome, tercatat di Bursa Efek Tokyo. Perusahaan mereka terutama membuat sistem dan layanan untuk industri keuangan, dan memegang sekitar 50% pangsa pasar dalam pengembangan sistem inti kartu kredit di Jepang. Nama [SIS] sendiri merupakan singkatan dari [Suminoe Information System].

Pantas saja Suminoe-san bisa berbicara dengan santai pada Hinako. Dalam bidang industri IT, perusahaan keluarganya termasuk salah satu yang ternama di akademi.

Suminoe-san juga mempunyai status yang lumayan sebagai Ojou-sama.

Setelah lulus, apa kamu akan meneruskan perusahaan keluargamu, Suminoe-san?

Tidak, aku tidak akan meneruskannya.

Suminoe-san menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaanku.

“Semuanya sudah diputuskan bahwa kakak laki-lakiku lah yang akan meneruskannya.”

Dia menyampaikannya dengan tenang.

...Begitu ya.

Sampai saat ini, aku tidak menyadarinya karena orang-orang di sekitarku kebanyakan adalah penerus perusahaan. Namun, ada juga orang-orang yang seperti Suminoe-san yang tidak meneruskan perusahaan keluarganya.

Meski aku bisa bersekolah di akademi ini berkat kebaikan orangtua, tapi aku tidak berencana terlibat dalam pengelolaan perusahaan setelah lulus. Setelah lulus nanti, aku berniat ingin bekerja di perusahaan lain.

Perusahaan lain?

Ya... Setelah lulus, aku berencana bekerja di bawah perusahaan Tennouji-san.

Di bawah Tennouji-san?

Suminoe-san mulai menjelaskan dengan sopan.

“Ketika aku masih kelas 1 dulu, aku menghabiskan keseharianku dalam perasaan hampa dan tidak punya tujuan. Lalu, Tennouji-san mendekatiku. Beliau mengapresiasi prestasiku, dan menawarkan untuk bekerja di perusahaan IT milik Grup Tennouji setelah lulus nanti. ...Aku sangat bersyukur dengan hal itu.

Dari cara bicaranya dan tindakannya, jelas sekali bahwa Suminoe-san sangat menghormati Tennouji-san.

Sebelumnya, Suminoe-san memanggil Tennoji-san saat mereka sedang mengadakan pesta teh. Rupanya hubungan mereka berdua memang dekat.

“Jika kamu membicarakan perusahaan IT milik Grup Tennouji, kalau tidak salah itu adalah anak perusahaan yang melayani pengguna ya. Itu juga perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Tokyo.

Ya, itu benar, aku merasa tersanjung karena dianggap layak oleh dirinya.

Sepertinya Kita mengetahui tentang perusahaan tempat Suminoe-san ditawari pekerjaan. Dari cara bicaranya, itu pasti perusahaan ternama.

Ngomong-ngomong, Tomonari-kun juga lumayan akrab dengan Tennouji-san, kan?

Tiba-tiba Kita berkata sambil menatapku.

Waktu semester pertama kemarin, aku pernah melihat kalian berdua sedang berdansa di gedung olahraga dan kalian terlihat sangat serasi. Pada akhirnya, ada rumor bahwa kamu dan Tennouji-san menjalin hubungan berpacaran.

Eh, benarkah?

Benar sekali, dulu aku sering mendapat bimbingan Tennouji-san, mulai dari persiapan ujian hingga etika makan. Kurasa ia sedang membicarakan tentang waktu itu.

Mungkin itulah sebabnya aku menarik perhatian lebih dari yang diharapkan ketika aku berbicara tentang game manajemen dengan Tennouji-san tempo hari. Sepertinya isu tentang aku dan Tennouji-san sudah beredar sejak semester pertama.

—Grak.

Pada saat itu, aku mendengar suara aneh.

Aku secara reflek melihat ke sumber suara itu..... aku menoleh ke arah Suminoe-san.

Apa ada sesuatu?

Suminoe-san hanya tersenyum tenang.

...Mungkin itu cuma perasaanku saja?

Tadi aku merasa mendengar suara bergemeletuk, seperti bunyi gigi bergesekan. Tapi pada akhirnya aku tak tahu asalnya dari mana.

Baiklah, sebaiknya mari kita mulai dari topik utamanya. ...Kalian berdua bilang ada masalah yang ingin dibicarakan, bukan?

Suminoe-san membuka laptopnya dan berkata.

Setelah mendengar itu, Kita mengangguk dan mulai mengoperasikan laptopnya.

Boleh aku duluan yang menyampaikan masalahku? Kurasa masalahnya sendiri mudah dimengerti, jadi menurutku kita bisa menyelesaikan pembicaraan dengan cepat.”

Setelah aku mengangguk, Kita menunjukkan layar laptopnya dan mulai menjelaskan.

Perusahaanku sedang mengembangkan layanan berbasis IoT. Tapi, kami kesulitan menemukan perusahaan yang mau bekerja sama dengan kami untuk membantu menguji kesesuaian...

Kalau berbicara soal IoT, pasti dibutuhkan perangkat juga, ya. Uji kesesuaian maksudnya, menyiapkan perangkat itu dan memastikan kompatibel dengan sistem yang sedang dikembangkan?

Iya. Aku memerlukan sensor kelembaban dan akselerometer, tapi aku tidak punya koneksi untuk mendapatkannya.

IoT adalah istilah untuk perangkat yang terhubung ke internet. Ini merupakan salah satu teknologi terdepan yang sedang memperbaiki kehidupan, seperti kulkas yang memberi notifikasi ke ponsel saat pintu terbuka.

Masalah Kita hampir mirip dengan yang pernah kulihat di materi proposal Takuma-san. Intinya, untuk mengembangkan layanan baru, ia membutuhkan berbagai perangkat, tapi ia tidak bisa menemukan perusahaan penyedia.

Suminoe-san meletakkan jarinya di dagu dan berpikir, dia lalu berkata,

Aku mempunyai beberapa produsen yang bisa kurekomendasikan.

Benarkah!?

Ya. IoT sudah menjadi bidang utama, kok. Bahkan di perusahaan keluargaku juga baru-baru ini meluncurkan layanan IoT untuk sektor manufaktur.

Kita terlihat sangat senang dan berkata “Aku sangat terbantu. Sepertinya dia memang kesulitan sebelumnya.

Lalu, bagaimana dengan masalah Tomonari-san?

Aku sedang mencari relasi untuk pendanaan...

Aku menjelaskan garis besar situasiku kepada Suminoe-san.

...Jadi, dengan kata lain, kamu membutuhkan modal untuk memulai layanan baru, ya. Aku bisa memperkenalkan VC yang kukenal, tapi boleh aku mengetahui lebih detil tentang bisnisnya?

Ya, aku akan mengirimkan materinya kepadamu.

Aku lalu mengirimkan data perusahaanku kepada Suminoe-san.

“....Begitu rupanya. Jadi perusahaanmu mengelola situs belanja online yang khusus untuk menjual hadiah, ya.”

Selagi aku meminum kopiku, Suminoe-san tampaknya sudah selesai membaca berkas tentang perusahaanku.

“Boleh aku bertanya mengenai layanan baru apa yang ingin kamu mulai?

“Ya, aku sedang memikirkan untuk membuat katalog.

Katalog...?

Ketika Suminoe-san membelalak terperangah, aku menanggapinya dengan mengangguk.

Sejak awal, industri hadiah didominasi oleh katalog hadiah. Saat ini, layanan TomornaiGift sepenuhnya beroperasi secara online, tapi aku menilai kalau perusahaanku perlu mendekati pelanggan yang kurang melek digital atau pelanggan yang merasa puas dengan katalog hadiah, dengan menerbitkan katalog fisik meskipun butuh biaya lebih.

“Aku ingin menjadikan mereka yang biasa menggunakan katalog hadiah juga sebagai pelanggan kami. Untuk itu, meskipun akan menambah modal biaya, aku ingin membuat katalog fisik secara khusus...

“Itulah sebabnya kamu membutuhkan modal tambahan, ya. Sebagai bisnis baru, kamu juga mungkin perlu mempekerjakan karyawan yang sudah berpengalaman, sesuai kebutuhan.

Sungguh mengesankan sekali, dia dengan cepat menangkap pokok persoalannya.

Sekarang aku jadi paham kenapa Kita menggambarkan Suminoe-san sebagai levelnya berbeda. Selain perusahaan keluarganya yang besar, Suminoe-san sendiri juga tampak cerdas dan mahir dalam bisnis, setara dengan Hinako dan Tennouji-san.

Baiklah, aku mengerti. Aku akan memperkenalkanmu dengan VC yang kuat di bidang IT. Sepertinya mereka akan mau berinvestasi mengingat kondisi TomonariGift saat ini.

Terima kasih banyak.

Sepertinya dia sudah mempertimbangkan kondisi bisnisku saat memutuskannya.

Dengan begini, aku bisa melanjutkan ke langkah berikutnya.

“Ngomong-ngomong, apa Suminoe-san juga punya masalah yang ingin dibicarakan?

Masalahku sudah teratasi. Aku hanya ingin mengetahui bagaimana kondisi bisnis lain dari rekan-rekan satu industri.

Suminoe-san menjawab sambil menyeruput teh. ...Kalau begitu, kurasa pertemuan ini sepertinya memang bermanfaat untuknya juga.

Tiba-tiba aku bertanya.

Apakah perusahaan yang dijalankan Suminoe-san di dalam game sama dengan perusahaan SIS yang dimiliki keluargamu?

Ya. ...Kenapa kamu bertanya begitu?

“Bukan apa-apa, Suminoe-san sendiri yang bilang kalau kamu tidak akan meneruskannya, jadi kupikir kamu ingin memilih pilihan berbeda.

Ah, begitu ya.

Suminoe-san tampak memahami alasan dari pertanyaanku.

Sebenarnya, memang begitulah rencana awalku. Sebelum game ini dimulai, aku berkonsultasi dengan Tennouji-san, apa aku bisa mengelola anak perusahaan mereka. Karena kupikir itu akan berguna untuk masa depan. Tapi Tennouji-san melarangnya. Katanya sangat disayangkan jika aku melepaskan posisi mengelola perusahaan besar seperti itu.

...Jadi, Tennouji-san ingin Suminoe-san bebas memilih?

Sepertinya begitu. Setidaknya aku juga ingin membentuk aliansi dengan Tennouji-san, tapi masalah itu juga ditangguhkan.

Ah iya, kalau tidak salah selama pertemuan pesta teh, Tennouji-san pernah mengatakan kalau aliansi dengan Suminoe-san ditangguhkan. ...Apa mungkin karena dia tidak ingin terlalu membatasi Suminoe-san?

Pada saat itu, ponsel Suminoe-san yang tergeletak di atas meja mulai bergetar.

Maaf, sepertinya jemputanku sudah datang...

Kalau begitu, mari kita akhiri saja pertemuan hari ini. Rasanya cuma Suminoe-san saja yang terus memberi kami saran dan bantuan.

Tidak, aku juga menikmatinya kok.

Suminoe-san menyimpan laptopnya ke dalam tas.

Terima kasih banyak untuk hari ini, Suminoe-san.

“Sama-sama, aku juga merasa berterima kasih.

Suminoe-san kemudian keluar dari area kafetaria.

Kita juga memasukkan laptopnya ke dalam tas dan bersiap-siap untuk pulang.

Kamu tidak pulang, Tomonari-kun?

Aku masih ingin bersantai sebentar dulu di sini.

Sebelumnya aku sudah memberitahu Shizune-san untuk menjemputku nanti. Tapi ternyata pertemuan ini justru selesai lebih cepat, jadi aku masih mempunyai waktu senggang sekitar setengah jam.

Aku bisa saja meneleponnya sekarang untuk menjemputku, tapi karena waktunya hanya setengah jam, jadi aku memutuskan untuk tetap di kafetaria dan main game.

Setelah berpisah dengan Kita, aku menghadap laptopku lagi.

Masalah pendanaan sudah terpecahkan. Selanjutnya, dengan modal ini aku bisa menambah fitur baru dan mendapat keuntungan lebih. Mungkin juga aku harus menambah karyawan jika diperlukan.

(Suminoe-san... Dia benar-benar mengagumi Tennouji-san, ya.)

Sambil aku terus mengetik di keyboard, aku jadi teringat pembicaraanku dengan Suminoe-san.

Cerita tentang Tennouji-san yang memberikan titik balik untuk Suminoe-san yang apatis... Itu pasti sesuatu yang luar biasa. Siapa pun pasti akan mengagumi Tennouji-san kalau mengalami hal semacam itu.

...Entah kenapa, aku merasa senang.

Aku juga berpikir bahwa Tennouji-san adalah orang yang luar biasa. Jadi, aku merasa senang ketika mengetahui ada orang lain yang juga berpikir seperti itu.

Mungkin aku bisa akur dengan Suminoe-san.

Untuk meregangkan tubuhku yang kaku, aku berdiri dan merenggangkan punggung.

...Hm?

Aku menemukan ada sesuatu di bawah kursi yang tadinya ditempati Suminoe-san.

Aku melangkah mengelilinginya dan memungutnya.

Itu adalah buku catatan kulit yang elegan.

(...Ini mungkin punya Suminoe-san, ya.)

Nama Suminoe-san tertulis dengan huruf tegak di sampul belakangnya. Sepertinya dia menjatuhkannya saat dia mengeluarkan laptop dari dalam tasnya.

Untung saja aku langsung menyadarinya tepat waktu. Sepertinya aku masih bisa menyusulnya jika mengejarnya sekarang.

Aku langsung bergegas menuju gerbang sekolah dan mencari-cari sosok Suminoe-san.

Karena dia bilang kalau dia akan dijemput, jadi kurasa dia akan menaiki mobil. Aku mencari-carinya di pinggir jalan, dan menemukan Suminoe-san.

Suminoe-san.

...Ara, Tomonari-san?

Sepertinya mobil jemputannya masih belum datang.

Suminoe-san menoleh ke arahku dengan tatapan bingung, lalu aku menunjukkan buku catatan yang kutemukan.

Ini, ada barang yang kamu tinggalkan—

—!?

Tiba-tiba, wajah Suminoe-san seketika langsung memerah.

Ce-Cepat kembalikan itu!!

Eh!?

Suminoe-san berusaha merebut buku itu dariku dengan wajah marah.

“Tunggu, itu bahaya—!?

Karena gerakannya seolah-olah ingin memukulku, jadi aku menghindar secara refleks.

Suminoe-san berhasil menepis buku itu dari tanganku.

Pada saat yang, dia tersandung pembatas yang berada di dekat kakinya

Gyaa!?

Suminoe-san terjatuh dengan keras.

A-Apa kamu baik-baik saja...?

Terdengar bunyi berdebum, tapi...

Aku merasa khawatir saat melihat Suminoe-san yang gemetar kesakitan.

Di dekat kakiku ada buku catatan yang tadinya berusaha direbut Suminoe-san.

Buku catatan itu terbuka dan isinya bisa terlihat.

Dan di dalamnya... dipenuhi dengan foto-foto Tennouji-san.

———Apa-apaan ini.

Tanpa memahami maksudnya dan merasa kebingungan, aku tanpa sadar membalik halaman berikutnya.

Pada halaman selanjutnya, dan selanjutnya juha masih dipenuhi foto-foto Tennouji-san. Di sini terdapat foto Tennouji-san yang sedang mengobrol dengan teman sekelasnya, meminum air, membaca buku, menatap keluar jendela dengan malas...

Saat aku masih dalam keadaan terpaku, Suminoe-san mengambil kembali buku itu.

Kamu melihat isinya, ‘kan?

Suara Suminoe-san terdengar sangat dingin dan menusuk, seperti badai salju.

...Maafkan aku.

Aku berusaha meminta maaf karena sudah melihat isinya tanpa izin, meski sebagian karena ketidaksengajaan.

Anu... Suminoe-san, apa kamu mempunyai perasaan pada Tennouji-san...?

“Aku menyukainya. Memangnya ada masalah?

Suminoe-san menjawab dengan blak-blakan.

“Aku memang mencintainya. Ada masalah?”

Perkataannya malah semakin menjadi-jadi.

“Tentu saja aku mencintainya. Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta pada orang semulia dirinya? Itu bukan manusia biasa.

Dia sudah terlalu berlebihan.

Pada titik ini, sepertinya dia mengira kalau sudah tidak ada lagi yang perlu disembunyikan. Suminoe-san sepertinya sudah kembali tenang dan secara terbuka mengutarakan cintanya kepada Tennouji-san.

Tennouji-sama merupakan dewi penyelamat dalam hidupku. Beliau begitu beradab dan gemerlap. Tak ada yang lebih bermartabat, lebih murni, sekaligus tegas namun lembut daripada dirinya... Matanya bagai permata dan rambutnya yang bersinar bagaikan cahaya itu pasti anugerah dari langit. ...Ah, Tennouji-sama yang tersayang. Berkatmu, aku menemukan alasan untuk hidup. Bagaimana caranya supaya aku bisa membalas kebaikanmu ini... Sampai aku yang terlalu rendah ini tak bisa memikirkannya.

Padahal rambut Tennouji-san cuma diwarnai saja...

Bagaikan pengikut setia dari aliran tertentu, Suminoe-san menyatukan kedua tangannya sambil berdoa dengan khidmat.

Selama sesi pertemuan tadi.... tidak, dia sepertinya terus bersandiwara ketika di hadapan kami. Tanpa disadari, dia mulai memanggil Tennouji-san dengan panggilan Tennouji-sama.

...Ternyata bukan sekadar kagum saja.

Aku mengira kalau Suminoe-san hanya mengagumi Tennouji-san saja. Tapi sebenarnya, perasaannya jauh lebih mendalam dari itu.

Aku mungkin tanpa sengaja mengetahui kebenaran yang berbahaya.

Ternyata sosok Ojou-sama yang berkuasa di puncak hierarki akademi ini, punya sisi begitu menyedihkan dan berhati gelap. Perbedaannya begitu menakutkan antara penampilan sopan di luar dan kenyataannya.

...Untuk sejenak aku hampir berpikir, Setidaknya dia lebih baik daripada Hinako”.

Aku juga sudah agak 'tercemari'.

Tapi yah, aku sendiri juga menyembunyikan identitasku, jadi aku tidak berhak untuk mengomentarinya...Tidak, kurasa aku perlu mengomentari hal ini.

...Foto-foto itu, kamu mengambilnya secara diam-diam?

Asal tidak ketahuan, maka tak masalah.

Bukan begitu masalahnya.

Suminoe-san tiba-tiba menunduk ke arah foto Tennouji-san yang terpasang di buku catatannya.

Tennouji-sama, maafkan aku yang ceroboh menjatuhkannya... Tennouji-sama pasti merasa sangat jijik karena disentuh anak laki-laki tak tahu diri ini...

Padahal aku yang menemukannya, tapi...

Justru aku yang lebih bisa dibilang penolongnya, 'kan?

“Umm, apa Tennouji-san mengetahui perasaan Suminoe-san?

Tentu saja tidak. Kalau ketahuan, aku bisa mati.

Mengesampingkan soal Suminoe-san bisa mati atau tidak, aku sudah bisa menduga jawabannya. ...Sebesar apa pun hati Tennouji-san, kurasa dia tetap akan merasa keberatan dengan cinta seberat ini. Saat di pertemuan teh, mereka bisa bercakap-cakap seperti biasa, jadi sepertinya Tennouji-san tidak mengetahui jati diri Suminoe-san.

...Tapi, aku memahaminya. Tennouji-san memang mempunyai pesona yang menarik orang.

Aku tidak ingin memancing situasi yang begitu menakutkan, jadi aku berusaha memuji panutannya untuk melunakkan hati Suminoe-san.

Namun entah kenapa, Sumizome-san malah menaikkan alisnya.

Apa kamu sedang mengajak berkelahi dengan mengatakan begitu?

Eh, kenapa!?

Maaf. Kupikir kamu ingin mengatakan seolah-olah ‘Aku lebih mengenal Tennouji-sama ketimbang kamu'.

“Aku tidak akan bilang begitu...

Kalau aku benar-benar mengatakan, bisa-bisa aku dibunuh Suminoe-san.

Aku juga mengagumi Tennouji-san, jadi aku merasa tulus saat mengatakannya. Tapi beberapa menit lalu aku sempat berpikir 'mungkin aku bisa akur dengan Suminoe-san', kok malah jadi begini.

...Bagaimanapun, aku tidak akan mengakuimu.

Suminoe-san menatap lurus ke arahku dan berkata.

“Mumpung ada kesempatan ini, izinkan aku untuk mengatakannya sejelas mungkin: Aku sangat membencimu.”

...Apa karena aku dekat dengan Tennouji-san?

“Tolong jangan samakan perasaanku dengan kecemburuan yang rendahan seperti itu. Ya, memang itu salah satu alasannya.

Bukannya tebakanku itu benar, tuh...

Tennouji-sama... sudah berubah. Padahal dulu.... beliau lebih...

Sementara aku gundah, Suminoe-san bergumam. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas bagian akhirnya. Kurasa perkataannya tidak dimaksudkan untuk dirinya sendiri, tapi untuk ditujukan kepadaku.

Saat aku menoleh dengan bingung, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping kami. Seorang pelayan turun dan memberi hormat pada Suminoe-san. Sepertinya itu mobil jemputannya.

Pokoknya, jangan beritahu siapa-siapa tentang apa yang kamu lihat hari ini, mengerti?

Baik.

Bahkan jika aku mengatakan hal ini kepada seseorang, mereka mungkin takkan mempercayaiku.

Suminoe-san masuk ke dalam mobil dan pergi.

Tanpa sadar, aku menghela nafas dalam-dalam dengan kejadian yang baru saja aku alami.

 

◆◆◆◆

 

Pukul sembilan malam.

Aku yang sedang berhadapan dengan layar laptop di kamarku, menghela napas lega setelah permainan selesai.

“Fyuuh...

Setelah makan malam pun, aku segera kembali ke kamar dan melanjutkan bermain game manajemen. Karena aku terlalu fokus, tiba-tiba saja waktunya sudah pukul sembilan malam.

(... Sepertinya memikirkan Suminoe-san membuat kemajuanku hari ini jadi memburuk.)

Bahkan setelah aku kembali ke mansion, pikiranku masih sedikit kacau. Identitas asli Suminoe-san ternyata memberi dampak yang cukup mengejutkan bagiku.

Aku menepuk kedua pipiku untuk menyemangati diri sendiri.

... Jujur saja, aku tidak mempunyai banyak waktu.

Kecepatan progres game tidak seimbang dengan penguasaan pengetahuanku. Tentu saja aku masih harus belajar manajemen, dan juga harus memikirkan cara untuk mengembangkan bisnis secara bersamaan.

Aku berencana untuk mempersiapkan dan meninnjau kembali pelajaran setelah pukul sembilan malam... tapi... Game Manajemen ini adalah event terbatas. Kali ini, aku akan memprioritaskan mempelajari game ini dulu.

(Aku terlalu banyak menghabiskan waktu untuk game ini. ... Apa aku terlalu asyik memainkannya? Tapi, sejauh ini segalanya berjalan lancar, aku tidak ingin menghentikan momentum ini...)

Aku sudah mengatakannya pada Takuma-san. Aku ingin menjadi salah satu anggota eksekutif di Grup Konohana.

Aku juga sudah mengatakannya pada Tennoji-san. Aku juga bertujuan untuk menjadi anggota OSIS.

Aku tidak bisa menunjukkan kelemahan dengan cara begini.

Aku akan begadang malam ini dan mencoba untuk mencari pencerahan. Tepat setelah aku berpikir demikian, pintu kamarku diketuk.

Itsuki... Apa boleh aku masuk sekarang?

Hm? Ah, ya.

Pintu pun terbuka dan Hinako masuk ke dalam kamarku.

Hinako, ada apa?

Hanya sesaat, aku melihat ujung gaun maid di balik pintu. Tampaknya Shizune-san mengantar Hinako ke kamarku. Sepertinya Hinako masih sering tersesat di dalam rumah ketika dia sendirian.

Aku membuatkan teh.

Hinako mendorong sebuah troli kecil.

Di atas troli itu ada teko teh bergaya Inggris dan dua cangkir.

Kamu bilang membuat....apa kamu membuatkannya untukku?

“Ya.”

Karena ini baru pertama kalinya, jadi aku cukup terkejut.

Hinako menatapku dan teh secara bergantian, sepertinya dia berharap kalau aku akan meminumnya.

Ketika aku mengangkat cangkir, aku bisa mencium aroma familiar dari herbal yang biasa digunakan keluarga Konohana. Saat aku perlahan menyentuhkan bibir ke tepinya dan menyesap, rasa manis samar memenuhi mulutku.

Ba-Bagaimana...?

Hinako bertanya dengan nada agak tegang.

...Terima kasih. Rasanya sangat enak.

Syukurlah... Aku berusaha keras berdasarkan apa yang diajarkan Shizune.

Sebenarnya, jika dibandingkan dengan teh yang dibuatkan Shizune-san, rasanya sedikit encer. Tapi kegembiraan yang kurasakan bahkan melebihinya. Hinako, yang biasanya malas-malasan saat kembali ke mansion, berupaya keras membuatkan teh ini untukku.

Aku hampir menangis saking bahagianya, tapi pada saat yang sama muncul sebuah pertanyaan.

...Apa kamu sedang mengalami perubahan perasaan?

Eh?! Ke-Kenapa kamu tanya begitu...?!

Yah, karena biasanya kamu tidak melakukan hal-hal seperti ini, 'kan?

Setelah mendengar itu, Hinako menunduk dengan malu-malu, pipinya terlihat merah merona.

Mulai sekarang... Aku ingin melakukan hal-hal seperti ini juga.

Hinako tampak gelisah dan menjawab dengan cara yang lucu.

Aku merasa sangat senang mendengarnya, tapi...

Tapi, apa itu tidak membuatmu lelah? Biasanya kamu langsung tidur, 'kan?

...Anehnya, aku tidak terlalu merasa lelah.

Hinako berkata dengan nada tenang.

...Kurasa, aku sudah berubah.

Berubah?

Ya. ...Belakangan ini, aku merasa ada energi yang mengalir di dalam tubuhku.

Hinako mengatakan itu sambil meletakkan tangannya di dada.

“Ketika aku melakukan sesuatu untuk Itsuki,.... entah kenapa, aku menyukainya.

Hinako berkata demikian sembari tersenyum lembut.

Sekilas, aku merasa ada bunga yang mekar indah di belakangnya.

Sejenak, aku merasa jantungku berhenti berdetak. Dari senyumnya yang lembut seperti bunga itu, atau pipinya yang sedikit merona dan matanya yang berbinar, seolah ada perasaan yang tak terungkap dengan kata-kata, membuatku seakan terpana.

Tenangkan diri, tenangkan diri, tenangkan diri.

Aku berusaha untuk menenangkan detak jantungku yang berdebar kencang.

...Aku juga suka melakukan sesuatu untukmu, Hinako.

...Aku tahu.

Hinako mengangguk dengan gembira.

...Syukurlah.

Aku masih bisa menjaga ketenanganku.

Akhir-akhir ini, Hinako terlihat lebih ekstrem dan tidak tenang... Kadang perilakunya membuatku terkejut.

Entah apa yang terjadi, tapi itu tidak baik untuk jantungku.

Tentu saja, aku sama sekali tidak merasa tidak nyaman.

Fuwaah...

Hinako mulai menguap.

“Kamu mau tidur? Aku bisa membangunkanmu nanti saat waktunya mandi.

Hmm... Tidak mau, aku masih bangun...

Hinako berjalan-jalan di dalam ruangan seolah-olah ingin mengusir rasa kantuknya.

Hinako berhenti tepat di sampingku dan melihat ke meja.

...Kamu belajar dengan sangat giat ya.

Ah. Sejak game manajemen ini dimulai, aku merasa kalau aku masih kekurangan dalam banyak hal.

Di atas meja terdapat tumpukan beberapa materi yang belum pernah ada sebelumnya. Semua itu kurasakan perlu untuk memajukan permainan hal-hal yang berkaitan dengan manajemen. Belakangan ini aku juga belajar tentang saham untuk menyelesaikan tugas dari Takuma-san.

“Apa itu sulit?

Hinako bertanya sambil menatapku.

Ya, lumayan. Tapi aku merasa senang dan bersemangat untuk melakukannya.

...Syukurlah kalau begitu.

Hinako tersenyum lega.

Bagaimana dengan pertemuan belajarmu sepulang sekolah tadi?

Ada satu masalah yang berhasil kuselesaikan. ...Maaf, hari ini aku jadi membuatmu pulang sendirian lagi.

“Mau bagaimana lagi... Aku 'kan bukan dari industri IT."

Pertemuan belajar kali ini dikhususkan untuk pebisnis di industri IT, jadi Hinako dengan bijak memutuskan untuk tidak ikut.

Oh ya, siapa saja yang hadir di pertemuan tadi?

Kita dan Suminoe-san dari kelas yang sama.

Hinako menanggapi sambil mengangguk-angguk.

Jujur saja, interaksi dengan Suminoe-san begitu mengejutkan sampau-sampai aku tidak terlalu ingat dengan pertemuan belajarnya. Untungnya aku mencatat, jadi itu sama sekali tidak masalah.

...Hinako. Menurutmu, Suminoe-san itu orangnya seperti apa?"

Aku ingin mengetahui bagaimana teman-teman yang lain memandang dirinya.

Ketika aku menanyakan itu, tiba-tiba Hinako menatapku dengan sorot mata tajam.

Kenapa kamu menanyakan itu?

Eh, yah, tidak ada alasan khusus sih...

Aku tidak tahu harus menjawab apa....

Apa dia menyembunyikan sifat aslinya? Tapi aku tidak bisa menanyakan hal itu secara langsung.

...Kamu kurang disiplin, Itsuki.

“Tidak, bukan seperti itu—

Aku tidak ingin kamu membuatnya seolah-olah aku adalah itu tipe orang yang asal menggoda wanita.

Terutama dengan Suminoe-san, yang secara terang-terangan mengatakan “Aku membencimu” padaku.

...Suminoe-san itu orang yang bertanggung jawab,

Hinako akhirnya menjawab, walaupun tampak berpikir-pikir.

Tapi juga sedikit menakutkan.

Menakutkan?

Yah...seperti ada aura membara di sekelilingnya.

Hinako menjelaskan dengan ekspresi mistis.

Dia kadang-kadang menyapa dan mengobrol denganku di kelas, tapi...kurasa, dia tidak terlalu menyukaiku.

Berbeda dengan pengamatanku, tapi Hinako tampaknya tidak asal bicara.

Mungkin Suminoe-san masih menyembunyikan sisi lain dirinya dariku. Entah apa lagi yang disembunyikannya, aku sama sekali tidak mengetahuinya.

 

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama