[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 3 Bagian 1 Bahasa Indonesia

Bab 3 — Penantang 

Bagian 1

 

Sudah seminggu telah berlalu sejak aku mengadakan pertemuan belajar dengan Suminoe-san dan yang lainnya.

Acara game manajemen ini sudah berjalan sekitar dua minggu.

Padahal hanya dua minggu di dunia nyata, tapi di dalam game sudah satu tahun berlalu. Dalam satu tahun itu, kondisi perusahaan sudah mulai terlihat.

Perusahaan yang kinerjanya buruk, artinya yang tidak mengalami pertumbuhan, sebentar lagi harus segera dibenahi. Dari perkembangan dalam game, aku melihat ada beberapa pemain yang sudah mulai panik untuk memikirkan perbaikan.

Itu bukan hanya masalah orang lain saja.

Karena aku sendiri juga salah satu dari para pemilik bisnis yang harus memikirkan perbaikan.

Hari ini ada pertemuan minum teh, ‘kan?”

Ya, memang.

Pagi ini, aku membalas sambil mengangguk di dalam mobil yang menuju sekolah.

Sepulang sekolah nanti, kami akan berkumpul lagi untuk melakukan pertemuan rutin aliansi minum teh. Untuk saling memeriksa perkembangan masing-masing.

(Mungkin aku sedikit kurang tidur...)

Aku menguap pelan.

Selama beberapa hari terakhir, aku kurang tidur.

Kinerja perusahaan di dalam game tidak berkembang dengan baik. Jumlah pengguna situs penjualanku juga menjadi stagnan, dan upaya promosi juga belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Aku ingin melakukan perbaikan, tapi aku tidak tahu harus melakukan apa, jadi terus-menerus dibuat bingung.

Itsuki, kamu kurang tidur?

...Tidak, bukannya begitu.

Aku tidak ingin membuatnya khawatir, jadi aku akhirnya berbohong.

“Kalau Ojou-sama sendiri pasti kurang tidur. Bahkan semalam pun, dia merelakan waktu tidurnya untuk menyeduh teh.

Shi-Shizune...?!

Maafkan saya, mulut saya keceplosan."

Hinako berkata dengan panik.

Sejak saat itu, Hinako terkadang membuatkanku teh. Keesokan harinya setelah pertama kali dia membuatkanku teh, aku membalas dengan membawakan teh ke dalam kamarnya. Lalu keesokan harinya, Hinako kembali membuatkanku teh. Hal tersebut terus terjadi berulang-ulang.

...Belakangan ini, Hinako juga terlihat semakin akrab dengan Shizune-san.

Bukan hanya akrab, tapi Shizune-san seperti sangat mempedulikan Hinako.

Apa Shizune-san menyadari akan hal itu? ...Jika aku mengungkitnya dengan payah, dia mungkin akan merasa malu, jadi sebaiknya aku diam saja, tidak usah mengungkit-ungkitnya. Lagipula, Hinako juga tidak terlihat membencinya, jadi lebih baik dibiarkan terus begini.

Hinako, kalau kamu kurang tidur, kamu boleh istirahat sebentar, kok.

Mmm... Tidak, aku tidak akan tidur...

Meskipun tatapan matanya terlihat sayu, tapi dia terlihat bersikeras melawan kantuknya.

“Semenjak tempo hari yang lalu, kenapa kamu tiba-tiba jadi rajin begini, Hinako?

Semalam saat dia membuatkanku teh, Hinako juga terlihat sangat mengantuk, tapi dia terus bersikeras untuk tetap terjaga.

Hinako menjawab dengan malu-malu.

Habisnya... Aku ingin berbicara lebih lama denganmu, Itsuki...

Tanpa sadar aku menengadah ke atas langit.

Apa-apaan dengan makhluk imut yang satu ini?

Rasanya seolah-olah kepalaku bisa menjadi gila, jadi aku memijat pelan pelipisku sambil berusaha untuk menahan diri.

“... Kita bisa bicara kapan saja, ‘kan? Selain orang lain, aku dan Hinako tinggal di rumah yang sama.”

“... Mungkin, begitu.”

Hinako tampak senang dan menyetujui perkataanku.

Mobilnya sedikit bergoyang. Seakan menyerahkan dirinya pada goyangan itu, Hinako bersandar di bahuku.

“...Aku mau tidur,”

Dia bergumam pelan lalu memejamkan matanya.

Ada aroma manis yang samar-samar menyebar, dan kehangatan menjalar dari bahuku. Rupanya dia terlalu memaksakan diri untuk tetap terjaga, karena Hinako langsung tertidur seketika.

...Aku juga mulai mengantuk.

Sebagai pengasuhnya, aku harus terus memperhatikan Hinako. Tapi hari ini, rasa kantuk yang lebih kuat dari biasanya menyerangku, dan mataku perlahan menutup sendiri.

“...Shizune-san. Maaf, aku juga akan tidur sebentar.”

“Baiklah. ...Ini memang tumben sekali melihat Itsuki-san terlihat sangat mengantuk begini.”

Kalau dipikir-pikir, ini pertama kalinya aku tertidur saat perjalanan berangkat dan pulang sekolah.

...Sepertinya begadang terlalu lama memberi efek buruk padaku.

Dengan merasakan penyesalan semacam itu, aku pun tertidur.

 

◆◆◆◆

 

Sepulang sekolah.

Di kafe biasa, anggota Aliansi Pesta Teh berkumpul mengelilingi satu meja.

“Nah, ayo kita berbagi informasi terbaru dari kemajuan masing-masing.”

Tennouji-san berkata demikian sambil menampilkan layar laptopnya ke hadapan semua orang.

“Pertama dimulai dari aku dulu, aku akan menyampaikan laporan keuangan Grup Tennouji. Untuk menghindari penjelasan yang terlalu panjang, aku hanya akan membagikan data perusahaan utama.”

Tennouji-san menampilkan slide laporan keuangan perusahaannya. Pendapatan produsen logam non-besi naik sekitar 13% dari tahun lalu, sementara produsen elektronik turun sekitar 2%. Kinerja masing-masing perusahaan berbeda-beda, tapi secara keseluruhan meningkat.

Namun, laporannya benar-benar penuh efek visual yang mencolok... Terlalu mencolok sampai-sampai agak sulit dibaca. Ini memang sangat menggambarkan Tennouji-san yang suka hal-hal mencolok, tapi kalau sampai ke level ini, rasanya jadi terkesan murahan seperti diskon besar-besaran di supermarket.

Saat aku melirik ke arah Tennouji-san, dia terlihat sangat puas dan bangga dengan dirinya sendiri.

Aku tidak ingin menghilangkan semangat itu, jadi lebih baik tidak perlu mengomentarinya.

“Penjualan Grup Konohana, dimulai dari perusahaan utama Konohana Shoji, adalah...”

Lalu Hinako menampilkan layar laptopnya untuk menjelaskan.

Berbeda dengan Tennouji-san yang memiliki kinerja beragam, Hinako mampu meningkatkan penjualan berbagai perusahaannya secara stabil.

“Pe-Penjualan konsolidasi perusahaanku meningkat dibandingkan tahun lalu, anu...”

Narika terlihat gugup, tapi kinerja perusahaannya tampak meningkat.

Dia tidak merasa ada kekhawatiran tentang kinerja bisnisnya. Dia hanya memang tidak nyaman berbicara di depan umum.

Perusahaanku adalah—

Perusahaanku, J's Holdings—

Tampaknya bisnis Taishou dan Asahi-san juga dalam kondisi baik-baik saja.

Akhirnya giliranku tiba.

“Kinerja Tomonari Gift terlihat seperti ini.

Aku menampilkan laporan keuangan yang dibuat dalam game dan menunjukkannya ke semua orang.

Tampaknya lancar-lancar saja, ya.

“Jika hanya melihat angka selama setahun, mungkin itu terlihat baik-baik saja, tapi...

Aku kemudian menampilkan grafik garis jumlah pengguna dan menjelaskannya.

Sejak paruh kedua, angka-angkanya mulai melambat. Sejujurnya, aku merasa ada tanda-tanda stagnan, dan aku khawatir dengan kinerja tahun depan jika keadaannya tetap seperti ini.

Meskipun aku menyadari cara bekerja saat ini takkan membuat banyak perubahan dalam situasi, tapi aku merasa layanan penjualan katalog hadiah masih memiliki potensi.

Tapi penjualanmu meningkat setelah membuat katalog, kan?

Ya. Aku mengira kalau itu akan membutuhkan waktu lebih lama untuk melihat hasilnya, tapi ternyata aku bisa melihatnya lebih cepat dari perkiraan. Tapi mungkin itu hanya pertumbuhan cepat saja, dan penurunannya juga cepat.

Aku menjelaskan pandanganku atas pertanyaan Taishou.

Pembuatan katalog berhasil menarik pelanggan dari pasar hadiah katalog, sesuai dengan yang kuharapkan. Tapi perkiraan yang salah adalah, pasar hadiah katalog ternyata lebih kecil dari yang kubayangkan. Jika basis pelanggannya sedikit, maka jumlah yang bisa ditarik juga terbatas.

“Tomonari, kenapa kamu tidak membuat divisi pemasaran? Kayaknya kamu belum ada, kan?

Pemasaran, ya... Memang belum ada, sih.

Begitu rupanya. Selama ini aku selalu melakukan analisis pasar sendiri, tapi mungkin sudah saatnya meminta bantuan orang lain. Kalau aku meminta bantuan ahli, mungkin kesalahan semacam ini bisa dihindari.

“Walaupun kamu tidak perlu sampai membuat divisi segala, tapi bagaimana kalau kamu minta bantuan perusahaan pemasaran? Aku bisa memperkenalkan perusahaan pemasaran yang aku pakai, kok?

Asahi-san juga memberi saran.

Membuat divisi sendiri memang bisa-bisa saja, tapi pertama-tama aku lebih ingin mengetahui efektivitas pemasaran. Kali ini aku akan mengikuti saran Asahi-san.

Tolong, ya.

Oke, kalau begitu aku akan menghubungi mereka langsung~

Asahi-san mulai mengetik di keyboard. Sepertinya dia menghubungi siswa yang memiliki perusahaan pemasaran.

Tomonari-kun, kamu sangat rajin ya. Kemarin aku lihat kamu login ke dalam game terus, lho.

Lho, bagaimana kamu bisa mengetahuinya?

Ada halaman untuk memeriksa informasi perusahaan pihak lain, kan? Di bagian atas kiri, ada menampilkan status login pemain. Kamu tidak tahu mengetahuinya?

“Aku sama sekali tidak tahu...

Akhir-akhir ini aku sibuk dengan urusan perusahaanku sendiri, jadi aku tidak mempunyai waktu untuk melihat perusahaan orang lain.

Ketika pesan dari siswa lain datang, aku selalu berpikir bahwa waktunya selalu saja tepat sekali. Ternyata mereka selalu mengecek apakah orang yang akan mereka kirim pesan sedang login atau tidak.

Ngomong-ngomong, Tomonari, kamu sering menguap hari ini. Apa kamu begadang main game semalam?

Tidak, bukan begitu...

Tapi tadi di kelas kamu tidak bisa menjawab pertanyaan yang ditujukan padamu, kan?

Uh...

Aku kehilangan kata-kata menghadapi kombinasi Taishou dan Asahi-san. Ketika mendengar percakapan kami, Tennouji-san membelalakkan matanya.

“Apa itu benar?

“Ak-Aku baik-baik saja. Aku berencana akan mengulangi pelajarannya nanti hari ini.

“.....

Tennouji-san menatapku dengan ekspresi menyelidiki.

Aku harus hati-hati... Jangan sampai nilai pelajaranku turun gara-gara game manajemen, dan melupakan prioritas utamaku.

 

◆◆◆◆

 

Pukul 20.30, aku kembali ke kediaman keluarga Konohana dan menghadap layar laptop di kamarku.

Baiklah, kalau begitu, aku akan menjelaskan rencana B.

Aku mendapat pesan masuk dari mitra bisnisku.

Dengan rencana ini, kita bisa memilih target untuk proyek Tomonari Gift, dan setelah dijalankan, kita bisa mengumpulkan data pembelian untuk menjalankan siklus PDCA secara efektif. Kita juga bisa melakukan survei volume pasar yang menurut Tomonari-kun kurang berhasil.

Terima kasih banyak. Itu sangat membantu.

Karena Asahi-san yang merekomendasikanmu, jadi aku akan memberimu sedikit diskon.

Orang yang aku ajak bicara adalah CEO perusahaan pemasaran yang dikenalkan Asahi-san tadi sore. Setelah mendengarkan situasiku selama satu jam, dia langsung menawarkan solusi terbaik dan kami pun menandatangani kontrak.

Layanan pemasaran ini katanya bisa meningkatkan efisiensi kerja karyawan saat digunakan untuk game. Tapi kita tidak bisa asal memakainya, karena harus sesuai dengan masalah perusahaan supaya bisa berjalan efektif.

“Kurasa aku akan membiarkannya seperti ini dulu sampai aku bisa melihat efek pemasarannya...

Dasar pemasaran adalah analisis data. Dan itu membutuhkan waktu. Sesuai seperti namanya siklus PDCA, siklus tersebut harus diulang-ulang untuk memperbaiki, baru kemudian efeknya akan terlihat.

...Menakutkan.

Aku tahu kalau aku tidak boleh cepat-cepat menuntut hasil, tapi menunggu lama hasilnya keluar membuatku takut. Apa ada yang salah? Apa aku hanya membuang-buang waktu dan uang? Kekhawatiran itu terus menggerogoti pikiranku.

...Sebaiknya aku perlu mempelajari game lebih banyak lagi.

Waktu sekarang sudah lewat pukul 21.00, jadi aku tidak bisa login game, tapi masih banyak yang ingin kupelajari. Biasanya setelah pukul 9 malam, aku berencana mengerjakan PR dan mengulang pelajaran, tapi kekhawatiranku tentang game terlalu besar sampai-sampai aku tidak bisa fokus belajar.

Aku jadi dibuat bimbang. ...Rasanya seperti aku terjebak di lubang semut.

Aku merasa lelah dan pemikiranku menjadi negatif. Saat aku menepuk-nepuk pipiku seraya berusaha mendapatkan semangat lagi, aku mendengar suara pintu diketuk.

Itsuki-san, apa boleh aku masuk sekarang?

Aku mendengar suara Shizune-san, jadi aku menjawabnya dengan “iya”.

Permisi.

“...Umm, Hinako mana?

“Ojou-sama sedang mengadakan pertemuan dengan Kagen-sama terkait game manajemen. Aku datang kemari untuk menyampaikan pesan.

Pesan? Aku merasa kebingungan, dan Shizune-san melanjutkan.

Minggu depan, aku dan Ojou-sama ada acara makan malam, jadi kami tidak ada di rumah sampai malam.

“Baiklah aku mengerti......Aku tidak bisa ikut?

Acara kali ini dikhususkan untuk para petinggi dan anggota eksekutif Grup Konohana, jadi mungkin acara tersebut masih terlalu dini bagi Itsuki-san.

Ternyata ada acara seperti itu...

Hinako sebenarnya tidak terlalu menyukai suasana acara makan malam itu. Aku ingin menemaninya, jadi aku berharap bisa ikut, tapi sepertinya kali ini tidak mungkin.

“Aku akan menerima perasaanmu saat ini. Mungkin Itsuki-san juga bisa bergabung dengan kami suatu hari nanti.”

“Entah aku harus merasa senang atau justru merasa takut...”

Acara makan malam khusus yang hanya dihadiri oleh para petinggi grup... Jika aku masuk ke tempat seperti itu, aku merasa seperti akan menjadi domba yang dikepung oleh serigala daripada anak kucing yang dipinjam.

“Pada hari itu, Itsuki-san boleh melakukan apapun yang kamu suka... Tapi jika bisa, aku menyarankanmu untuk beristirahat dengan tenang.”

“...Apa aku terlihat selelah itu?”

“Meski kamu berusaha menyembunyikannya tapi itu sudah ketahuan dengan jelas. ...Karena kita hampir sering bertemu setiap hari, jadi wajar saja bisa langsung ketahuan.”

Setelah mengatakan itu, Shizune-san keluar meninggalkan kamarku.

(Beristirahat dengan tenang, ya...)

Aku bersyukur dia mengkhawatirkanku.

Tapi saat ini aku tidak punya waktu untuk beristirahat.

Jika ada waktu luang sendirian — kurasa lebih baik kalau aku menggunakannya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Meski tidak bisa login game di hari Minggu, tapi aku bisa fokus mempelajari hal-hal tentang bisnis. Sekarang yang aku butuhkan adalah waktu untuk belajar manajemen.

“...Hm?”

Ponselku yang kuletakkan di samping laptop tampak bergetar.

Ketika aku melihat ke layarnya, ternyata itu panggilan dari seseorang.

“Halo, Tennouji-san?”

“Tomonari-san, apa boleh aku berbicara denganmu sekarang?”

“Ya, tidak ada masalah.”

Aku penasaran apa dia mempunyai urusan denganku.

“Aku minta maaf kalau ini terlalu mendadak, tapi apa kamu ada waktu senggang untuk minggu depan?”

“Ya, memang ada sih. Tapi...”

“Kalau begitu, ayo kita pergi keluar bersama”

Rupanya itu adalah ajakan yang begitu mendadak.

Aku merasa senang dengan ajakannya, tapi aku baru saja memutuskan untuk fokus belajar di hari Minggu.

“Maaf, belakangan ini aku cukup sibuk, jadi kali ini aku—”

“—Kita akan melakukan pembahasan strategi mengenai game manajemen.”

Tennouji-san memotong ucapanku.

“Sebagai sesama rekan yang memperjuangkan kursi anggota OSIS, kupikir kita bisa berdiskusi hal yang bermanfaat.”

“Kalau begitu maslaahnya, aku akan ikut.”

“Bagus. Nanti kita akan membicarakan detailnya lagi.”

Dari seberang telepon, aku bisa mendengar suara Tennouji-san tertawa puas.

Aku sudah sering belajar bersama dengan Tennouji-san. Pada waktu itu, berkat dukungannya, aku bisa mendapat nilai bagus saat ujian semester Akademi Kekaisaran.

Jika Tennouji-san ingin membicarakan hal yang bermanfaat, pasti kali ini pun aku bisa mempelajari sesuatu yang berguna.

“Oh ya, ngomong-ngomong, jangan bawa laptop saat itu ya.”

“Eh, tapi kalau begitu, bukannya aku tidak bisa mengerjakan sesuatu?"

“Toh di hari Minggu kita tidak bisa login ke dalam game. Dan membawa laptop akan sedikit melelahkan saat bepergian.”

“...Baiklah.”

Argumen Tennouji-san ada benarnya, jadi aku pun menyetujuinya.

“Selain itu, jangan sampai kurang tidur, ya.”

“Iya.”

Karena itu adalah kesempatan yang berharga, jadi aku harus mempersiapkan kondisiku dengan baik supaya bisa berkonsentrasi dengan maksimal.

Kalau begitu, kurasa lebih baik aku tidur lebih awal di hari Sabtu....

 

◆◆◆◆

 

Setelah menunggu beberapa menit di depan stasiun tempat kami akan bertemu, sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depanku.

Para pejalan kaki yang lewat memperhatikan mobil mewah yang terlihat seperti sedang membawa seorang pejabat tinggi. Dari dalam mobil itu, keluar seorang gadis yang memang memiliki penampilan dan aura yang sesuai dengan harapan mereka.

Tennouji-san berjalan mendekatiku dengan helaian rambut pirangnya yang panjang bergelombang dan berayun karena tertiup angin.

Maaf sudah membuatmu menunggu.

Tidak, aku juga baru tiba kok...

Memang benar aku baru saja tiba, padahal masih ada cukup waktu sebelum waktu berkumpul. Tapi mungkin Tennouji-san juga berpikir demikian.

Tapi dibanding itu, aku lebih memperhatikan penampilan Tennouji-san.

Ada apa?

“Tidak, hanya saja... Aku berpikir kalau pakaianmu cantik sekali.

“Ara, kemampuan merayumu sudah semakin baik ya.

Tennouji-san tersenyum geli.

Aku teringat saat dia pernah memanggilku "penipu" sebelumnya.

Tapi di dalam hatiku.... aku merasa terpana.

Aku mengira bahwa pertemuan kali ini akan seperti sesi belajar, tapi penampilan Tennouji-san terlalu mencolok untuk acara semacam itu. Rasanya seolah-olah kami akan langsung pergi ke taman hiburan.

Baiklah, ayo kita berangkat Itsuki-san."

Tennouji-san memanggil namaku dengan berbeda.

Aku pun paham maksud dari perubahan itu.

Baik. Aku akan mengandalkanmu hari ini.

Fufu... Memang saat-saat seperti inilah yang bisa membuat bahagia, ya.”

Hanya dengan mengubah nada bicaranya, Tennouji-san terlihat senang.

...Ketika seseorang mengatakan hal seperti itu kepadaku, aku juga jadi merasa malu.

Hari ini, Tomonari Itsuki, putra pewaris dari perusahaan menengah, sedang berlibur dulu. Sosokku yang sedang bersama Tennouji-san adalah Tomonari Itsuki yang sebenarnya, mantan murid pekerja keras yang kini bekerja sebagai pengasuh di keluarga Konohana.

Kita mau kemana?

Kita akan ke sini.

Tennouji-san memperlihatkan layar ponselnya padaku.

...Museum seni?

Jadi kami akan belajar di sana?

Sebelumnya, aku mau meminta maaf terlebih dahulu.

Tennouji-san berkata dengan wajah serius.

“Aku berbohong mengenai rapat strategi game.

Eh?

Hari ini, aku mau mengajakmu untuk memberimu istirahat yang benar-benar lepas.

Aku secara tidak sadar memegang keningku, berusaha memahami perkataan Tennouji-san.

Mungkin Tennouji-san menyadari akhir-akhir ini aku terlihat lelah, jadi dia sengaja mengajakku bersenang-senang.

Tetapi, kali ini saja aku tidak bisa menerimanya dengan tulus.

...Maaf. Aku merasa berterima kasih dengan perhatianmu, tapi saat ini aku benar-benar tidak punya waktu luang.

Saat ini, ada terlalu banyak hal yang harus kulakukan. Pikiranku selalu di ambang batas, dan aku harus segera mengatasinya sebelum hatiku menjadi kacau.

Tennouji-san pun tidak akan menikmati jalan-jalannya jika aku dalam keadaan seperti itu.

Jadi, maafkan aku, tapi mungkin lebih baik kalau aku pulang saja hari ini.

—Rasanya seperti sedang melihat diriku yang dulu.”

Tennouji-san berkata demikian saat melihat wajahku yang tertekan.

Wajah yang tertekan itu... Dulu aku sering melihatnya di cermin.

Tennouji-san bergumam dengan nada yang terdengar sedih, lalu menatapku dengan ekspresi tekad yang bulat.

“Kamu tahu bahwa selama periode 'game manajemen', hari Minggu adalah satu-satunya hari di mana siswa tidak boleh login ke game, ‘kan? Apa kamu tahu alasannya?

Itu... karena siswa harus belajar selain bermain game, kan?

“Salah.”

Tennouji-san menggelengkan kepalanya.

Itu untuk membantu siswa yang merasa tertekan secara mental, bisa kembali mendapatkan ketenangannya.”

Jawaban yang keluar sungguh di luar dugaan.

Sebagai seorang pemilik bisnis, kamu menanggung tanggung jawab yang besar. Karena itulah, mereka lebih rentan terkena gangguan mental dibandingkan karyawan. Sebenarnya, tingkat bunuh diri di kalangan manajer cukup tinggi.

...Begitu rupanya.

“Game manajemen memang hanya sebuah game, tapi juga itu merupakan mata pelajaran yang sangat berpengaruh pada nilai. Dan banyak siswa di Akademi Kekaisaran yang sensitif terhadap nilai akademik mereka, karena mereka menanggung harapan orang tua. ...Setiap tahun, ada yang jatuh sakit secara mental selama periode game, jadi pihak akademi menyediakan satu hari istirahat per minggu.

Aku tidak pernah menyangka ada latar belakang seperti itu.

Tapi, memang benar apa yang dikatakan Tennouji-san. Para siswa di Akademi Kekaisaran menanggung harapan orang tua dan latar belakang keluarga mereka. Bahkan tanpa game manajemen pun, ada siswa yang berusaha sekuat tenaga setiap hari sampai memuntahkan darah. Hinako dan Tennouji-san juga termasuk di antaranya.

Sebagai seorang pemilik bisnis, kesehatan mental adalah hal yang mutlak diperlukan. Hal yang sama juga berlaku dalam game. ...Hari ini, terimalah untuk menemani waktu istirahatku.

Kata-kata Tennouji-san dengan kuat menggema di hatiku.

Yang paling menggangguku adalah, aku telah membuat Tennouji-san khawatir.

(...Begitu ya. Aku memang sedang terdesak.)

Aku merasa ada banyak tanda-tanda yang menunjukkan hal itu.

Aku juga sudah membuat Hinako, Asahi-san, Taishou, dan Shizune-san khawatir dengan kondisiku yang kurang tidur dan kelelahanku. Jika orang-orang di sekitarku sampai khawatir seperti ini, berarti aku memang tidak dalam kondisi normal.

...Baiklah, aku mengerti,

Aku mengangguk dalam-dalam dan menatap Tennouji-san.

Aku sadar kalau aku terlalu memaksa diri. ...Hari ini aku akan benar-benar beristirahat.

Bagus. Beristirahat juga merupakan bagian dari pekerjaan, lho.

Tennouji-san mengangguk dengan puas.

Astaga... Bukannya aku sudah pernah bilang untuk jangan terlalu memaksa diri?

Kalau dipikir-pikir, sepertinya aku ingat pernah diperingati soal itu saat aku sedang mempelajari metode manajemen Tennouji-san.

Mungkin sejak saat itu, Tennouji-san sudah bisa melihat kepribadianku yang seperti ini.

...Hanya Tennouji-san saja yang satu-satunya mengatakan itu padaku.

Orang-orang yang paling sukses dalam game manajemen biasanya justru yang paling mudah kecanduan di dalamnya. ...Meski aku sudah menduganya, tapi aku curiga kalau Itsuki-san mempunyai kecenderungan gila kerja.

Aku tak bisa berkata apa-apa.

Memang, sebelum aku memasuki Akademi Kekaisaran, aku hanya bekerja sambilan untuk biaya hidup. Dan setelah masuk, aku hanya fokus belajar saja.

Aku memang bertekad akan menjalankan cara hidup yang sama seperti teman-teman sekelasku dulu di kampung halamanku setelah reunian dengan mereka. Tapi tanpa sadar, aku justru terjebak dalam cara hidup itu.

Meski aku harus tetap berusaha keras, tapi aku tidak ingin membuat orang-orang di sekitarku khawatir seperti ini.

“Kalau begitu, ayo kita segera berangkat! Kita akan pergi ke museum seni dulu!

Ah, tapi bukannya jaraknya lumayan jauh dari sini?

Iya, itulah sebabnya kita akan memakai mobil.

Sambil berkata begitu, Tennouji-san menoleh ke sampingnya.

Mobil yang tadi mengantar Tennouji-san ke sini masih terparkir di sana. Seorang pria berbaju jas hitam yang tampaknya supir mobil itu, membungkuk dalam-dalam begitu mata kami bertemu.

Terakhir kali, Itsuki-san mengajakku ke tempat hiburan ala rakyat biasa. Nah kali ini, sekarang giliranku yang akan mengajakmu ke tempat hiburan gaya masyarakat kelas atas!

Aku berjalan menuju mobil bersama Tennouji-san yang terlihat lebih bersemangat dari biasanya.

Aku meminta maaf di dalam hati karena telah membuat Tennouji-san khawatir dengan wajahku yang murung. ...Dan sekaligus berpikir bahwa wajah ceria Tennouji-san memang lebih cocok untuknya.

 

 


Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama