[LN] Saijou no Osewa Jilid 6 Bab 3 Bagian 2 Bahasa Indonesia

Bab 3 — Penantang 

Bagian 2

 

Setelah berjalan-jalan menjelajahi museum seni selama dua jam penuh, kami berdua berdua akhirnya keluar dari museum dengan termenung dalam ketenangan.

Bagaimana menurutmu? tanya Tennouji-san.

Ini pertama kalinya aku datang ke museum, tapi... ternyata rasanya cukup menyenangkan.”

Fufufu, begitu ya

Tennouji-san tersenyum gembira.

Seni bukan harus dinikmati dengan mata maupun telinga... tetapi dengan hati. Menurutku, kesenangan ini adalah sesuatu yang berharga yang tak bisa didapat di tempat lain.

Rupanya dia ingin membagikan sensasi itu denganku.

Memang benar, menikmati seni memiliki daya tarik yang unik, berbeda dari olahraga, film, komik, atau game.... Ada kesenangan tersendiri saat menggunakan hati.

Apa kamu sering datang ke museum?

Sekitar satu atau dua kali dalam sebulan. Setiap ada lukisan yang menarik perhatianku, aku akan datang kemari.

Ternyata dia cukup sering mengunjunginya.

Tennouji-san sepertinya sudah hafal betul arah lokasi di dalam museum. Pasti dia sering berkunjung.

Apa ada lukisan yang menarik perhatianmu, Itsuki-san?

Yah... mungkin klise, tapi aku terhanyut dengan pesona Waterlilies.

Itu adalah mahakarya dari Claude Monet, ya.

Memang banyak orang yang berkumpul di sekitar lukisan Waterlilies itu, dan pihak museum juga memperkenalkannya sebagai karya unggulan, jadi itu pasti lukisan yang terkenal. Dari kejauhan, warna biru yang mendominasi memberikan kesan suram, tapi saat diamati lebih dekat, aku bisa melihat keindahan cahaya yang digambarkan dengan lembut, membuatku terpaku untuk memandanginya cukup lama.

Sebenarnya, Waterlilies itu hanya satu bagian dari seri lukisan. Ada jenis Waterlilies lainnya juga, lho.

“Ehh, apa iya?

Nanti ada acara pameran yang menampilkan Waterlilies lainnya. Lain kali aku akan mengajakmu lagi.

Itu pasti akan menyenangkan, aku jadi menantikannya.

Saat mulai berjalan, terasa ada sedikit kesemutan di telapak kakiku. Wajar saja, museum ini sangat luas sehingga aku kelelahan berjalan. Aku memeriksa waktu di ponsel dan menunjukkan kalau sekarang masih pukul 15.00 - masih ada waktu sebelum makan malam.

Bagaimana kalau kita beristirahat sebentar?

Baiklah, kalau begitu ayo pergi ke kafe.”

Tennouji-san menawarkan dengan lancar.

“Ngomong-ngomong, aku sudah memilih tempatnya, jaraknya cukup dekat hanya dengan berjalan kaki dari sini.

“....Sungguh pemandu yang sempurna.”

Itu adalah keharusan dari wanita ningrat.”

Tennouji-san mengatakan itu dengan bangga.

Tennouji-san memang bisa melakukan segala hal dengan baik. Entah apa hubungannya dengan menjadi seorang wanita ningrat, tapi yang jelas dia memang orang yang luar biasa.

Selamat datang, Tennouji-sama, Tomonari-sama.”

Ada seorang pelayan pria berpakaian jas hitam membungkuk dalam-dalam saat kami berdua memasuki kafe yang telah ditunjukkan.

Aku mengikuti Tennouji-san yang sudah terbiasa, lalu duduk di kursi dalam kafe itu.

Desain interiornya terasa mewah, mirip dengan istana-istana di negara Eropa. Lantainya terbuat dari marmer, dindingnya dihiasi dengan lukisan, dan di meja terdapat peralatan teh yang terlihat mahal. Di bagian belakang terdapat semacam panggung dengan grand piano di atasnya. Langit-langit putih dihiasi dengan lampu-lampu emas, membuatnya terlihat elegan di segala sisi.

Ini adalah kafe eksklusif yang menjadi langganan keluarga Tennouji. Aku juga sering datang ke sini sekali dalam seminggu.” ujar Tennouji-san yang tampak sudah terbiasa.

Aku tadi memang sempat keheranan kenapa pelayan menyebut nama kami, padahal aku belum memperkenalkan diri. Tapi sepertinya mereka sudah mengetahui bahwa aku akan datang bersama Tennouji-san hari ini.

Tempat ini terlihat sangat mewah.

“Kamu tidak perlu terlalu kaku begitu, kok...Atau itulah yang ingin kukatakan.”

Tennouji-san yang duduk di hadapanku langsung menatap lurus ke arahku.

Tapi ternyata kamu terlihat lebih tenang dari yang kubayangkan.

Yah, itu sih... mungkin karena tempat tinggalku juga begitu.

Tinggal di kediaman Konohana membuatku menjadi terbiasa melihat furnitur mahal atau lukisan senilai ratusan juta. Jadi wajar saja kalau aku sudah kebal.

Jadi, kamu tinggal di salah satu vila keluarga Konohana, ya?

Ah, bukan di rumah utamanya.

Rumah utamanya jauh lebih luas, lho. Aku pernah menghadiri pesta di sana dulu, dan itu benar-benar membuatku terpesona... Tapi itu juga kenangan yang tidak mengenakkan, ujarnya dengan nada menyesal.

Pada waktu itu, Tennouji-san mungkin belum menganggap Hinako sebagai rivalnya, jadi dia bisa tulus terpesona. Meski sekarang pun sifat polosnya masih terlihat kadang-kadang.

Ngomong-ngomong, aku sendiri belum pernah melihat rumah utama keluarga Konohana. Kagen-san sering menggunakan rumah yang terpisah, tapi Takuma-san selalu berada di rumah utama. Mungkin saat ini Hinako dan Shizune-san sedang menghadiri jamuan makan malam dengan para eksekutif Grup Konohana, dan tempatnya bisa jadi di rumah utama.

Silakan dilihat menunya

Seorang pelayan menyerahkan buku menu padaku.

Sejak tinggal di kediaman keluarga Konohana, aku menjadi terbiasa dengan suasana elegan ini. Tapi saat melihat daftar harga yang tidak tercantum, pikiranku langsung berhenti.

...Ini, berapa harganya?

Hari ini kamu tidak perlu memikirkan itu. Ini semacam waktu istirahatku, jadi anggap saja kalau kamu sedang menemaniku, ujar Tennouji-san.

Yah, karena aku memang datang ke sini untuk diskusi belajar, jadi saldo uangku memang tidak terlalu banyak.

Kurasa tidak sopan untuk membahas soal harga lagi di sini, jadi kali ini aku akan dengan lapang dada menerima kebaikan hati Tennouji-san.

Aku memesan teh yang sama dengan yang dipilih Tennouji-san, dan pesanan kami segera terhidang di atas meja.

Aku mengangkat cangkir ke bibir dengan tenang dan menyesapnya perlahan.

...Enak sekali.

Itu adalah teh susu dengan rasa manis yang lembut. Sensasi sepat yang samar memberikan aksen yang pas, dan meninggalkan rasa yang segar di akhir.

Teh di musim ini memang terasa kental dan lezat.”

Apa rasanya berbeda tergantung musim?

Ya. Periode terbaik untuk memetik teh berkualitas tinggi disebut 'Musim Berkualitas', dan teh yang dipetik di musim gugur, atau 'Autumnal', biasanya memiliki aroma yang kaya dan cocok untuk dibuat teh susu.

“Hee~... sejak bersekolah di Akademi Kekaisaran, aku jadi lebih sering minum teh, tapi aku sama sekali tidak tahu soal ini.

Memang, dalam hal teh, pengetahuanku cukup khusus, Tennouji-san tersenyum.

Syukurlah ini bukan bagian dari pelajaran umum...

Meskipun aku sendiri juga mulai mengenal jenis-jenis teh dan merek peralatannya sejak bersekolah di Akademi, tetap saja terkadang aku terkejut saat teman sekelas membicarakannya, seolah-olah itu hal yang wajib diketahui. Budaya kalangan atas memang sangat mendalam.

Saat kami menikmati waktu yang elegan bersama, seorang wanita cantik dengan gaun indah muncul dari bagian dalam kafe dan membungkuk kepada para pengunjung. Dia lalu duduk di depan grand piano dan mulai memainkan sebuah lagu dengan lembut.

Komposisinya sangat halus. Mungkin karena sebelumnya aku menyaksikan banyak karya seni di museum, suara piano yang lembut ini pun terasa masuk ke dalam hatiku dengan mudah.

Ini adalah Pavane pour une infante défunte.... Pavane adalah tarian popular yang tersebar luas di Eropa pada abad ke-16.” jelas Tennouji-san.

Sambil menikmati teh dan alunan musik, aku benar-benar menghayatinya. Meskipun aku tidak terlalu paham soal piano, permainannya yang komplek namun tetap runtut dan bersih membuat enak didengar. Pasti pianis ini adalah seorang yang terkenal.

Ketika pertunjukan selesai, para penonton bertepuk tangan. Pianis itu berdiri dan membungkuk sekali lagi. Di akhir, dia menatap sekilas ke arah Tennouji-san dan tersenyum, yang dibalas oleh anggukan Tennouji-san.

Tennouji-san pernah menyebutkan tadi kalau kafe ini merupakan langganan keluarganya, jadi sepertinya dia memang mengenal pianis itu.

Kalau kamu mengenalnya, kamu boleh menyapanya juga, kok?

 

Saat ini, aku adalah seorang tamu, sedangkan dia adalah seorang musisi. Aku tidak ingin melakukan hal yang tidak sopan yang dapat mengganggu hubungan yang indah ini,

Tennouji-san menjawab dengan tenang seraya menyesap tehnya.

Dia memandang musisi di sana bukan sebagai kenalan, tapi sebagai seorang profesional yang sedang tampil. Hal tersebut merupakan bentuk penghargaan tertinggi.

Inilah sosok Ojou-sama dari kalangan atas yang sesungguhnya. Jika Hinako adalah Ojou-sama yang sempurna, maka Tennouji-san layak disebut sebagai Ojou-sama dari kelas atas sejati. Tidak hanya tutur katanya yang anggun, tapi cara berperilakunya dan cara hidupnya dipenuhi oleh kecemerlangan.

Ternyata Tennouji-san punya banyak hobi, ya?

Kata 'ternyata' itu tidak perlu, sahutnya dengan sebal, tapi ekspresinya tetap tersenyum.

Tapi memang, hampir semua hobi yang kunikmati saat ini merupakan hal baru yang aku temukan belakangan ini.

“Apa iya?

Ya,

Tennouji-san lalu menatapku dengan lembut.

Dan itu semua berkat dirimu.

Dia melanjutkan dengan riang.

“Pada waktu dulu, aku hanya fokus berusaha menjadi putri pewaris yang pantas untuk keluarga Tennouji. Aku berusaha mati-matian untuk menyembunyikannya, tapi sebenarnya saat itu kondisi mental dan fisikku lumyan tertekan, hingga sering membuat keluargaku khawatir.

Aku tahu betul keadaan Tennouji-san yang seperti itu. Saat itu dia salah paham dengan berpikir kalau dirinya tidak punya pilihan lain selain harus menuruti rencana perjodohan. Pada waktu itu, Tennouji-san memang terlihat sangat terpojok.

“Kamu lah yang memperluas duniaku, Itsuki-san. Berkat dirimu, aku bisa menghadapi keinginan orang tuaku, dan memperoleh hari-hari yang lebih santai... Hasilnya, aku jadi bisa mengenal berbagai hobi seperti ini.

Sepertinya dulu Tennouji-san berusaha berlebihan untuk memenuhi harapan orang tuanya.... tidak, dia malah membuat ekspektasi itu sendiri dan merasa harus memenuhinya.

Setelah terbebas dari belenggu itu, jadilah Tennouji-san yang sekarang. Dia masih tetap rajin seperti sebelumnya, tapi dia tidak lagi terjebak dalam pandangan yang sempit, dan menjalani hidupnya dengan menerima perasaan orang-orang di sekitarnya.

Dia keliru dan mengira bahwa dirinya sedang memikul beban yang berat, tetapi sebenarnya itu hanya imajinasinya saja. Sekarang tampaknya dia sedang mengalami berbagai hal dengan keringanannya itu.

Itsuki-san, sekali lagi aku ingin mengucapkan terima kasih padamu. Berkat dirimu, kehidupanku menjadi jauh lebih luas.

Tennouji-san menundukkan kepalanya dengan tenang.

“Padahal aku merasa kalau aku tidak melakukan sesuatu yang begitu istimewa.”

“Tapi itu sangat penting bagiku.

Jika dia sampai mengatakannya demikian, berarti upayaku untuk meyakinkannya tidaklah sia-sia.

Intinya, apa yang ingin aku sampaikan ialah, bahwa berkat Itsuki-san, aku bisa memperbaiki cara hidupku.

Setelah mengatakan itu, Tennouji-san meminum tehnya.

Lalu dia meletakkan cangkirnya dengan sedikit kuat.

“A-k-an te-ta-pi————! Sekarang malah kamu yang terlihat tersiksa seperti aku yang dulu! Tentu saja aku ingin mengatakan sesuatu!

Maafkan aku...

Aku mempunyai firasat buruk ketika dia meminum tehnya, dan ternyata pembicaraan itu mengarah ke situ.

Akhir-akhir ini, Itsuki-san terlihat seperti aku yang dulu. ...Itulah sebabnya, aku memutuskan. Sekarang giliranku untuk mengulurkan tangan.

...Begitu rupanya.

Jika itu aku yang dulu, aku mungkin akan berkata kepada Itsuki-san yang terdesak, 'Teruslah berusaha sekuat tenaga'.

Aku penasaran apa iya memang begitu.

Memang benar kalau Tennouji-san telah berubah daripada dirinya yang dulu. Tapi aku meyakini bahwa Tennouji-san yang dulu juga akan menyuruhku untuk beristirahat jika melihatku seperti ini sekarang.

Tennouji-san sadar akan perubahannya sendiri, jadi dia agak merendahkan dirinya di masa lalu. Tapi... Bagiku, Tennouji-san selalu bersikap baik kepadaku sejak pertama kali kami bertemu.

Aku masih mengingatnya dengan jelas, saat aku sedang mencari dompet yang dijatuhkan Hinako, tiba-tiba Tennouji-san memanggilku untuk memperbaiki postur tubuhku. Pada saat itu, Tennouji-san terlihat sangat keren dan baik hati. Dia adalah orang yang membuatku berpikir, Aku ingin menjadi orang yang seperti itu.' Tennouji-san berkata bahwa kali ini dia mengulurkan tangannya padaku, tapi sebenarnya Tennouji-san lah yang pertama kali mengulurkan tangannya padaku.

“....Aku juga bisa berubah berkat dirimu, Tennouji-san.”

Tanpa sadar, aku mengungkapkan apa yang kupikirkan.

Percaya diri, berbicara dengan jelas, menegakkan postur tubuh, dan berusaha keras....Tennouji-san mengajari semua hal itu padaku. Terima kasih banyak.

Tak diragukan lagi, orang yang mengajariku betapa pentingnya hal-hal itu adalah Tennouji-san.

Aku membusungkan dadaku dan menatap lurus ke arah Tennouji-san.

Aku sedang berbicara sendirian dengan seorang Ojou-sama dari Grup Tennouji di ruang elegan dengan suasana yang tidak memungkinkan adanya sikap yang lancang. Diriku yang dulu pasti akan merasa canggung, tapi sekarang aku bisa bersikap tenang dan percaya diri.

Melihatku yang seperti itu, Tennouji-san tampak linglung beberapa saat karena suatu alasan.

Pipi Tennouji-san berangsur-angsur memerah.

“Syu-Syukurlah kalau begitu.

Suasananya menjadi agak canggung. Mungkin wajahku juga ikutan memerah.

Ngomong-ngomong, Suminoe-san juga bilang kalau kamu sudah berubah, Tennouji-san.

Untuk mengubah suasana, aku mengalihkan topik pembicaraan yang terlintas di dalam kepalaku.

Benarkah?

Ya, aku mendengar banyak ceritanya saat pertemuan belajar beberapa hari yang lalu.

Aku tidak menyinggung masalah perasaan aslinya, dan hanya membicarakan Suminoe-san.

“Tennouji-san dulu sempat menolongnya, ‘kan?

“Aku sama sekali tidak menolongnya, aku hanya tidak ingin bakat Suminoe-san terbuang sia-sia. Usahanya sendiri lah yang membuatnya berhasil.

Tampaknya Tennouji ingin mengatakan bahwa dia merekrut Suminoe-san karena melihat potensinya.

Apa kamu sering berbicara dengan Suminoe-san?

Ya, meskipun kami sudah tidak sekelas lagi sejak kelas 2, kami masih sesekali bertemu sepulang sekolah.

Begitu ya... Suminoe-san tampak mengagumi Tennouji-san, jadi mungkin dia merasa kesepian tanpamu.

Benarkah dia merasa begitu?

Yah...

Meskipun aku tidak tahu apa dia merasa kesepian atau tidak, tapi aku bisa meyakini kalau Suminoe-san memiliki rasa sayang pada Tennouji-san.

Mungkin saat mereka masih sekelas dulu.... ketika dia bisa bertemu Tennouji-san setiap hari, Suminoe-san mungkin lebih baik daripada sekarang.

“Aku memiliki perasaan yang samar-samar bahwa Suminoe-san mengagumiku.

Tampaknya Tennoji-san juga menyadari perasaan Suminoe-san.

Yah, aku tidak berpikir dia menyadari perasaan Suminoe-san yang sebenarnya sih.

“Hanya saja...dia dulu menghormatiku, jadi dia mungkin memiliki perasaan campur aduk terhadap diriku yang sekarang.

Tennouji-san mengatakan hal itu dengan ekspresi wajah yang rumit dan melihat ke arah jam di dinding kafe.

Kalau begitu, bagaimana kalau kita melanjutkan ke tujuan berikutnya??

“Massih ada lagi?

Ya.... Akhir-akhir ini kita berdua banyak menghabiskan waktu di meja kerja, bukan?

Itu memang benar, sih.

Di saat seperti ini, yang perlu kamu lakukan hanyalah menggerakkan tubuhmu!”

 

◆◆◆◆

 

Aku menghela napas dengan sedikit gugup.

Setelah berdiri diam sebentar, aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

Maaf sudah membuatmu menunggu.

Mau tak mau aku merasa terpana dengan Tennouji-san yang berjalan mendekat sambil mengatakan itu.

... Itu sangat cocok untukmu.

Kamu kembali menggunakan bahasa formal lagi.

Sementara aku memakai setelan hitam sederhana, Tennouji-san yang mengenakan gaun berwarna biru tersenyum mengomentariku.

Dan kemudian, Tennouji-san mengulurkan tangannya.

“Kalau begitu... bagaimana kalau kita berdansa?

Alunan musik yang tenang mulai terdengar.

Setelah keluar dari kafe, Tennouji-san membawaku ke ruang dansa.

Tempat yang kami kunjungi tampak luas, elegan, dan terlihat bergengsi, seakan-akan disiapkan khusus untuk dansa sosial. Lantai kayunya sangat nyaman saat digunakan untuk bergerak, menghasilkan suara langkah yang menyenangkan. Lampu-lampu gantung di langit-langit memancarkan cahaya lembut yang mempercantik suasana.

Karena di sini juga menyediakan penyewaan kostum, jadi kami berganti pakaian menjadi penampilan formal. Sudah lama sekali aku tidak berdansa, jadi memakai kostum dansa terasa asing.

Tarian yang kami lakukan adalah slow-waltz.

Kalau dipikir-pikir lagi, slow-waltz ini adalah tarian pertama yang kupelajari dari Tennouji-san.

“Ara, ternyata kamu masih mengingatnya ya.

“Ya itu sih tentu saja, karena aku dilatih dengan sangat ketat...

Sepertinya ajaran gurumu sangat baik. Bagaimana kalau lain kali aku mengajarkan tango juga?

Tango berbeda dengan tarian waltz, tarian Tango lebih bergairah dan penuh semangat.

Aku memang sedikit tertarik, tapi mungkin lain kali saja.

Sambil terus mempertahankan postur tubuh yang terkait, Tennouji-san dan aku berputar setengah lingkaran. Gerakannya sangat licin dan lancar, tanpa merasakan adanya resistensi sedikit pun.

Dalam dansa sosial, kadang-kadang ada momen di mana kita merasa benar-benar menyatu.

Momen itu terasa sangat menyenangkan. Seolah-olah batas di antara aku dan Tennouji-san telah menghilang, dan kami berdua larut dalam aliran gerakan yang sama.

“Momen saat ini terasa begitu emosional ya?” kata Tenyouji-san dengan senyum tipis.

Dulu saat pertama kali kamu berdansa, kamu tampak sangat gugup sekali, Itsuki-san.

“Apa iya aku segugup itu?

“Iya, memang segitunya. Kamu bahkan langsung menegang hanya dengan bertatapan mata denganku.

Ketika dia mengatakan begitu, rasa-rasanya memang itulah yang terjadi.

Aku juga dulu seperti itu saat masih kecil. Perasaan harus bisa melakukannya dengan baik membuatku jadi tegang dan gugup...

...Tidak, sebenarnya bukan itu alasannya.

Tennouji-san menatapku dengan keheranan, dan aku melanjutkan.

“Yah...alasan kenapa aku gugup karena pasangan dansaku adalah Tennouji-san...”

...

Aku tidak melanjutkan kalimatku karena merasa malu dan tidak enakkan.

Meskipun ini hanya dansa, tetap saja tubuh kami saling bersentuhan dan wajah kami juga dekat... Karena aku melakukan itu semua dengan Tennouji-san, jadi tentu saja aku akan merasa gugup.

Sekarang aku sudah sedikit terbiasa, tapi sebenarnya aku masih sedikit tegang.

Meski masih merasa belum cukup mahir, aku terus berdansa. Tapi tiba-tiba, Tennouji-san membuat kesalahan dalam urutan langkah dan hampir kehilangan keseimbangan.

Tennouji-san?

Aku merasa keheranan karena itu bukan kesalahan yang biassa dilakukan Tennouji-san, dan saat aku melihat wajahnya...

...Bukan kamu saja satu-satunya orang yang merasa gugup, tau.”

Hah?

Tennouji-san sedikit tersipu dan mengalihkan pandangan.

Kami terus berdansa dalam suasana canggung.

...Astaga, tiba-tiba saja aku jadi khawatir dengan keringat di tanganku.

Sepertinya Tennouji-san pun merasakan hal yang sama, karena kami berdua terlihat gelisah ketika menggerakkan badan selama berdansa.

“Ngo-Ngomong-ngomong, Itsuki-san, kenapa kamu memutuskan untuk bergabung menjadi anggota OSIS?

Tennouji-san mengubah topik pembicaraan.

Ah iya, sepertinya aku belum pernah menjelaskan hal itu.

Tapi bagaimana aku harus menyampaikannya? ... Tennouji-san sepertinya memiliki rasa persaingan yang kuat dengan Hinako. Aku tak ingin merusak suasana menyenangkan ini, jadi sebaiknya aku samarkan sedikit.

Sebenarnya, aku ingin menjadi anggota eksekutif di perusahaan tertentu suatu hari nanti, jadi aku membutuhkan pengalaman di OSIS Akademi Kekaisaran sebagai prestasi. Katanya itu akan menguntungkan...

Saat mendengar penjelasanku, pandangan mata Tennouji-san menjadi tajam.

Apa itu Grup Konohana?

Eh?

“Kamu tidak menyebutkan namanya di depanku, dan juga membutuhkan prestasi yang cukup sulit sebagai anggota OSIS Akademi Kekaisaran. Dari dua hal ini, aku bisa menebak dengan mudah.

Ternyata dia bisa langsung menebaknya.

Aku tak tahu harus berkata apa dan hanya terdiam.

Jadi, dengan kata lain kamu mengincar jadi anggota OSIS demi Konohana Hinako, begitu?

Bukan hanya itu saja sebenarnya...

Tennouji-san menghentikan dansa kami.

Alunan musik yang indah dan lembut, namun terasa ada kesedihan dan kepedihan di dalamnya, mengisi ruangan.

Dalam pandanganmu...

Tennouji-san menarikku lebih dekat.

Apa kamu hanya melihat... Konohana Hinako saja?"

Hidung kami saling berdekatan dan sempat bersentuhan, tapi Tennouji-san tak mengalihkan pandangannya dariku.

Wajahku tergambar dengan jelas di matanya, menunjukkan kegelisahan dan keraguan.

Tiba-tiba... aku menyadari ada sedikit keraguan dan ketidakpastian di mata Tennouji-san.

Biasanya, mata Tennouji-san selalu terlihat kuat dan bersinar. Tapi sekarang, dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat ketidakpastian di sana.

Aneh sekali.

Tennouji-san memandangku dengan sangat serius begitu, tapi kenapa aku justru menampilkan ekspresi bingung seperti ini?

...Bukan begitu.

Nafasku yang keluar membelai rambut Tennouji-san.

Aku menutup mata, lalu membukanya lagi.

Wajahku yang terpantul di mata Tenyouji-san... tidak lagi terlihat bingung.

Tadi aku hampir mengatakan, tapi bukan hanya itu saja. Aku ingin memiliki hubungan yang setara dengan Tennouji-san, Narika, dan semua orang yang biasa kutemui.

Hubungan yang setara...?

Aku balas mengangguk.

Itulah tekad yang kuambil di akhir liburan musim panas kemarin.

Di akhir liburan, aku bisa kembali ke kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat biasa. Tapi aku tidak kembali.

Salah satu alasannya adalah... Tennouji-san.

Sejak datang ke Akademi Kekaisaran dan berinteraksi dengan banyak orang, aku ingin menjadi seperti mereka. ... Tennouji-san juga adalah salah satu orang yang membuatku berpikir demikian.

Tennouji-san mendengarkan ceritaku dengan serius.

Aku ingin menjadi orang yang bisa memikul tanggung jawab besar sama seperti orang lain. Secara khususnya, aku ingin menjadi anggota eksekutif Grup Konohana suatu hari nanti.

Dan... aku juga memikirkan ambisi lebih jauh dari itu.

Sekarang aku masih bersekolah di akademi dengan identitas palsu, tapi... suatu hari nanti aku ingin berdiri di samping kalian semua dengan identitas asliku. ... Mencoba masuk anggota OSIS adalah langkah awal untuk mewujudkannya.

Aku merasa kalau itulah makna sejati dari kesetaraan.

Berdiri sejajar dengan semua orang, itu yang kupikirkan.

Setelah mendengar keinginanku itu, Tenyouji-san menghembuskan napas kecil...

...Kamu ini memang benar-benar seorang penantang.

Penantang, ya. Setelah mendengarnya, kurasa itu ada benarnya.

Sebagai orang biasa, memiliki ambisi seperti ini adalah sesuatu yang luar biasa.

Karena kamu orang yang seperti itu, makanya aku.....

Tennouji-san menatapku dengan ekspresi yang agak melamun dan linglung.

...Tennouji-san?

“Bu-Bukan apa-apa! ... Hampir saja aku keceplosan."

Wajah Tennouji-san memerah, dia menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

Lagu berikutnya mulai dimainkan, jadi kami pun kembali berdansa bersama.

Kami menari waltz yang anggun, seakan-akan saling memastikan perasaan masing-masing.

Boleh aku bertanya satu hal lagi padamu? ... Bagaimana jika aku memintamu untuk datang ke dalam Grup Tennouji?

Itu...

Aku merasa berhutang budi kepada Hinako karena telah mempekerjakanku. Selain itu, sebagai pengasuhnya, aku ingin terus berada di samping Hinako dan meringankan bebannya. Akhir-akhir ini, Hinako dipaksa untuk berjuang sendirian. Aku memiliki keinginan yang kuat untuk mendukungnya.

Tapi aku juga berhutang budi kepada Tennouji-san, dan jika dia sedang kesulitan, aku ingin membantunya. Jika Tennouji-san menaruh harapan dan kepercayaannya padaku, aku ingin sekuat tenaga membalasnya.

Apakah aku akan memilih berdasarkan gaya kerja? ... Bukan soal gaji. Keduanya pasti akan memperlakukanku dengan sangat baik. Kalau begitu, aku pilih berdasarkan bidangnya? Aku akan memilih bidang yang sesuai denganku... Ah, kalau ternyata tidak cocok, aku bisa belajar hingga lulus nanti.

Aku sampai berkeringat memikirkannya terlalu keras.

Akhirnya, kesimpulan yang kudapatkan adalah—

...Ba-Bagaimana kalau... keduanya?

Haaaaaaaa~~~~~~~~~!

Tennouji-san menghembuskan napas panjang.

“Dasar penipu, kurang peka, orang aneh.

“Umm...

Aku benar-benar memahami Itsuki-san sekarang. Itsuki-san selalu menunda-nunda masalah ini dan tidak pernah memberikan jawaban sampai akhir.

...Huh.

Ketika mendengarnya sampai sejauh itu, aku jadi ingin membalasnya sedikit.

...Tapi Tennouji-san sendiri bagaimana?

Apa dia sudah siap menerima keputusanku nanti?

Yah, sebenarnya dari awal aku memang punya niat begitu. Malah ini menguntungkan bagiku. Karena memang lebih cocok bagiku untuk mengambil daripada menunggu—

—Kalau begitu aku akan pergi ke tempat Tennouji-san.

Saat aku mengatakan itu, Tennouji-san membelalakkan matanya.

Honyaa?! Eh, tunggu—?!

Tennouji-san berhenti berdansa dan mengeluarkan suara aneh. Ketika melihat reaksinya yang begitu, aku merasa puas.

Aku hanya bercanda. ...Lihat, bahkan Tennouji-san sendiri juga belum siap, kan?

Tu-Tunggu, dulu sebentar...!! Se-Sepertinya apa yang kita berdua pikirkan mungkin berbeda!

“Apa yang kamu pikirkan itu... soal masa depan, ‘kan?

Iya sih, tapi tetap saja...!

Bukannya kami sedang membicarakan soal perusahaan mana yang akan kupilih?

Aku juga baru memahami Tennouji-san dengan lebih baik. ...rupanya Tennouji-san lemah terhadap paksaan, ya.

Ap-Ap-Apa.....?!

Wajah Tennouji-san memerah saat menatapku dan mulutnya terbuka-tertutup seperti ikan koi.

Ja-Jangan terlalu terbawa suasana begitu! Ka-Kalau kamu berbicara begitu lagi, ak-aku akan...

Kamu akan apa?

Wajah Tennouji-san semakin memerah saat dia berkata.

A-Aku akan membuatmu bertanggung jawab!

Itu terdengar cukup seram, jadi aku pun menyentuhkan kepalaku ke lantai untuk meminta maaf padanya.

 

 


Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama