Chapter 7 — Dan Kemudian, Pelakunya pun Terungkap
“Eh,
seriusan,
apa-apaan itu sih...?”
“……”
Masachika
yang berdiri di pintu kelas, merasakan kalau
pipinya berkedut keras saat melihat sesuatu yang
memiliki kehadiran yang sangat mencolok di dekat jendela. Di depannya, Alisa
tampak benar-benar terdiam.
Tepat di
hadapan mereka terdapat tumpukan hadiah yang tidak sesuai dengan
suasana sekolah. Di meja Alisa yang berada di dekat jendela, terdapat lebih
dari dua puluh barang yang tampaknya adalah hadiah... karena beberapa di
antaranya tidak dibungkus sama sekali, artinya tidak ada pembungkus atau pita.
“Ah,
gawat.”
“Dia sudah
datang, ya.”
“Ah~
waktunya sudah habis~”
Ketika
mereka berdua mendengar suara-suara tersebut, dan melihat
ke arah sumber suara... ada
tiga siswa yang sedang menggambar huruf besar dan gambar di papan tulis dengan
kapur berwarna-warni. Yang digambar adalah kembang api dan pita, serta sesuatu
yang tampaknya kue yang sedang digambar. Dan, huruf besar yang bertuliskan “Selamat Ulang Tahun”.
“Eh,
apa jangan-jangan ini untukku?”
Melihat
hadiah di atas meja dan gambar serta tulisan di
papan tulis itu, Alisa tidak bisa menahan diri untuk bergumam demikian. Usai mendengar itu, teman-teman sekelasnya di dalam kelas, termasuk tiga
orang di depan papan tulis, secara bersamaan tersenyum sambil mengeluarkan tawa
canggung dan berkata “Waduh~”.
“Tidak,
ketika aku datang pagi-pagi, tiba-tiba ada
tumpukan dan tulisan 'Selamat Ulang Tahun', jadi sepertinya aku harus
ikut merayakannya.”
“Iya,
iya bener banget... meskipun kami tidak
tepat waktu sih...”
Ketika
dua orang di depan papan tulis mengatakan itu, satu orang terakhir meletakkan
kapur dan tiba-tiba mulai bertepuk tangan.
“Selamat
ulang tahun, Kujou-san!
Selamat!”
Jelas
sekali mereka berusaha mengatasi situasi ini dengan semangat, dan teman-teman
sekelas lainnya mulai ikut bertepuk tangan sambil tersenyum canggung, hingga
kelas dipenuhi dengan suara tepuk tangan.
“Selamat ulang tahun, Kujou-san!”
“Selamat
ulang tahun!”
“Selamat!”
“Selamat
ulang tahun!”
“Selamat!
Aku tidak tahu apa hari ulang tahunnya
benar hari ini!”
“Eh, benar-benar hari ini, ‘kan?
Meskipun kami sudah bertepuk tangan.”
“Kenapa
tidak ada yang tahu! Omong-omong, itu sebenarnya dua hari yang lalu!”
“Selamat!
Selamat ulang tahun, meski
terlambat dua hari!”
“Jangan
coba-coba mengatasinya, Murayama!”
Masachika
yang bingung apa merasa
harus senang atau memberitahu bahwa ini bukan hari yang tepat, mencoba
memberikan komentar, tetapi siswa laki-laki yang pertama kali mulai bertepuk
tangan berusaha menutupi dengan tepuk tangan yang lebih keras, sehingga Masachika
kembali memberikan komentar. Di tengah tawa mereka, suara tepuk tangan semakin
keras, bahkan ada suara siulan
yang ikut menambah suasana.
“Selamat!
Selamat ulang tahun yang terlambat dua hari!”
“Pokoknya
selamat!”
“Hyu~~hyu~~!”
Badai
ucapan selamat tiba-tiba bergema di runag
kelas pagi hari. Di tengah suasana itu, Alisa tampak sangat kebingungan dengan senyum yang samar...
namun dia terlihat senang dan berkata sambil sedikit menutupi
mulutnya dengan tangan.
“Terima
kasih... semuanya. Terima kasih...”
Gadis
cantik yang biasanya menunjukkan ekspresi dingin ini menunjukkan sikap yang
jelas-jelas malu, yang tidak bisa disembunyikan oleh siapa pun.
““““““““!!!”””””””
Ketika melihat
ekspresinya itu, hati teman-teman sekelasnya, baik laki-laki maupun
perempuan, langsung dibuat berdebar seketika. Suara tepuk tangan dan siulan
semakin keras sehingga membuat siswa
dari kelas lain mulai mengintip dari luar kelas
karena merasa penasaran.
“Eh,
Kujou-san ulang tahun?”
“Wuaahh, hadiahnya
banyak banget!”
“Klub penggemar...?”
“Aku tidak
tahu apa-apa, tapi yang
penting, selamat ya!"
“Sudah
kubilang, itu dua hari yang lalu!?”
Entah
kenapa, keributannya justru
semakin besar, dan Masachika berusaha untuk menenangkan suasana sambil
memberikan komentar, tetapi di belakangnya, Alisa yang malu-malu hanya membuat
suasana semakin tidak tenang. Bahkan orang-orang yang sama sekali tidak
mengerti situasi ikut terlibat, dan lingkaran tepuk tangan dan ucapan selamat
semakin meluas──
“Ada ribut-ribut apa ini?”
Namun, keributan tersebut mulai sedikit mereda ketika
salah satu anggota komite
kedisiplinan
mendengar keributan itu dan muncul.
Jika
ditanya, siapa yang muncul? Orang
yang muncul tidak lain adalah harapan anggota komite kedisiplinan kelas 1, Taniyama Sayaka-san. Kacamatanya
berkilau di bawah rambut poninya yang rapi. Meskipun berada di
tengah keributan, matanya yang tajam dan cerdas sama sekali tidak terganggu,
dan siswa-siswa yang mulai terjebak dalam suasana mulai merasa canggung dan
menurunkan tangan mereka.
“Alisa-san...?
Selamat pagi. Apa-apaan dengan situasi ini?”
“Selamat
pagi, Sayaka-san. Aku juga
tidak begitu mengerti... Ketika aku
datang, situasinya sudah seperti ini.”
Sayaka
melihat papan tulis dan hadiah di atas meja, lalu mendorong kacamatanya.
“Hadiah
ulang tahun...? Bukannya ulang
tahunmu dua hari yang lalu? Kenapa baru sekarang?”
“Yah,
karena itu hari libur. Orang-orang yang tidak bisa memberikan hadiah pada hari
itu meninggalkan hadiah di sini, dan semua teman sekelas melihatnya dan ikut
merayakan... mungkin seperti itu.”
Setelah
mengatakannya sampai sejauh itu, Masachika
tiba-tiba mengernyitkan dahinya.
“……Hah? Pertama-tama,
siapa sebenarnya yang pertama kali meninggalkan hadiah ini?”
Ia
melihat tumpukan hadiah sekali lagi. Meskipun disebut tumpukan, tidak ada kotak
hadiah besar yang menumpuk seperti yang terlihat di manga atau anime. Hanya ada
satu kotak hadiah besar, dan sisanya adalah paket tipis yang dibungkus, serta
beberapa kotak hadiah yang bisa dipegang dengan satu tangan. Di sekitar dan di
atasnya, ada beberapa makanan ringan, minuman, dan
alat tulis yang jelas-jelas
dibeli dari kantin sekolah.
“Hmm,
barang-barang kecil yang jelas baru saja dibeli ini pasti milik salah satu
teman sekelas kita, ‘kan?”
Setelah
mengatakan itu, Masachika melihat sekeliling dan melihat teman-teman sekelas
yang sebelumnya bersemangat kini tersenyum dengan ekspresi seolah berkata, “Ternyata
ketahuan, ya”.
“Yah,
karena ada yang ditinggalkan di sini. Jadi rasanya aneh juga kalau diabaikan~.”
“Maaf
jika ini terkesan mendadak, tapi lebih baik daripada tidak ada sama sekali...”
“Ah,
tidak apa-apa. Aku senang. Meskipun aku merasa bersalah karena tidak memberikan
apa-apa... Terima kasih, aku akan menerimanya dengan senang hati. Hanya saja,
aku merasa aneh karena melihat
ada banyak sekali minuman oshiruko...”
Alisa
memasang ekspresi aneh ketika melihat lima minuman kaleng oshiruko yang ada di antara tumpukan, dan
seluruh kelas menatap Masachika dengan tatapan, “Habisnya, bukannya itu...”. Merasa
sedikit canggung, Masachika berdehem seolah ingin
membersihkan tenggorokannya dan berkata,
“Hmm,
baiklah, mari kita kumpulkan barang-barang kecil ini... Aku akan meletakkannya
di mejaku.”
Lalu, Masachika
menggeser mejanya mendekat ke meja Alisa dan bersama-sama mereka menata makanan
ringan, minuman, dan alat tulis di sana. Yang tersisa adalah berbagai hadiah
yang tampaknya ditinggalkan oleh seseorang yang bukan teman sekelas. Mereka
mengangkat satu per satu untuk memeriksa bagian belakang dan samping, tetapi
tidak ada satupun yang dilengkapi dengan kartu pesan atau sesuatu yang dapat
mengidentifikasi siapa yang meninggalkannya. Hanya ada stiker bertuliskan [Happy Birthday!!] yang terpasang di beberapa
hadiah, sehingga mereka tahu bahwa semua ini adalah hadiah ulang tahun...
“Tapi,
tidak ada satupun hadiah
yang mencantumkan nama mereka...”
“Maksudku, cuma beberapa orang yang mengetahui ulang tahunmu, ‘kan? Selain orang-orang yang
diundang ke pesta ulang tahun, apa ada orang lain yang mungkin tahu?”
“…Tidak,
sih...”
Tumpukan
hadiah tanpa pengirim yang jelas dan sama sekali tidak dikenali. Melihat
barang-barang yang tiba-tiba terasa mencurigakan ini, Masachika dan Alisa ragu
untuk menyentuhnya. Saat itu, Sayaka yang selama ini diam-diam mengamati,
tiba-tiba membuka suara.
“Hmm...
Sepertinya situasinya semakin mencurigakan. Apa kalian
tidak keberatan kalau mulai dari sini, kami, anggota komite kedisiplinan, akan mengambil alih?”
“Eh?
Kenapa?”
“Sebenarnya,
membawa barang yang tidak diperlukan untuk kegiatan akademis adalah pelanggaran
aturan sekolah dan menjadi tanggung jawab petugas kedisiplinan. Selain itu...”
Sayaka
kemudian melirik sekeliling dan mendekat sedikit kepada
Alisa dan Masachika, lalu berbicara dengan suara pelan.
“(.... Ada kemungkinan ini adalah sabotase dari
pendukung pesaing. Ada baiknya jika
kita membuka hadiah ini di bawah
pengawasan komite kedisiplinan)”
“!!”
Masachika terkejut saat mendengar
pernyataan Sayaka. Di dalam divisi SMA,
konflik seperti itu belum pernah terjadi kecuali untuk insiden festival
sekolah, jadi dirinya
benar-benar lengah. Namun, memang benar apa yang dikatakan Sayaka.
(Benar...
Dalam pemilihan, tindakan pelecehan
semacam itu bisa saja terjadi...)
Jika di
dalam hadiah ada jarum atau paku, itu masih bisa dianggap sebagai hal yang
kecil, tetapi ini adalah pemilihan OSIS di
dalam Akademi Seirei. Yang terburuk,
bisa saja ada alat penyadap atau kamera yang disembunyikan, dan rahasia atau
kelemahan bisa dipegang... itu bukanlah hal yang mustahil.
(Jika ada
penjahat yang bertindak aneh seperti Kiryuuin,
mereka bisa saja benar-benar melakukannya...)
Setelah memikirkan
hal itu, Masachika sedikit mengerutkan dahi dan membungkuk ringan kepada Sayaka.
“(Terima
kasih, Sayaka. Akhir-akhir ini terasa damai, jadi aku mulai sedikit lengah)”
Kemudian,
dirinya berpaling ke arah Alisa dan
berkata dengan suara yang cukup keras agar terdengar oleh semua orang.
“Mari
kita lakukan seperti yang dikatakan Sayaka. Ada kemungkinan
kalau ini merupakan hadiah dari penggemar yang berbahaya.”
“Baiklah,
aku mengerti. Terima kasih banyak,
Sayaka-san.”
“Tidak
apa-apa. Kalau begitu, aku
akan memanggil bantuan.”
Setelah
mengatakan itu, Sayaka segera mengeluarkan walkie-talkie dari saku seragamnya.
“Eh,
walkie-talkie?”
Alisa
terlihat kaget dan kebingungan, tapi
Sayaka mengabaikan reaksinya sembari menekan
tombol dan mulai berbicara melalui walkie-talkie.
“Di sini
Taniyama dari kelas 1. Ada
lebih dari sepuluh barang mencurigakan di kelas 1-B. Mohon panggil tiga orang
untuk membantu membawanya ke ruangan komite kedisiplinan. Silakan datang sesuai nomor
dari anak kelas 1.”
Setelah
Sayaka melepaskan tombol, beberapa saat kemudian suara-suara mulai terdengar kembali dari walkie-talkie.
『Di sini
Fukunaga dari kelas satu,
aku akan tiba dalam sepuluh detik.
Ganti. 』
“Kalau
dia bisa tiba dalam sepuluh detik, kurasa dia tidak perlu bilang juga, ‘kan?”
『Di sini Fox, aku akan tiba dalam satu menit. Ganti. 』
“Oi,
kok sampai ada yang memakai nama kode segala?”
『Di sini Maezawa dari kelas satu,
meskipun masih ada PR dari jam pertama, aku akan datang. Ganti. 』
“Jangan
datang! Utamakan PR-mu dulu!”
Masachika
tanpa sadar berteriak, tetapi karena sistem komunikasi satu arah, suaranya
tidak sampai. Sementara itu, satu atau dua orang mulai datang untuk membantu,
dan Masachika dan yang lainnya membagi tugas untuk membawa hadiah. Di
tengah-tengah itu, Sayaka berbicara kepada Alisa.
“Sepertinya
popularitasmu semakin meningkat, ya.”
“Eh?”
“Aku
membicarakan keributan yang terjadi sebelumnya. Jika itu kamu yang dulu, mana mungkin kamu dirayakan dengan
begitu akrab oleh banyak siswa seperti itu.”
Mendengar
pernyataan Sayaka yang tenang, Alisa berpikir sejenak sebelum perlahan
mengangguk.
“Ya,
itu memang sesuatu yang membahagiakan. Semua teman sekelas sampai merayakannya dengan begitu banyak...”
Alisa nampaknya sedikit malu, tapi
dia tersenyum gembira dari lubuk hatinya, seolah kesadaran itu baru saja datang padanya.
“Aku
sangat senang.”
“…Begitu
ya.”
Melihat
Alisa di sampingnya, Sayaka menjawab tanpa mengubah ekspresi wajahnya dan
melanjutkan.
“Tapi itu merupakan hal yang perlu diwaspadai juga. Semakin banyak perhatian yang
kamu dapatkan dan semakin populer reputasimu,
semakin banyak pula orang yang akan merasa tidak suka.”
“…Benar,
terima kasih.”
“Tidak
apa-apa.”
Meskipun
terlihat cuek, Sayaka
memberikan nasihat yang tepat, dan Alisa tersenyum lembut, lalu seolah teringat
sesuatu, dia bertanya.
“Ngomong-ngomong,
Sayaka-san... Apa semua anggota komite kedisiplinan selalu membawa walkie-talkie?”
“Ya,
seperti yang sudah kamu
ketahui, penggunaan ponsel dilarang kecuali dalam keadaan darurat, dan jika
ingin memanggil beberapa orang sekaligus, alat ini
lebih praktis.”
“Tidak,
pasti setengahnya karena
hobi. Kamu hanya ingin merasakan sensasi seperti pasukan khusus saja, ‘kan?
Lagipula, jika kamu menggunakan tas atau sesuatu untuk membawanya, kamu tidak perlu memanggil bantuan, ‘kan?”
Mendengar
kritik dan pertanyaan Masachika, Sayaka mengangkat alis dan menatapnya.
“Apa
kamu serius mengatakan bahwa aku harus membawa hadiah dari seseorang dengan
sembarangan memasukkannya ke dalam kantong plastik atau kantong sampah? Itu
sangat tidak sopan.”
“Ya,
baiklah, memang ada benarnya sih... tapi
jika begitu, seharusnya kamu bisa meminta bantuan teman sekelasku dengan cara biasa.”
“Karena
ada kemungkinan ini adalah barang berbahaya, sebaiknya kita menghindari
melibatkan orang luar sebisa mungkin.”
“…Meski kamu mengatakan hal yang masuk
akal, tetapi bukannya kamu cuma ingin mecoba sensasi memanggil bantuan lewat walkie-talkie?”
“Tidak
mungkin.”
Dengan
wajah yang angkuh, Sayaka menjawab, dan Masachika menatapnya dengan tajam──
“Ngomong-ngomong,
apa kamu juga punya nama kode, Sayaka?”
“! Tidak,
punya. Tentu saja aku tidak memilikinya...”
“Hmm~.”
“Apa?”
“Bukan
apa-apa, hanya saja kamu terdengar ragu-ragu.”
“Karena
kamu tiba-tiba bertanya hal aneh.”
Setelah
mengatakan itu, Sayaka berpaling dan melangkah cepat menuju ruang komite kedisiplinan. Ketika semua orang meletakkan
hadiah yang mereka bawa di atas meja panjang, seorang siswa laki-laki yang
sebelumnya memperkenalkan diri sebagai Fox melihat ke arah Sayaka dan
tersenyum.
“Apa
ini berarti misi sudah selesai? Noir.”
“Lah,
rupanya memang punya toh.”
◇◇◇◇
“Kalau
begitu, mari kita mulai membuka hadiahnya.”
““““““Ya!”””””
Suara
tajam dan kuat menjawab serentak pada panggilan Chisaki. Di dalam ruangan komite kedisiplinan yang dikunjungi Masachika dan
Alisa setelah sekolah, banyak petugas kedisiplinan berkumpul, termasuk ketua dan
wakil ketua.
“Sebenarnya,
terima kasih sudah mengumpulkan ini semua... tapi, bukannya ini terlalu berlebihan? Jelas
sekali jumlah hadiah ini tidak cukup untuk setiap orang.”
Melihat
jumlah orang yang jelas lebih banyak daripada hadiah, Masachika tersenyum
pahit. Namun, ketua komite kedisiplinan mereka, Chisaki, menatap Masachika
dengan ekspresi curiga dan berkata,
“Aku tidak
akan membagikannya tau? Akulah yang akan membuka semua hadiah.”
“Hah?
Kenapa begitu?”
“Karena
jika ada sesuatu yang berbahaya, aku bisa menanganinya.”
“Sesuatu
yang berbahaya... eh~~~ apa kamu
serius mengatakan itu?”
“Pertama-tama,
apa maksudnya kamu bisa
menanganinya...?”
Masachika
dan Alisa menunjukkan reaksi skeptis, tetapi Chisaki mengangguk serius dan
menunjuk ke belakang mereka dengan tatapan.
“Ini serius.
Kalian berdua, untuk berjaga-jaga, mundur ke belakang tiga orang yang membawa
perisai itu.”
Ketika
melihat ke arah ditunjuk Chisaki,
ada tiga orang yang dilengkapi dengan perisai transparan dari plastik yang
diperkuat, seperti yang hanya pernah dilihat di televisi saat digunakan polisi, dan Masachika merasa kalau pipinya berkedut keras.
“Astaga,
kita tidak sedang menangani bahan peledak. Lagipula, kenapa
benda seperti ini ada di ruang komite kedisiplinan?”
“Tentu
saja, untuk penanganan kerusuhan.”
“Kalian pasti
tidak akan ada kesempatan untuk menggunakannya...
mungkin rasanya sangat mengatakan itu...”
Mengingat
kekacauan festival sekolah yang masih segar dalam ingatannya, Masachika menunjukkan ekspresi
canggung. Ia
kemudian melihat sekeliling dan menggelengkan kepala.
“Maksudku,
jika hanya Sarashina-senpai saja
yang membukanya, lalu
orang lain di sini untuk apa?”
“Untuk
apa? Kita tidak tahu apa yang akan muncul, jadi kita harus mempersiapkan
sebanyak mungkin kekuatan.”
“Kekuatan?
Musuh apa sih yang kamu bayangkan?”
“…Kemungkinan terburuk, Kotak kejutan.”
“Apa
kamu seriusan berpikir tentang itu!!”
“Yah, karena 'Mantra Teratai Penyucian'
ini tidak menunjukkan reaksi sama sekali,
jadi kurasa semuanya tidak masalah.”
“Lagi-lagi muncul
tuh, perlengkapan dungeon terakhir yang misterius.”
Masachika
melihat ke kejauhan sambil melihat
manik-manik hitam yang melilit pergelangan
tangan kanan Chisaki.
Dan
setelah dilihat-lihat lagi
lebih dekat, keempat Empat Musim Bersaudari,
termasuk Sumire, juga dilengkapi dengan pedang tiruan yang mereka bawa saat
festival sekolah, sementara yang lainnya membawa sarung tangan tinju, tongkat
khusus, dan jimat. Bahkan Sayaka... apa dia
benar-benar sedang memegang kipas besi?
“…Apa anggota komite kedisiplinan sebenarnya bertarung melawan
makhluk dari dunia lain di sekolah setelah jam sekolah selesai?”
Ketika Masachika
mengungkapkan keheranannya, para anggota komite kedisiplinan yang dipimpin oleh Chisaki
serentak mengernyitkan dahi dan menatap ke atas.
“Jangan
menunjukkan reaksi seolah-olah kamu
tahu sesuatu! Apa-apaan dengan raut
wajah kalian yang menyiratkan seperti 'Eh,
hmm, mungkin bisa dibilang begitu?'!”
“Sebenarnya
ada apa di sekolah kita... Aku mulai kehilangan
kepercayaan diri untuk berdiri di depan siswa-siswa di sekolah ini...”
“Tidak,
bahkan itu bisa dilakukan oleh Ketua...”
Masachika
hampir mengatakan sesuatu. Namun, dia teringat bahwa sisi 'gelap' dari sekolah ini mungkin sepenuhnya ditangani oleh wakil ketua yang
ada di depannya, jadi ia langsung
menutup mulutnya.
“…Yah,
mari kita ikuti instruksi dari para ahli.”
“Iya, kurasa kamu benar.”
Merasa kalau mereka tidak perlu berpikir
lebih dalam, Masachika dan Alisa dengan patuh mundur ke belakang perisai,
mendekati dinding. Setelah melihat itu, Chisaki kembali menghadap ke hadiah di
atas meja.
“Baiklah,
mari kita mulai membuka hadiah.”
““““““Semuanya
siap!!””””””
Dengan
jawaban penuh semangat dari para anggota kedisiplinan, Masachika dan Alisa sedikit
terkejut, tetapi mereka mengamati Chisaki. Kemudian, Chisaki segera meraih
kotak hadiah terbesar.
“Jadi,
pertama-tama, aku akan membuka yang terbesar ini... boleh ya?”
“Ah,
ya. Silakan.”
Setelah
mendapatkan persetujuan dari Alisa, yang merupakan pemilik hadiah tersebut, Chisaki
dengan hati-hati mulai melepas selotip pembungkus, membuka tanpa merobek kertas
pembungkus sama sekali.
“Wow,
hebat sekali. Itu cukup sulit, lho.”
“Benar.
Meskipun kita sudah sangat
hati-hati, kadang kertas pembungkusnya bisa terlepas dan memperlihatkan lapisan
putih di bawahnya.”
“Aku paham
banget. Meskipun kita ingin
menyimpan kertas pembungkus yang sangat indah untuk digunakan
lagi, jika sudah terlihat lapisannya, rasanya jadi ingin dibuang saja.”
Saat
terpesona oleh keahlian Chisaki yang sama sekali tidak ada hubungannya, Chisaki melipat kertas pembungkus yang
telah dilepas dan berkata,
“Ngomong-ngomong,
aku membuka dengan hati-hati bukan hanya karena ini milik orang lain, tapi juga
karena aku waspada terhadap kemungkinan ada silet
yang disembunyikan di balik kertas.”
“Ah,
iya.”
“Yah,
aku sudah lama mengatasi masalah silet dan
sejenisnya.”
“Apa
maksudmu dengan sudah mengatasi masalah itu?”
Dengan
alasan yang sama sekali tidak lucu itu, Masachika menjadi serius. Chisaki
akhirnya mulai membuka kotak itu.
“Baiklah,
aku akan membukanya.”
““““““!!!””””””
Suara Chisaki
membuat para anggota komite kedisiplinan bersiap-siap, dan Masachika
serta Alisa kembali terkejut.
“Satu,
dua, tiga!”
““““““!!!””””””
(Kenapa mereka harus bereaksi berlebihan seperti itu sih!)
Masachika
merasa takut untuk mengeluarkan suara, jadi dia hanya menggerutu dalam hati.
Kemudian, Chisaki membuka kotak itu dan melihat ke dalamnya. Dia dengan santai
memasukkan tangan ke dalam... dan mengeluarkan boneka yang terlihat sedikit
buatan tangan. Berwarna putih dan berbulu...
“Itu...
kambing? Domba? Atau kucing?”
“Entahlah, aku tidak tahu...”
Masachika
menggelengkan kepalanya saat membalas pertanyaan Alisa.
Dari kejauhan, boneka tersebut tidak memiliki tanduk
atau telinga, dan wajahnya juga terlihat kabur, jadi sulit untuk menentukannya. Namun, kelembutan itu bisa
dibilang agak menggemaskan... meskipun mungkin juga sedikit menyeramkan. Terutama bagian matanya yang merah.
“…Ini
adalah boneka. Mungkin buatan
tangan.”
Chisaki
membalikkan boneka itu di tangannya dan mengamatinya dengan seksama, lalu
melanjutkan untuk mencari di dalam kotak.
“Tidak
ada pesan atau apa pun. Tidak ada nama juga.”
““““““!!!””””””
“Eh,
kalian tidak perlu bereaksi seperti itu juga kali.”
Masachika
menggelengkan kepala melihat reaksi para anggota
komite kedisiplinan
yang tampaknya terlalu terlatih atau terlalu bersemangat. Sementara itu, Chisaki
yang masih memeriksa boneka itu tiba-tiba berhenti bergerak.
Dia
menggenggam boneka berbulu itu erat-erat dan mulai meraba-raba dengan jarinya,
lalu mengernyitkan dahi.
“Di
dalamnya, ada sesuatu.”
““““““!!!””””””
Kali ini,
Masachika dan Alisa juga langsung mengubah ekspresi mereka. Ketegangan di
ruangan meningkat saat Chisaki terus meraba bagian dalam boneka itu.
“Keras...
bentuknya, seperti balok? Tidak, ada sudut yang melengkung... ukurannya,
seukuran telapak tangan...”
Setelah
melepaskan tangannya sejenak, dia menoleh ke arah Alisa.
“Jadi, bagaimana?
Alya-chan. Kita bisa membongkar dan memeriksa isinya... tapi...”
Setelah mmendengar
pertanyaan Chisaki, Alisa tampak sedikit tegang dan merenung selama beberapa
detik... lalu menggelengkan kepala.
“Tidak,
itu adalah langkah terakhir. Kita harus memeriksa hadiah lainnya, dan jika kita
masih tidak bisa menentukan pengirimnya... tolong
lakukan seperti itu.”
“Baik,
aku mengerti.”
Sembari mengangguk
serius atas kata-kata Alisa, Chisaki meraih hadiah berikutnya. Sambil mengawasi
dengan waspada, Masachika menyentuh lengan Alisa dengan lembut.
“…Apa
kamu baik-baik saja?”
“…Ya,
aku baik-baik saja.”
Sesuatu
yang keras dan tidak dikenal di dalam boneka buatan tangan tanpa pengirim. Jika
seseorang berada dalam situasi itu, mereka pasti akan merasa sangat cemas dan
ketakutan, tetapi Alisa mengangguk dengan tegar. Terpesona oleh kekuatannya, Masachika
merasakan tangan Alisa menempel di tangannya dan berbisik pelan.
【…Karena
kamu ada di sini.】
“!!!”
Dengan
kepercayaan Alisa, Masachika kali ini tidak merasa malu, hanya bersumpah dalam
hati untuk melindungi Alisa. Tangan mereka saling bergandengan, saling menggenggam erat.
Sementara itu, proses pembukaan hadiah kembali
dilanjutkan...
“…Pelembab
yang dijual di pasaran. Tidak ada jejak pembukaan.”
Bertentangan
dengan suasana tegang di sekitar mereka, isi hadiah berikutnya cukup damai. Isinya adalah saputangan,
aksesori, dan kosmetik, yang merupakan barang-barang umum untuk hadiah bagi
wanita.
Barang-barang
yang tampak buatan tangan hanyalah saputangan yang disulam dengan inisial
Alisa.
Tidak ada
makanan, yang merupakan hadiah klasik, dan lebih banyak berfokus pada
barang-barang untuk mempercantik diri atau merawat diri, yang sedikit
mengganggu, tetapi dengan keadaan seperti ini, makanan malah terasa lebih
menakutkan, jadi itu bukan masalah besar. Masalah yang lebih besar adalah...
“Tidak
ada pesan atau nama pengirimnya.”
““““““!!!””””””
Hingga
saat ini, belum ada satu pun barang yang bisa mengidentifikasi pengirimnya. Jika sampai sejauh ini tidak ada
yang muncul, pengirimnya kemungkinan merupakan kelompok yang memiliki
kesepakatan tertentu. Atau, mungkin semua berasal dari individu yang sama.
(Ini
semakin mencurigakan... dalam kemungkinan
terburuk, mungkin lebih baik kalau membuang
semuanya...)
Saat Masachika
berpikir seperti itu, tiba-tiba tangan kiri Alisa di dalam genggamannya
bergerak gelisah seolah merasa tidak nyaman.
(Hmm? Apa
genggamanku terlalu keras?)
Setelah berpikir demikian, Masachika sedikit melonggarkan
genggamannya. Kemudian, Alisa yang mengubah cara menggenggamnya mulai
menggerakkan ibu jarinya di telapak tangan Masachika.
(Hmm? Ah...)
Masachika
menyadari bahwa itu adalah gerakan ‘jentikan
telapak tangan’ yang pernah ia ajarkan kepada Alisa. Otaknya
secara otomatis menangkapnya.
『Peluk aku』
Dalam
sekejap, bayangan Alisa muncul di benak Masachika dengan
mata berkaca-kaca sembari berbisik,
“Aku takut... peluk aku erat-erat, ya?”.
Namun, ketika ia melirik ke arah sampingnya,
Masachika melihat Alisa yang tampak
gelisah menggerakkan bibirnya.
(Ka-Kamu iniiiiiiii~~~~~~!! Memangnya kamu pikir kalau kamu
melakukannya secara tiba-tiba, aku tidak akan menyadarinya? Jangan meremehkankuuu~~~!!)
Dengan
napas yang sedikit terengah-engah, Masachika mulai menyentuh telapak tangan
Alisa dengan jari-jarinya yang kaku.
『Kamu bilang apa?』
Kemudian,
Masachika melihat Alisa tersenyum lebar di sudut
pandangnta. Sambil berpura-pura tidak menyadari, Alisa
kembali menggerakkan jarinya.
『Lepaskan』
(Memangnya kamu pikir kamu bisa
mengelaknya? Memang, hanya satu huruf yang
berbeda, tapi posisi jari-jari itu sedikit berbeda.)
Sambil
menggerutu dalam hati, Masachika membalas gerakan jentikan telapak tangan itu.
『Apanya?』
『Pita』
(Pita?)
Setelah
membaca tulisan itu, Masachika segera melihat
pita yang terikat di rambut Alisa.
(Apa dia
ingin aku membukanya?
Tidak, tapi jika dia bilang melepaskan,
mungkin...)
Pada saat
itu, Masachika mau tak mau memperhatikan
pita lain. Pita yang menghiasi leher Alisa, dan pada saat itu juga, Alisa
menatap Masachika dengan tatapan dingin.
“(Kamu
lihat ke mana?)”
“(Eh,
tidak...)”
“(Dasar mesum)”
Setelah
mengatakan itu dengan suara pelan, Alisa langsung membalikkan badannya ke depan.
(Eh~...
tidak adil banget.)
Meskipun dirinya menggerutu di dalam hati, tapi kedika Masachika melihat Alisa
tertawa kecil, ia
mengangkat bahunya.
(...Yah,
jika itu bisa membuat
Alya merasa lebih baik, kurasa tidak
masalah.)
Usai berpikir
demikian, Masachika juga menghadap ke depan. Tak lama
setelah itu, Alisa menatap wajah samping Masachika, menyentuh pita di lehernya
dengan tangan kanan, dan berbisik nakal.
【Kamu ingin melepaskannya?】
Masachika
tertegun saat mendengar bisikan yang menggoda. Sambil
mengintip wajah Masachika dari samping, Alisa melanjutkan dengan nada manja dan menggemaskan.
【Kalau kamu yang melakukannya, aku tidak keberatan, kok?】
(Aku akan
mendorongmu ke atas kasur!)
Dengan
kekuatan yang luar biasa, Masachika serius memikirkan hal itu sambil tetap
mempertahankan wajah datar. Untung saja mereka berada di ruang komite kedisiplinan.
Jika
mereka berdua berada di rumah, Masachika mungkin akan mendorong Alisa ke bawah.
Tanpa
menyadari bahwa Masachika berada di ujung kewarasannya dengan
situasi itu, Alisa tampak puas dan mengubah wajahnya menjadi ekspresi, “Kamu pasti tidak mengerti apa yang aku bicarakan, iya ‘kan~~♪” sebelum kembali menatap ke
depan.
(Kamulah yang tidak mengerti tau? Apa aku perlu menunjukkan
betapa menakutkannya seorang remaja laki-laki yang sedang puber?)
Sambil merasakan kalau pipinya semakin berkedut keras,
Masachika mengarahkan senyum kaku ke arah Alisa di dalam pikirannya... lalu
menghela napas untuk menenangkan diri. Saat ini, ia tidak bisa terpengaruh oleh
ungkapan cinta memalukan bahasa Rusia dari rekannya.
(Hmph, kamu beruntung karena aku seorang pria
terhormat!)
Dengan
membuang pikiran itu dalam hati, Masachika kembali memfokuskan perhatiannya
pada Chisaki.
Dirinya melihat bahwa proses membuka
hadiah hampir selesai, dengan dua paket tipis tersisa. Ketika Chisaki membuka
salah satunya, yang keluar adalah pakaian... dan,
“!!”
Dengan
suara berdesir, amplop yang disegel dengan stiker bunga jatuh ke lantai, dan Chisaki
mengangkat alisnya dengan terkejut. Akhirnya, sebuah kartu pesan yang tampaknya
muncul, membuat Masachika, Alisa, dan seluruh anggota komite kedisiplinan menahan napas.
Namun,
saat itu Chisaki mengeluarkan suara “Uwaah”
dan semua orang langsung mengalihkan pandangan dari amplop ke arah... gaun tidur merah menyala. Dan, gaun tidur itu transparan. Begitu transparan
hingga bisa melihat ke bagian dalamnya.
Menatap
gaun tidur yang tampaknya sangat cabul itu, Chisaki tanpa sadar berbisik pada dirinya sendiri.
“...
Apa Touya juga menyukai hal-hal seperti
ini?”
““““Onee-sama?””””
“Ah,
Hmm! Ehm, tidak ada benda asing yang... tidak ada.”
Setelah dipanggil
dengan serius oleh Empat Musim Bersaudari,
Chisaki membersihkan tenggorokannya dan cepat-cepat memeriksa gaun tidur itu,
lalu meletakkannya di atas meja. Dengan ekspresi serius, dia mengambil amplop
dengan tatapan tajam.
“Aku
akan membukanya.”
Begitu
mendengar kata-kata Chisaki, semua orang meningkatkan kewaspadaan
mereka. Surat dari orang yang mengirimkan pakaian yang tidak senonoh ini. Apa
isi surat itu... Semua mata tertuju padanya dengan intensitas yang luar biasa
saat Chisaki membuka amplop dan mengeluarkan beberapa lembar kertas yang
tampaknya adalah surat...
“In-Ini...”
“Empat Musim
Bersaudari, siapkan senjata!!”
““““Siapkan
senjata!!””””
“Keputusan kalian terlalu cepat!!”
Suara
sarung pedang yang berbunyi bersamaan terdengar, dan Masachika berteriak sambil
menyela. Meskipun begitu, Sumire dan yang lainnya tetap mengangkat pedang
mainan mereka, tetapi Chisaki melangkah maju sambil mengangkat satu tangan
untuk menghentikan mereka.
“…Alya-chan.
Tidak, Kuze-kun, coba kemarilah dulu sebentar.”
“Eh,
aku?”
“Iya,
ayo ke sini.”
Usai mengatakan
itu, Chisaki menyerahkan surat itu, dan Masachika menerimanya dan mulai
membacanya... sambil mengerutkan wajahnya.
“Ugh,
ini sih...”
Apa yang
tertulis di sana adalah... sebuah tulisan yang benar-benar mirip puisi
menjijikkan yang mungkin ditulis oleh seorang penguntit.
Tulisan itu menggambarkan tentang
bagaimana rambut Alisa, kulitnya, matanya, dan bentuk tubuhnya. Hanya berfokus
pada penampilan Alisa tanpa henti. Meskipun pada dasarnya masih memujinya, tetapi... entah kenapa, cara
penyampaiannya benar-benar menjijikkan. Masachika
merasa tidak nyaman untuk membacanya. Selain itu, dengan
sangat jelas, nama pengirim tidak dicantumkan, dan diakhiri dengan kalimat “Kurasa pakaian ini cocok untukmu
(terjemahan bebas).”
(Ini sih jelas-jelas orang yang cabul…)
Masachika
teringat pada rumor orang
gila yang mengirimkan pakaian erotis kepada idola mereka, dan meringis dengan
ekspresi yang sangat tidak nyaman. Melihat ekspresi Masachika yang
seperti itu, Alisa yang tampak gelisah bertanya.
“Apaan sih? Memangnya
isinya ditulis apa?”
“Tidak,
yah...”
Masachika
terdiam dan menutup surat itu. Chisaki jelas memiliki alasan untuk menunjukkan
surat itu kepadanya terlebih dahulu. Memang, ini pasti sesuatu yang membuatnya
ragu untuk ditunjukkan kepada orang yang bersangkutan. Namun, jika ia
menyembunyikannya, Alisa pasti tidak
akan merasa puas.
(Hmm, hmmm~~~~~~)
Setelah
beberapa detik berpikir dan bertukar
tatapan dengan Chisaki, Masachika akhirnya
menyerahkan surat itu kepada Alisa sambil berkata.
“Kamu
tidak perlu memaksakan diri untuk membacanya. Membaca sedikit di awal saja sudah cukup untuk memahami
isinya.”
“Hmm??
Baiklah...”
Sambil
mengerutkan kening ketika mendengar saran Masachika, Alisa
menatap surat yang diterimanya. Ekspresinya segera berubah menjadi tegang.
“A-Apa-apaan
ini... menjijikkan, sangat menjijikkan sekali!”
Seolah-olah
dia telah menyentuh sesuatu yang kotor, Alisa langsung melempar surat itu ke
udara. Masachika menangkapnya sebelum jatuh ke lantai dan mengembalikannya
kepada Chisaki, sambil menatap Alisa dengan penuh perhatian.
“Alya,
kamu baik-baik saja?”
“…Ak-Aku baik-baik saja... aku hanya sedikit merinding...”
Alisa tampak
gemetar dengan wajah yang meringis dan mengusap lengannya. Chisaki
juga menatap surat itu dengan ekspresi serius dan dengan tegas menyatakan.
“Tenang
saja, Alya-chan. Jika diperlukan, kita akan mencari pelakunya
dengan pemeriksaan sidik jari.”
“Y-Ya... tolong.”
“Jangan
khawatir. Jika memang
diperlukan, aku akan mengantar jemputmu setiap hari.”
“Masachika-kun...
ma-makasih. Tapi, aku baik-baik
saja...”
“Jangan
sungkan-sungkan begitu. Jika pengirimnya benar-benar seorang penguntit, tidak ada kata terlalu
berhati-hati. Jika kamu merasa tidak nyaman, aku akan menemanimu.”
“Masachika-kun...”
“Tentu
saja, saat itu kami juga akan meminta bantuan dari komite kedisiplinan. Kita harus menghentikannya
sebelum situasi ini semakin parah.”
“Sarashina-senpai... aku mengerti.”
Alisa kelihatannya mulai sedikit tenang dan meluruskan
punggungnya ketika mendengar
kata-kata yang menenangkan dari rekannya
dan seniornya. Setelah
menghela napas, dia menatap Chisaki dan berkata dengan tegas.
“Aku
sudah baik-baik saja sekarang.
Silakan lanjutkan.”
“…Baiklah, ini yang terakhir.”
Setelah mengirimkan
tatapan yang kuat namun lembut kepada Alisa, Chisaki kembali ke meja dan
mengambil paket terakhir. Ketika dia mengeluarkan isinya... yang keluar kali
ini juga adalah pakaian. Dari bentuknya, sepertinya itu gaun malam. Desain di bagian punggungnya
terbuka lebar... dan, ada belahan yang sangat tinggi. Dari ujungnya, belahan
itu naik sampai ke paha dan hampir mencapai pinggang.
““““......””””
Hening.
Di dalam keheningan yang sangat
mendalam, Chisaki meletakkan gaun itu di meja tanpa berkata-kata. Dia kemudian
mengambil pedang bambu yang
bersandar di meja dan menunjuk pintu dengan tenang sambil berkata.
“Ayo berangkat berperang. Musuh kita ada di klub kerajinan tangan.”
““““““Siap!!””””””
Dengan
suara penuh semangat, semua anggota komite kedisiplinan, kecuali Masachika dan Alisa,
membentuk barisan dan bergerak serentak. Di antara mereka, ada Sayaka yang
memegang kipas besi, dan Masachika mengamati dengan tatapan jauh sambil
berpikir, “Dia bahkan sudah terpengaruh, ya”.
Beberapa
menit kemudian, suara langkah kaki yang gaduh terdengar dari koridor, dan
anggota klub kerajinan tangan
mulai dibawa masuk ke ruang komite disiplin. Mungkin karena sering mendapatkan
bimbingan dari komite kedisiplinan, para gadis yang dibawa tampak
sudah terbiasa; tanpa diperintah, mereka satu per satu berlutut di atas karpet.
Dengan tatapan tajam, Chisaki memukulkan pedang bambunya
ke telapak tangannya.
“Jadi?
Apa kalian tahu mengapa kalian dibawa ke sini?”
Pertanyaan Chisaki
dipenuhi tekanan, tapi mungkin karena mereka merupakan langganan dihukum, anggota
klub kerajinan tangan tidak
tampak gentar dan mulai bersuara satu per satu.
“Apa-apaan ini! Kami belum melakukan
apa-apa hari ini!"
“Ini
benar-benar penyelewengan kekuasaan! Apa yang kalian lakukan
menghentikan aktivitas seni kami tanpa alasan!”
“Benar sekali! Jika
kami tidak segera mewujudkan inspirasi yang muncul, maka ide tersebut akan
hilang!”
Saat
anggota klub kerajinan tangan terus mengoceh dan mengajukan
protes, Chisaki mengerutkan dahi dengan jelas, lalu meraih gaun di atas meja.
“Hmm~ aktivitas seni, ya... maksudnya yang ini?”
Ketika Chisaki
mengangkat gaun dengan belahan tinggi itu, reaksi pertama datang dari salah satu orang.
“Ah,
itu sih… bukannya
itu hadiah yang
kuberikan untuk Kujou-san?”
“Sudah
kuduga, ternyata itu beneran
kamu ya, Slit-pai.”
“Hm?
Eh? Kuze-shi, kenapa kamu bisa ada di
sini?”
Akhirnya,
dia menyadari keberadaan Masachika dan Alisa yang berdiri di dekat dinding,
gadis berambut hitam panjang yang di sebut Masachika sebagai Slit-paisen
berbalik. Dengan tatapan dingin, Masachika menjawab dengan nada kesal.
“Berkat
seseorang yang meninggalkan hadiah mencurigakan secara anonim, kami harus
membuka paket ini di hadapan komite kedisiplinan.”
“Mencurigakan apanya....padahal itu hanya
hadiah biasa.”
Setelah mendengar kata-kata itu, seorang anggota
klub kerajinan yang terkesan seperti seorang Ojou-sama,
dengan sikap angkuh menunjukkan posisi duduk yang sempurna kepada Chisaki.
“Benar sekali! Ini adalah persembahan kami
untuk Dewi Gaya! Tidak ada yang perlu
disembunyikan!”
“Dewi gaya? ... Apa-apaan itu?”
“Kamu pasti
langsung mengerti jika kamu melihatnya!”
Bahkan di
depan Donna, ibu sekolah yang berkuasa, seorang siswi sama sekali tidak gentar
dan dengan cepat menunjuk Alisa dengan tangannya. Bahu Alisa tersentak karena
terkejut.
“Tinggi
badan itu! Ukuran wajahnya! Lebar
bahu! Panjang kaki! Pinggang yang sangat ramping
dibandingkan dengan dada dan pinggul! Lekukan
tubuh sempurna tanpa ada sedikit pun yang kendur!! Apa yang bisa kita sebut itu
jika bukan dewi!!”
“Oke,
jadi kamu yang menulis surat menjijikkan ini.”
“Menjijikkan?
Apa maksudmu!!”
“Duduk.”
Saat
siswi itu hampir berdiri karena terlalu bersemangat, Chisaki langsung menghentikannya dengan
ujung pedang bambunya. Meskipun hanya tampak
menyentuh bahunya, itu sudah cukup untuk membuat siswi itu tidak bisa berdiri.
Setelah beberapa detik bergetar, dia dengan kesal kembali duduk dengan posisi
yang benar. Ngomong-ngomong, hilang ke mana si gadis
Ojou-sama tadi?
“Baiklah,
aku mengerti penjelasan kalian...
jadi hadiah ini adalah dari kalian para klub kerajinan tangan, untuk Alya-chan, dan tidak ada
niatan lain.”
“…Benar sekali.”
“Lalu,
kenapa nama pengirimnya tidak ditulis?"
Begitu mendengar
pertanyaan Chisaki, anggota klub kerajinan saling tersipu dan mengalihkan
pandangan.
“Itu sih... habisnya, bukannya
itu sangat
memalukan?”
“Kami
tidak begitu akrab... dan kami
hanya penggemar sepihak saja...”
“Aku
sudah merasa puas hanya dengan berpikir bahwa
apa yang aku berikan menghiasi tubuh dewi...”
“Jika
nama pengirimnya dicantumkan, rasanya seperti aku berharap untuk mendapatkan
balasan atau diakui, dan itu terasa terlalu kurang
ajar....”
“Rasanya
mirip seperti mengurangi ketulusan
sebagai persembahan?”
“Kenapa
kalian bisa berpikir begitu...”
Saat Chisaki
menggaruk kepalanya dengan campuran rasa heran dan kesal, Masachika segera
menyela.
“Maaf,
tapi bagaimana klub kerajinan tangan bisa tahu
tentang ulang tahun Alya?”
“Hm?
Oh, itu karena aku mendengar Miyamae-san
datang ke rumahnya...”
“…Ah,
dia, ya.”
Memang,
jika itu dari Nonoa yang
diundang ke pesta ulang tahun, mungkin saja informasi itu keluar saat
berbincang-bincang. Selain itu, dengan semangat yang aneh ini, tidak
mengherankan jika klub kerajinan tangan
memiliki hubungan dengan Nonoa
yang menjadi model untuk merek yang dikelola orang tuanya.
Setelah Masachika
dan Alisa merasa puas ketika berhasil memahami
situasi tersebut, Chisaki mengangkat boneka misterius yang tidak jelas
bentuknya.
“Kalau
begitu yang terakhir. Aku
mendemukan ada sesuatu di dalam boneka ini... apa itu?”
Menanggapi pertanyaan itu, siswi yang
tampaknya adalah pembuat boneka itu tampak panik dan bersuara.
“Ah...
itu bukanlah benda yang aneh, kok!! Boneka
itu bisa mengeluarkan suara jika
kamu menekan tombolnya!”
“Eh,
suara?”
Dengan
mekanisme yang aneh dan rumit untuk sebuah boneka buatan tangan, Chisaki sekali
lagi memegang boneka itu dan menjelajahi bagian dalamnya. Saat mereka menyaksikan
pemandangan itu, Masachika dan Alisa merasa lega dengan penjelasan siswi
tersebut.
“Syukurlah,
itu bukan benda aneh.”
“Iya…
aku merasa lega. Sungguh, sampai membuat orang lain paranoid segala.”
“Yah,
setidaknya kita bisa bersyukur kalau itu bukan benda berbahaya.”
“…Benar.”
Ketika
mereka membuka tutupnya, semua kekhawatiran itu ternyata tidak perlu, dan Masachika
serta Alisa tersenyum lega.
“Hm?
Oh, tombol ini ya?”
Sepertinya
Chisaki menemukan tombolnya dan menekan boneka itu dengan kuat.
“NggguuoeAaaahhh!!”
Tiba-tiba,
suara aneh yang mengerikan menggema di ruang komite kedisiplinan. Suara itu mirip seperti teriakan kambing, yang
seolah-olah telah dimodifikasi secara aneh oleh mesin, merangsang rasa jijik
fisiologis manusia.
Hampir
semua orang di ruangan itu membeku seolah-olah menerima raungan monster yang
mengerikan... sementara siswi yang membuat boneka itu dengan gembira berkata.
“Bagaimana menurutmu? Imut
sekali, ‘kan?
Dia karakter orisinilku, Nbotta-chan!”
“Dihukum
ke bawah tanah.”
““““““Siap!!””””””
“Kenapaaaaaaa!?”
Siswi itu
ditahan oleh Empat Musim Bersaudari
dan dibawa keluar dari ruang komite kedisiplinan. Tidak ada satu pun anggota klub
kerajinan yang mencoba menghentikannya.
“…Maksudnya bawah tanah itu, apa?”
“…Lebih
baik kalau kamu tidak perlu mengetahuinya.”
Suara
Alisa dan Masachika jatuh hampa di ruang komite disiplin yang sudah tenang
setelah keributan.
Dengan
demikian, keributan tentang hadiah misterius yang mengganggu itu pun berakhir.
Hadiah yang diberikan tetap diambil oleh Alisa.
“Ah~
Alya-chan. Umm, itu, apa
kamu… akan memakainya?”
“Tidak,
aku tidak tahu apa aku akan
memakainya atau tidak…
Sarashina-senpai, apa
kamu menginginkannya?”
“Eh,
tidak? Sama sekali tidak kok, bukan begitu maksudku!?”
“…Mengesampingkan apa aku akan
memakainya atau tidak, tapi karena
ini hadiah yang aku terima…”
“Ah,
be-begitu ya…”
“…kamu
menginginkannya?”
“Sama
sekali tidak!!”
Setelah
serangkaian dialog misterius dengan Chisaki, negligee merah transparan itu pun
diambil pulang. Namun,
“Maaf,
kalau yang ini terlalu mengerikan…”
Nbotta-chan,
yang telah menjadi trauma bagi semua orang, ditinggalkan begitu saja.
Keesokan
harinya, Nbotta-chan tiba-tiba menghilang dari ruang komite kedisiplinan… tetapi tidak ada yang mau repot-repot mencarinya.