Roshidere Jilid 9 Bab 8 Bahasa Indonesia

Chapter 8 — Dan Kemudian, Benih-Benih Tersebut Berhasil Ditaburkan

 

Waktunya maju sedikit saat istirahat makan siang hari. Alisa keluar dari ruang kelas sendirian untuk menuju kantin. Karena dampak dari kari di pagi hari masih terasa di mulutnya, dia berpikir untuk makan sesuatu yang lebih ramah di perut. Ngomong-ngomong, sandwich yang dibeli pagi tadi sudah diberikan kepada Maria saat istirahat.

Eh~? Alissa, kebetulan sekali~

Nonoa-san.

Di tengah perjalanan, Alisa bertemu Nonoa yang keluar dari kelas dan berhenti sejenak.

Hari ini kamu mau makan di kantin~?

Iya, Nonoa-san juga?"

Yup, ayo kita pergi bersama.

Ah, iya, baiklah.

Meskipun Alisa sedikit terkejut dengan situasi yang jarang terjadi di mana dia hanya berduaan dengan Nonoa, tapi dia tidak punya alasan untuk menolak, jadi dia mengangguk.

(Tumben sekali Nonoa-san yang selalu dikelilingi orang, sendirian saat istirahat makan siang.)

Pikirannya melayang, tetapi tanpa berpikir lebih dalam, mereka berjalan ke kantin bersama, ketika seorang siswa yang lewat menyapa mereka.

“Ah, Kujou-san, selamat ulang tahun!

Selamat ya~”

“Eh, ya, terima kasih?

Hal tersebut terjadi setiap kali dia keluar dari kelas sejak pagi ini, ucapan selamat itu terus berlangsung, dan Alisa masih merasa canggung menerima ucapan dari orang lain yang namanya bahkan tidak dia kenal. Dia hanya bisa membalas dengan senyuman kikuk, tetapi orang yang memberi ucapan itu tampak senang dan pergi. Saat Alisa mengikuti mereka dengan pandangan, Nonoa berkata dengan suara datar.

Wah, Alissa~ kamu sedang berada di masa populer, ya~

Bukan begitu, mereka hanya menganggap ini lucu saja…

Hmm? Mungkin ada sedikit keisengan di situ, tapi pasti bukan hanya itu saja tau~~ lihat.

Setelah mendengar hal itu, Alisa menoleh ke belakang mengikuti arah pandang Nonoa. Dia melihat dua siswa laki-laki yang tadi menyapa, tampak bersemangat sambil bergandeng bahu dan saling dorong.

“Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya~jelas-jelas mereka senang bisa berbicara dengan gadis yang mereka suka dan mendapatkan respons, kan~?

Apa iya begitu?

Alisa merasa bingung dengan reaksi itu dan kembali menatap ke depan dengan acuh tak acuh. Tanpa memperhatikan Alisa, Nonoa melanjutkan.

Yah, mungkin ada yang sedikit olok-olok, tapi itu jauh lebih baik daripada diabaikan, kan? Jika kamu mau maju dalam pemilihan OSIS.

Yah, benar, sih."

Itu memang benar, tetapi karena dia tidak terbiasa, jadi Alisa tidak bisa merespons dengan baik.

(Kalau itu Yuki-san, dia pasti bisa membalas dengan senyuman yang lancar…)

Sambil memikirkan rivalnya yang disebut sebagai cerminan seorang wanita terhormat, dia berdiri di antrean mesin penjual tiket ketika Nonoa tiba-tiba mengintip wajahnya.

Kenapa wajahmu terlihat serius begitu~?

Wah… tidak, itu… aku berharap kalau aku bisa merespons dengan lebih cerdas.

Alisa tidak bisa mengatrakan kalau dirinya membandingkannya dengan Yuki, tapi Nonoa mengeluarkan suara Ah~ dengan mata setengah terpejam.

Alissa, tampaknya kamu kesulitan membuat senyuman, ya~. Yah, meskipun begitu, aku rasa tetap ada permintaan untuk itu, kok.

Permintaan...? Hm, aku tidak begitu mengerti, tetapi bukannya lebih baik kalau bisa tersenyum lebih cerah?

Hmm~? Yah, jika itu yang kamu khawatirkan, mungkin bisa dicoba untuk berlatih.

…Iya, benar.

Setelah Nonoa mengatakan itu, Alisa mencoba membuat senyuman ringan sambil menunggu makanan yang diterima, tetapi seperti yang sudah diperkirakan, itu tidak berjalan dengan baik. Dia menyadari bahwa sudut bibirnya tidak terangkat dan matanya tidak tersenyum.

Uh~m…

Ya~, ini semua soal kebiasaan… atau lebih tepatnya, Alissa, bukannya kamu berusaha terlalu keras untuk tersenyum ceria?

Eh, masa?

“Kamu tidak perlu memaksakan diri untuk tersenyum lebar, cukup dengan merespons dengan tenang juga bisa terlihat lebih cerdas, kan~?

…Setelah dikatakan begitu, mungkin itu benar.

Memang, persis seperti yang dikatakan Nonoa. Alisa merasa selama ini dia bingung ketika ada yang menyapanya, lalu segera berusaha untuk tersenyum dan mengucapkan terima kasih, sehingga justru terlihat kikuk. Mungkin dengan menghilangkan kebingungan itu, kesan yang didapat akan jauh lebih cerdas.

Baiklah, aku akan mencobanya.

Saat dia meletakkan makanan di meja dan duduk, tiga siswa laki-laki yang kebetulan lewat melihat Alisa dan membuat ekspresi oh.

Kujou-san, selamat!

“Ah, sepertinya kamu sedang ulang tahun, ya? Selamat!

Selamat~

Melihat ada kesempatan yang datang, Alisa segera menerapkan apa yang dia pelajari.

Iya, terima kasih.

Tanpa merasa canggung, dia hanya melihat langsung ke arah mereka dan mengucapkan terima kasih. Tiga laki-laki yang awalnya bercanda itu sejenak terkejut dan… senyuman mereka pun melebar. Lalu, dengan ekspresi yang ceria, mereka pergi dengan cepat.

…Apa seperti itu sudah cukup?

Alisa bertanya kepada Nonoa yang duduk di depannya, tetapi Nonoa dengan mata setengah terpejam dan sedikit miring menggelengkan kepala.

Ah~… bukan berarti yang tadi itu buruk sih, tapi mungkin sedikit berlebihan~?

Ap-Apanya?

Alisa tidak mengerti apa yang dimaksud, tetapi tidak heran jika Nonoa berpikir demikian.

Dari sudut pandang para laki-laki itu, mungkin mereka berpikir, Sekalian menggoda putri yang kesepian, ayo coba sapa sedikit. Namun, ketika mereka menyapa, tidak ada reaksi canggung seperti yang mereka harapkan, dan Alisa justru mengucapkan terima kasih dengan tenang. Dengan wajah yang sangat menawan, dia berhasil menunjukkan pesonanya.

Sejak awal, para laki-laki itu memiliki sedikit niat tersembunyi untuk mencoba menyapa gadis cantik yang sedang menjadi perbincangan. Justru mereka yang merasa tertegun dan malu.

Yah, bukannya yang begitu sudah bagus~? Sepertinya kamu akan mendapat lebih banyak penggemar.

Oh, begitu…?

Alisa berpikir dalam hati, Sebenarnya aku tidak ingin memiliki penggemar… tetapi dia juga mempertimbangkan bahwa pendukung juga bisa dianggap sebagai penggemar, jadi dia mengangguk setengah hati. Kemudian, saat dia mengucapkan itadakimasu dan mencoba mengambil udon dengan sumpit, dia mendengar suara dari kursi sebelah yang kosong.

…Enak sekali, ya.

 Awalnya, Alisa tidak mengira kalau kata-kata itu ditujukan padanya.

Setelah dipanggil oleh komite kedisiplinan, bisa-bisanya dia senyam-senyum seperti itu

Namun, setelah mendengar suara berikutnya, Alisa merasa ada yang aneh. Ketika dia melirik, matanya bertemu dengan seorang siswi yang menatapnya dengan tatapan tidak suka. Karena hanya ada Nonoa di dekatnya, tampaknya jelas bahwa hal itu ditujukan kepada Alisa.

(Dipanggil oleh komite kedisiplinan…?)

Dia merenungkan kata-kata yang baru saja diucapkan dan berpikir bahwa itu mungkin merujuk pada kejadian pagi tadi. Siswi ini mungkin melihat Alisa yang membawa hadiah ke ruang komite kedisiplinan bersama anggota komite atau mendengar sesuatu dari orang lain, dan mungkin ada kesalahpahaman. Dengan asumsi itu, Alisa mencoba untuk mengoreksi dengan hati-hati.

Ehm, sepertinya ada kesalahpahaman… Aku pergi ke ruang komite kedisiplinan pagi ini karena ada hadiah tanpa pengirim yang diletakkan di atas meja, bukan karena aku mendapatkan peringatan dari komite kedisiplinan.

Alisa berusaha untuk tidak memicu reaksi negatif, tetapi tetap menegaskan hal yang perlu ditegaskan. Namun, mendengar itu, ekspresi siswi itu semakin tidak senang.

Sungguh memalukan… palingan juga semua itu pasti hanya akting saja, kan? Untuk membuat topik pembicaraan, kamu sendiri yang menaruh hadiah anonim itu.

Hah—

Karena tuduhan yang sangat sembrono dan sembarangan itu, Alisa terdiam sejenak. Siswi itu menatap Alisa dengan penuh kebencian dan berkata dengan nada merendahkan.

Kasihan sekali Suou-san. Betapa menyenangkannya bagi orang seperti ini untuk mengganggu pemilihan… itu pasti sangat mengganggunya.”

Dengan mata dan kata-kata yang penuh permusuhan itu, ingatan Alisa tentang kata-kata yang diucapkan oleh Sayaka pagi tadi muncul kembali di benaknya.

“Tapi itu merupakan hal yang perlu diwaspadai juga. Semakin banyak perhatian yang kamu dapatkan dan semakin populer reputasimu, semakin banyak pula orang yang akan merasa tidak suka.

Apakah ini yang dia maksud? Alisa berpikir setengah terkejut. Saat itu, Nonoa yang selama ini diam sambil memakan soba tiba-tiba mengeluarkan suara.

“Dari tadi aku mendengar kamu terus-menerus bicara seenaknya, tapi… kamu berbicara dari posisi mana, sih?

“Hah……?

Dengan ekspresi tidak senang dan mengerutkan alisnya, siswi itu berbalik menanggapi Nonoa yang tiba-tiba ikut campur. Sambil melirik ke arah mereka, Nonoa berkata dengan tenang.

Kamu bilang Yukki merasa terganggu dan kasihan… tapi yang bisa memutuskan apa itu mengganggu atau tidak hanyalah Yukki sendiri, kan? Kenapa kamu yang tidak ada hubungannya harus mengeluh, sementara Yukki sendiri tidak mengatakan apa-apa?

Hah, aku bukannya tidak ada hubungan sama sekali! Aku adalah pendukung setia Suou-san sejak dari sekolah SMP!

Pendukung, ya… Jadi, Yuki bilang dia merasa terganggu?

…Suou-san itu orang yang baik. Dia tidak bisa mengeluh. Jadi, aku yang akan mewakili—

“Dengan kata lain, dia tidak bilang apa-apa. Jadi itu hanya imajinasimu sendiri, kan?

“It-Itu sama sekali tidak benar! Semua orang bilang begitu! Suou-san kasihan karena diganggu orang seperti ini!

Suara siswi itu semakin keras, dan perlahan-lahan perhatian dari sekitar mulai tertuju padanya. Namun, Nonoa tidak peduli dengan hal itu dan terus mengangkat soba dengan sumpit sambil berkata.

Hmm… jadi kamu bilang, untuk 'semua orang' yang tidak bisa mengeluh langsung, kamu rela menjadi kambing hitam untuk mewakili mereka?

…Cara penyampaianmu memang mengganggu, tapi ya, begitulah. Jika sudah mengerti—

“Lalu, siapa sebenarnya 'semua orang' itu?

…Hah?

Siapa 'semua orang' yang kamu maksud itu? Kamu bilang, Yukki terlihat kasihan karena diganggu Alissa. Jangan-jangan itu juga hanya imajinasimu?

Tentu saja tidak! Misalnya saja… seperti Yamaguchi-san atau Zaitsu-san…

Saat siswi itu terdiam, Nonoa menatapnya dengan tatapan tajam.

Kamu baru saja menyebutkan nama mereka.

Hah?

Kamu bilang kamu rela menjadi kambing hitam untuk 'semua orang' yang tidak bisa mengeluh, kan? Jika demikian, kamu seharusnya tidak menyebutkan nama-nama orang yang menggosipkan itu.

Mendengar penjelasan Nonoa, siswi itu terdiam dan hanya membuka mulutnya tanpa suara. Kemudian, Nonoa berkata dengan jelas setelah mengatakan, Eh, ngomong-ngomong…

“Itu jelas-jelas hanya kamu sendiri yang tidak menyuikainya, kan? Kamu hanya memikirkan dirimu sendiri, tapi menggunakan orang lain sebagai alasan, itu sangat mengganggu bagi mereka yang namanya asal dicatut.

Dengan kata-kata yang sangat pedas, siswi itu benar-benar terdiam… lalu mengambil makanan yang belum selesai dimakannya dan berdiri dengan kasar. Tanpa melihat ke belakang, dia pergi dengan langkah yang kasar, sementara Nonoa berkata dengan tenang.

Yah, jika terlalu menonjol, orang-orang seperti itu pasti akan muncul, ya~. Kamu baik-baik saja, Alissa?

Eh, ya, terima kasih… maaf. Aku tidak tahu harus berbuat apa…

Yah~ aku sih sudah terbiasa dengan hal seperti ini~”

Nonoa dengan santai mengatakan hal itu, membuat Alisa terdiam, bertanya-tanya apakah dia sudah terbiasa berurusan dengan orang-orang seperti itu. Namun, Nonoa melanjutkan tanpa terlihat terganggu.

Sebenarnya, begitu kita melibatkan diri dengan orang-orang seperti itu, kita sudah kalah. Meskipun mereka mungkin salah paham, mengabaikan mereka adalah yang terbaik. Jika mereka adalah orang yang bisa diajak berdiskusi dengan logika, itu berbeda, tapi biasanya mereka bukan tipe seperti itu~

Ak-Aku akan berhati-hati... Tapi, apa kamu baik-baik saja? Sepertinya, Nonoa-san malah yang dibenci ketimbang diriku...

Alisa khawatir saat mengingat ekspresi gadis itu yang menatap Nonoa saat pergi, tetapi Nonoa dengan santai melanjutkan makannya.

Tidak apa-apa~ santai saja~ aku sudah terbiasa, kok. Lagipula, aku hanya mengungkapkan apa yang aku pikirkan, kan? Jadi, kamu tidak perlu khawatir~

......

Meskipun dia mengatakan itu, Alisa tidak bisa berhenti merasa cemas. Pada dasarnya, penyebab utamanya adalah karena dia bereaksi terhadap gadis itu, persis seperti yang dikatakan Nonoa.

(Selain perasaan baik, aku juga harus belajar cara menghadapi niat jahat...)

Sementara Alisa merenungkan hal itu dan menyuapkan udon ke mulutnya, Nonoa tiba-tiba berkata dengan nada santai.

Ngomong-ngomong, sepertinya kamu mengalami masa yang sulit ya~

Eh? ...Ah, iya. Karena ada banyak hadiah tanpa pengirim...

Bukan itu, maksudku setelah pesta ulang tahun kemarin.

Begitu mendengar kata-kata Nonoa, Alisa terdiam sejenak sebelum menundukkan alisnya dengan rasa bersalah.

Setelah kembali dari kediaman rumah Suou dua hari yang lalu, dia memberi tahu para tamu pesta bahwa dia pergi mengunjungi Yuki yang sakit flu dan merasa kesepian, sebagai balasan hadiah. Meskipun penjelasannya terlalu singkat, mungkin karena kepercayaan yang biasanya diberikan kepada Alisa, tidak ada yang menanyakan lebih lanjut. Namun, jika tidak ada yang menyalahkan, justru Alisa merasa semakin bersalah.

“Umm, maaf ya, aku tiba-tiba pergi...

Ah~ aku sama sekali tidak masalah sih~

Di saat itu, Nonoa cepat melihat sekeliling, memastikan bahwa tatapan yang mengarah ke mereka sudah menyebar, lalu berbicara dengan suara rendah.

(Lihat, Kuzecchi sudah keluar dari rumah Suou, kan? Kalau Kuzecchi yang begitu sampai pergi ke rumahnya Yukki, hal itu jadi membuatku berpikir pasti ada banyak hal yang terjadi.)

Eh...

Setelah mendengar bisikan Nonoa, Alisa terkejut dan membuka matanya lebar-lebar. Melihat reaksinya, Nonoa mengangkat satu alisnya dan melanjutkan.

(Eh? Kamu tidak pernah mendengar dari Kuzecchi? Aku sudah tahu tentang hubungan antara Kuzecchi dan Yukki.)

Eh, ma-masa!?

Alisa tanpa sadar meninggikan volume suaranya meningkat, dan dia segera menutup mulutnya sambil melihat sekeliling. Setelah memastikan tidak ada yang memperhatikan mereka, dia merasa sedikit lega dan mengendurkan bahunya. Melihat Alisa seperti itu, Nonoa mengangguk seolah tidak ada yang aneh.

“Yah, Sayacchi juga.

“Be-Begitu ya...

Perasaan tidak nyaman muncul di dalam hati Alisa. Itu adalah ketidaktahuan dirinya tentang rahasia Masachika yang sudah diketahui oleh Nonoa dan Sayaka terlebih dahulu. Dan sedikit rasa tidak percaya dan ketidakpuasan karena Masachika tidak memberitahunya tentang hal itu.

Setelah secara akurat menyadari perasaan Alisa yang begitu, Nonoa dengan sengaja menggunakan ungkapan yang samar.

Ah, jadi kamu belum mendengarnya, ya... Tapi, jangan menyalahkan Kuzecchi, ya? Aku dan Sayacchi juga bisa mengetahui tentang itu secara kebetulan.

.....begitu.

“Yah, Kuzecchi pasti akan memberimu penjelasan cepat atau lambat. Aku meyakini kalau Kuzecchi juga tidak berusaha menyembunyikannya.”

“.....”

Meskipun Nonoa memberikan dukungan, perasaan bingung itu tetap ada. Namun, jika Nonoa mengatakan demikian, Alisa memutuskan untuk menunggu sampai Masachika menjelaskan sendiri, dan dia mengangguk.

...... Baiklah, aku mengerti.

Tanpa menyadari bahwa itulah yang diinginkan Nonoa.

Nah, mengesampingkan hal itu dulu. Tapi, Alissa, apa yang sedang kamu khawatirkan?

Alisa mengernyitkan dahinya ketika endengar pertanyaan Nonoa, merasa bingung apakah harus membicarakannya atau tidak. Jika dia membicarakan apa yang mengganggunya, itu akan membawa pembicaraan ke masalah Masachika. Namun, apa dia boleh membicarakannya tanpa izin? Tidak, tanpa berpikir pun itu jelas-jelas tidak boleh.

(Tapi...)

Perasaan bingung di dalam hatinya mulai mengganggu penilaian rasionalnya.

Alisa tidak merasakan kemarahan terhadap pengakuan Masachika tentang kenapa ia terus diam saja sampai sekarang karena dia berpikir bahwa Masachika tidak hanya menyembunyikannya dari Alisa, tetapi juga dari semua orang di sekitarnya. Bahkan, jika dia berpikir bahwa dia adalah orang pertama yang mengetahui rahasia Masachika, dia merasa tidak terlalu buruk tentang itu.

(Benar sekali, kupikir akulah orang pertama yang ia beritahu.)

Namun, jika Nonoa dan Sayaka sudah tahu lebih dulu, itu menjadi masalah lain.

(...... Yah, Nonoa-san adalah teman, jadi tidak apa-apa. Dia bahkan melindungiku tadi. Sepertinya dia juga tahu banyak tentang situasi Masachika, jadi mungkin tidak masalah jika aku bercerita sedikit.)

Dari kebingungan terhadap rekannya, Alisa mengambil keputusan yang biasanya tidak akan dilakukannya, dan membuka mulutnya.

Ini cuma pembicaraan di antara kita, jadi tolong rahasiakan, ya...

Iya.

Sepertinya Masachika-kun ingin memcoba kembali ke dalam keluarga Suou..... dan sebagai syaratnya, ia diminta untuk menjadi ketua OSIS.

“Wahh, yang bener?”

Alisa mengucapkan kata-kata itu, dan Nonoa terkejut dengan mata yang membelalak, lalu memiringkan kepalanya dengan bingung.

...... Alissa, apa kamu akan bertukar posisi dengan Kuzecchi?

Tidak, bukan seperti itu... Uhm, sebenarnya, aku sedang bingung tentang hal itu.

Alisa hampir saja membantah, tetapi setelah beberapa detik terdiam, dia mengakui dengan pasrah.

“Ketika mengingat situasi Masachika-kun... aku sempat berpikiri kalau sebaiknya aku menyerahkan posisi calon ketua OSIS kepada Masachika-kun....

Alisa mengatakan itu sambil menunduk dan tidak melihat udon yang masih tersisa, lalu Nonoa mengarahkan pandangannya ke langit-langit kantin dengan Hmm~~~”

Kuzecchi jadi ketua OSIS, ya~... Entah kenapa aku tidak bisa membayangkannya, tapi ia cukup pandai bicara. Mungkin saja ia bisa melakukannya dengan baik.

......

Setelah mendengar kata-kata itu, kepala Alisa semakin menunduk, dan Nonoa menurunkan pandangannya untuk bertanya.

Ngomong-ngomong, apa alasan Alissa sangat ingin menjadi ketua OSIS? Kalau kamu ingin bergabung dengan Raikoukai, jadi wakil ketua juga tidak masalah, kan?

Itu karena...

Alisa yang sudah bersuara tiba-tiba terdiam. Nonoa menatapnya dengan penuh perhatian dan berkata.

Yah~ keputusan akhirnya berada di tanganmu sendiri, Alissa~. Tapi, aku akan tetap mendukungmu, baik sebagai ketua atau wakil ketua, untuk OSIS yang baru.

Kata-kata Nonoa yang mendukung dan sekaligus membingungkan membuat Alisa akhirnya meletakkan sumpitnya dan mulai berpikir. Nonoa mengamati Alisa dengan tatapan yang tidak bisa dibaca.

 

◇◇◇◇

 

Apa Anda sudah menunggu lama?

“Hmm, tidak sama sekali, kok~. Terima kasih sudah datang, Ayanono.

Setelah berpisah dengan Alisa di depan kantin, Nonoa pergi ke tangga darurat dan menyapa Ayano yang mendekat tanpa suara. Menanggapi itu, Ayano tetap mempertahankan ekspresi datar dan membungkuk dengan tegas.

Terima kasih juga, Nonoa-san. Dan... sekali lagi, terima kasih untuk kemarin. Berkat saran Nonoa-san, Masachika-sama bisa menjenguk Yuki-sama.

Tidak masalah~ tidak masalah~. Aku sudah pernah bilang, kan? Aku berada di pihak Ayanono.

Dengan senyum ramah, Nonoa mendekat dan melanjutkan.

Ngomong-ngomong, sepertinya itu sulit, ya? Katanya Kuzecchi ingin kembali ke dalam keluarga Suou.

Eh? ...Hmm.

Tatapan mata Ayano terbuka lebar sejenak saat dia mengangkat kepalanya dan tampak ragu.

Meskipun Nonoa merasa kesulitan untuk membaca emosi dan pikiran Ayano, tapi reaksi ini mudah dipahami. Dia terlihat bingung dan tidak percaya mengapa Nonoa bisa mengetahui tentang urusan internal keluarga Suou.

...... Apa Anda mendengar hal itu dari Masachika-sama?

Eh? Tidak, aku mendengarnya dari Alissa.

Oh, begitu.

Iya, tadi barusan di kantin.

Kebingungan dan ketidakpercayaan yang tumbuh dalam diri Ayano mengarah kepada Alisa. Sambil mengamati situasi itu dengan dingin, Nonoa menggenggam tangan Ayano dengan kedua tangannya.

Yah, mungkin akan ada banyak kesulitan ke depannya... tapi, kapan saja kamu membutuhkan bantuan, aku akan selalu siap membantu.

Dan kemudian, Nonoa berkata dengan senyuman yang sangat indah.

Apa pun yang terjadi, aku pasti akan berada di pihakmu, Ayanono.

 

◇◇◇◇

 

Ehmm, Masha-san.

Hmm~~?

Apa-apaan ini, pelukan RTA?

Di sisi lain, Masachika yang dipanggil ke ruang OSIS saat istirahat siang, begitu memasuki ruangan, langsung didekati oleh Maria yang berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat, membuatnya melamun.

RTA itu apa~?

Oh, itu singkatan dari kata Real-Time Attack... eh, wajahmu terlalu dekat!

Masachika secara tidak sadar mundur ke belakang saat menyadari kalau jarak di antara mereka begitu dekat sampai-sampai membuat hidung mereka bersentuhan. Namun, ketika mundur, wajah Maria terlihat jelas, dan itu membuatnya tertegun.

‘Memang benar kalau Alya-san dan Masha-san itu cantik... Aku bisa melihat bahwa mereka semakin cantik akhir-akhir ini dan kecantikan mereka terlihat semakin jauh dari manusia.'

Kata-kata pernah yang diucapkan Yuki kembali terlintas di dalam benaknya.

Setelah Masachika melihatnya sekali lagi, ia menyadari kalau mereka memang semakin cantik, seolah kilau kecantikan mereka semakin meningkat. Namun, saat dipeluk seperti ini dan memperhatikan hal itu, detak jantungnya terasa semakin cepat, sehingga Masachika segera mengalihkan pandangannya.

Yah, mari kesampingkan hal itu... tapi ini sebenarnya ada apaan?

Hmm, baiklah, mari kita duduk dulu.

Hah... lah, rasanya begitu mengerikan betapa naturalnya kamu menggenggam tanganku.

Begitu pelukannya terlepas, tangan Masachika dipegang lembut dan ditarik dengan sangat alami, membuatnya terkejut. Dalam keadaan seperti itu, ia dipandu menuju kursi sofa dan duduk berdampingan dengan Maria. Di meja di depannya sudah disiapkan teh, dan Maria mengambil teko teh untuk menuangkan teh ke cangkir di depan Masachika.

Silakan, ini untukmu.

Ah, terima kasih... aku terima.

Setelah disajikan, Masachika mulai meminum secangkir teh. Masachika menurunkan alisnya dan bertanya keprada Maria yang sedang menatapnya sambil tersenyum lembut.

“Umm, rasanya memang enak, tapi... sebenarnya ada apaan, ya?

Hmm~~~? Aku hanya berpikir untuk menghiburmu, Kuze-kun.

“Hah, maksudnya menghibur?

Masachika menatapnya dengan penuuh keraguan, tidak mengerti kenapa dirinya perlu dihibur. Maria meletakkan teko di meja dan dengan nada santai berkata.

“Dua hari yang lalu kamu mengalami sesuatu kejadian yang besar, kan? Itulah sebabnya aku ingin menghiburmu.

Setelah mendengar itu, Masachika mengerutkan kening dan setelah beberapa detik berpikir, ia terkejut. Menatap samping wajah Maria yang dewasa, ia bertanya dengan suara pelan.

Masha-san... apa jangan-jangan, kamu sudah menyadarinya...?

Selama ini, ia tidak menunjukkan tanda-tanda atau membahas topik tersebut, jadi Masachika mengira itu tidak pernah terungkap. Namun, dari cara Maria berbicara...

Hmm... yah~, waktu kecil, aku pernah mendengar nama belakang dari Sa-kun dan nama adikmu... entah kenapa, aku merasa seperti itu. Dan caramu melihat Yuki-chan, sangat lembut.... rasanya seperti melihat keluarga yang tak tergantikan, jadi kurasa itu memang begitu.

Maria berbicara dengan suara tenang dan menoleh ke arah Masachika. Dalam tatapan matanya yang dalam dan cerdas, Masachika tertegun. Setelah beberapa detik terdiam, ia tersenyum pahit seolah menyerah.

Jadi, kamu sudah mengetahui semuanya, ya... aku menyerah, deh.

Eh? Apa aku menang? Yay~, aku menang~!

Tidak, ini bukan soal menang atau kalah...

Kalau begitu, sebagai pemenang, aku akan mengelus-elus si kalah.

Itu akan menjadi hal yang sangat memalukan bagi si kalah... eh?

Saat dirinya masih berbicara, kepalanya benar-benar dielus, dan Masachika merunduk. Namun, ia tidak bisa menghindar dari tangan Maria, jadi ia berkata dengan wajah bingung.

Ehm, rasanya ini agak memalukan...

Kenapa~? Di sini cuma ada kita berdua saja, kan?

“Tidak, ini bukan soal dilihat orang atau tidak...

Tenang saja, mendapatkan pujian setelah berusaha bukanlah hal yang memalukan, kok~.

“Ah, baiklah. Sepertinya hari ini Masha-san semakin bebas, ya?

Masachika mengatakan hal itu kepada Maria, yang tampaknya agak kesulitan berkomunikasi dengannya, karena sikap dewasa yang dia tunjukkan sebelumnya telah menghilang.

Maria mengabaikan perkataan Masachika dan berkata sambil menepuk kepala Masachika.

Bagus-bagus, kamu sudah berusaha keras~

“...Ehmm, yang ini hadiah untuk usaha yang mana, ya?

Hmm~? Aku tidak tahu, tapi aku bisa mengetahui bahwa Kuze-kun sedang berusaha keras.

“....Begitu ya.

Tepat ketika Masachika sudah mau menyerah karena merasa kalau mereka sepertinya tidak bisa melakukan percakapan logis, suara lembut dan tenang Maria terdengar di telinganya.

Aku bisa mengetahui kalau Kuze-kun sudah berusaha keras. Dan kamu selalu memikirkan orang-orang di sekitarmu dengan sepenuh hati. Jadi, tidak apa-apa. Apapun keputusan yang kamu ambil, itu bukan keputusan yang buruk. Setidaknya, aku akan selalu mendukungmu, apapun yang terjadi.

Masachika menatap wajah Maria setelah mendengar kata-kata yang disampaikan dengan lembut. Dalam tatapan matanya yang bisa melihat dan menyelimuti semuanya, serta senyumnya yang sangat lembut, Masachika terpesona... dan tanpa sadar tersenyum.

“Jadi begitu ya.

Iya, benar~

Tanpa bertanya atau mengetahui apapun, Maria dengan tegas mengatakan hal itu. Itu adalah bentuk kepercayaan mutlak terhadap Masachika.

Anehnya, Masachika merasa kalau...perasaan itu tidak terasa berat. Sebaliknya, hatinya terasa sedikit lebih ringan.

“...Terima kasih banyak, Masha-san.

Ketika ia mengucapkan terima kasih sambil tersenyum, Maria menjauhkan tangannya dari kepala Masachika dan tertawa. Dia kemudian memiringkan kepalanya sedikit sambil tersenyum dan berkata.

Oh iya, aku tidak bermaksud terburu-buru sih, tapi jangan lupakan janji kita, ya?

Usai mendengar hal itu, senyum Masachika sedikit memudar.

Janjinya dengan Mariya. Dirinya masih mengingatnya dengan jelas... atau lebih tepatnya, sebenarnya itu sudah lama mengganggu pikirannya.

Janji yang dirinya buat dengan Maria saat festival olahraga.... yaitu untuk mengadakan kencan yang sangat romantis.

Dengan tingkat kesulitan yang begitu tinggi, Masachika sempat berpikir di dalam hati, Semoga saja dia melupakannya seiring berjalannya waktu, tetapi... tampaknya Maria memang mengingatnya dengan baik. Di hadapan senyumnya, Masachika tidak bisa berpura-pura.

“...Tentu saja.

Iya, aku menantikannya~

Maria bertepuk tangan dengan kedua tangannya dan tersenyum gembira. Ketika Masachika sekali lagi dihadapkan pada kepercayaan besar dari Maria...

(Eh, kok rasanya ada yang aneh, ya?)

Masachika merasakan hatinya yang semula ringan kini menjadi berat kembali.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama