Chapter 3 —Vol 1 SS Baru: Touya-kun Merasa Tertekan
“Arisa-san,
aku sudah menyelesaikan semua buletin yang perlu dipublikasikan, bisakah
aku mendapatkan pendapatmu mengenai hal ini?”
“Baiklah.”
“Eh?
Masha~, apa
penulisan di sini sudah benar?"
“Mm~?
Coba sini tunjukkan~... Ah~ bagian ini mungkin sedikit kurang tepat... sepertinya yang tahun
lalu ada di sini, jadi gunakan itu sebagai contoh...”
Para
anggota OSIS sedang aktif bekerja. Ketika melihat pemandangan itu, Kanzaki
Touya, ketua OSIS
baru di Akademi Swasta Seirei, mengerutkan
bibirnya.
(...Hmm)
Kekasih
tercintanya, Nyonya Akademi, Sarashina Chisaki.
Temannya, Sang Gadis Pengasih
Maria Mihailovna Kujou, yang
merupakan ‘gadis idaman’ sekolah.
Anggota kelas satu yang bercita-cita menjadi ketua OSIS berikutnya, Putri Konglomerat yang lugu, Suou Yuki, dan Putri penyendiri, Alisa
Mihailovna Kujou. Dua gadis tercantik kelas 2 dan dua bidadari kelas satu
berkumpul bersama.
Seorang
gadis cantik dengan tubuh ramping dan penampilan keren, serta gadis cantik yang
glamor dan lembut dengan sifat keibuan. Kemudian ada
gadis cantik yang benar-benar perwujudan gadis ideal
orang jepang, tapi ada juga gadis
cantik misterius dengan suasana asing yang kuat.
Meskipun masing-masing dari mereka memiliki pesona
yang berbeda, semuanya
adalah gadis cantik yang pasti akan membuat siapa pun terpukau. Dari grup idola mana mereka
berasal? Tidak, bahkan dalam grup idola, Touya
belum pernah melihat kumpulan gadis cantik dengan spek setinggi ini.
Di depan pemandangan
yang akan membuat seorang siswa laki-laki merasa bahagia hanya dengan
melihatnya... Touya mulai berpikir.
(Ada
suasana... yang sangat
feminin. Aku jadu kesulitan
bernapas...)
...Tentu
saja ia tidak bisa mengucapkannya dengan lantang. Namun,
itulah perasaannya yang
jujur... dan cukup mendesak.
Sebenarnya
itu cukup aneh, dengan rasio gender yang sangat tidak
seimbang, seolah-olah ada
aroma floral yang mengalir di dalam ruangan OSIS.
Apa ini bau sampo, pelembut pakaian, atau mungkin bau tubuh khas wanita, Touya yang tidak begitu terbiasa dengan wanita
tidak bisa memahaminya.
Tampaknya tidak ada gadis yang memakai makeup di sini, jadi ia merasa itu bukan bau kosmetik...
meskipun dirinya juga
tidak bisa memastikannya karena
tidak memeriksanya secara
langsung. Mungkin beberapa dari mereka sebenarnya memakai makeup, meskipun bagi
Touya, mereka terlihat tanpa memakai riasan.
(Sebenarnya,
peraturan sekolah melarang penggunaan riasan...
tetapi aku pernah mendengar bahwa sebenarnya yang mematuhi aturan itu adalah kelompok minoritas.)
Pada
dasarnya, para siswi
yang bersekolah di sini adalah gadis-gadis dari keluarga konglomerat, jadi hanya ada sedikit saja yang berdandan mencolok. Namun
mungkin karena mereka dari keluarga yang
terpandang, mereka tetap memakai riasan minimal saat tampil di depan
umum.
(Yah, itu
tidak begitu penting.)
Touya tidak peduli apakah
kekasihnya, Chisaki, maupun ketiga gadis lainnya memakai riasan. Yang pasti, sama seperti ruang
klub sepak bola atau judo yang secara alami berbau maskulin, ruang OSIS ini
memang berbau feminin. Itu bukan aroma
yang buruk, jadi itu masih bisa diterima... tetapi masalah utamanya adalah,
bukan hanya suasana fisik,
tetapi juga suasana dalam arti ‘transparan’ juga
sangat feminin.
“Mm~~,
mari kita istirahat dulu sejenak.”
“Ya,
terlalu serius juga tidak baik.”
“Kalau
begitu, hari ini aku yang akan menyeduh teh.”
“Eh,
Yuki-chan mau melakukannya? Bagus, aku
menantikan itu!”
Percakapan yang sangat feminin terjadi di
depan mata. Seolah-olah sedang diadakan pesta teh di sekolah khusus gadis dalam dunia manga,
pemandangan yang sangat menawan dan indah... tetapi ketika melihatnya, Touya benar-benar berpikir.
(Aku tidak tahan berada di sini...)
Seolah-olah,
hanya ada satu pria yang terjebak di tengah pertemuan antar wanita. Seperti sedang mengganggu
pesta teh yang dilarang untuk pria. Sensasi ketidaknyaman
yang luar biasa. Aroma gadis-gadis yang merangsang indra penciuman semakin
mempercepat ketidaknyamanan itu. Untuk bisa berbaur dengan suasana ini, mungkin
dirinya harus mengeluarkan semua daya
tarik feminin yang ia miliki
dan menjadi wanita yang bersinar... sampai-sampai pikiran yang membingungkan
itu melintas di benak Touya.
(Kenapa malah jadi begini...)
Touya menghela napas sambil melamun.
Pada awalnya,
rasio gender antara Touya dan Chisaki adalah satu banding satu.
Kemudian Chisaki membawa
Maria, dan rasio menjadi satu banding dua. Meskipun ia sempat berpikir, “Sepertinya para pria akan merasa
cemburu,” pada
saat itu, Tōya masih optimis. Karena, anggota dari
kelas satu belum bergabung.
(Di tahun
lalu, ketua dan wakil ketua OSIS dari divisi
sekolah SMP adalah
sepasang pria dan wanita... dan tidak ada kesan bahwa
kandidat lainnya hanya wanita, jadi jika mereka bergabung, rasio gender akan
seimbang.)
Begitulah
yang dipikirkan Toouya,
tetapi... pada hari pertama pertemuan OSIS,
satu-satunya mantan anggota OSIS
sekolah SMP yang datang adalah Yuki, mantan
ketua OSIS.
“Baiklah, hari ini mohon
kerja samanya, ya.”
“Iy, mohon
kerja samanya juga.”
“Ngomong-ngomong, apa yang terjadi dengan rekanmu?”
Setelah
menyapa Yuki yang datang sendirian, Touya
dengan hati-hati bertanya. Yuki menjawab dengan sedikit senyum dan alis yang
sedikit turun.
“Maksudnya Masachika-kun? Aku sudah mengundangnya...
tetapi ia malah menolak.”
“Begitu...ya...”
Gambar
samar dari Masachika muncul
di benak Touya dengan
tanda silang. Dengan begini,
rasio gender menjadi satu banding tiga. Namun, masih ada kandidat lain.
Masih ada pria lain yang mungkin mau bergabung... pikirnya. Namun, siapa
sangka yang datang setelah itu hanyalah Alisa,
adik perempuan Maria.
“Ahahaha,
Touya jadi
punya harem ya~ gawat!"
Mantan
wakil ketua OSIS yang
datang untuk melihat keadaan pun menggoda seperti itu, tetapi saat itu Touya masih belum pupus harapan. Kedua orang ini kebetulan bergabung pada hari pertama, dan
masih ada kemungkinan pria lain bergabung di hari-hari berikutnya. Dan memang,
setelah itu beberapa anggota pria juga bergabung. Namun...
“Maaf,
sepertinya aku kurang mampu...”
“Tidak,
hal semacam itu, aku sulit bertanya
kepada para wanita tentang pekerjaan... aku merasa tertekan.”
“Eh,
alasan? Jujur saja, wakil ketua terlihat
menakutkan.”
Mereka
semua pergi dari OSIS dalam waktu kurang dari dua minggu. Beberapa tidak bisa
menahan kenyataan bahwa mereka menghambat anggota wanita yang cakap, beberapa
tidak bisa berkomunikasi dengan lancar dengan wanita-wanita yang terlalu
cantik, dan beberapa terlalu menunjukkan niat buruk sehingga ditekan oleh Chisaki. Pada
akhirnya, yang tersisa hanyalah lima orang ini dari awal.
(Aku
butuh anggota pria...)
Dengan
mendesak, begitu pikir Touya.
Tidak ada yang salah dengan siapa pun, malah semuanya orang baik, tetapi dalam
keadaan sekarang, rasanya sangat tidak nyaman. Apa pun yang terjadi, dirinya harus berhati-hati. Selain itu,
dengan lima orang saja, jelas-jelas mereka kekurangan
SDM.
Tapi kalau
dpikir-pikir lagi, sekarang sudah memasuki akhil bulan Juni.
Touya sadar bahwa harapannya untuk
menambah anggota pria yang akan bertahan sebagai pengurus selama setahun ke
depan sangat kecil. Jika ada siswa seperti itu, mereka pasti sudah bergabung
dengan OSIS sejak lama.
(Aku
seharusnya bisa mengajak teman sekelasku
seperti Chisaki...)
Sampai
setahun yang lalu, Touya
adalah seorang yang penyendiri
dan introvert, jadi tidak ada teman pria sekelas yang bisa diandalkan dalam
situasi seperti ini. Meskipun ada orang yang telah membangun hubungan saling
percaya selama kampanye pemilihan, mereka tidak pernah pergi bermain bersama,
jadi hubungan mereka tidak cukup untuk disebut sebagai teman.
(Aku mempunyai
pendukung dan pacar, tetapi tidak ada teman... yah, ini sepenuhnya salahku
sendiri sih.)
Apa diirnya harus menjalin hubungan dengan
pria-pria di kelas sekarang agar mereka mau membantu OSIS? Namun, apa mungkin
bagi dirinya, yang dulunya seorang introvert,
untuk mencapai tujuan itu dalam satu semester?
(Jika
tidak, mungkin rasanya lebih
sulit daripada menjadi ketua OSIS...)
Sambil
menghela napas dalam hati, Touya
setengah bersiap untuk menghabiskan satu tahun ke depan dengan anggota yang
ada. Dirinya sudah menyiapkan diri. Jadi,
saat itu, Touya merasa
seperti seorang pemancing yang tiba-tiba mendapatkan ikan tuna besar saat hanya
menatap pancingnya dengan setengah putus asa.
“Oh, jadi kamu yang namanya Kuze ya. Aku Kenzaki, ketua OSIS saat ini. Aku sudah mendengar tentangmu, loh? Sepertinya kamu sangat
berbakat.”
Touya melihat ke arah pengaturan
perlengkapan yang ditangani oleh juniornya, Yuki, yang merupakan mantan
pasangannya.
(Mantan
wakil ketua OSIS. Kemampuan praktisnya luar biasa. Selain itu, ia akrab dengan
Suou dan adik
Kujou.)
Ia
pasti merupakan sumber daya yang sangat berharga. Komunikasi dengan para wanita
juga sepertinya tidak akan menjadi masalah.
(Yang
terpenting, ia adalah pria!
Anggota pria yang sangat
dinantikan!)
Siapa sosok dengan tingkat SSR ini? Ada
juga karakter super menjanjikan seperti ini. Tentu saja, Touya sudah mendengar dari Yuki
bahwa ia terus menolak untuk bergabung dengan OSIS. Namun, jika ia bersedia
membantu, mungkin masih ada
harapan.
“Baiklah kalau begitu, aku permisi pergi dulu.”
“Tunggu.
Rasanya tidak enak jika kamu membantu tetapi tidak mendapat balasan apa-apa dan langsung
pulang. Waktunya sudah cukup sore. Kalau kamu mau, biarkan aku mentraktirmu
makan.”
Tōya
tidak akan melewatkan kesempatan ini. Apa pun yang terjadi, ia harus
menangkapnya. Untuk umpan sementara...
“Yah, meskipun
aku cuma
bisa mentraktir di restoran
keluarga saja sih!”