Chapter 7 —Vol 3 SS Bonus: Kelanjutan Kencan Pertama
“Oke, ini
dia tempatnya.”
“Oooh~
tempat yang cukup menakjubkan!”
Setelah
selesai makan siang di restoran, Alisa menyeret Masachika ke toko kue yang
cukup terkenal di kalangan wanita. Toko tersebut cukup strategis dengan tidak
ada bangunan lain di sekitarnya, dan dekorasi tokonya didominasi dengan warna
putih dan hijau muda yang indah.
“Selamat
datang~.”
Sambutan
resepsionis yang cerah terdengar saat Masachika
membuka pintu. Kursi untuk pelanggan berbaris di bagian depan, sementara di
sisi kiri dipajang dengan kue berbagai warna. Masachika mempunyai firasat dari
nada Alisa kalau dia tidak berniat
membungkusnya dan membawanya pulang, melainkan langsung memakannya di tempat.
Masachika melirik sekilas ke area dalam toko untuk melihat apa masih ada kursi
yang kosong ... dan kemudian Ia tertegun ....
(Yah ... sudah kuduga, semua pelanggan yang ada di sini adalah
wanita.)
Jika
dilihat sekilas, sebagian besar orang yang datang duduk dan menikmati kue di
toko pada siang hari biasanya terdiri dari para mahasiswi dan ibu-ibu muda.
Memang, ada kursi kosong yang tersedia, tapi ... rasanya masih sedikit
menakutkan jika dirinya
langsung menerobos ke sana. Tapi Alisa tidak menyadari konflik batin Masachika
dan melihat-lihat deretan kue yang dipajang dengan mata berbinar-binar.
Masachika tidak punya pilihan selain mengikutinya, tapi ....
(Tunggu sebentar
... kue yang ada di etalase ini harganya 700 yen? Mahal banget!?)
Mau tak
mau, Masachika memelototi label harga yang ditampilkan saat melihat-lihat kue
yang dipajang. Jika dilihat dari dekat, ada banyak kue yang berkilauan seperti
perhiasan, dan rata-rata harga mereka semua sekitaran 500 yen atau lebih. Daftar minuman
yang ditulis di papan tulis juga lebih dari 600 yen.
(Sebenarnya, aku jarang membeli kue, tapi … bukankah harganya terlalu mahal? Mungkin harganya bervariasi dari tokonya, tapi aku
merasa kalau ada beberapa toko yang bisa menjualnya dengan setengah harga ....)
Uang yang
dihabiskan untuk kue-kue ini lebih dari sekadar porsi makan normal, dan hati
Masachika mulai merasa ragu.
“Kuze-kun,
apa kamu sudah membuat pilihanmu?”
“Hah? Ah,
ya ....”
Masachika
menjawab Alisa dengan anggukan kepalanya. Kurasa,
aku akan memesan kue cokelat dan es kopi saja, begitulah
pikir Masachika .... kemudian Ia hampir meragukan pendengarannya setelah
mendengar rentetan pesanan Alisa.
“Umm, aku mau pesan kue spons
mentega, kue cokelat dan kue tar buah musiman,
ohh crepe mille dan krim cheesecake juga, untuk minumannya, aku memilih latte.”
Dia tidak memesan satu doang ...!?
Masachika
langsung bergidik ngeri. Tidak, seseorang tidak bisa tertipu dengan jumlah kuenya.
Terlebih lagi dengan pilihan minumannya, itu buruk, sangat buruk sekali.
Alisa
tidak bermaksud menetralisir kadar gula sama sekali, dan hanya mendengar
pesanannya saja akan membuat siapa pun merasa merinding. Senyum karyawan yang
menerima pesanannya juga terlihat sedikit berkedut saat mendengar pesanan Alisa.
“Dan kamu
sendiri bagaimana, Kuze-kun?”
“Ah, iya
.... kalau begitu, aku cuma ingin kue coklat
ini dan es kopi.”
“Hmm...?
Kamu cuma memesan satu saja? apa itu cukup buatmu?”
“.....
Lebih dari cukup.”
Alisa
menatapnya dengan wajah keheranan.
Tidak, biasanya satu saja sudah cukup, ‘kan? Dan paling banyak
cuma dua, ‘kan? Masachika diam-diam menggumamkan itu dalam
hati dan mengangguk kepalanya.
Segera
setelah itu, pelayan menyerahkan nampan yang berisikan kue pesanan dan minuman
mereka ... dan tentu saja, mereka tidak bisa memuat gelas di atas nampan yang
sudah berisikan 5 kue, jadi nampan Masachika berisi dua gelas.
(Jadi itu melebihi batas kapasitas dalam satu nampan, ya
....?)
Namun,
Alisa tidak keberatan dan berkata kepada Masachika, “Apa kamu bisa membawakan minumanku juga?” dan menuju ke kursinya.
Pengunjung wanita di toko tersebut menatap tercengang ke arah Alisa, entah itu
karena kecantikannya atau karena jumlah kue yang dibawanya. Kurasa mungkin karena kedua-duanya,
pikir Masachika.
“Umm, kalau begitu .... Mari bersulang~?”
“...
Bersulang.”
Saat
mereka berdua duduk di kursi kosong yang tersedia, mereka mendentangkan gelas
mereka dengan lembut dan mulai menikmati kue dengan garpu.
“Mmm,
enak.”
Ia tidak
tahu apa itu karena harganya yang sesuai, tapi kue coklat yang dipesan
Masachika meleleh di lidahnya, meskipun kemanisannya tidak bisa ditoleransi. Kue lezat ini akan
membuat siapa pun merasa kenyang dan puas ..., tapi Alisa yang duduk di
depannya, terus-menerus memasukkan
kue itu ke dalam mulutnya.
(Perutku sudah merasa mulas hanya dengan melihatnya makan
sebanyak itu ....)
Alisa secara bergantian mencicipi
satu gigitan dari masing-masing lima kue yang dipesan,
dan kemudian senyum penuh kebahagiaan menghiasi wajahnya. Walaupun senyum di
wajahnya sangat indah dan menghibur siapa pun yang melihatnya. Hanya menatapnya
saja sudah meninggalkan rasa manis di mulut seseorang.
Tetapi
apa yang akan dipikirkan Alisa saat Masachika memandangnya seperti itu. Dia
berkedip saat menyadari kalau Masachika sedari tadi menatapnya, lalu menatap
kue di hadapannya dan tersenyum jahat. Masachika yang memandang senyum itu
mendapat firasat buruk.
“Kamu mau
mencobanya?”
Firasatnya
langsung menjadi kenyataan. Untuk beberapa alasan, Alisa tampaknya sangat
agresif hari ini.
Alisa
lalu memotong kue dan kemudian mengulurkan tangannya
dengan garpu untuk mencoba memberikannya kepada Masachika. Wajah Masahika
berkedut, dan meski pemandangan gadis-gadis kampus dan para mamah muda di sekelilingnya
terasa menyakitkan seolah-olah mereka berkata
“Ara~ara~♪”, jika Ia menolak sekarang, dampaknya bakal lebih parah lagi. Oleh
karena itu, Masachika menyerah
untuk menolaknya dan membuka mulutnya.
Kemudian,
sambil berusaha untuk tidak menyentuh garpu, Masachika membuka mulutnya dan
mengambilnya, mengunyah kue itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
“Rasanya
enak.”
Mulutnya
terasa manis dalam banyak artian, tapi tentu saja, Masachika takkan
mengatakannya dengan keras. Kemudian, saat Ia ingin melanjutkan memakan porsinya
sendiri ....
“Jadi,
apa kamu mau mencoba semua kue yang ada di nampan ini?”
Alisa terus
melanjutkan serangannya! Menurut situasi, tidak peduli bagaimana Ia
memikirkannya, Masachika akan menerima lima serangan glukosa berturut-turut!
Masachika
membuka mulutnya dalam situasi apa pun, dan Alisa memberinya kue satu per satu.
Sederhananya, rasanya manis. Terlalu manis. Manisnya sangat legit ....
(Kalau dipikir-pikir lagi, aku pernah secara tidak langsung
memaksanya memakan makanan pedas ....)
Jadi ini yang dinamakan karma, ya,
pikirnya. Ia
diam-diam memakan kuenya sembari memikirkan itu. Di hadapan Masachika, Alisa bergumam.
【Rasanya menyenangkan~♡】
Dia
menggumamkan sesuatu seperti itu dengan ekspresi yang benar-benar bahagia.