Roshidere Jilid 9.5 Chapter 7 Bahasa Indonesia

Chapter 7 —Vol 3 SS Bonus: Kelanjutan Kencan Pertama

 

“Oke, ini dia tempatnya.”

“Oooh~ tempat yang cukup menakjubkan!”

Setelah selesai makan siang di restoran, Alisa menyeret Masachika ke toko kue yang cukup terkenal di kalangan wanita. Toko tersebut cukup strategis dengan tidak ada bangunan lain di sekitarnya, dan dekorasi tokonya didominasi dengan warna putih dan hijau muda yang indah.

“Selamat datang~.”

Sambutan resepsionis yang cerah terdengar saat Masachika membuka pintu. Kursi untuk pelanggan berbaris di bagian depan, sementara di sisi kiri dipajang dengan kue berbagai warna. Masachika mempunyai firasat dari nada Alisa kalau dia tidak berniat membungkusnya dan membawanya pulang, melainkan langsung memakannya di tempat. Masachika melirik sekilas ke area dalam toko untuk melihat apa masih ada kursi yang kosong ... dan kemudian Ia tertegun ....

(Yah ... sudah kuduga, semua pelanggan yang ada di sini adalah wanita.)

Jika dilihat sekilas, sebagian besar orang yang datang duduk dan menikmati kue di toko pada siang hari biasanya terdiri dari para mahasiswi dan ibu-ibu muda. Memang, ada kursi kosong yang tersedia, tapi ... rasanya masih sedikit menakutkan jika dirinya langsung menerobos ke sana. Tapi Alisa tidak menyadari konflik batin Masachika dan melihat-lihat deretan kue yang dipajang dengan mata berbinar-binar. Masachika tidak punya pilihan selain mengikutinya, tapi ....

(Tunggu sebentar ... kue yang ada di etalase ini harganya 700 yen? Mahal banget!?)

Mau tak mau, Masachika memelototi label harga yang ditampilkan saat melihat-lihat kue yang dipajang. Jika dilihat dari dekat, ada banyak kue yang berkilauan seperti perhiasan, dan rata-rata harga mereka semua sekitaran 500 yen atau lebih. Daftar minuman yang ditulis di papan tulis juga lebih dari 600 yen.

(Sebenarnya, aku jarang membeli kue, tapibukankah harganya terlalu mahal? Mungkin harganya bervariasi dari tokonya, tapi aku merasa kalau ada beberapa toko yang bisa menjualnya dengan setengah harga ....)

Uang yang dihabiskan untuk kue-kue ini lebih dari sekadar porsi makan normal, dan hati Masachika mulai merasa ragu.

“Kuze-kun, apa kamu sudah membuat pilihanmu?”

“Hah? Ah, ya ....”

Masachika menjawab Alisa dengan anggukan kepalanya. Kurasa, aku akan memesan kue cokelat dan es kopi saja, begitulah pikir Masachika .... kemudian Ia hampir meragukan pendengarannya setelah mendengar rentetan pesanan Alisa.

Umm, aku mau pesan kue spons mentega, kue cokelat dan kue tar buah musiman, ohh crepe mille dan krim cheesecake juga, untuk minumannya, aku memilih latte.”

Dia tidak memesan satu doang ...!?

Masachika langsung bergidik ngeri. Tidak, seseorang tidak bisa tertipu dengan jumlah kuenya. Terlebih lagi dengan pilihan minumannya, itu buruk, sangat buruk sekali.

Alisa tidak bermaksud menetralisir kadar gula sama sekali, dan hanya mendengar pesanannya saja akan membuat siapa pun merasa merinding. Senyum karyawan yang menerima pesanannya juga terlihat sedikit berkedut saat mendengar pesanan Alisa.

“Dan kamu sendiri bagaimana, Kuze-kun?”

“Ah, iya .... kalau begitu, aku cuma ingin kue coklat ini dan es kopi.”

“Hmm...? Kamu cuma memesan satu saja? apa itu cukup buatmu?”

“..... Lebih dari cukup.”

Alisa menatapnya dengan wajah keheranan.

Tidak, biasanya satu saja sudah cukup, ‘kan? Dan paling banyak cuma dua, ‘kan? Masachika diam-diam menggumamkan itu dalam hati dan mengangguk kepalanya.

Segera setelah itu, pelayan menyerahkan nampan yang berisikan kue pesanan dan minuman mereka ... dan tentu saja, mereka tidak bisa memuat gelas di atas nampan yang sudah berisikan 5 kue, jadi nampan Masachika berisi dua gelas.

(Jadi itu melebihi batas kapasitas dalam satu nampan, ya ....?)

Namun, Alisa tidak keberatan dan berkata kepada Masachika, “Apa kamu bisa membawakan minumanku juga?” dan menuju ke kursinya. Pengunjung wanita di toko tersebut menatap tercengang ke arah Alisa, entah itu karena kecantikannya atau karena jumlah kue yang dibawanya. Kurasa mungkin karena kedua-duanya, pikir Masachika.

“Umm, kalau begitu .... Mari bersulang~?”

“... Bersulang.”

Saat mereka berdua duduk di kursi kosong yang tersedia, mereka mendentangkan gelas mereka dengan lembut dan mulai menikmati kue dengan garpu.

“Mmm, enak.”

Ia tidak tahu apa itu karena harganya yang sesuai, tapi kue coklat yang dipesan Masachika meleleh di lidahnya, meskipun kemanisannya tidak bisa ditoleransi. Kue lezat ini akan membuat siapa pun merasa kenyang dan puas ..., tapi Alisa yang duduk di depannya, terus-menerus memasukkan kue itu ke dalam mulutnya.

(Perutku sudah merasa mulas hanya dengan melihatnya makan sebanyak itu ....)

Alisa secara bergantian mencicipi satu gigitan dari masing-masing lima kue yang dipesan, dan kemudian senyum penuh kebahagiaan menghiasi wajahnya. Walaupun senyum di wajahnya sangat indah dan menghibur siapa pun yang melihatnya. Hanya menatapnya saja sudah meninggalkan rasa manis di mulut seseorang.

Tetapi apa yang akan dipikirkan Alisa saat Masachika memandangnya seperti itu. Dia berkedip saat menyadari kalau Masachika sedari tadi menatapnya, lalu menatap kue di hadapannya dan tersenyum jahat. Masachika yang memandang senyum itu mendapat firasat buruk.

“Kamu mau mencobanya?”

Firasatnya langsung menjadi kenyataan. Untuk beberapa alasan, Alisa tampaknya sangat agresif hari ini.

Alisa lalu memotong kue dan kemudian mengulurkan tangannya dengan garpu untuk mencoba memberikannya kepada Masachika. Wajah Masahika berkedut, dan meski pemandangan gadis-gadis kampus dan para mamah muda di sekelilingnya terasa menyakitkan seolah-olah mereka berkata “Ara~ara~♪”, jika Ia menolak sekarang, dampaknya bakal lebih parah lagi. Oleh karena itu, Masachika menyerah untuk menolaknya dan membuka mulutnya.

Kemudian, sambil berusaha untuk tidak menyentuh garpu, Masachika membuka mulutnya dan mengambilnya, mengunyah kue itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Rasanya enak.”

Mulutnya terasa manis dalam banyak artian, tapi tentu saja, Masachika takkan mengatakannya dengan keras. Kemudian, saat Ia ingin melanjutkan memakan porsinya sendiri ....

“Jadi, apa kamu mau mencoba semua kue yang ada di nampan ini?”

Alisa terus melanjutkan serangannya! Menurut situasi, tidak peduli bagaimana Ia memikirkannya, Masachika akan menerima lima serangan glukosa berturut-turut!

Masachika membuka mulutnya dalam situasi apa pun, dan Alisa memberinya kue satu per satu. Sederhananya, rasanya manis. Terlalu manis. Manisnya sangat legit ....

(Kalau dipikir-pikir lagi, aku pernah secara tidak langsung memaksanya memakan makanan pedas ....)

Jadi ini yang dinamakan karma, ya, pikirnya. Ia diam-diam memakan kuenya sembari memikirkan itu. Di hadapan Masachika, Alisa bergumam.

Rasanya menyenangkan~

Dia menggumamkan sesuatu seperti itu dengan ekspresi yang benar-benar bahagia.

 


 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama