Hanayome wo Ryakudatsu Jilid 2 Selingan 4 Bahasa Indonesia

 

Selingan — Bagian Mantan Tunangan 3

 

Panasss banget~, Minato-kun~.” 

Sebentar lagi kita sampai, bersabarlah sedikit.

Minato dan Himeno berjalan menuju tujuan mereka dengan membawa banyak barang bawaan di bahu mereka, mengalirkan keringat besar di bawah sinar matahari yang membakar kulit.

Kapan sih kita sampai?

“Tuh, lihat, kamu sudah bisa melihatnya di sana. 

Eh?

Di tempat yang ditunjuk Minato, terdapat hotel besar yang menunggu mereka. Itulah tujuan mereka. 

Setelah melihat iklan lowongan kerja resor yang masuk ke dalam kotak pos, mereka segera mendaftar dan berhasil setelah menyelesaikan wawancara telepon sederhana. 

Karena lokasi resor yang jauh, biasanya wawancara dilakukan melalui telepon, bukan tatap muka. Pihak hotel tidak mencari orang dengan pengetahuan atau pengalaman khusus, mereka hanya membutuhkan banyak tenaga kerja, jadi prosesnya sederhana. Kali ini, hal tersebut berhasil untuk mereka. 

Minato merapikan barang bawaan yang hampir jatuh dari bahunya dan melanjutkan langkahnya tanpa bicara. 

Di bawah terik pancaran sinar matahari, mereka berganti kereta dan berjalan kaki dari stasiun terdekat ke hotel. Kesehatan Minato sudah memburuk karena ia dalam kondisi lingkungan yang buruk. Ia ingin menghindari pembicaraan yang tidak perlu agar tidak menghabiskan lebih banyak tenaga. 

 

◇◇◇◇

 

Sejuk sekali ya.

Ah, angin AC-nya terasa nikmat. 

Pekerjaan resor ini menyediakan asrama bagi karyawannya. Ketika mereka tiba di hotel, mereka dibawa ke kamar yang sebagian besar diisi dengan ranjang susun, dilengkapi dengan fasilitas dasar untuk kehidupan sehari-hari

Meski ada sedikit bau lembap, tetapi di sana tersedia listrik ada dan AC. Kamar mandi dan toilet bersifat bersama, tetapi masih dalam batas toleransi dibandingkan dengan tempat tinggal sebelumnya. Selain itu, karena mereka tinggal di sana, tidak ada biaya sewa yang perlu dikeluarkan, jadi mereka tidak bisa mengeluh. 

Sebelum mulai bekerja, Minato sudah mengosongkan tempat tinggal sebelumnya karena ia tidak bisa terus membayar sewa saat tidak ada di sana. 

Dirinya berpikir bahwa setelah periode kerja selesai, ia bisa bekerja di tempat lain dan berpindah-pindah, sehingga bisa menabung dengan cara itu. 

Katanya kita baru bisa mulai bekerja besok, jadi mari kita bersantai-santai hari ini.

“Nee~, ayo ke pantai! Aku mau foto-foto!

Kita baru saja sampai di sini dan aku sangat kelelahan. Lagipula, kita tidak kerja setiap hari. Kita bisa melakukannya nati saat mendapat hari libur, jadi hari ini kita beristirahat saja.

Mendengar pendapat Minato, Himeno mengangguk sambil menunduk. 

Ah! Ngomong-ngomong, katanya pantainya lumayan dekat, ya? Apa kita bisa melihatnya jika membuka jendela?

Karena hidup dalam kondisi sangat miskin, Himeno hanya bisa bolak-balik antara rumah dan tempat kerja, jadi dia sangat bersemangat untuk pergi jauh dan membuka jendela, tetapi yang terlihat hanyalah pepohonan yang suram dan tidak ada laut di depannya

Jika itu adalah kamar untuk tamu, kamar tersebut pasti dirancang agar menghadap ke laut, tetapi asrama karyawan berada di belakang hotel, jadi mana mungkin mereka bisa mendapatkan pemandangan itu. 

“Kyaah! Se-Serangga!

Wah, apa sih yang kamu lakukan? Cepat tutup jendelanya! 

Minato-kun, tolong bantu!

Jangan lempar barang sembarangan, aduh! 

Himeno seketika panik ketika ada serangga yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan melempar barang-barang sembarangan. 

Sambil menghadapi serangga yang masuk, Minato juga kehabisan tenaga untuk membereskan ruangan setelah gangguan dari Himeno. 

 

◇◇◇◇

 

“Oi, pemula! Bagaimana bisa jadi begini?!

Eh? Aku sudah melakukannya dengan biasa, makanya jadi begini! Apa ini luar biasa? 

Tidak! Ini sama sekali tidak baik. Ah, seprainya jadi berantakan. Jika begini, kita tidak akan sempat untuk check-in tamu!

...Maaf.

Setelah beberapa hari memulai pekerjaan di resor, Himeno bertanggung jawab atas membersihkan kamar tamu

Meskipun dia sudah diajari cara merapikan tempat tidur dengan hati-hati berkali-kali, dia tidak menunjukkan tanda-tanda kemajuan. 

Selain itu, Himeno telah ditugaskan untuk berbagai pekerjaan. Saat bekerja di bagian front office, cara bicaranya membuat tamu kesal, dan saat bekerja di bagian restoran, dia menjatuhkan makanan dan merusak peralatan. Dia menyadari bahwa dia tidak mahir dalam pelayanan pelanggan, jadi dia bekerja di pembersihan, tetapi hasilnya tetap sama saja

Apa benar bahwa kamu dipindahkan ke sini karena tidak ada yang mau menerimamu? Meskipun pihak Ichinose Shoji ada di sini... kita tidak bisa berlama-lama di sini. 

Kepala pembersihan menggerutu pahit sebelum bertanya kepada Himeno. 

Apa yang kamu kuasai? 

“Aku sangat mahir memasak!

Apa iya? Kepala pembersihan menatap Himeno dengan curiga. 

Namun, karena keinginan untuk segera menjauh darinya, dia meminta manajer hotel untuk memindahkan Himeno. 

 

◇◇◇◇

 

Wow, senangnya bisa bekerja di tempat yang bisa melihat laut. Aku harus foto-foto dan mengunggahnya!

Keesokan harinya, Himeno sudah berada di rumah pantai. 

Setelah mendengar bahwa dia mahir memasak, manajer yang mengawasi pekerjaan paruh waktu berpikir untuk menempatkannya di staf dapur, tetapi karena menu di dapur restoran hotel banyak, dia khawatir akan mengganggu dan menurunkan penilaian hotel, jadi rencananya ditolak dalam pikirannya.

Dan yang tersisa hanyalah rumah pantai. Meskipun tidak disebutkan secara publik, rumah pantai ini dioperasikan oleh perusahaan yang mengelola hotel. 

Menu di rumah pantai lebih sederhana dibandingkan dengan dapur hotel, dan kualitas rasanya tidak terlalu dipertanyakan. Jika terjadi sesuatu, paling tidak bisa diatasi dengan mudah. 

Bagi Himeno, itu adalah benteng terakhir untuk pekerjaan paruh waktu. 

Dengar, karena jam kerja sudah dimulai, jangan terus-menerus bermain ponsel.”

Baik. 

Himeno yang sedang mengambil foto suasana rumah pantai dan pantai dengan ponselnya, terpaksa menyimpannya di saku. 

“Ampun dah. Baiklah, hanya saat bertukar kontak dengan pria, aku akan memaafkanmu jika kamu mengeluarkan ponsel.

Aku sudah memiliki suami yang sudah berjanji setia padaku, jadi tidak masalah.

“Wkwk, cinta sejati, ya...

Staf wanita yang memiliki kulit kecokelatan dan rambut dengan highlight tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Himeno dan membalikkan badan. 

Kamu anak yang menarik.

“Aku sering dibilang begitu! 

Himeno yang menganggap sindiran itu sebagai pujian tersenyum bahagia. 

Apa-apaan sih dengan gadis ini? Mari kita jelaskan pekerjaan dulu. Di sini ada menu seperti es serut, yakisoba, sosis, dan makanan panggang. Es serut hanya perlu memarut es dan menuangkan sirup, yang lainnya hanya dibakar di atas teppan. Mudah, kan? Pemula, kamu akan bertanggung jawab untuk yakisoba.

“Cuma Yakisoba? Padahal aku ingin mencoba masakan yang lebih sulit... Tapi baiklah!

Himeno menjawab dengan penuh percaya diri, meskipun tidak jelas dari mana kepercayaan diri itu berasal. 

Otaku-kun, kamu mau pesan apa? 

“Sepertinya di sini ada banyak menu pilihan seperti cumi dan jagung bakar, tetapi yakisoba tidak boleh dilewatkan! Rasa saus yang dimakan di luar itu luar biasa!

Itu bagus, kalau Miu sih ingin es serut. Mari kita beli yang warnanya sama dengan warna rambut kita." 

Itu ide yang bagus, Miu!

Kalau Nakamura-san dan yang tidak keberatan dengan itu, tapi rambutku dan Sensei berwarna hitam, jadi bagaimana?

Ah, ada yang hitam manis!

Namanya memang ada hitamnya, tetapi warnanya cokelat, ya?

Tidak masalah, itu semua soal perasaan!

Seorang pria dan dua wanita yang tampak seperti pelajar SMA sedang berdiskusi dengan ceria di depan toko tentang apa yang akan mereka pesan. 

Selamat datang. Kalian mau pesan apa?

“Kami mau pesan es serut stroberi, lemon, dan persik masing-masing satu, dua hitam manis, bakso cumi, jagung bakar, sosis, dan dua porsi yakisoba, ya!

Baik, totalnya empat ribu delapan ratus yen.

Setelah membayar, pelayan mencatat pesanan mereka

Baik, ini saatnya untuk menunjukkan kemampuamu,n Himeno.

Setelah menerima pesanan, Himeno dengan cekatan menata bahan makanan di atas teppan dan mulai memasaknya. 

Selesai!

Eh, pemula. Memangnya kami memiliki yakisoba tinta cumi?" 

Tinta cumi? Apa maksudmu? Ini yakisoba saus biasa.

Tapi Yakisobanya kelihatan terlalu hitam...

Memangnya itu bisa disebut masakan jika mie dan sayuran semuanya berwarna hitam? 

Staf rumah pantai yang meragukan hasil masakan itu dengan hati-hati mencicipi satu suap. 

Ugh! Apa-apaan ini!? Ini sih bukan tinta cumi, tetapi terlalu gosong!?

Staff tersebut menunjukkan kemarahan kepada Himeno dan meminta untuk mengulanginya, tetapi hasilnya tetap sama.

Menu lainnya sudah siap, tetapi yakisoba tidak dapat disajikan dengan kualitas yang dapat diterima oleh pelanggan, sehingga staf yang kesal mengambil alih dan memasak untuk menyelesaikan situasi tersebut.

 

◇◇◇◇

 

Minato-kun, dengerin ini deh.

Ada apa?

Setelah kembali ke asrama, Himeno langsung berbicara kepada Minato. 

Ternyata tidak ada lagi tempat untukku bekerja.

Eh? Memangnya apa yang sudah kamu lakukan?

Aku tidak melakukan apa-apa. Aku hanya berusaha bekerja keras.

...Hah.

Himeno menunjukkan ekspresi cemberut dan bersikas kalau dirinya tidak melakukan kesalahan apa-apa untuk membela diri, tetapi Minato bisa dengan mudah membayangkan alasannya. 

Sangat sulit bagi putri manja yang tidak memiliki kemampuan dan tidak tahu norma-norma untuk bekerja. 

Ngomong-ngomong, bukannya ini aneh?

Aneh apaanya?

Keluhan Himeno terus mengalir tanpa henti. Mungkin ini adalah kelemahan Minato yang jatuh cinta padanya. 

Yakisoba di rumah pantai dijual 800 yen, kan? Tapi gaji per jam kita 1200 yen, bukannya itu terlalu rendah! Jika kita menjual dua porsi, gaji kita akan terlampaui!

“Ada yang namnya biaya bahan, sewa, dan banyak hal lainnya, jadi memang seperti itu.

Eh? Minato-kun, kamu tidak mendukungku?

Aku tidak tahu harus mendukung apanya... Yah.

Bahkan Minato yang biasanya tenang pun terkejut dan tidak bisa melanjutkan. 

Kalau begitu, kalau tidak ada tempat kerja, kamu mau bagaimana?

Mereka bilang aku harus keluar dari asrama. Ayo, cepat pergi dari tempat ini.

Aku akan tetap di sini.

Tentu saja, Himeno yang berpikir untuk pulang bersama dan menjalani kehidupan yang berbeda tidak percaya dengan pendengarannya. 

“Lalu aku harus bagaimana?

Pulang saja sana.

Eh?

Aku bilang pulang!

Minato tidak bisa menahan diri dan berteriak. Dirinya telah kehilangan segalanya dan hidup bersama Himeno, tapi pada akhirnya Minato sudah mencapai batasnya. 

Setelah keluar dari lingkungan yang buruk dan mulai mendapatkan pekerjaan tanpa merasa cemas tentang masa depan, Minato berusaha untuk melepaskan orang yang dicintainya meskipun ia tidak bisa memberi kehidupan yang layak. 

“Memangnya akhu harus pulang ke mana? Bukannya kamu sudah mengosongkan apartemen, ‘kan!

Aku tidak tahu. Ada pepatah yang bilang, 'yang tidak bekerja tidak boleh makan,' dan jika kamu bekerja dengan baik, semua ini tidak akan terjadi, kan? 

“It-Itu bohong ‘kan... Minato-kun, tolong katakan sesuatu! Apa perasaan cinta kita bukan cinta sejati?

Himeno yang bergantung padanya, ditolak Minato tanpa mengubah ekspresi wajahnya. 

Jangan... jangan bilang begitu...

Suara tangisan Himeno yang menyedihkan dan hampa bergema di dalam ruangan asrama kecil.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama