Kimizero Jilid 10 Bab 4 Bahasa Indonesia

Chapter 4

 

Meskipun aku bertemu Luna setiap hari, tetapi karena persiapan pernikahan, pindahan, dan pertemuan dengan teman-teman sebelum keberangkatan, kami sulit untuk menemukan waktu berdua yang tenang. Di tengah semua itu, dua hari sebelum pernikahan, keluhan Luna akhirnya meledak.

“Ah! Aku sudah tidak bisa menunggu lagi!

Semua itu terjadi dalam pejalanan pulang dari tempat pernikahan setelah menyelesaikan pesan di kartu tempat duduk.

“Ada apa?”

Waktu sekarang menunjukkan pukul tiga sore. Di sebuah gang tenang di Omotesando, Luna menjawab pertanyaanku.

“...Ryuuto, apakah kamu punya waktu sampai pagi besok?”

“Eh? Iya...”

Sampai hari ini, aku memang sibuk dengan banyak hal, tetapi berkat itu, semua yang perlu dilakukan sebelum pernikahan seharusnya sudah selesai.

“Aku juga sama. Aku akan pergi ke tempat Nikoru besok sore, kan? Sampai saat itu, aku punya waktu.”

Kami sudah membuat janji untuk perawatan di salon kuku Yamana-san besok. Yamana-san sedang mempertimbangkan untuk menawarkan rencana kursus pernikahan untuk pasangan yang akan menikah, dan ini adalah pengalaman ujicoba untuk itu.

“Iya. Aku juga tidak punya rencana sampai saat itu.”

“Kalau begitu...”

Setelah mengatakan itu, Luna merentangkan tubuhnya dan membisikkan sesuatu ke telingaku.

“Bagaimana kalau kita pergi ke hotel cinta...?”

Ho-Hotel...!?”

Jantungku berdebar kencang dan seketika pikiranku menjadi berwarna pink. hotel cinta...! Tempat legendaris di mana pasangan datang hanya untuk melakukan hal-hal intim...! Hari di mana aku akan menginjakkan kaki di tempat seperti itu akhirnya tiba.

Dengan jantung berdebar, aku mengangguk.

“Ba-baiklah...”

Aku bisa memberi tahu orang tuaku bahwa malam ini aku akan menginap bersama Luna, jadi tidak masalah. Kami sudah diakui sebagai pasangan suami istri oleh kedua keluarga kami.

“Ufu, hore~

Luna tersenyum bahagia dan melingkarkan tangannya di lenganku. Aku merasakan elastisitas dadanya di siku, dan berusaha menahan tawa.

“...Ki-Kita mau ke mana?”

“Ufufu, ada tempat yang ingin aku kunjungi~ Mau ikut?

“Iya...!”

Dan begitulah, aku mengikuti Luna dan naik kereta.

 

◇◇◇◇

 

Dan kemudian, kami akhirnya tiba di tengah-tengah wilayah Kabukicho.

Suasana Kabukicho terlihat begitu ramai dengan wisatawan menjelang malam. Ketika langitnya mulai menjadi sedikit lebih gelap, mungkin akan muncul suasana yang agak mencurigakan.

Luna melihat aplikasi peta dan kami sampai di tujuan.

“Eh? Bukannya ini karaoke?”

Kami menemukan sebuah bangunan yang tampak seperti bar karaoke terkenal yang menawarkan suasana resor Bali, dan aku memastikan kepada Luna.

“Bukan. Ini hotel cinta. Tapi hotel ini bagian dari jaringan yang dengan tempat karaoke.”

“Eh, masa!?”

“Iya. Kita juga bisa menikmati hidangan Honey Toast yang sama di sini.”

“Begitu ya...”

Meskipun aku merasa terkesan ketika mengetahui bahwa tempat karaoke bisa melakukan hal seperti itu, tapi aku juga sedikit merasa takut dengan pengetahuan Luna yang mendalam.

“...Maaf ya, karena aku baru pertama kali ke hotel cinta... mungkin ada banyak yang tidak aku ketahui...”

Aku sudah beberapa kali ingin pergi mengunjungi hotel cinta sejak mulai berkencan dengan Luna, tetapi akhirnya kami segera mulai tinggal bersama, jadi ini adalah pertama kalinya aku masuk ke hotel cinta.

Luna pasti pernah datang ke sini dengan mantan pacarnya saat SMA... jangan-jangan dia juga pernah melakukannya di sini...? Memikirkan hal itu membuatku merasakan sedikit rasa canggung dan kecemburuan, sesuatu yang sudah lama tidak aku rasakan.

Ah, iya. Tapi ini juga pertama kali bagiku, lho?

Eh!?

Aku terkejut mendengar jawaban Luna.

“Ma-Masa?

Iya. ...Sebelum pacaran dengan Ryuuto, aku biasanya pergi ke rumah salah satu dari kami saat orang tua tidak ada.

Luna menjelaskan dengan senyum pahit. Memang, dia mengajakku ke rumahnya di hari pertama kami berkencan, dan kupikir itu mungkin lebih alami bagi pelajar SMA yang tidak punya uang.

Ta-Tapi, aku merasa kamu sepertinya sudah tahu banyak tentang hotel cinta sejak SMA... Seperti, 'Nikoru dan yang lainnya mau pergi ke hotel mana ya? Mungkin aman di Shibuya?' kan?

Itu terjadi saat kami berkencan ganda dengan Sekiya-san dan Yamana-san di akuarium. Pada akhirnya, Yamana-san tidak melakukannya Sekiya-san.

Eh, apa aku bilang begitu? Dan tentang hotel cinta, bukannya semua orang tahu kalau di Shibuya ada banyak, kan?

Eh, b-begitu?”

Yah, mungkin itu benar. Bagaimanapun juga, semua ini hanya asumsi dari diriku. Setelah tahu bahwa Luna juga baru pertama kali mengunjungi hotel cinta, aku merasa lebih percaya diri.

“Aku mencari hotel di sini karena pengen berduaan dengan Ryuuto, katanya sambil tersenyum malu dan mengembungkan pipinya.

Soalnya, aku sama sekali tidak bisa mesra-mesraan dengan Ryuuto! Padahal kita sudah lama tidak bertemu!

Jadi begitu.

Senang rasanya mengetahui bahwa bukan hanya aku yang merasa gelisah. Akhirnya, kami masuk ke love hotel yang mirip dengan tempat karaoke. Begitu masuk, resepsionisnya jelas-jelas terlihat seperti di tempat karaoke.

Aku masih ragu apakah ini benar-benar hotel, tetapi saat berdiri di depan kasir bersama Luna, petugas berkata,

Apa Anda ingin istirahat atau menginap?

…………

Untuk menginap!

Saat aku tidak bisa menjawab karena gugup, Luna lah yang menjawab.

Baiklah. Saat ini kami memiliki beberapa kamar yang tersedia, Anda ingin memilih yang mana?

Yang itu saja!

Luna menjawab dengan ceria. Di layar LCD yang terpasang di kasir, foto dan harga kamar ditampilkan, tetapi karena ini adalah hotel cinta pertamaku, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Baiklah, silakan periksa nomor kamar Anda. Kamar dapat diakses melalui lift di sana.

Kami dipandu dengan lancar dan menerima kunci kartu.

En-Entah kenapa, rasanya sangat berbeda banget dari yang aku bayangkan tentang hotel cinta... Jendela resepsionis setengah tertutup sehingga tidak terlihat petugasnya, dan kupikir kita harus pilih kamar sendiri lewat layar sentuh...

Entah kenapa, itu mengingatkanku pada sebuah gambaran yang pernah kudengar.

“Tempat semacam itu juga memang ada, ‘kan? Di sini malah terlihat seperti hotel biasa!

Seperti yang dikatakan Luna, beberapa pasangan lain juga datang satu per satu, mengantri dengan normal untuk check-in di resepsi. Termasuk petugas, tidak ada yang tampak canggung. Rasanya benar-benar terlihat seperti hotel biasa.

“Bahkan ada fasilitas prasmanan juga!

Saat aku melihat ke arah yang ditunjuk Luna, ada area seperti prasmanan di samping resepsi. Yang ada di atas piring bukanlah makanan, melainkan produk perawatan kulit dan perlengkapan menginap. Sepertinya kita bisa mengambil apa yang kita butuhkan dari berbagai jenis yang tersedia.

Ayo kita coba!

Eh, hah!?"

Karena merasa malu, aku ingin segera ke kamar. Lagipula, ada beberapa pasangan di depan ‘prasmanan amenitas, apakah mereka tidak merasa malu?

Jika seorang pria dan seorang wanita datang ke hotel seperti ini bersama-sama, mungkin berarti mereka akan melakukan hubungan intim di dalam kamar itu mulai sekarang....

Hayo, cepat~”

Saat aku bingung dan terdiam, Luna menarik tanganku dan membawaku ke sana.

Aku mau ambil garam mandi~ Kira-kira enaknya warna apa ya?

Luna terlihat ceria saat memilih produk mandi.

…………

Aku merasa malu melihat pasangan lain dan diperlakukan sama seperti mereka, jadi aku hanya melihat sekeliling dengan kebingungan karena tidak tau harus melihat ke mana.

“Umm, Luna, ayo pergi ke sana...

Saat aku menunjuk ke arah yang masih sepi, Luna melihat ke sana dengan mata berbinar.

Ah, ada bar minuman! Itu juga harus kita ambil!

Seraya membawa garam mandi di tangannya, Luna berkata dengan penuh semangat sambil menarikku lagi.

Persis seperti yang dikatakan Luna, di sana memang ada bar minuman.

Wah, keren banget, ada alkohol juga! Mumpung ada kesempatan begini, aku mau ambil sedikit anggur putih. Ryuuto mau yang gimana?

“Ka-Kalau begitu, aku juga... sedikit saja.

Ketika aku berpikir jika ini gratis untuk para tamu yang menginap, rasanya sangat disayangkan jika aku tidak mengambilnya.

“Menakjubkan banget! Rasanya sangat autentik sekali!

Luna menuangkan anggur ke dalam gelas plastik dari wadah yang terlihat seperti tong anggur dengan keran.

Ini untukmu, Ryuuto~ .

Ah, terima kasih...

Aku masih merasa canggung dan gelisah melihat sekeliling. Setelah mendapatkan garam mandi dan anggur, kami menuju kamar.

Aku dibuat semakin terkejut saat naik lift dan melihat informasi yang dipajang di dalam gedung.

Eh, ada kolam kaki dan sauna batu juga...!?

“Wahh, aku jadi mau mencobanya! Tapi sepertinya sauna batu akan panas, jadi mungkin kita coba kolam kaki dulu?

Eh, ki-kita mau pergi?

Ayo! Setelah kita menaruh barang di kamar!

…Ba-Baiklah

Rasanya sangat tidak biasa bagi pasangan yang akan berhubungan intim... atau mungkin pasangan yang baru saja selesai berhubungan badan, berkumpul di area bersama dan saling menunjukkan kebahagiaan mereka, dan hal itu membuat orang-orang seperti aku yang pemalu merasa canggung.

“Asyik! Aku jadi sangat menantikannya!

Luna bersorak dengan suara ceria, dan melihatnya seperti itu membuatku merasa, ya sudah, mungkin kita bisa mencobanya... sambil berdebar-debar.

 

◇◇◇◇

 

Setelah memasuki kamar, aku akhirnya merasa terbebas dari perhatian orang lain dan bisa bernapas lega. Di dalam kamar, aku terkejut melihat betapa bersih dan mewahnya tempat ini.

Interior bergaya Asia dengan perabotan berwarna cokelat tua, dan linen serta kain berwarna putih dan merah. Meskipun karena berada di pusat kota, ukuran kamarnya cukup kecil, tetapi kesan bersih dan stylishnya sangat kuat.

Wah, cantiknya! Kamarnya bergaya Bali, bikin semangat! Mungkin bisa jadi latihan imajinasi untuk kehidupan di Indonesia nanti

“Hebat sekali...bahkan tempat tidurnya dilengkapi kanopi juga.

Meskipun aku tinggal di Indonesia, aku tidak hidup di kamar resor seperti ini. Mungkin karena aku bukan di Bali?

Ada televisi di kamar mandi dan bunga juga! Keren!

Luna berteriak saat membuka pintu kamar mandi, dan aku ikut melihat-lihat. Hanya satu bunga, tetapi ada bunga segar berwarna ungu dan putih yang diletakkan di atas kursi mandi.

“Luar biasa banget...

Itu bunga anggrek, kan? Cantik banget! Bikin semangat! Padahal hal ini tidak ada di blog yang aku baca!

Kamu mencarinya di blog?

Iya. Seperti laporan pertemuan khusus gadis-gadis. Jika ada hotel cinta yang bisa digunakan untuk pertemuan cewek, tempatnya pasti bersih, kan? Karena ini pertama kalinya aku pergi ke hotel cinta dengan Ryuuto, aku ingin membuat kenangan indah di tempat yang bersih...

Luna tampak tersipu malu saat dirinya berkata begitu, dan dia terlihat sangat imut dengan pipinya yang memerah, pemandangan itu membuat jantungku berdebar-debar.

Sekarang kami berada di ruang pribadi berdua... tanpa harus khawatir tentang pandangan orang lain, aku bisa berinteraksi dengan Luna.

Setelah menyadari hal itu, aku dengan lembut memeluk bahunya.

Aromanya tercium.

Hangat, lembut, dan memberikan perasaan bahagia.

Ah, jangan dulu, kita harus pergi ke kolam kaki..."

Luna tersenyum dan berkata sambil melingkarkan lengannya di punggungku.

“... Apa kita tidak bisa melakukannya nanti? Kita menginap sampai pagi, kan?

Kalau begitu, bagaimana dengan minuman anggurnya? Kapan kita minum?

Itu juga nanti...

Bagaimana dengan mandi...?

...Kalau itu sih mungkin kita bisa melakukannya sekarang.

Setelah menjawab, aku mengendurkan pelukan dan saling bertatapan dengan Luna Dan saat itu, aku tidak bisa menahan diri lagi.

Melihat mata Luna yang sayu dan pipinya yang sedikit memerah, hasrat yang selama ini kupendam mulai muncul.

“Kalau gitu, sebentar saja ya...?

Luna membuka bibirnya yang menggoda seolah mengundang dan mendekatkan wajahnya padaku.

Ya...

Aku berpikir mungkin sebentar itu tidak mungkin, tetapi aku terpesona dengan bibirnya.

Bibirnya yang berwarna tint seperti permen manis, mengeluarkan aroma seperti permen Amerika, dan aku mencium bibirnya berulang kali.

...Nmmm, tunggu, Ryuuto...!

Luna mengeluarkan suara desahan lembut yang terlihat bingung, lalu menjauhkan wajahnya.

Aku ingin mandi, tapi kalau sudah kebelet banget...

Dengan berkata begitu, dia memelukku erat, membuatku merasa berdebar-debar.

“Ayo melanjutkannya di kamar mandi...?

Dia mengatakannya dengan tatapan menggoda, hal itu semakin membuatku terangsang.

...Ya...

Kami pun pindah ke dalam kamar mandi, dan mulai melepaskan pakaian masing-masing dengan tangan yang saling terjalin.

 

◇◇◇◇

 

Merasakan sinar mentari pagi yang memenuhi ruangan, aku membuka mataku sambil mengerutkan dahi karena silau.

Tirai renda putih yang terlihat dari balik kanopi bersinar menerangi ruangan. Aku begitu kelelahan setelah bercinta berkali-kali dan tampaknya tidak menutup tirai kedap cahaya saat tidur.

…………

Di dalam hotel cinta pertama kami, setelah sekian lama kami saling berpelukan... semalam kami benar-benar terbakar nafsu birahi yang begitu besar.

Aku senang bisa mengalami hal pertama kali bersama Luna. Rasanya senang juga karena Luna sendiri yang mencari informasi dan mengajakku. Di atas tempat tidur yang luas, Luna tidur di sampingku.

……Uuh… silau banget

Pada saat yang sama, Luna mengerutkan dahi.

Ryuuto~! Silau tau…!

Luna berguling dan memelukku dari belakang, berusaha bersembunyi.

Maaf, aku lupa menutup tirai.

Aku juga lupa~

Luna bercanda sambil mengelus dadaku.

Ahaha...

Aku tertawa karena merasa geli, lalu berbalik menghadap Luna.

Luna yang terlihat sedikit lebih muda tanpa riasan, menatapku dengan senyuman yang cerah.

Selamat pagi

Dengan berkata demikian, dia melompat ke dadaku dan memelukku erat.

Nnmmm~..."

Saat aku memeluknya, Luna mengeluarkan suara desahan. Kemudian, seolah menyadari sesuatu, dia mengangkat wajahnya.

...Padahal kita sudah melakukan beberapa kali semalam, tapi kamu masih bersemangat ya?

Dia tersenyum nakal, membuat wajahku memerah karena malu.

Karena masih pagi...

Oh, begitu ya.

Sambil tertawa, Luna tiba-tiba melompat ke atas tubuhku.

...Jadi, mau melakukannya seronde lagi?

Dengan ekspresi provokatif yang menatapku, aku tidak bisa lagi melawan godaannya.

 

◇◇◇◇

 

Dengan waktu tersisa 30 menit hingga waktu check-out, kami bergegas menuju pemandian kaki di atap.

“Duhh~ padahal masih ada banyak waktu, kenapa jadi begini?

…Maaf ya, karena masih muda…

Enggak… aku juga menginginkannya... maaf

Bahkan di dalam lift menuju atap, kami akhirnya saling bermesraan karena cuma ada kami berdua saja.

Setelah sampai di lantai atas, aku membuka pintu dengan kartu kunci yang diberikan di resepsi, dan di atap terdapat bak mandi kaki yang terinspirasi dari gaya Bali. Ada juga sudut teras dengan meja dan kursi, sepertinya bisa minum sambil menikmati pemandangan Shinjuku.

Ada tiga bak mandi kaki, dan karena tidak ada orang lain, kami bisa memilih mana saja yang kami suka.

'Mandi Lavender' dan 'Mandi Aroma Hutan' keduanya terlihat bagus, tapi… 'Ikan Estetika' itu apa ya? Aku jadi penasaran!

Luna berkata demikian dengan ceria, dan kami menuju ke tempat 'Ikan Estetika'. Ketika kami membuka tutup untuk menjaga suhu, banyak ikan kecil berenang di dalam bak mandi kaki.

Eh, apaan ini!? Apa yang terjadi kalau kaki kita dimasukkan?

Karena namanya estetika, mungkin kulit akan menjadi halus karena zat yang dikeluarkan ikan?

Kalau begitu, bukannya lebih baik menggunakan airnya saja setelah ikannya masuk?

“Kurasa itu ada benarnya juga.

Sambil berbincang-bincang, aku dan Luna duduk di kursi bak mandi kaki dan melepas alas kaki.

Siap, satu dua tiga!

Dengan seruan Luna, kami berdua memasukkan kaki ke dalam bak secara bersamaan.

Mm…?

Aku merasakan sentuhan ikan di kakiku.

Seketika berikutnya.

Mm… ah… aaah!

Luna mengeluarkan suara erangan manja dan mulai menggeliat.

…!

Aku juga berusaha menahan suaraku.

Apa-apaan dengan sensasi geli ini?

Ketika aku melihat ke dalam bak, ikan-ikan itu berkumpul di kaki kami dan mulai menyentuh kulit kami dengan mulut mereka.

Eh!?

Aku segera mencari Ikan Estetika di ponselku dengan panik. Fakta mengejutkan akhirnya muncul.

“Ikan ini disebut Ikan Dokter, katanya mereka memakan sel-sel kulit mati manusia…!?

Eh!? Jadi, kalau begitu, aku sedang dimakan sekarang…!?"

Luna terkejut dan kembali menggeliat.

Mm… mm… ah… aaah!

Suara erangannya yang menahan geli dan gerakannya yang menggoda membuatku semakin terangsang.

Ehm, Luna, jangan bersuara seperti itu di sini…!

Karena ini merupakan ruang umum, aku mulai panik jika ada pria lain yang mendengar.

Kalau begitu, aku berhenti deh…

Luna yang hampir menangis karena geli mengangkat kakinya, dan di belakangnya, aku melihat bayangan seseorang.

Sepertinya ada pasangan yang kembali dari ruang teras menuju pintu keluar. Kami langsung menuju kolam kaki, tetapi tampaknya ada pengunjung lain di area yang tidak terlihat dari sini.

Rasa malu muncul karena kami bersenang-senang mengira tidak ada orang, jadi aku mencoba menundukkan wajahku… namun.

Pria dari pasangan itu dan aku secara bersamaan melakukan tatapan kedua yang indah.

“Eh!?”

Suara kaget kami terdengar serentak.

Karena, ternyata, pria yang bertatapan denganku itu ternyata

“Se… Sekiya-san!?”

Tidak salah lagi, ia adalah seseorang yang aku kenal dengan baik.

“…Owalah, Kupikir ada pasangan yang berisik dan mesum, rupanya itu kalian berdua.”

Sekiya-san tertawa seolah merasa heran.

“Eh!?”

Luna juga menoleh dan membuka matanya lebar-lebar karena terkejut.

“…Kalian saling kenal?

Tanya wanita yang berdiri di samping Sekiya-san sambil memandangnya. Dia tampak seumur dengan Sekiya-san dan sangat cantik.

“Dia junior di sekolah bimbel dulu. Ya, meskipun aku jadi junior di tengah jalan.”

Sekiya-san melontarkan lelucon yang sulit untuk ditertawakan, dan hanya dia yang tertawa sendiri. Karena tempatnya yang tidak nyaman dan suasana yang canggung, kami tidak melanjutkan percakapan dan akhirnya mengucapkan selamat tinggal.

“…Sekiya-san, jadi ia sudah kembali ke sini ya. Ryuuto, apa kamu mengetahuinya?”

“Enggak. Tapi mungkin ia kembali untuk pesta pernikahan kita.”

“Ah iya, benar juga! Karena itu besok kan.”

Sambil berbincang dengan Luna, kami kembali ke kamar dan bersiap-siap untuk check-out dengan terburu-buru.

“Ah!”

Saat keluar dari kamar dan menuju meja resepsi, kami kembali bertemu pasangan Sekiya-san di depan lift. Ternyata mereka menginap di lantai yang sama.

“Apa kalian juga mau check-out?”

“Ya…”

Sambil tersenyum kecut dengan suasana canggung tersebut, pintu lift terbuka, dan kami berempat masuk ke lift yang kosong menuju bawah. Mungkin karena waktu check-out, pasangan lain juga masuk dari lantai yang dilalui.

“Permisi!”

Dura orang yang masuk adalah seorang pria kecil berambut pirang dengan pakaian longgar berwarna hitam, dan seorang wanita berambut kuncir kembar yang sedikit chubby dengan pakaian bergaya punk, tampak seumur.

Duhh~

“Apa sih~?!”

Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tetapi mereka berdua terus bermesraan sepanjang waktu.

“Eh, tunggu, lift ini turun ke lantai bawag!”

“Ah, serius? Gawat!”

Mereka berdua menertawakan hal itu dan begitu sampai di lantai satu, mereka naik lift yang sama untuk kembali ke atas.

Mereka pasangan yang tampak bahagia dan lucu, ya.”

“Benar.”

Saat aku sedang mengobrol dengan Luna sambil mengantri di kasir, Sekiya-san yang berdiri di belakang kami tertawa sambil berkata, “Enggak, enggak.”

Ngomong-ngomong, wanita yang menemani Sekiya-san duduk terpisah di sofa lobi.

“Tadi itu jelas-jelas seperti host dan pelanggannya, kan?”

“Eh?”

“Kalau mereka pergi dari lantai kamar ke lantai atas, berarti mereka mau ke kolam kaki, kan? Jika tidak check-out pada jam segini, itu berarti bukan untuk menginap, tapi untuk beristirahat. Sekarang itu sudah menjelang waktu tutup host pagi, jadi kemungkinan besar mereka baru saja check-in.”

“Oh, gitu ya…”

“Hebat sekali… Sekiya-san, kamu kelihatan kayak detektif ulung…”

Luna terkesan sambil terlihat cemas. Beberapa kata seperti host pagi dan pendamping hotel membuatku penasaran, tapi rasanya tidak pantas untuk bertanya. Aku akan mencarinya nanti jika mengingatnya.

“Eh, Sekiya-san mungkin pernah jadi host, ya?”

Luna tiba-tiba bertanya dengan wajah penuh rasa ingin tahu.

“Enggak.”

Sekiya-sa tertawa.

“Ibuku hanya pelanggan tetap.”

“…H-Hee…”

Pernyataan Sekiya-san yang dalam membuat Luna, yang biasanya komunikatif, terdiam dan senyumnya membeku.

Aku pernah mendengar sedikit tentang cerita ini. Ibu Sekiya-san merasa muak dengan suaminya yang tidak bisa berhenti berselingkuh, jadi dia mulai keluyuran malam-malam sebagai bentuk balas dendam.

Saat kami berbincang, giliran kami tiba dan kami berhasil check-out.

Rasanya tidak enak jika membiarkan wanita membayar biaya hotel, jadi aku membayar semuanya termasuk biaya makan malam yang dipesan melalui layanan kamar, meskipun aku sedikit terkejut karena harganya jauh lebih mahal daripada hotel bisnis biasa. Resort bergaya Bali dengan pelayanan yang luar biasa memang tidak main-main.

Nee Ryuuto, karena aku yang bilang mau menginap di sini, aku akan bayar setengahnya.”

“Enggak usah…”

“…Kalau gitu, aku yang traktir makan siang, ya?”

“Terima kasih.”

Aku tidak berpikir biaya makan siang bisa menutupi biaya hotel, tapi aku senang dengan niat baik Luna, jadi aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Pada saat itu, Sekiya-san yang sudah menyelesaikan pembayaran mendekati kami.

“Kalian mau ke mana setelah ini?”

“Eh? Hmm, karena kami belum sarapan, jadi kurasa kami akan makan siang dulu…”

Aku sedikit ragu untuk menceritakan rencana pergi ke salon kuku milik Yamana kepada Sekiya-san, tetapi dia berkata, “Kalau gitu.”

“Bagaimana kalau kita makan bertiga? Biar aku yang traktir sebagai perayaan sebelum pernikahan.”

“Eh? Kamu yakin?”

“Seperti biasa, aku memakai kartu ayahku, jadi tidak usah khawatir.”

Tidak, bukannya begitu, tapi orang itu…?”

Ketika aku menunjukkan wanita yang duduk di lobi sambil memainkan ponselnya kepada Sekiya-san, dia hanya tertawa dan berkata, “Ah...”

“Tenang saja, karena setelah ini kami berencana untuk berpisah.”

“Eh, begitu ya?”

Rasa dingin dari pernyataannya membuatku bingung… meskipun mereka sudah cukup dekat untuk menghabiskan malam di hotel cinta ini?

“…Maaf, tapi dia siapa?

Dengan hati-hati, aku memberanikan diri untuk bertanya.

“Teman sekelas SMA. Setelah aku bilang diterima di fakultas kedokteran, dia terus-menerus bilang ‘Ayo ketemuan,’ jadi setelah bertemu, jadinya seperti ini.”

“…Apa kalian berpacaran?”

Aku bertanya dengan terkejut, dan Sekiya-san hanya tertawa sinis.

“Dia sudah bertunangan dengan pacarnya. Sekarang dia mau berkencan dengan tunangannya.”

Eh…!?”

Aku dan Luna berseru bersamaan.

Tepat saat aku berpikir kalau reaksi kami mungkin akan membuat Sekiya-san sedikit jengkel, ia mulai berbicara seolah-olah hendak mencari alasan.

Dia memang berkata, Aku tidak keberatan kalau kami putus,'

…Jadi, dia mau putus dan berpacaran denganmu?”

“Enggak mau lah, aku tidak sudi berpacaran dengan wanita yang cuma mau mengincar uang saja. Meskipun dia berpacaran denganku, kalau ada pengusaha dengan omzet lima ratus juta muncul, dia pasti akan beralih padanya, kan? Profesi dokter enggak bisa menghasilkan sebanyak itu, tau.”

“…………”

Aku dan Luna terdiam, karena tidak bisa menemukan kata-kata.

Entah bagaimana, ia ada di dimensi yang sama sekali berbeda… membuatku merasakan campuran rasa hormat dan ketidakpuasan yang sulit dijelaskan.

Tapi aku tahu.

Sekiya-san sebenarnya bukan orang seperti itu.

Karena, saat dia berpacaran dengan Yamana-san, Sekiya-san sangat tulus terhadapnya. Ia terlalu menghargai hubungan itu, sampai-sampai hubungan mereka hancur karenanya.

 

◇◇◇◇

 

Kami memasuki sebuah kafe restoran kasual dekat stasiun Shinjuku yang sering dikunjungi Luna saat bekerja di bidang fashion.

“Sejak kapan kamu kembali ke sini?”

Di dalam restoran yang ramai dengan pelayan yang sibuk, aku bertanya kepada Sekiya-san sambil menikmati spaghetti telur ikan.

Kami masing-masing memilih pasta utama dan minuman sesuai selera, tetapi kami memesan paket sup dan salad yang sama. Luna duduk di sampingku, menikmati spaghetti hijau dengan genovese cumi dan okra.

Aku baru datang kemarin. Setelah pernikahan kalian selesai, aku berencana bertemu beberapa teman dan segera kembali.”

Sekiya-san menjawab dengan tenang sambil menyantap bolognese.

“Apa kamu sering pergi ke hotel itu?”

Saat aku bertanya demikian, Sekiya-san menggelengkan kepala.

“Enggak. Sampai kemarin, aku bahkan tidak tahu hotel semacam itu ada.”

“Oh, gitu ya.”

“Teman sekelasku yang tadi bilang, ‘Aku sudah lama ingin pergi ke sini, tapi pacarku enggak punya uang, jadi ia tidak pernah mengajakku.’ Cewek memang suka tempat-tempat seperti itu, iya ‘kan? Tempat tidur dengan kanopi, misalnya. Enggak mungkin tempat tidur itu diganti dan dicuci setiap kali digunakan, dan banyak pasangan yang berhubungan s*eks di sana, pasti sangat tidak higienis.”

“…………”

Aku tadinya bersenang-senang di tempat tidur kanopi ukuran king bersama Luna, tapi kini aku malu dan ikut mengecil bersamanya.

Apalagi sekarang sudah banyak aplikasi perjodohan dan sejak masuk fakultas kedokteran, aku benar-benar tidak kesulitan dengan perempuan.”

Sekiya-san melanjutkan makannya sambil dengan tenang membanggakan diri, dan aku menatapnya dari seberang meja.

“…Apa kamu merasa baik-baik saja jika hanya menjalani cinta yang sesaat?”

Saat aku bertanya begitu, Sekiya-san menghentikan tangannya yang memegang garpu dan menatapku sejenak.

“…Tidak masalah.”

Spaghetti yang digulung tebal itu dimasukkan ke mulut Sekiya-san.

“…Aku…”

Setelah beberapa saat mengunyah, Sekiya-san membuka mulutnya.

“Keluargaku juga seperti itu. Aku tidak punya impian seperti kamu, yang ingin membangun keluarga hangat dengan wanita yang kamu cintai.”

“…Tapi, bukannya itu berbeda?

Melihat Sekiya-san san tertawa dengan sinis, hatiku terasa tertekan.

Itu karena Sekiya-san menceritakan semuanya padaku dengan ekspresi malu-malu di wajahnya beberapa waktu lalu di Magical Sea.

──Ketika aku mengalami masa-masa kesulitan, aku sering berkhayal. Menikah dengan Yamana, memiliki anak, dan aku menjadi dokter… Ketika pulang, dia memasak makan malam sambil mengurus anak, dan menyambutku dengan Selamat datang’... saat melihat itu, rasanya semua kelelahanku jadi hilang.

“Sekiya-san san, saat kamu berpacaran dengan Yamana-san… itu berbeda, kan?”

“…Entahlah, bagaimana ya. Aku lupa.”

Sekiya-san berkata demikian sambil merendahkan dirinya.

“…Meskipun aku mengingatnya, aku tidak bisa kembali.”

Sekiya-san san melanjutkan dengan nada yang sedih.

“Dia sekarang pasti sudah bahagia dengan pacar barunya.”

“…………”

Aku belum memberitahu Sekiya-san tentang putusnya hubungan Yamana-san dan Nisshi.

Aku sudah bertemu Sekiya-san sekali pada liburan musim panas tahun lalu, dan sekali lagi sebelum keberangkatanku ke Indonesia pada liburan musim semi. Jika mau, aku bisa memberitahunya saat itu.

Tapi, entah kenapa, aku tidak bisa mengatakannya.

Sepertinya Sekiya-san sudah mulai melupakan kisah cintanya dengan Yamana-san dan bergerak maju. Aku tidak ingin mengganggunya. Aku juga tidak begitu memahami perasaan dari sisi Yamana-san.

“…Nikoru, dia sudah putus dengan Nishina-kun, kok.”

Jadi ketika aku mendengar Luna mengatakan hal itu di sampingku saat meletakkan garpunya, aku terkejut.

“Sekarang, dia tidak berpacaran dengan siapa pun.”

Fakta bahwa Luna secara khusus menyampaikan hal ini kepada Sekiya-san mungkin menunjukkan… mungkin Yamana-san masih memiliki perasaan terhadap Sekiya-san setelah putus dengan Nisshi.

“…Hmm.”

Sekiya-san hanya mengatakan itu.

Ngomong-ngomong, ternyata dia benar-benar berpacaran dengan pria itu ya. Saat perjalanan sekolah, dia banyak bicara tentang itu padaku.”

Sekiya-san mengatakannya sambil tertawa, menyebabkan Tsukiai membelalakkan matanya ketika mendengar itu.

“Eh, kamu tidak tahu…?”

“Aku tidak tahu. Karena suamimu juga tidak pernah mengatakan apa-apa padaku. Tapi yah, aku bisa merasakannya.”

“Eh, maaf aku tidak memberitahunya…”

Aku tersenyum pahit. Ngomong-ngomong, setelah putus, Sekiya-san terlihat seperti menjalani hari-hari penuh kesedihan, jadi aku merasa sulit untuk memberitahunya bahwa Yamana-san segera mulai berpacaran dengan Nisshi. Lama-kelamaan, suasana seolah-olah ia sudah tahu tentang pacar baru, jadi aku tidak terlalu memikirkan apakah dirinya mendengarnya dari orang lain.

Cuma ingin sekadar memastikan, Sekiya-san, apa kamu punya pacar yang serius di Hokkaido atau di tempat lain…?”

“Kalau iya, aku tidak akan bertemu kalian di tempat seperti itu.”

Ia mungkin merujuk pada pertemuan di hotel cinta tadi. Mendengar itu, aku hanya bisa tersenyum pahit.

“…………”

Tiba-tiba, pandanganku bertemu dengan Luna.

Kami berencana pergi berdua ke salon kuku milik Yamana-san yang dekat stasiun A untuk mendapatkan perawatan.

“……Sekiya-san, apa kamu ada rencana lain setelah ini?”

“Tidak ada, sih. Aku hanya berpikir untuk jalan-jalan ke toko buku.”

“Kalau begitu, bagaimana kalau kamu ikut dengan kami sampai sore? Kami akan pergi ke stasiun A sekarang.”

“Kalau itu yang kalian mau, tidak masalah. …Oke, aku sudah selesai makan, jadi aku ke toilet dulu.”

Saat Sekiya-san pergi meninggalkan tempat duduknya, Luna menelepon salon Yamana-san.

Ah, halo Nikoru? Maaf mengganggumu saat sedang bekerja. Aku berencana pergi ke salon sesuai waktu janji, tapi apa aku boleh membawa satu temanku…?”

“Eh? Boleh saja, tapi apa orang itu juga menginginkan perawatan?”

Suara Yamana-san terdengar dari ponsel Luna.

“Eh, …memangnya bisa mendapatkan perawatan? Meski mendadak?”

“Ya. Setelah Luna dan yang lainnya, masih ada satu jam waktu kosong. Karena waktu yang tidak pas, jadi tidak ada yang mengambil.”

“……Kalau begitu, aku minta perawatan, ya.”

Baiklah! Mau paket yang mana? Kalau dalam waktu satu jam, bagaimana dengan perawatan kuku dan pijat tangan? Kalau hanya satu warna, aku juga bisa pakai gel.”

“Kalau begitu… pijat tangan saja!”

Setelah itu, Luna mengakhiri panggilan dengan Yamana-san.

“……Apa yang harus kulakukan? Apa aku melakukan hal yang tidak perlu…?”

Melihat mata Luna yang cemas namun bersemangat, aku tersenyum untuk memberinya semangat.

“Kalau tidak berhasil, ya sudah, ia bisa minta pijat tangan sebagai pelanggan biasa. Lagipula, Yamana-san kan profesional.”

“Benar juga… itu benar…”

“……Kalau dipikir-pikir, mereka berdua pasti akan bertemu besok, kan? Di pernikahan kita.”

Aku berpikir mungkin seharusnya kita memang tidak melakukan hal yang tidak perlu, tetapi di tempat dengan banyak tamu, orang-orang seperti Sekiya-san mungkin tidak bisa bersikap jujur. Jika begitu, ada makna dalam menghilangkan jalan keluar bagi kami dan membuat Sekiya-san benar-benar menghadapi Yamana-san. Bagaimanapun, apakah kejutan ini akan berhasil atau tidak, kita tidak akan tahu sampai mencobanya.

“Maaf sudah membuat kalian menunggu. Kalian sudah mau pergi?”

Sekiya-san yang kembali bertanya setelah melihatku dan Luna saling memandang.

“Ah, tidak!”

“Kita harus cepat makan!”

“……?”

Sekiya-san melihat dengan heran saat aku dan Luna terburu-buru melanjutkan makan.

 

◇◇◇◇

 

“Selamat datang!”

Sambutan Yamana-san tetap semangat seperti suasana izakaya. Dia melihat bergantian antara aku dan Luna yang berdiri di depan pintu, sambil tersenyum.

“Besok sudah hari acaranya, ya. Meski aku merasa sedih sih karena minggu depan kalian berangkat, tapi untuk saat ini, aku sangat menantikan acara perayaan besok!”

“Aku juga, aku sangat menantikan perawatan kuku pernikahan dari Nikoru!”

Luna berseru dengan suara ceria. Rupanya, kuku yang akan dia buat hari ini adalah desain khusus yang dibuat Yamana-san untuk Luna, yang tidak ada dalam sampel toko.

“Kalau begitu, hari ini aku akan memberikan perawatan dengan semangat… eh…!?”

Saat itu, Yamana-san melihat ke belakang kami dengan mata terbelalak.

Sepertinya dia melihat sosok Sekiya-san yang menunggu di bawah tangga.

Ngomong-ngomong, aku sudah memberitahu Sekiya-san bahwa ini adalah salon kuku Yamana-san tepat sebelum dia masuk ke gedung, sekitar satu menit yang lalu.

“Eh… tidak mungkin…!?”

Yamana-san menutup mulutnya dengan kedua tangan, tampak tidak percaya.

“……Yo.”

Sekiya-san naik perlahan-lahan ke tangga, dengan senyum yang sedikit canggung.

“Luna…!?”

Yamana-san mengalihkan tangan dari mulutnya dan melihat sahabatnya.

Ehehehe. Aku membawa temannya Ryuuto, Sekiya-san.”

“…………”

Yamana-san tidak mengatakan apa-apa, tetapi melihat pipinya memerah, aku yakin kejutan dari Luna untuk sahabatnya berhasil.

 

◇◇◇◇

 

“Kalian berdua, datanglah kemari. Hari ini hanya aku yang bertugas, jadi tidak ada pelanggan lain, kalian bisa duduk bersebelahan di meja perawatan.”

Yamana-san memang seorang profesional nail artist. Meskipun ada kejutan untuk pertemuan Sekiya-san, dia segera beralih dan dengan cepat mempersiapkan perawatan kami. Ruangan yang memiliki tata letak seperti apartemen satu kamar itu terlihat sedikit berbeda dari sebelumnya, kini tampak lebih nyaman.

Aku dan Luna menuju ke sudut perawatan yang berada di bagian dalam, di mana ada tiga meja dengan tinggi yang nyaman untuk bekerja. Kami duduk di depan dua meja tersebut. Di depan masing-masing meja, ada alat-alat seperti mesin untuk mengerasakan gel dan tempat pensil yang berisi kuas dan alat-alat lainnya.

“……Silakan, Senpai, ke sini.”

Yamana-san kemudian mengarahkan Sekiya-san ke meja dan kursi satu orang yang dekat dengan pintu masuk. Tempat itu memiliki suasana kafe yang stylish, mungkin untuk memberikan tempat yang nyaman bagi pelanggan sebelum dan sesudah perawatan.

“Jika mau, apa kamu ingin minum sesuatu?”

Yamana-san menunjukkan selembar kertas seperti menu dan bertanya kepada Sekiya-san.

“……Kalau begitu, aku mau yang ini, ‘Teh Hibiscus’. Aku belum pernah mencoba ini sebelumnya.”

“Baik, aku akan membuatnya.”

Yamana-san berkata dengan suara tegas dan menghilang ke arah belakang meja yang berada di sisi berlawanan dari kami, mungkin untuk menyembunyikan area wastafel.

Setelah beberapa saat, Yamana-san kembali dengan meletakkan cangkir teh di depan Sekiya-san.

“Silakan menunggu sebentar.”

Kemudian, Yamana-san datang ke tempat kami dan duduk di sisi meja perawatan.

“Baiklah, ayp kita mulai ya!”

Dia mulai dengan mendisinfeksi tangannya dan cepat mempersiapkan semuanya.

“Untuk pengantin perempuan, kita akan melakukan desain gel kuku pernikahan setelah menghapus kuku, dan untuk pengantin pria, kita akan melakukan perawatan parafin dan perawatan kuku.”

“Baik, terima kasih banyak

“Terima kasih….”

Bagiku, kata-kata Yamana-san terdengar seperti mantra, tetapi sepertinya Luna memahaminya dengan baik.

“Parafin itu... apaan?”

Aku bertanya kepada Luna saat Yamana-san sedang mempersiapkan peralatannya. Dalam pikiranku, terbayang seorang kesatria suci yang mengenakan armor perak mengayunkan tombak suci. (TN: Parafin terdengar mirip dengan nama Paladin)

Maksudnya parafin pack? Itu perawatan pelembap dengan merendam tangan ke dalam lilin cair dan mengoleskannya sebagai kompres! Ini pertama kalinya aku mencobanya!”

“Eh, lilin cair!? Apa rasanya tidak panas!?”

“Tidak apa-apa, karena itu lilin yang meleleh pada suhu rendah. Maksimal sekitar lima puluh derajat.”

Yamana-san menjelaskan begoti padaku, dan meskipun aku berpikir itu pasti panas, tampaknya tidak sampai pada suhu yang bisa menyebabkan luka bakar. Ketika mencobanya sendiri, panasnya hanya sesaat, dan ketika mengangkat tangan dari baskom, lilin segera mendingin dan mengeras. Setelah mengulang proses itu beberapa kali, tangan yang dibungkus plastik dimasukkan ke dalam sarung tangan untuk menjaga suhu, itulah yang disebut perawatan parafin pack.

Sementara aku menunggu, Yamana-san mulai melakukan perawatan pada Luna.

“Ngomong-ngomong, kuku Nikoru kelihatan sangat cantik ya! Itu untuk besok, kan?”

“Benar. Tadi malam, aku melakukannya sendiri setelah jam toko tutup! Dengan tema pesta yang mencolok~

Jika diperhatikan baik-baik, kuku Yamana-san berwarna pink mencolok dengan batu besar dan glitter yang tersebar, kukunya memang kelihatan sangat mencolok.

“Kuku Nikoru benar-benar cantik. Mungkin karena perawatannya juga, tapi bentuk aslinya juga bagus, jadi aku iri! Tanpa perlu nail extension saja sudah sepanjang itu. Aku sangat mengagumi kuku yang panjang!”

“Ahaha. Luna selalu memuji kukuku.”

“Karena setiap kali melihatnya, aku berpikir itu kelihatan indah sekali!”

“……Terima kasih.”

Sambil merapikan kuku Luna, Yamana-san berkata dengan wajah lembut. Setelah sedikit ragu, dia mulai berbicara dengan nada tenang.

“……Aku belum pernah menceritakan hal ini kepada siapa pun sebelumnya, tapi sebenarnya, saat SMP, jari dan kukuku sangat rusak.”

“Eh, kenapa?”

Luna bertanya dengan terkejut.

“Aku sering melukai diriku sendiri. …Katanya itu adalah penyakit yang disebut ‘dermatillomania’. Aku menggigit kulit di sekitar kuku dengan gigi, atau menariknya dengan kuku… meskipun berdarah, aku tidak bisa berhenti. Sebelum sembuh, aku suka menggaruk di tempat yang sama lagi, jadi lukanya semakin parah, dan ujung jariku selalu berdarah. Ketika orang melihatnya, mereka bertanya, ‘Ada apa?’ tetapi aku merasa malu untuk bilang kalau itu disebabkan oleh diriku sendiri… jadi aku takut orang-orang melihat tanganku.”

“…………”

Baik Luna maupun aku meletakkan kedua tangan di atas meja, mendengarkan cerita Yamana-san dengan tenang.

“Aku ingin mengatasi hal itu, jadi aku mulai melakukan nail art.”

Meskipun dia banyak berbicara, tangan Yamana-san terus bergerak sibuk melakukan perawatan.

“Dengan melakukan nail art, setidaknya kukuku bisa terlihat cantik. Jika menghabiskan waktu untuk nail art, aku berpikir, ‘Aku ingin membuat kuku ini terlihat lebih cantik, jadi aku ingin menyembuhkan lukanya’ dan ‘Sangat disayangkan jika nail art ini rusak, jadi selama kukuku masih cantik, aku tidak akan mengelupasnya,’ dan itu membantu dalam proses penyembuhan.”

Mungkin karena dia berbicara tentang nail art yang sangat dia sukai, Yamana-san tersenyum lembut.

“Dengan menggunakan pemotong kutikula untuk mengangkat kutikula, dan melembapkan dengan minyak atau krim… jika merawatnya dengan cara begitu, pemicu untuk mengelupas yang berupa kulit kering menjadi semakin jarang terjadi. Selama aku fokus pada nail art, pikiranku bisa teralihkan, dan aku tidak lagi memikirkan untuk mencabutnya… semuanya menguntungkan. Jadi, ketika aku merasa ingin mengelupas, aku memutuskan untuk memegang alat nail art. Seiring berjalannya waktu, aku menyadari bahwa aku mulai menyukai nail art. Sampai-sampai ingin menjadikannya pekerjaan.”

Saat itu, alat pengatur waktu berbunyi, menandakan bahwa parafin packku sudah selesai. Yamana-san menghentikan perawatan Luna dan mengambil lilinku, kemudian memberiku pijatan ringan.

Aku akan melakukan perawatan kukumu nanti, jadi tunggu sebentar ya.”

Oke.”

“Ah, rencana ini benar-benar sibuk. Pihak pengantin pria lebih cepat selesai, jadi mungkin perlu dua orang untuk menangani ini, atau sebaiknya menambahkan satu jenis perawatan yang lebih santai agar lebih seimbang. Aku harus melaporkannya kepada seniorku.”

Dia berkata seakan bergumam pada dirinya sendiri, lalu kembali sibuk dengan perawatan Luna.

“……Melanjutkan pembicaraan tadi…”

Yamana berkata sambil mengoleskan gel kuku berwarna biru muda ke kuku Luna.

“Aku mengerti perasaan orang-orang yang melukai dirinya sendiri. Bagiku, itu seperti penyakit kulit yang aku alami. Saat itu, aku merasa stres karena perceraian orang tuaku, dan aku sangat sering membuat lubang di telinga, jadi itu mungkin merupakan salah satu bentuk menyakiti diri sendiri.”

Aku tiba-tiba melihat ke arah Sekiya-san.

Sekiya-san sedang duduk di meja dengan cangkir teh di depannya, menatap TV yang tergantung di dinding di depan kami. Acara yang diputar adalah program varietas yang memperkenalkan restoran dan tempat makan di kota. Suaranya sangat pelan sehingga aku rasa dia tidak mendengarnya, mungkin ia hanya melihat teks yang muncul di layar.

“Orang yang rela mengeluarkan uang untuk datang ke salon kuku biasanya adalah orang-orang yang bisa menghargai diri sendiri, tapi… terkadang ada pelanggan dengan bekas luka akibat menyakiti dirinya sendiri. Ada juga yang tampak seperti penderita penyakit kulit.”

“Eh, jadi ada juga yang begitu….”

Yamana-san melanjutkan percakapan sambil merawat kuku Luna.

“Untuk orang-orang seperti itu, aku akan melayani mereka dengan sangat baik. Aku ingin mereka merasa ‘aku adalah orang yang berharga dan pantas dihargai’.”

Setelah mengatakan itu, Yamana-san mengangkat wajahnya dan melihat Luna.

“……Hal itu juga lah yangakurasakan ketika Luna melakukannya untukku.”

“Eh?”

Luna bertanya dengan terkejut.

Yamana-san menjawab sambil mengoleskan gel.

Teman-temanku semasa SMP benar-benar buruk… Semua orang membenci rumah mereka dan membenci diri mereka sendiri… Apa itu disebut ‘cinta yang merendahkan’? Kami saling menjelek-jelekkan satu sama lain, tetapi kami pikir itu adalah tanda persahabatan. Akhirnya, kami tertawa dan berkata, ‘Kita memang sampah, ya?’

“Ah, mungkin aku sedikit mengerti. Ada anak-anak yang seperti itu, kan?”

Luna tersenyum pahit. Sambil tersenyum kembali kepada Luna, Yamana-san menundukkan kepala untuk melanjutkan perawatan.

“……Sebenarnya, aku cukup terluka karena ada temankku yang mengatakan beberapa hal kritis yang tidak ingin aku dengar. Mungkin aku berpikir, ‘Orang lain tidak akan mengatakannya, jadi anak ini berbicara dengan jujur. Aku bisa percaya padanya.’

Dengan senyum sedikit mengejek diri, Yamana-san melanjutkan.

“Tapi, Luna berbeda… Kamu menemukan hal baik dariku dan memujiku… Kamu memperlakukanku seolah-olah aku adalah gadis yang luar biasa. Karena ada teman baik seperti ini, aku mulai berpikir, mungkin aku juga tidak seburuk itu… dan aku merasa ingin mencoba menjalani kehidupan dengan lebih baik.”

“Tidak. Aku tidak sebaik itu.”

Luna membuka mulutnya dengan sedikit panik.

“Nikoru sudah menjadi gadis yang luar biasa sejak awal.”

Mendapatkan tatapan dari sahabatnya yang tersenyum, Yamana-san juga tersenyum lembut.

Berkat Luna, aku bisa menatap masa depan dan menjalani setiap hari seperti ini.”

Yamana-san menggerakkan kuas di kuku Luna dengan penuh ketelitian. Setelah mengoleskan beberapa kuku, dia meminta Luna memasukkan tangannya ke dalam mesin pengering, sementara dia melanjutkan perawatan pada tangan yang satunya. Proses itu diulang terus-menerus.

Sambil fokus pada perawatan, Yamana-san terus berbicara.

“Hari ini, aku akan menjadikanmu gadis tercantik di dunia dengan kukuku. …Besok, kamu akan menjadi pengantin yang paling bersinar di alam semesta.”

“Woahh! Rasanya sudah seperti bintang!”

Memang bintang kok.”

Mendengar Luna berkomentar, Yamana-san menanggapinya sambil tersenyum dan berkata,

“Bagiku, kamu adalah bintang terindah.”

Sambil tersenyum lembut kepada sahabatnya, Yamana-san menatap tangannya.

Pola perak yang digambar Yamana-san dengan kuas halus tampak seperti bintang yang bersinar di langit malam.

“Jadi, tidak masalah meskipun kita terpisah. Di mana pun aku berada, aku akan tetap diterangi cahaya Luna yang turun dari langit, dan aku bisa terus melangkah ke depan.”

Ketika mendengar perkataan sahabatnya, mata Luna mulai berkaca-kaca.

“Nikoru…”

Wajah Luna tampak meringis, dan dia menarik tangannya yang sedang dirawat untuk mengusap air mata dengan kedua tangan.

“Ah, jangan! Jangan gerakkan tanganmu sebelum mengering! Jika terkena cat, kita harus mengulangnya, tahu?!”

Dengan satu tangan memegang kuas, Yamana-san dengan panik menarik tangan Luna dan memanggilku.

Oi, Kashima Ryuito! Cepat usap ingus Luna yang meler!”

“Baik, baik!”

Aku berdiri, mengambil tisu dari arah Yamana-san, dan mengusap wajah Luna.

Duhhh, enggak adil banget, Nikoru! Kenapa sekarang membahas hal yang emosional seperti itu sih?”

Masih dengan hidung yang meler, Luna menatap sahabatnya dengan tatapan penuh penyesalan sambil meletakkan kedua tangan di atas meja. Yamana-san tertawa kecil.

Tapi besok aku harus menyampai pidato yang formal, kan? Aku hanya bisa mengucapkan kata-kata yang baik saja, bukan?”

Pada resepsi pernikahan besok, Yamana-san akan memberikan pidato sebagai perwakilan teman Luna. Memang benar bahwa cerita tentang menyakiti diri sendiri atau masa-masa sulit mungkin tidak pantas untuk acara seperti itu.

“Tapi ini adalah pidato dariku untuk Luna, yang merupakan perasaanku sebenarnya.”

Sambil melanjutkan perawatan, Yamana-san terus berbicara.

“Ketika aku menulis naskah pidato kemarin, aku berpikir, ‘Perasaanku untuk Luna tidak bisa diungkapkan dengan ini saja!’ …Jadi hari ini, aku ingin menyampaikannya.”

Setelah mengatakannya, Yamana-san tersenyum. Sama seperti sebelumnya, ketika berbicara dengan Luna, wajah Yamana-san terlihat sangat lembut.

“Terima kasih, Nikoru…”

Luna tersenyum, dan perawatan kuku pun semakin mendekati penyelesaian.

 

Baiklahm sudah selesai. Hadiah dariku untukmu, Luna, ini adalah kuku pernikahan yang melambangkan persahabatan.”

Setelah mengoleskan minyak dan krim tangan, Yamana-san membungkus tangan Luna dengan kain basah dan berkata,

Ayo, kamu juga harus melihatnya!”

Sambil menunjuk tangan Luna yang sudah terbuka di atas meja, Yamana-san mulai menjelaskan tentang nail art tersebut padaku.

“Dua batu ini terinspirasi dari anting-anting yang pertama kali Luna berikan padaku dengan pesan ‘Jadilah sahabatku’. Gradasi dari biru muda ke biru tua menggambarkan laut yang disukai Luna. Warna biru dipilih karena Luna suka biru muda dan juga karena ada kepercayaan bahwa pengantin yang memakai sesuatu yang berwarna biru di hari pernikahannya akan beruntung, yang dikenal sebagai ‘Something Blue’.”

“Begitu ya! Hebat sekali, Nikoru!”

Luna berseru dengan penuh kekaguman.

“Selain itu, tiga batu putih susu ini adalah cincin dan anting-anting batu bulan. Di sini ada mutiara, yaitu cincin mutiara. Setiap kuku dihiasi dengan satu batu kristal bening yang melambangkan berlian half-eternity.”

Jika tidak dijelaskan, itu hanya tampak seperti nail art yang berkilau dan megah, tetapi sebenarnya mengandung berbagai episode yang telah dilalui dari masa lalu. Desain ini hanya bisa dibuat oleh Yamana-san yang mendengar semua cerita dari Luna secara langsung.

“Dan yang terpenting, Luna identik dengan bulan. Meskipun motif ini sudah banyak muncul di bagian lain, aku sengaja menambah goresan tangan untuk memberi kesan seperti bulan sabit yang dipantulkan di laut.”

Menakjubkan… Motif ini menggambarkanku dan Maria…”

Dengan ekspresi terharu, Luna bergumam bahagia, dan Yamana-san tersenyum lebar. 

Coba lihat baik-baik. Di antara bintang yang digambar dengan glitter, aku juga menyertakan yang terlihat seperti bintang laut.” 

Itu adalah tema dari anting-anting yang Luna berikan kepada Kurose-san. Semua orang mengira itu adalah bulan dan bintang, tetapi sebenarnya itu adalah bulan dan bintang laut, yang merupakan motif dari Luna dan Kurose-san. 

“Beneran ada…!” 

Luna terpesona, matanya tampak berkilau. 

Melihat reaksi Luna yang begitu, Yamana-san membuka mulutnya. 

“Terima kasih, Luna, karena sudah membiarkanku merawat kukumu sejak zaman SMA ketika aku masih bukan profesional.” 

Yamana-san mengungkapkan itu dengan nada yang tulus, lalu menatap kuku Luna. 

“Sebaliknya, akulah yang harus berterima kasih, Nikoru…” 

Air mata kembali menggenang di mata Luna. 

“Setelah menghapus cat kuku ini dan mengganti dengan yang baru, mungkin aku tidak akan melakukannya lagi…” 

Air mata juga mulai mengalir di mata Yamana-san saat dia berkata demikian. Memang, sulit untuk kembali dari luar negeri setiap bulan hanya untuk mengganti kuku, jadi itulah yang mungkin akan terjadi. 

“Semua perasaanku untuk Luna sudah tertuang dalam kuku pernikahan ini.” 

Saat Yamana-san mengatakan ini dengan senyuman ringan, air mata mulai mengalir dari kedua matanya. 

“Nikoru…!” 

Keduanya berdiri dan saling berpelukan di atas meja perawatan. 

Ketika aku menoleh ke belakang, aku bertemu pandang dengan Sekiya-san yang sedang meminum teh herbal yang pasti sudah dingin, dan kami saling tersenyum sedikit. 

 

◇◇◇◇

 

Setelah mendapatkan perawatan parafin dan kuku, kedua tanganku terasa sangat halus. Meskipun itu tanganku sendiri, aku merasa nyaman dan terus-menerus mengusapnya. 

Setelah perawatan kami selesai, Luna dan aku berganti tempat dengan Sekiya-san, lalu kami duduk di tempat yang mirip kafe dan memesan minuman. 

“Cantiknya…” 

Luna mendekatkan jari-jarinya dan mengangkat kedua tangannya di depan wajahnya, menatap kuku yang baru saja dikerjakan dengan mata berkaca-kaca. 

Dia pasti sedang merenungkan apa yang dikatakan Yamana-san tadi dan kenangan-kenangan yang telah dilaluinya bersama sahabatnya. 

Aku melihat Luna dengan penuh kasih sayang, lalu menatap Sekiya-san yang duduk membelakangiku di meja perawatan dan Yamana-san yang mulai melakukan perawatan di hadapannya.

Yamana-san yang menyentuh tangan Sekiya-san tampak lebih tegang daripada sebelumnya. Perawatan yang diterima Sekiya-san adalah perawatan kuku dan pijat tangan yang juga aku terima

“...Aku sudah melihatmu sejak tadi, tapi kamu terlihat keren saat bekerja.” 

Setelah beberapa saat dalam keheningan ketika perawatan berlangsung, Sekiya-san tiba-tiba memulai pembicaraan

“Aku ingin melihat lebih banyak sisimu yang seperti itu. Aku juga ingin kamu mengungkapkan keinginanmu… aku ingin melihat berbagai ekspresi darimu.” 

“…………” 

Yamana-san tidak mengatakan apa-apa. Mungkin dia sedang fokus pada perawatan, menggerakkan pengikir dengan hati-hati, menatap kuku yang sedang diatur tanpa berpikir. 

“...Tapi, justru akulah yang mengekangnya. Aku selalu membuatmu merasa tidak nyaman. Dulu, aku harus berpura-pura kuat dan berusaha tampil keren agar bisa berdiri di depanmu sebagai ‘pacarmu, karena saat itu aku benar-benar berada di jurang keputusasaan.” 

Monolog Sekiya-san berlanjut. 

“Seharusnya aku menunjukkan sisi burukku lebih banyak. Seharusnya aku bisa berkata, ‘Kehidupan Rōnin itu sulit, tolong bantu aku, Nikoru!’ sambil menangis.” 

Sekiya-san mengatakannya dengan nada bercanda dan tertawa, dan akhirnya Yamana-san membuka mulutnya. 

“Kamu pernah memukulku sambil berkata, ‘Jangan manja! Ini adalah cerita yang kamu mulai!’ Jika Senpai seperti itu yang mengatakannya.” 

“Ya, benar. Hubungan kita seperti itu memang baik.” 

Sekiya-san tertawa dengan ceria. 

Ekspresi Yamana-san tetap kaku, tetapi aku merasakan suasana di antara mereka sedikit melunak. 

“...Apa kamu baik-baik saja?” 

“Kamu sendiri, apa kamu sudah makan dengan baik?” 

Kamu ini mirip seperti ibu ya.” 

Sekiya-san berkata sambil tertawa, wajahnya pasti terlihat senang. 

“Senpai, dari dulu kamu tidak tertarik pada makanan, jadi aku khawatir.” 

“...Kamu khawatir padaku, ya. Terima kasih.” 

Mendapatkan ucapan terima kasih yang tiba-tiba, Yamana-san tampak sedikit malu. 

“Jika kamu jatuh sakit karena kekurangan gizi, itu karena kesalahan dokter.” 

“Aku belum jadi dokter, kok. ...Tapi mungkin akan terjadi. Sekarang sudah tahun ketiga, jadi aku baru setengah jalan. Fakultas kedokteran itu harus menjalani enam tahun pembelajaran, sementara universitas biasa hanya empat tahun.” 

“Aku tahu. Senpai sendiri yang memberitahuku dulu.” 

Aku senang kamu mengingatnya.” 

“…………” 

Kembali ada keheningan sejenak, hanya perawatan yang terus berlangsung. 

Setelah perawatan selesai, mereka melanjutkan ke pijat tangan. 

Yamana-san yang mengoleskan krim tangan pompa ke tangannya sendiri, mulai mengoleskan krim ke tangan Sekiya-san dan mulai memijat pangkal ibu jari. 

“Mahasiswa kedokteran tuh, entah bagaimana, mereka semua belajar dengan giat, dan meskipun ada yang mengalami kesulitan… ada banyak juga mahasiswa yang hidup nyaman dengan uang orang tua mereka.” 

Di tengah itu, Sekiya-san mulai bercerita dengan pelan seolah-olah ingin mengisi kekosongan. 

“Aku mungkin terlihat seperti itu dari luar, tetapi fakta bahwa aku bisa mengikuti ujian ulang selama empat tahun tidak diragukan lagi berkat dukungan finansial orang tuaku.” 

Pijat tangan terus berlanjut. Tempat mereka begitu sunyi sehingga kami bahkan tidak bisa mendengar suara televisi, dan satu-satunya suara yang bisa didengar hanyalah suara pendingin ruangan yang terdengar ketika Sekiya-san tidak berbicara

“Tapi… meskipun ada yang orang tuanya bercerai dan menikah lagi, atau yang memiliki latar belakang keluarga yang rumit… tetapi tidak banyak yang keluarganya seberantakan milikku.” 

Ketika mendengar curhatannya itu, aku teringat cerita tentang ibu Sekiya-san yang aku dengar di hotel tadi.

Sepertinya Luna yang duduk di sebelahku juga mendengarkan dengan seksama, wajahnya terlihat rumit dan matanya tertunduk. 

“Aku juga pernah meniru yang lain dengan berpura-pura seperti anak manja dan bermain-main, tapi… entah kenapa, rasanya berbeda.” 

Sekiya-san tertawa dengan nada mengejek dirinya sendiri. 

“Kamu tahu kan, aku yang ingin melupakan masalah keluarga, yang dulu bermain pingpong dengan kepala botak.” 

Tangan Yamana-san terhenti sesaat

“Aku juga tahu. Mendengarkan keluhan ibumu sepanjang malam, menghibur… dan keesokan harinya kamu mengantuk dan terus tidur di kelas, meskipun begitu kamu masih berlari pulang setelah klub sambil berkata, ‘Aku harus memasak makan malam untuk ibu.’” 

Air mata mengalir dari kedua mata Yamana-san saat dia melanjutkan perawatan. 

“Kita berdua penuh luka, ya.” 

Dengan nada empati, Sekiya-san berkata kepada Yamana-san. 

“Dulu, saat aku menjadi kehidupan ronin, harga diriku hancur… aku takut terluka lebih dalam, jadi kurasa aku tidak bisa mencintaimu dengan baik.” 

Suara Sekiya-san semakin rendah seolah-olah berusaha menahan sakit saat dirinya berbicara. 

Aku bisa menerima kenyataan itu ketika… aku meninggalkan rumah, mendapatkan berbagai pengalaman dalam belajar dan hubungan, dan sedikit demi sedikit bisa melihat diriku secara objektif.” 

Yamana-san terus memijat tangan Sekiya-san sambil menahan air mata di matanya. 

“Ketika aku pergi ke Hokkaido, aku sering kali berpikir, ‘Jika aku yang sekarang’… aku terus memikirkan tentangmu yang sudah tidak bisa diperbaiki.” 

Kurasa aku mulai memahaminya. Dari setiap perkataan Sekiya-san, aku bisa merasakan kerinduannya pada Yamana-san. 

“...Bolehkah aku mencintaimu lagi?” 

Kata-kata Sekiya-san membuat tangan Yamana-san berhenti lagi. 

“...Memangnya itu perlu izin dariku?” 

Dengan nada sedikit cemberut, Yamana-san menatap Sekiya-san dari sudut pandangnya

Kamu sudah menyukaiku tanpa izin sejak dulu.” 

Bahunya Sekiya-san bergetar pelan. 

Kamu juga, kan?” 

Pipi Yamana-san memerah dan wajahnya terlihat malu. 

“Meskipun kita terpisah, kita pasti akan terus saling mencintai di masa depan…” 

Setelah berkata demikian, Sekiya-san meletakkan tangan yang tidak sedang dipijat di atas tangan Yamana-san yang sedang bekerja. 

“Bagaimana kalau kita kembali berpacaran?” 

Setelah sedikit keheningan. 

“...Kamu yakin? Aku takkan mengizinkanmu bermain-main dengan wanita lain.” 

Setelah beberapa saat, Yamana-san menjawab dengan nada yang tegas, dan Sekiya-san tertawa. 

“Selama kamu di sampingku, aku tidak perlu melakukannya seumur hidupku.”

Yamana-san yang menggenggam satu tangan Sekiya-san dengan kedua tangannya, terus memijat sambil meneteskan air mata. 

Melihat pemandangan itu, Luna berdiri sambil memberi isyarat padaku. 

“Nikoru, maaf mengganggu saat perawatan, tapi boleh kita membayar dulu? Aku sudah mau pulang!” 

Dengan mata yang berkilau karena air mata, Luna memanggil ke arah meja perawatan.

 

◇◇◇◇

 

Setelah menyelesaikan pembayaran yang sudah cukup diskon dengan harga monitor, kami berjalan di jalanan ramai saat sore musim panas yang sedikit gelap. 

“Nikoru, apa mereka berdua bisa bersikap lebih mesra sekarang?” 

Luna berkata dengan ceria, dan aku menjawab sambil tersenyum. 

“Jika satu jam, sisa waktunya hanya tinggal sekitar tiga puluh menit sebelum pelanggan berikutnya.” 

“Oh, begitu ya.” 

Luna juga tertawa. Kemudian, dia menyelipkan tangannya ke dalam tanganku. 

Di tengah udara panas musim panas, kulit yang bersentuhan terasa lebih lembap dari biasanya. Efek dari parafin di tangan Luna juga cukup berpengaruh

“...Fufufu. Ryuuto, tanganmu halus banget.” 

Pada saat yang sama, Luna berkata dan tertawa. 

“Kamu juga.” 

Fufu, asyik 

Rasa hangat menyelimuti hati kami, dan kami berjalan diam-diam sambil mengusap punggung tangan satu sama lain dengan jari jempol. Meskipun kami sudah memasuki pemandangan lingkungan perumahan yang biasa, kami masih sedikit kekurangan kata-kata. 

“...Pengalaman pertamaku di hotel cinta bersama Ryuuto begitu menyenangkan.” 

Luna berkata demikian ketika sekitar tiga menit sebelum sampai di Shirakawa. 

“Terima kasih, Ryuuto.” 

“Sama-sama. ...Entah kenapa, kupikir aku tidak akan pernah pergi ke tempat seperti itu lagi. Hanya perasaanku saja.” 

“Benar, hehe. Aku juga.” 

Setelah mengalami yang pertama, ada kepuasan yang berbeda dari biasanya. 

“...Ternyata masih banyak ada hal ‘pertama kali’ yang belum kita jalani, ya.” 

“Benar.” 

── Meskipun bukan yang pertama kali, tidak masalah. 

Aku pernah berkata demikian kepada Luna saat perjalanan kami ke Okinawa. 

Sekarang, kami tidak terikat oleh belenggu “pertama kali” lagi. Namun, pengalaman “pertama kali” yang kami alami bersama tetap terasa istimewa dan menyenangkan. 

Ikan estetika? Atau ikan doktor? Itu juga yang pertama!” 

“Ah, sewaktu Luna mengeluarkan suara yang menggoda, aku sempat merasa gelisah waktu itu.” 

Habisnya itu benar-benar menggelitik sih! ...Apa Sekiya-san dan yang lainnya mendengarnya? Sangat memalukan!” 

Uwahh... aku jadi tidak mau mengetahuinya.” 

Meskipun suaranya hanya bisa didengar olehku... saat aku berpikir begitu, Luna menggenggam tanganku erat dan mendekat. 

“...Suara yang ingin didengar kamu pasti yang lebih seksi, iya kan?” 

Dengan pipi yang memerah dan tatapan menggoda, ekspresiku langsung melunak. 

“...Iya.” 

Aku sendiri merasa seperti pria yang mudah terpengaruh. 

Tak lama kemudian, kami sampai di Shirakawa dan saling memandang wajah satu sama lain sembari tersenyum. 

“Besok di ‘pernikahan pertama’... mohon bantuannya, ya?” 

Luna berkata, dan aku tersenyum. 

“Sama-sama. Ah, rasanya bikin tegang... sepertinya perutku mau sakit.” 

“Aku juga deg-degan, tapi aku sangat menantikannya!” 

Setelah berkata demikian, dia sedikit berjinjit untuk mendekatkan wajahnya padaku. 

“Ah.” 

Gumam Luna, dia kemudian kembali ke posisi semula. 

“...Mungkin aku akan menunggu sampai besok. Jika melakukannya sekarang, rasanya kesegaran akan hilang.” 

“Eh?”

Aku sedikit kecewa karena ciuman perpisahan yang sudah menjadi tradisi dibatalkan. 

Tolong tetap menjaga perasaan untuk ciuman janji kita, ya 

“Hmm, baiklah.” 

Meskipun aku merasa ciuman dalam ritual bukanlah jenis ciuman seperti itu, aku pun pergi dengan langkah lesu. 

“Selamat tinggal, pengantin pria.” 

Iya. Pengantin wanita.” 

Ehehe 

Setelah melambaikan tangan dan berpisah, Luna masuk ke dalam rumah, dan saat aku hendak kembali ke Stasiun A, aku merasakan getaran dari saku celanaku. 

Ketika aku mengeluarkan smartphone dan melihatnya, ternyata ada pesan LINE dari Sekiya-san.

 

Sekiya Shuugo 

Terima kasih banyak atas semuanya 

Aku menantikan acara besok

 

Ketika aku membuka pesan itu, notifikasinya tidak menghilang, jadi aku memeriksa dan ternyata ada juga pesan LINE dari Yamana-san. Sudah beberapa tahun sejak dia mengirim pesan pribadi. 

Saat membuka layar obrolan, ada stiker penuh hati dengan karakter kelinci betina yang sedang bercanda. 

Karena pesan dari Sekiya-san datang pada waktu yang sama, kemungkinan mereka berdua sudah sepakat untuk mengirim pesan padaku. 

Uwah, menjengkelkan!” 

Kata-kata seperti gadis-gadis keluar sebagai suara sendiri. Sepertinya, aku terpengaruh karena sudah setengah kaki masuk ke dalam komunitas mereka yang sudah lama. 

Tapi, wajahku tetap tersenyum. 

“...Aku ikutan bersyukur buat mereka!” 

Dengan kata-kata selamat, aku mengirimkan stiker yang paling pertama muncul di obrolan mereka, satu per satu, lalu aku menyimpan smartphone ke dalam saku celanaku dan mulai berjalan. 

Di langit musim panas yang belum gelap, bulan sabit putih terlihat melayang di atas cakrawala.

 

 

 

Sebelumnya Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama