Chapter 1 — Fraksi
Bagian 2
Dalam
perjalanan kembali ke ruang
kelas 2-A bersama Hinako, aku bertemu
dengan dua gadis di koridor.
“Ah.”
“Ah.”
“Ah.”
Ketika
aku keceplosan bersuara karena terkejut, Tennouji-san dan Narika juga
bersuara.
Apa
mereka berdua pergi bersama?
Tennouji-san dan Narika sama-sama saling bertukar pandang tanpa
suara, kemudian mengangguk pelan ke arahku.
“Tomonari-san.
Boleh kami meminta sedikit
waktumu?”
“Ada
sesuatu yang ingin kami bicarakan.”
Tennouji-san dan Narika masing-masing
mengatakan dengan ekspresi yang tampak serius.
“Kebetulan
sekali. Aku juga memiliki sesuatu yang
ingin kubicarakan dengan kalian.”
Tennouji-san dan Narika tampak
terkejut. Mungkin
kita mempunyai hal yang sama yang ingin kita bicarakan.
“Kalau
begitu, aku akan kembali lebih dulu.”
“Ya.
Sampai nanti.”
Hinako
membaca situasi di antara kami dan
kembali ke kelas lebih dulu. ...Yah, tidak ada yang perlu disembunyikan dari
Hinako, jadi aku akan membagikan detail ceritanya setelah aku kembali ke kediaman keluarga Konohana.
Karena
istirahat makan siang
sudah hampir berakhir, jadi tidak ada banyak orang di luar kelas. Di
area belokan tangga yang sepi, kami saling
berhadapan.
“Kalau
begitu, izinkan kami menyampaikan
urusan kami terlebih dahulu.”
Ketika
aku mengangguk, Narika melanjutkan.
“Itsuki,
kamu tidak perlu membantu kami dalam
pemilihan OSIS kali ini.”
“Eh?”
Aku dibuat terkejut dengan pernyataan yang
tidak terduga itu. Tidak
perlu dibantu. Bukannya itu
berarti...
“Apa
itu berarti... kalian ingin memberitahuku
kalau aku tidak dibutuhkan?”
“Ti-Ti-Ti-Tidak! Bukan begitu maksdunya!”
“Benar sekali! Kami tidak menganggap Tomonari-san tidak
berguna! Sejujurnya, kami
sangat ingin dibantu!”
Benarkah...?
Saat aku
mengerutkan dahi, Tennouji-san dengan
wajah memerah sengaja berdeham untuk menyegarkan tenggorokannya.
“Karena kami
sedang membicarakan Tomonari-san di
sini. Kamu pasti tidak
bisa memilih di antara
kami berdua, ‘kan?”
“Itu...”
Sepertinya
mereka sudah menyadarinya.
“Mungkin
kamu masih bisa membantu kami ketika membuat
poster dan selebaran, tetapi mendukung
dua orang sekaligus akan sangat merepotkan. Jadi, aku berbicara dengan Narika dan kami berdua memutuskan. Supaya tidak membebani
Tomonari-san, kami akan menghadapi pemilihan ini tanpa bantuan.”
“Jika
itu Itsuki, aku yakin kalau kamu akan
disukai oleh calon ketua ketiga. Jadi, kami berdua
menginginkan kalau kamu tidak perlu memikirkan kami dan lebih fokus
pada aktivitas pemilihan dengan lebih ringan.”
Jika tidak
bisa memilih antara dua orang, lebih baik tidak memilih dan berjuang bersama
orang ketiga. Begitulah maksud
yang ingin disampaikan Tennouji-san dan Narika.
Namun,
itu...bukannya itu sedikit berbeda?
“Tenang
saja. Kami akan mengatasinya meskipun sendirian—”
“—Tidak
mau.”
Aku dengan tegas menolak usulan mereka.
“Tolong jangan bilang begitu. Biarkan aku membantu kalian, Tennouji-san, Narika. Aku akan mendukung kalian berdua
dengan sepenuh hati.”
Apa
mereka benar-benar mengira aku hanya khawatir
tentang beban di pundakku”
Bukan
itu. Aku memang merasa bingung
harus mendukung siapa, tetapi aku tidak pernah merasa terbebani oleh beban yang kupikul. Hal itu seharusnya tidak perlu
dipikirkan sejak awal.
Hal yang
kukhawatirkan justru aturan pemilihan OSIS. Bagaimana jika tidak bisa
mengikuti format tradisional di mana satu calon ketua diiringi satu calon wakil
ketua? Cuma itu satu-satunya yang membuatku
tidak nyaman, tetapi masalah itu sudah teratasi berkat
dukungan Yuri dan Hinako.
Kalau begitu,
tidak ada alasan bagiku untuk berkompromi.
“Kalian
berdua salah paham. Aku bukannya
tidak bisa memilih satu orang. Aku ingin mendukung kalian berdua.”
Sambil
melihat kedua orang yang terkejut dan terdiam, aku melanjutkan.
“Aku
memiliki tujuan untuk menjadi konsultan. Untuk itu, aku ingin mengumpulkan
pengalaman sebagai penasihat sebanyak mungkin. Dibuat
sangat sibuk... bukannya
itu bagus? Aku tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Menjadi sibuk adalah
sesuatu yang aku inginkan.”
Menjadi
sangat sibuk tidaklah menakutkan.
Aku sudah
mengalami hal itu sejak Hinako meraih tanganku dan membawaku
masuk ke dunia ini.
"Aku
juga memiliki sesuatu yang dipertaruhkan dalam pemilihan ini. Itulah sebabnya, aku akan mendukung
kalian berdua.”
Aku
menatap lurus ke arah mereka dengan serius.
Kemudian,
Tennoji-san dan Narika tampak linglung karena suatu alasan.
“......Sungguh
luar biasa.”
“......Keren sekali.”
Aku
memiringkan kepalaku ke samping saat keduanya sedikit tersipu dengan wajah memerah.
“Umm,
kalian berdua?”
““――Hah.””
Mereka akhirnya tersadar.
“Baiklah aku mengerti. Jika Tomonari-san sudah mengatakan begitu, tolong dukung kami.”
“Sejak
awal, aku sudah mempercayai Itsuki. Aku bahkan ingin meminta bantuan darinya.”
Karena
keduanya setuju, aku menghela napas lega.
Syukurlah,
ini bukan pengumuman bahwa aku tidak dibutuhkan...
“Namun,
hal yang membuatku khawatir adalah
bagaimana pandangan orang-orang
terhadap Tomonari-san. Karena kamu
berada di dua kubu, ada kemungkinan Tomonari-san akan dianggap sebagai kelelawar yang mengincar
suara ketua...”
“Aku
sudah memikirkan sesuatu mengenai hal itu,
jadi kita bisa membahasnya nanti.”
Jam
pelajaran akan segera dimulai. Saat aku berpikir demikian,
bel sekolah pun berbunyi.
Aku
teringat perasaanku saat bekerja sebagai konsultan di permainan manajemen. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menghindari
pembicaraan rumit dan fokus pada hal-hal yang harus kita lakukan.
“Untuk kegiatan kampanye
pemilihan saat ini, kita
akan membagikan selebaran dan mulai berpidato besok, ‘kan? Apa kalian sudah membuat naskah
pidatonya?”
“Ya,
sedikit...”
“Aku
juga baru mulai, tapi belum selesai...”
Seperti
yang sudah kuduga, keduanya juga sangat
sibuk sehingga kemajuan mereka tidak begitu baik. Karena aku terlalu lama menunda pilihanku, aku
harus mengambil langkah untuk memperbaikinya.
“Aku
akan membantu kalian membuat naskahnya,
jadi sepulang sekolah hari ini, kalian berdua
fokuslah pada pembagian selebaran. Menurutku
lebih baik kalau kalian sendiri yang
langsung membagikan selebaran karena
itu akan lebih mendekatkan kalian dengan para siswa.”
Keduanya
mengangguk dengan wajah serius,
dan aku melanjutkan menjelaskan strategiku.
“Meski
demikian, sepertinya memang
sulit untuk melakukan itu sendirian, jadi aku akan
memperkenalkan orang yang bisa membantu kalian dalam membagikan selebaran. Oh,
dan kalian mungkin sudah tahu, tetapi tempat untuk membagikan selebaran
terbatas, jadi harap berhati-hati.”
Aku akan
memperkenalkan Suminoe-san kepada Tennouji-san,
dan Kita kepada Narika. Kedua orang itu serius, dan mungkin cocok dengan
Tennouji-san dan Narika.
Saat aku
membicarakan hal itu, aku menyadari bahwa kedua orang di depanku tampak sedikit
terkejut.
“......Entah
kenapa, kamu tahu banyak ya.”
“Ugh.”
Aku
merasa sedikit canggung dengan pertanyaan sederhana dari Narika.
“Ehmm, karena aku sangat ingin
membantu kalian, jadi... aku sudah mencari banyak informasi.”
Oleh karena
itu, aku sudah menghafal semua aturan pemilihan OSIS.
Aku merasa sudah mempersiapkan diri dengan baik, tidak hanya untuk calon wakil
ketua, tetapi juga untuk cara calon ketua bergerak.
“Pftt”
“Hehe.”
Tennouji-san dan Narika tertawa
bersamaan.
“Ternyata
kekhawatiran kita tidak berdasar, ya.”
“Ah,
mungkin kita seharusnya meminta bantuan Itsuki dari awal.”
Karena
aku sudah memutuskan untuk mendukung mereka, aku akan memenuhi kepercayaan itu. Setelah itu, aku kembali ke ruang kelas dan teringat perkataan Yuri beberapa hari yang
lalu.
—— Habisnya, aku tidak bisa memilih apa yang tidak bisa
kupilih.
Yuri yang
dipaksa untuk memilih salah satu di antara terus
mengasah kemampuannya di restoran keluarga rumahnya atau menjadi koki di restoran
bintang lima, dengan santai memilih untuk melakukan keduanya.
Keserakahan
itu... Aku akan mencoba menirunya juga.
◆◆◆◆
Sepulang sekolah. Tennouji-san dan Narika sedang fokus membagikan selebaran
seperti yang aku sampaikan.
“Aku
Tennouji Mirei! Mohon satu suara yang
suci!”
“Aku Miyakojima Narika! Aku menunggu
dukungan dari semua orang!”
Setelah
keluar dari gedung sekolah, keduanya membagikan selebaran dari posisi yang
terpisah.
Sepertinya
semua siswa yang pulang menerima selebaran tersebut. Apa ini berarti siswa di Akademi Kekaisaran sangat tertarik
dengan pemilihan... atau mungkin ini karena pesona keduanya. Meskipun ada
kemungkinan mempertimbangkan latar belakang keluarga mereka, jika mereka aktif selama tiga
belas hari ini, masa depan di mana hal-hal sepele itu bisa menentukan tidak akan datang.
Ada dua
tujuan dalam membagikan selebaran. Salah satunya adalah untuk memberi tahu publik
tentang janji kampanye, dan yang lainnya adalah untuk mempromosikan pidato yang
akan dimulai besok.
“Mulai
besok, aku akan berpidato dua kali
sehari... saat istirahat makan siang
dan sepulang sekolah desuwa! Semuanya, silakan datang dan
bergabung dengan kami!”
“Aku
berencana akan membicarakan rincian tentang janji kampanye
dalam pidato yang dimulai besok! Ada banyak hal yang ingin aku sampaikan, jadi
aku berharap kalian bisa datang!”
Keduanya
membagikan selebaran sambil memberitahu para siswa
tentang waktu dan tempat pidato. Jika informasi ini tidak disampaikan, tidak
ada gunanya berpidato jika tidak ada orang yang datang.
(... Aku
tidak bisa menemukan calon ketua ketiga.)
Apa ia membagikan selebaran di tempat
lain?
Atau
mungkin hari ini mereka hanya mengamati situasi. Setiap calon bebas menentukan
cara mereka beraktivitas, jadi itu tidak masalah, tetapi... ketenangan ini
sedikit mengganggu.
“Tennouji-sama adalah orang yang mulia
dan pantas untuk Akademi Kekaisaran, jadi
tolong dukung dirinya!”
“Miyakojima-san
adalah orang yang tidak takut pada perubahan. Mengapa tidak mempercayakan masa
depan akademi padanya?”
Suminoe-san
dan Kita juga membantu membagikan
selebaran. Kita awalnya
tampak kurang percaya diri saat memulai, tetapi sepertinya ia sudah bisa
melepaskan kekhawatirannya dan sekarang dengan giat membagikan selebaran.
Ada percikan api yang bergesekan di antara
Suminoe-san dan Kita.
Suminoe-san
membuka mulut lebar-lebar dan berteriak.
“Demi
kemuliaan Tennouji-sama!!”
Suminoe-san...
Tolong
jangan lakukan itu, karena entah kenapa itu
kedengarannya seperti pencucian
otak...
“Itsuki...
apa kita masih tinggal sedikit lagi?”
“...
Tidak, ayo kita pulang.”
Aku
merasa ingin menyaksikan pertempuran membagikan selebaran yang bisa dibilang
sebagai pra-pertarungan
sebelum pidato, tetapi aku punya tugasku sendiri. Kurasa aku bisa mempercayai mereka, dan
kita harus menjaga pembagian peran.
Meskipun ada satu orang yang terlihat melenceng.... oh, Tennouji-san pergi untuk menegur
Suminoe-san.
Melihat
Suminoe-san yang terlihat lesu, aku memastikan bahwa kekacauan itu sudah mereda
sebelum pulang ke rumah keluarga Konohana.
“---Nah.”
Selama periode
pemilihan OSIS, aku
dibebaskan dari tugas sebagai pelayan selain pengurus, jadi begitu aku kembali
ke kamarku, aku langsung mengeluarkan naskah pidato dari tas.
Seperti
biasa, aku harus berterima kasih kepada Shizune-san yang selalu memahami apa yang
ingin kulakukan. Tidak ada yang menyangka bahwa aku, yang seharusnya hanya
pelayan percobaan, akan berusaha menjadi anggota OSIS
Akademi Kekaisaran.
Aku
segera mulai memeriksa naskah.
(... Mereka berdua menulisnya dengan serius.)
Aku
merasa seolah-olah ‘bakat
melihat di balik data’
yang dikatakan Takuma-san mulai muncul. Dari kedua naskah, aku merasakan tekad
yang kuat terhadap pemilihan dari mereka.
Tugasku
adalah menyusun perasaan ini agar bisa disampaikan kepada audiens dengan
efisiensi maksimal.
Pidato
calon ketua tidak bisa dilakukan kapan saja. Mereka
hanya diperbolehkan melakukannya
saat jam istirahat
dan sepulang sekolah. Waktu istirahat
terbatas, tetapi setelah sekolah ada lebih banyak waktu, jadi sepertinya bisa
membuat pidato yang lebih rinci dibandingkan saat istirahat. Jika begitu,
mungkin lebih baik menyiapkan dua naskah.
(Ini
mirip dengan permainan manajemen.)
Seperti
yang dikatakan Hinako saat istirahat siang, permainan manajemen
dan pemilihan OSIS sangat
berbeda. Namun, pengalaman melakukan konsultasi untuk beberapa perusahaan
sekaligus dalam permainan manajemen tetap berguna.
Intinya, aku hanya perlu memanfaatkan
kelebihan mereka masing-masing
untuk mengembangkannya.
Baik
dalam manajemen maupun pemilihan, hukum yang sama tetap berlaku: semakin banyak
kepercayaan yang kita dapatkan, semakin besar kemungkinan kita untuk menang. Dalam pemilihan OSIS, perusahaan berubah menjadi
manusia, dan saham berubah menjadi suara.
(...
Untuk berjaga-jaga, sebaiknya aku akan meminta
Hinako untuk mengonfirmasinya.)
Aku
melihat ke arah Hinako yang sedang berbaring di tempat tidur di belakangku.
“Hinako,
bisakah kamu membaca naskah ini sekali?”
“Mm...
serahkan saja padaku.”
“Maafkan aku karena sudah
mengganggumu saat kamu mengantuk.”
“Tidak
masalah... semuanya itu cuma masalah kecil demi
Itsuki.”
Setelah
mengatakan itu, Hinako berdiri dan berjalan kecil mendekat ke
arahku.
Hinako
mulai membaca naskah yang terbentang di atas meja. ... Rambutnya yang berwarna amber jatuh di
lenganku, dan itu sedikit
menggelitik.
“Di
sini... ada terlalu banyak angka, jadi mungkin agak sulit untuk memahaminya.”
“...
Begitu ya.”
Dalam
situasi di mana diagram dan tabel tidak bisa digunakan, menyampaikan angka
secara lisan mungkin tidak akan langsung dipahami.
Walaupun
penggunaan proyektor diperbolehkan selama
pidato, tapi naskah yang kuperiksa
dengan Hinako ialah naskah pidato selama
waktu istirahat. Waktu istirahat sangat terbatas,
jadi aku tidak ingin menggunakan proyektor. Tennouji-san
dan Narika juga membutuhkan istirahat minimal, dan pasti akan sulit untuk menangani
masalah peralatan.
“Sudah kuduga, apa kamu juga belajar tentang
presentasi semacam ini?”
“Mm...
karena mungkin aku akan tampil secara terbuka di
rapat pemegang saham di masa depan nanti.”
Itu
adalah pembicaraan dengan skala yang menakutkan.
... Jauh
sekali.
Sepertinya
aku belum bisa mencapainya.
Namun,
jalan yang harus dilalui sudah terlihat. Aku hanya perlu tumbuh dan berkembang secara bertahap tanpa
terburu-buru. Saat aku berpikir seperti itu, smartphone-ku bergetar memberitahu ada tanda panggilan masuk.
“...
Ini dari Takuma-san.”
“Ugh...”
Hinako
membuat wajah tidak suka dan menyelipkan dirinya ke dalam selimut.
Apa dia sangat begitu membencinya...?
“Ya,
Itsuki-kun.”
“Halo.
Kira-kira ada apa, Takuma-san?”
“Masa
pemilihan OSIS dimulai hari ini, ‘kan? Kupikir aku akan memberikan
beberapa kata penyemangat untukmu.”
“Penyemangat...
ya?”
Ketika
orang ini mengatakan sesuatu,
entah kenapa rasanya ada sesuatu yang
mencurigakan...
“Apa
kamu berencana untuk menjadi wakil ketua, Itsuki-kun?”
“Ya.”
“Jadi,
dua calon ketuanya
adalah temanmu, ya. ... Sepertinya kamu juga
sudah memutuskan untuk mendukung kedua orang itu
sekaligus.”
“...
Benar.”
Sepertinya
ia benar-benar tahu segalanya.
Aku akan
memakluminya jika itu
hanya tentang diriku, tetapi bagaimana ia bisa
mengetahui bahwa Tennouji-san
dan Narika adalah calon ketua? Aku masih tidak mengerti jaringan informasi
orang ini.
“Yah,
jika kamu ingin menjadi eksekutif di Grup Konohana, kamu harus melakukan hal
semacam itu.”
“...
Ehm, aku tahu kalau terlambat menanyakan ini sekarang,
tapi bukannya tujuan untuk menjadi
eksekutif di Grup Konohana dan tujuan untuk menjadi
konsultan bisa berjalan beriringan, ‘kan?”
“Tentu saja
bisa. Bagaimanapun juga, dunia
ini adalah meritokrasi. Jika kamu menjadi konsultan yang hebat, kamu seharusnya
bisa masuk ke grup mana pun, bukan hanya grup
perusahaan kami saja.”
Bagaimanapun,
dunia ini adalah meritokrasi.
Aku
merasa bahwa mungkin itu memang
benar. Dulu, aku berpikir bahwa faktor keberuntungan seperti orang tua dan
latar belakang sangat berpengaruh, tetapi setelah melihat siswa-siswa di Akademi Kekaisaran yang terus berusaha,
aku menyadari bahwa itu hanya sebagian kecil dari elemen yang mengarah pada
hasil.
Aku tidak
menyangkal bahwa ada faktor keberuntungan. Namun, selama kita memiliki kemampuan, kita bisa
menangkap peluang juga masih ada benarnya.
Di dunia ini, orang-orang yang memiliki kemampuan mendapatkan pengakuan yang
layak.
Jika
Takuma-san mengatakan itu mungkin, maka tidak ada masalah untuk mencapai kedua
tujuan tersebut.
Namu, masih ada
satu hal yang mengkhawatirkanku.
“Tapi,
seperti yang kupikirkan selama kunjungan sosial sebelumnya, memangnya itu tidak akan menimbulkan
ketidakpuasan dari orang-orang yang sudah ada dalam grup jika ada eksekutif yang datang dari luar?”
“Hahaha...
bagus sekali,
pertanyaanmu jadi semakin
spesifik.”
Terima
kasih.
Aku
teringat pada rapat pemegang saham Taiyo Construction. Pimpinan Taiyo
Construction kehilangan mayoritas sahamnya kepada Suzuki Fund. Apa
akibat dari itu akan terlihat sedikit demi sedikit ke depannya, tetapi aku
tidak bisa melupakan wajah cemas presiden Taiyo Construction yang kulihat waktu itu.
“Jangan
khawatir. Aku akan mengurus hal-hal seperti itu.”
Takuma-san
menjawab dengan tenang.
Aku
mengernyitkan dahi. Meskipun dia memuji pertanyaanku yang spesifik, jawabannya
terasa abstrak. Seolah-olah ia menghindari pertanyaanku...
“Kali
ini, lebih dari permainan manajemen, acara ini
akan menjadi tantangan dalam hal beban kerja. Aku menyarankanmu untuk
meminta bantuan Hinako jika perlu.”
“Hinako...?”
“Kamu
pasti sudah menyadari seberapa tinggi kemampuan
praktis Hinako. Kamu hanya perlu menyerap apa yang tidak bisa kamu dapatkan
dariku dengan baik.”
Aku tidak
ingin membebani Hinako terlalu banyak, tetapi seperti yang dikatakan
Takuma-san, kemampuan praktis Hinako memang tinggi. Aku sudah lama merasa iri
padanya.
Selama periode
pemilihan OSIS,
sepertinya Hinako tidak akan terlalu diperhatikan oleh orang-orang di
sekitarnya, jadi aku akan mencari waktu yang tepat ketika dia tidak tampak
lelah untuk meminta nasihat.
“Ngomong-ngomong,
Itsuki-kun. Di permainan manajemen, ada sesuatu yang dihilangkan. Apa kamu tahu
apa itu?”
Tiba-tiba,
Takuma-san bertanya demikian.
“...
Tidak.”
“Kurasa kamu
akan melihatnya pada pemilihan kali ini. Jika kamu
bisa mengatasinya, kamu akan berkembang lebih jauh.”
Panggilan telepon
pun terputus.
Apa
jawaban untuk pertanyaan terakhir itu? ... Dengan pertanyaan yang tersisa di pikiranku, aku meletakkan
smartphone di samping meja.
“Itsuki...”
Hinako
yang terbungkus selimut, menjulurkan kepalanya
dan memanggilku.
“Itsuki...
apa kamu berencana untuk menjadi eksekutif di Grup Konohana?”
“Eh?
Ah, apa aku tidak pernah bilang, ya?”
“...
Kamu tidak pernah mengatakannya.”
Hah....?
Kalau
diingat-ingat kembali, sepertinya aku memang belum
memberitahunya.
Pertama-tama,
aku memberitahu Takuma-san dan saat permainan manajemen berlangsung, Tennouji-san menyadarinya, tapi setelah
itu aku tidak pernah memberitahukan
siapa pun.
Ada juga
rasa malu untuk mengatakannya sendiri. Hal itu
mungkin bisa diartikan seolah-olah aku berusaha keras demi Hinako, dan aku tidak ingin
terdengar seperti orang yang mengharapkan balasan.
Aku hanya
berusaha karena aku ingin melakukannya...
“Jadi,
itu berarti...”
Hinako berkata sambil menatapku dengan
canggung.
“Apa itu
berarti... kamu akan selalu bersamaku selamanya...?”
Hinako
bertanya dengan tatapan penuh harapan.
Mungkin
itu berarti bekerja sebagai eksekutif di Grup Konohana selamanya. Menjadi eksekutif
adalah tujuan utamaku sehingga aku
belum memikirkan apa yang akan terjadi setelah itu... tetapi, selama aku tidak
dipecat, mungkin aku akan terus bekerja.
“...
Yah, aku mungkin akan senang kalau memang itu yang terjadi.”
Ketika
aku menjawab demikian, wajah
Hinako seketika langsung memerah
dan dia berusaha keluar dari ruangan.
“Hinako?”
“...
Aku akan kembali ke kamarku.”
Hinako
membuka pintu. Tiba-tiba, seorang pelayan yang kebetulan
sedang membersihkan koridor menoleh ke arah kami. Sepertinya
aku tidak perlu mengantarnya ke kamarnya.
Aku hanya
bisa diam-diam menatap pintu yang perlahan-lahan tertutup.
Aku penasaran apa yang sebenarnya
terjadi...?
◇◇◇◇
(Sudut
Pandang Hinako)
Setelah
kembali ke dalam kamarnya,
Hinako langsung menghempaskan dirinya di
atas tempat tidur.
Sambil
memeluk bantal erat-erat, dia kembali mengingat
percakapannya dengan
Itsuki tadi.
“...
Nhehe.”
Dia sama sekali tidak mengetahui bahwa Itsuki berencana untuk
menjadi eksekutif di Grup Konohana.
Hinako
tahu bahwa Itsuki memiliki tujuan yang tinggi. Itsuki
juga pernah mengatakan kalau
dirinya ingin setara... ingin berdiri di sampingnya.
Namun, dia tidak menyangka bahwa tujuan konkret itu adalah menjadi eksekutif di Grup Konohana...
Bukan menjadi eksekutif di Grup Tennouji, atau eksekutif di perusahaan Shimax yang dikelola oleh keluarganya
Narika. Tujuan
yang ingin dicapai Itsuki adalah menjadi eksekutif di Grup Konohana,
tempat Hinako berada.
Apalagi ia
bahkan mengatakan akan selalu bersamanya.
Bukannya itu
sama seperti...
(Bukannya ini sama seperti...
seperti sebuah lamaran...!! )
Sambil
memeluk bantal, dia membayangkan diri mereka yang disambut meriah dalam upacara pernikahan.
Dia ingin
membeli gaun pengantin. Gaun pengantin yang
paling indah. Semakin cepat pernikahan
dilakukan, maka itu semakin lebih
baik. Bagaimana kalau mereka jika
menikah sebagai pelajar?
Di tempat
pernikahan dalam imajinasinya, ada wajah-wajah yang dikenalnya. Tennouji Mirei, Miyakojima Nariika, Hirano Yuri. Mereka semua
bertepuk tangan untuk pernikahan mereka.
(Aku
menang... aku adalah gadis yang
terpenting bagi Itsuki...! Bagaimanapun
juga, akulah heroine utamanya...!)
Belakangan
ini, Hinako mulai menggunakan
istilah yang dia pelajari dari manga shoujo. Dia memeluk bantal dengan
kuat.
Lebih baik
kalau dirinya tidur seperti ini. Sekarang, sepertinya malam ini dia bisa mendapatkan mimpi yang
paling bahagia.
“Permisi.”
Saat dia mencoba memejamkan
matanya, Shizune
masuk ke dalam ruangan.
Shizune
melihat Hinako yang berusaha tidur di tempat tidur dan membuka mulutnya.
“Ojou-sama,
sekarang sudah waktunya bagi Anda untuk belajar...”
“...
Hari ini tidak mau.”
“Anda
akan dimarahi oleh Kagen-sama.”
“Tidak
apa-apa. Papa seharusnya sedang berada di kediaman utama hari ini.”
Hinako
dengan cerdik memeriksa tindakan ayahnya. Shizune menghela napas
kecil.
“Jika
Anda terlalu santai, Itsuki-san akan
kecewa kepada Anda.”
Akhir-akhir
ini, Shizune sering menggunakan Itsuki untuk memotivasi Hinako. Sebenarnya, hal tersebut sangat efektif, jadi jika
Hinako biasanya akan patuh, tetapi...
“Heh.”
“...
Apa-apaan dengan wajah itu?”
“Itsuki...
sudah memilihku. Jadi, aku tidak perlu mengkhawatirkan itu
lagi...”
Shizune
merasa kebingungan ketika Hinako menunjukkan senyuman
percaya diri.
“Apa
Anda diberitahu sesuatu darinya?”
“...
Itsuki bilang kalau dirinya ingin menjadi eksekutif
di Grup Konohana.”
Itu
adalah sesuatu yang juga sedikit dipahami oleh Shizune.
Ketika
permainan manajemen baru dimulai, Itsuki ragu apakah dirinya harus memulai bisnis dari awal
dan bertanya kepada Shizune tentang bagaimana jika ingin terlibat dalam
manajemen di masa depan.
Setelah
itu, Itsuki memilih jalur wirausaha dalam permainan manajemen, tetapi tujuan
asli Itsuki seharusnya bukan memulai bisnis, melainkan menjadi seorang manajer.
Permainan manajemen hanyalah media pembelajaran
untuk itu. Setelah memulai bisnis konsultan, ia lebih memprioritaskan
konsultasi untuk perusahaan besar, jadi jelas sekali
bahwa Itsuki memikirkan untuk mengelola perusahaan besar di
masa depan.
Jika
dipikirkan secara logis... ia pasti ingin terlibat dalam manajemen keluarga Konohana.
Itu
adalah keputusan yang berani. ejujuran patut dihormati. Mungkin itulah sebabnya Itsuki bertujuan untuk menjadi
anggota OSIS??
Upayanya pasti menguras air
mata. Setidaknya selama masa pemilihan, Shizune
berniat menghargai usaha yang sudah dilakukan Itsuki.
Namun, di
hadapan Shizune yang merasa terharu... Hinako menunjukkan
ekspresi melankolis yang mencair.
“Itsuki...
ia akan selalu bersamaku...”
Ini
adalah situasi di mana sulit untuk merasakan keharuan.
Melihat Hinako
yang sepenuhnya tenggelam dalam kebahagiaannya sendiri, Shizune membersihkan
tenggorokannya untuk menarik perhatian.
“Jangan
lengah.”
“...
Hueh?”
Shizune
menatap Hinako dengan tajam, yang tampak sepenuhnya lengah.
“Meski
perasaan Itsuki-san memang seperti
itu, bagaimana orang-orang di sekitarnya bertindak adalah masalah yang berbeda.
... Setelah permainan manajemen, Itsuki-san menarik perhatian banyak orang.
Meskipun dirinya bisa
menjadi eksekutif di Grup Konohana, masih ada kemungkinan besar dirinya akan direkrut
orang lain.”
“Di-Direkrut...!?”
Itu
adalah sesuatu yang benar-benar mungkin terjadi. Hinako
juga menyadari hal itu, sehingga kepercayaan dirinya yang sebelumnya mulai
runtuh.
“Ojou-sama,
apakah Anda tidak memiliki kecurigaan? Seseorang selain diri Anda yang
mengincar Itsuki-san.”
“............................
ada.”
Hinako
menjawab dengan suara kecil.
“..........................
sekitar empat orang.”
“......
Itu lumayan banyak.”
Shizune
meletakkan tangannya di dahi. Pria
itu ternyata lebih populer dari yang diperkirakan.
“Ngomong-ngomong,
boleh saya bertanya siapa saja yang
Anda pikirkan?”
“......
Hirano-san, Tennouji-san,
Miyakojima-san. ... dan Shizune.”
“Ya?”
Ada orang
yang tidak terduga di antara mereka.
“Saya?”
“Habisnya,
Shizune... akhir-akhir ini, kamu sering melihat Itsuki...”
Ketika
Hinako mengatakan hal itu, Shizune jadi teringat pada hal yang
disebutkan.
Setelah
hobi cosplay-nya diketahui oleh Itsuki, Shizune secara teratur memperingatkan
Itsuki agar tidak membocorkan rahasianya kepada orang lain. Terutama ketika
topik tentang pakaian atau hobi muncul, dirinya
selalu melirik ke arah Itsuki.
Hinako
sedang berbicara tentang saat itu.
“Ojou-sama,
itu adalah...”
“Itu
adalah...?”
“Tidak,
um...”
“Um?”
Situasinya jadi berbalik.
Ketika
Hinako terus-menerus menatapnya, Shizune
mengalihkan pandangan.
“Mari
kita kembali ke topik.”
“...
Kamu mengalihkan pembicaraan.”
“Saya
tidak mengalihkan pembicaraan.”
Dia hanya
berusaha mencegah pembicaraan ini semakin melenceng. Shizune meyakinkan dirinya
sendiri dan melanjutkan.
“Ojou-sama seharusnya sudah mengerti.
Itsuki-san adalah seseorang yang sangat dicari.”
“Mu,
gu...”
Shizune
terus melanjutkan ketika Hinako terdiam.
“Jika
Itsuki-san ditawari untuk direkrut oleh orang lain, apakah ia bisa tetap setia
melihat Ojou-sama yang malas seperti sekarang? ---
Tidak. Anda harus siap untuk ditinggalkan.”
“......
Gununu, nunun...”
Hinako,
yang seharusnya tidak memikirkan hal itu, malah membayangkannya.
Setelah
pernikahan, seharusnya mereka menjalani hari-hari yang bahagia. Namun kebahagiaan itu
mungkin telah membuat hati Hinako menjadi lembek.
Itsuki
menatapnya dengan tatapan dingin.
“Maaf,
Hinako. Aku... akan bekerja di bawah atasan yang lebih baik.”
“I-Itsuki...!!”
Seluruh
tubuhnya bergetar.
“Itsuki...
jangan pergi ke mana-mana...”
Melihat kondisi Hinako yang melemah, Shizune menghela
napas.
Sebenarnya,
pria itu tidak mungkin menyakiti Hinako seperti ini. Shizune hanya bermaksud memberikan
sedikit dorongan, tetapi mungkin dia
terlalu menakut-nakuti lebih dari yang diharapkan.
Namun,
apa yang perlu dilakukan tetap harus dilakukan.
Hinako dulu pernah melakukan kesalahan etika
dengan melanggar aturan tiga detik di acara makan malam penting. Itsuki merasa
bertanggung jawab dan sangat terpuruk, tetapi sebenarnya Shizune juga sama-sama merasa menyesalinya.
“Baiklah,
Ojou-sama. Mari kita berjuang hari ini.”
Orang yang
menemani Hinako bukan hanya Itsuki sebagai pengurus.
Ketika keberadaan Itsuki
memberikan permen, maka pada saat
itulah Shizune akan berperan sebagai cambuk.
Shizune telah memutuskan demikian.

