
Chapter 6 — 1 April (Jumat) Asamura Yuuta
Musim selalu
mendekat dengan pelan dan hening, tapi mereka bisa berlalu dengan cepat. Tanpa
terasa, bulan Maret telah berakhir. Bunga sakura sedang mekar dengan sempurna,
dan ramalan cuaca di televisi menyebutkan bahwa hari ini adalah hari di mana
bunga-bunga tersebut mekar sepenuhnya. Namun, aku sendiri tidak memiliki
kesempatan untuk menikmati pemandangan berwarna pink itu, karena aku harus
pergi ke universitas dan mengikuti tes bahasa Inggris bersama mahasiswa baru
lainnya.
Tes
penempatan.
Ini adalah
tes untuk mengukur kemampuan mahasiswa. Di Universitas Ichinose, tes ini
dilakukan untuk menilai kemampuan bahasa Inggris. Kuliah bahasa Inggris akan
dibagi ke dalam kelas-kelas sesuai dengan kemampuan yang diukur di sini. Isi
tes mencakup tata bahasa, pemahaman bacaan, hingga mendengarkan.
Setelah tes
selesai, aku meletakkan pensil di atas meja dan meregangkan badanku. Aku sudah
melakukan yang terbaik dalam batas kemampuanku. Selain itu, mengingat sifat tes
ini, lebih baik menunjukkan kemampuan yang sebenarnya daripada hanya
mendapatkan nilai baik dengan cara yang instan. Merasakan pencapaian tanpa memaksakan
diri merupakan hal yang penting bagi para pelajar, sehingga pembelajaran pada
tingkat yang tepat menjadi sangat penting—itulah sebabnya tes ini digunakan
untuk penempatan kelas.
Aku dan
Ayase-san rajin menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari dan
saling memberikan pertanyaan karena kami percaya bahwa penguasaan bahasa adalah
penting untuk masa depan kami, bukan hanya untuk mendapatkan hasil yang
sementara.
Aku ingin
memiliki tujuan jangka pendek untuk terus berlatih percakapan bahasa Inggris.
Sepertinya seorang tokoh besar pernah berkata, ‘tujuan sebuah perjalanan
ditentukan untuk memulai perjalanan’. Aku memanfaatkan tes ini sebagai
kesempatan untuk belajar bahasa Inggris. Jadi, aku sudah melakukan yang terbaik
yang bisa kulakukan dan berencana untuk terus melakukannya.
Aku
meninggalkan area universitas dan pulang ke rumah.
Di luar
jendela gerbong kereta yang bergetar, langit bulan Maret masih tampak biru
lembut. Warna merah senja mulai mengejar dari arah barat di setengah bola
langit berwarna biru. Pengumuman menyebutkan nama Stasiun Shibuya. Sebelum
suasana sekitar terbenam dalam kegelapan malam, aku keluar dari gerbang tiket.
Setelah
mengucapkan “aku pulang” dan membuka pintu ruang tamu, Ayase-san muncul dari
arah dapur. Dia mengenakan celemek. Sepertinya dia sedang menyiapkan makan
malam.
“Selamat
datang kembali. Bagaimana tesnya?”
“Yah lumayan.
Aku tidak yakin bisa sebaik Ayase-san. Ujian Ayase-san itu besok, ‘kan?”
“Iya. Yah,
kupikir tidak ada gunanya mendapatkan nilai bagus dengan cara instan, jadi aku
sudah mempersiapkan segalanya, dan tinggal mengikuti tes seperti biasa.”
“Aku juga
berpikir begitu sih, tapi.”
“Tapi?”
“Namun, aku
ingin mengingat sedikit lebih banyak bahasa Inggris. Hari ini... aku akan
istirahat.”
Aku mengatakannya
sambil menghela napas. Meskipun aku berpikir untuk bersikap biasa saja, ketika
ada tes, manusia pasti merasa tegang.
“You've
worked hard. Congratulations! Lucky you today, you get to be comforted a lot
me!”
Ayase-san
berkata sambil tersenyum. Pada awalnya aku tidak bisa memahami arti di bagian ‘to
be comforted’ dalam bahasa Inggris
dan terpaksa menerjemahkannya perlahan ke dalam bahasa Jepang. Eh... aku akan dihibur
oleh Ayase-san? ...Bagaimana caranya?
“Hari ini,
kita akan menikmati sushi gulung tangan yang lezat!”
Itu memang
suguhan yang mewah.