Heroine-tachi ga Chapter 6.1 Bahasa Indonesia

Chapter 6.1 — Shinonome Shino After, Kucing Hitam Nakal Membisikkan Kata-Kata Cinta Dan Mengirimkan Permohonan Di Malam Hari.

 

Mau jalan-jalan melihat bintang seharian? Hari ini katanya ada hujan meteor yang bisa dilihat.

Pada suatu sore di akhir musim gugur, aku dan Shino sedang bersantai di sofa kamar kami saat dia tiba-tiba mengajukan ajakan itu.

Kedengarannya ide yang bagus. Tiga orang lainnya juga seharusnya sudah selesai kuliah, jadi kita bisa pergi setelah itu.

Ahem.

Shino berpura-pura batuk dengan sengaja. Dia melihatku sambil tersenyum.

Sebenarnya, ketiga orang itu sepertinya punya laporan yang harus diselesaikan hari ini, jadi mereka akan terlambat.

Eh? Benarkah?

Sangat disayangkan! Iya, sungguh sangat disayangkan, sepertinya kita hanya bisa pergi berdua!

…Aneh sekali. Meskipun Shino mengatakannya dengan nada kecewa, tapi entah mengapa suaranya tetap bersemangat.

Kalau sudah diputuskan, sebaiknya kita harus bergegas. Mobil sewaan sudah dipesan, dan barang-barang yang diperlukan sudah dimasukkan ke dalam mobil. Kita hanya perlu pergi ke lokasi.

Wah, sepertinya kamu sudah menyiapkannya dengan sangat baik…

Iya, kebetulan saja. Ayo, cepat pergi. Waktu adalah uang.

Meskipun aku menyindirnya, senyuman Shino tetap tidak memudar. Jika dia terus-menerus berwajar poker, pasti tidak ada yang bisa mengalahkannya.

Walaupun kami biasanya berlima, tapi Gadis Elok Empat Arah sedang bersaing mendapatkan perhatianku untuk menjadi nomor satu untukku, jadi aku seringkali melihat mereka berusaha untuk menjadikan kami berduaan saja.

Yah, biasanya Gadis Elok Empat Arah lainnya selalu menghalangi sih…

Namun, Shino berhasil menemukan kesempatan untuk berduaan denganku meskipun selalu berada dalam pengawasan.

Aku tidak tahu sejak kapan dia mempersiapkannya, tapi jika dilihat dari antusiasme Shino, sepertinya dia tidak hanya merencakannya sehari atau dua hari sebelumnya.

Kurasa dia memang sangat menantikannya.

Setelah berpikir demikian, tiba-tiba aku merasakan gelombang rasa sayang untuk Shino.

Hmm… tiba-tiba ada apa?

Maaf, karena Shino imut banget, jadi aku tidak bisa menahan diri.

Saat aku mengelus kepala Shino, dia tampak nyaman dan menyerahkan diri. Aku mengelusnya seperti mengelus kucing. Hari ini, aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan Shino.

Kalau begitu, ayo kita pergi… eh, ada apa?

Shino menatapku dengan mata yang berapi-api.

Boleh aku menyerangmu sebelum kita berangkat?

Ya mana bolehlah!?

Sisanya diserahkan pada imajinasi pembaca.

 

◇◇◇◇

 

Shino membawaku ke tempat perkemahan yang jauh dari pusat kota. Dalam ketenangan hari kerja, untungnya tidak ada pengunjung lain yang terlihat selain kami.

Dari puncak bukit kecil, aku bisa melihat pemandangan kota dari kejauhan. Angin musim gugur lembut membelai kulitku, daun-daun pohon bergetar lembut, dan warna merah tua di langit jauh perlahan-lahan larut dalam kegelapan malam.

Kurasa ada baiknya bisa sesekali menjauh dari peradaban… Pemandangannya juga bagus.

Benar. Udaranya juga terasa segar.

Aku menghirup udara segar dalam-dalam. Udara yang sejuk dan nyaman menyebar ke seluruh tubuhku, seolah-olah membersihkan hatiku.

Tiba-tiba, aku melihat Shino mengenakan jaket berhoodie berwarna biru gelap, di bawahnya dia mengenakan kaos putih sederhana berlogo, celana denim hitam, serta mengenakan kalung kecil.

Shino menatap langit berwarna merah tua yang ditelan malam. Ketika angin berhembus, rambut hitam legamnya sedikit berkibar seolah-olah malam sedang menyambut Shino. Tiba-tiba, tatapan kami bertemu.

Ada apa?

Tidak, bukan apa-apa.

Karena rasanya memalukan untuk mengakui bahwa aku terpesona padanya, jadi aku segera menatap ke depan.

Ngomong-ngomong, minum alkohol sambil melihat pemandangan ini rasanya enak sekali, bukan? Bagaimana denganmu, Satoshi-san?

Ah, aku juga… Tunggu dulu!?

Aku secara refleks melihat ke arah Shino, ang entah bagaimana mengeluarkan sekaleng bir, membukanya, dan langsung meminumnya. Lalu, Shino mengulurkan minuman yang sudah sedikit memabukkan kepadaku.

Tidak, masalahnya bukan itu.

Kita pulangnya bagaimana nanti!?

Aku adalah penyandang disabilitas yang tidak bisa menggunakan satu lengan karena tanganku masih cedera parah akibat kecelakaan, jadi aku tidak memiliki SIM. Itulah sebabnya Shino membawaku sampai ke sini, tapi sekarang setelah minum-minum, dia pasti tidak bisa menyetir. Namun, Shino tampak tidak mempermasalahkannya sama sekali.

Jangan khawatir. Aku juga membawa tenda, jadi kita bisa bermalam di sini. Untung saja aku membawanya untuk jaga-jaga. Ada pepatah yang mengatakan 'persiapan mencegah kekhawatiran', dan menurutku para pendahulu kita meninggalkan kata-kata yang bijak. Iya, seriusan.

Gadis ini

Ketika dia dengan bangga membuka bagasi mobil, memang ada barang-barang yang cukup untuk bermalam. Terlalu banyak barang hanya untuk melihat bintang, tetapi akhirnya aku mengerti. Dia membuatku merasa tenang dengan mengatakan ini hanya perjalanan sehari, padahal dia sudah merencanakan semuanya.

 

Sebagai protes, aku menatap Shino dengan tatapan kesal, tetapi dia hanya mengabaikannya.

Maafkan aku ya, Nyan~

Melihat Shino yang berpose seperti kucing dengan lidah menjulur──

Aku memaafkanmu.

Keimutan itu curang banget

 

◇◇◇◇

 

Api unggun berdesis dan berderak. Kami duduk di dua kursi lipat dan menatap api unggun dengan tenang. Di hadapan kami, panci beras mengeluarkan uap sambil perlahan memasak nasi.

Nasi sepertinya sudah hampir matang… Shino, bisakah aku meminta bantuanmu?

Serahkan saja padaku~

Shino sudah sepenuhnya mabuk. Dia memberi hormat dengan imut dan membuka tutup panci. Meskipun aku khawatir apakah aman membiarkannya bekerja di dekat api, dia melakukannya dengan sangat terampil.

Nasinya matang dengan baik~. Mari kita diamkan sebentar.

Setelah berkata demikian, dia menutup panci dan membaliknya. Sementara itu, aku memanaskan kari instan dalam air panas. Aroma rempah-rempah yang menggugah selera menyebar dari saus yang perlahan dipanaskan.

Kira-kira segini sudah cukup kali ya~?

Shino dengan hati-hati membuka tutup panci. Di dalamnya, nasi putih yang baru dimasak kelihatan bersinar. Dia memasukkan sendok nasi, mengurai nasi yang lembut, lalu menyajikannya di piring dan menuangkan kari instan yang sudah dipanaskan di atasnya. Saus kentalnya melapisi nasi putih, dan saat melihatnya, selera makanku semakin meningkat.

Karena terpengaruh Shino, aku juga mengambil minuman dan bersulang bersamanya. 

Enak sekali~~ 

Ah, rasanya terlalu enak… 

Saling lezatnya sampai-sampai aku bertanya-tanya, apa yang selama ini aku makan biasanya.

Bekerja sama sebagai pasutri juga tidak terlalu buruk, ya? 

Uhuk-uhuk…!? 

Aku dibuat tersedak karena perkataannya yang mendadak itu

Apa kamu baik-baik saja? 

Saat aku menoleh ke arahnya, Shino dengan pipi yang memerah tersenyum nakal, seolah merasa menang. 

Ah, aku baik-baik saja. 

Melihat ketenangannya membuatku merasa sedikit frustasi, jadi aku meneguk minumanku untuk menutupi perasaanku. Namun, dari balik kaleng itu, mata Shino yang berwarna merah tua dengan tenang berbicara. 

──Aku tahu semuanya, loh?

 

◇◇◇◇

 

Setelah selesai makan malam, kami mendirikan tenda. Meskipun begitu, itu bukan sesuatu yang megah. Kami hanya mendirikan tirai kain sederhana dan menata dua kantong tidur berjejer di dalamnya. 

Meski begitu, hatiku terasa bersemangat. 

Rasanya seperti markas rahasia…! 

Kata-kata itu terlepas dari bibirku tanpa kusadari

Hehe, rasanya senang sekali jika kamu puas. 

Atap tendanya cukup rendah, jadi aku tidak bisa melihat langit. Namun, suara angin yang terdengar dari luar dan suara rumput yang bergoyang menciptakan suasana yang tidak biasa. 

Layar ponselku dipenuhi dengan banyak notifikasi dari Satsuki dan dua orang lainnya

Melihat layar yang menunjukkan 99, aku sedikit merasa repot memikirkan bahwa besok akan menjadi hari yang sulit. 

Namun, kenyataan bahwa aku bisa mengunjungi tempat ini hari ini dan bisa menghabiskan waktu dengan Shino terasa lebih penting daripada segalanya. 

Kalau begitu, Satoshi-san. Kemarilah. 

Hm? 

Aku sudah banyak merepotkanmu hari ini. Jadi, anggap saja ini sebagai permintaan maaf. 

Shino duduk bersila dan menepuk-nepuk lututnya. Di tangan kanannya, dia memegang alat pembersih telinga dari bambu. 

Apa kamu sedang merencanakan sesuatu?

Senyum riang Shino yang tanpa beban menandakan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu yang nakal. 

Sembarangan ih! …Padahal aku cuma merasa senang kita bisa berduaan seperti ini…! 

Dia memprotes sambil mengerucutkan bibirnya.   Berbeda dengan dirinya yang biasanya penuh perhitungan, ekspresi polosnya seperti anak-anak terasa segar, dan aku tidak bisa menahan tawa. 

Maaf deh. Kalau begitu, aku akan memanfaatkan tawaranmu. 

Baik! 

Senyumannya tidak memiliki niat tersembunyi. Hanya ada kebahagiaan yang terlihat jelas. 

Aku membalikkan badan dan menyandarkan kepalaku di pangkuan Shino. Saat berbaring miring dengan telinga kanan di atas, alat pembersih telinga dari bambu menyentuh dengan lembut. 

Sentuhan paha yang lembut dan sesekali rambut hitam Shino yang menyentuh pipiku amehnya terasa nyaman. Padahal dia hanya membersihkan telingaku, tapi entah kenapa jantungku tiba-tiba berdebar kencang. 

Apa ada bagian yang gatal? 

Nyaman banget 

Kenyamanan yang membuatku terasa meleleh, tanpa sadar kata-kata jujur itu keluar. Meskipun dia cuma membersihkan telingaku, tapi seluruh tubuhku merasa manis dan terurai. 

Hehe, baguslah. Sekarang, mari kita bersihkan telinga sebelahnya. 

Tolong… 

Aku berbalik dan membenamkan wajahku di perut Shino. Rasanya lembut dan hangat, dan aroma manis menggelitik hidungku. Terjepit di antara paha dan perut Shino, aku benar-benar terbungkus. oleh Shino. 

Sekarang, sisi ini juga. 

Iyah~ 

Hehe… kamu manja sekali, ya. 

Suara lembutnya berbisik di dekat telingaku. Rasanya begitu menggelitik, tapi entah mengapa rasanya menenangkan sehingga aku mendekatkan diri kepada Shino seolah-olah tertarik padanya

Sementara itu, telinga kiriku dibersihkan dengan lembut dan teliti seperti telinga kananku. 

Baik, sudah selesai. 

Hmm… terima, uhm!? 

Ketika aku mencoba mengangkat kepala dengan otak yang serasa meleleh, Shino seketika menindihku. 

Dan kemudian, bibirnya menyentuhku. 

Ada celah, 

──aku berhasil. 

Shino tersenyum bangga.

Di dalam tenda yang diterangi cahaya bulan, hanya mata rubi dan garis wajahnya yang samar terlihat. 

Apa kamu sudah merencanakan ini dari awal? 

Hmm…? Bagaimana menurutmu? 

Dia menempelkan jari telunjuk di bibirnya dan tersenyum nakal. Niat sebenarnya sulit untuk dibaca bahkan oleh cahaya bulan. Aku mengangkat tubuhku dan menggaruk pipiku yang terasa panas. 

Baiklah, sekarang giliranku. 

Eh? 

Aku tidak mau menjadi pihak menerima doang.

Aku duduk bersila dan memberi isyarat, Kemarilah.

Shino mengerjap sejenak, lalu tersenyum bahagia. 

Kalau begitu, aku akan memanfaatkan tawaranmu!

Shino mengibaskan ekornya yang tak terlihat dengan gembira dan menyandarkan kepalanya di pangkuanku. Dia kemudian meletakkan kepalanya dengan manis di lututku. Wajahnya menyentuh wajahku, dan pipinya menggosok-gosok dengan lembut, membuatku merasa geli. 

Dia berusaha menahan napasnya, tetapi napasnya yang berat terdengar jelas. Aku sedikit tersenyum pahit melihat Shino yang dipenuhi hasrat

Ayo cepat! desaknya, sementara aku mengambil alat pembersih telinga... bukan, aku mendekatkan wajahku. 

Aku mencintaimu.

Eh? 

Saat aku membisikkan kata-kata manist itu di telinga Shino, dia secara spontan menjauhkan wajahnya dari perutku dan menatapku dengan tatapan bingung. 

Pipiku terasa panas. Aku tahu bahwa mengucapkan kata-kata yang begitu tulus tidak sesuai dengan sifatku. Namun, sekarang di kegelapan malam, tidak ada yang akan mengetahuinya. 

Aku sudah bilang kan? Aku tidak suka cuma menjadi menerima saja. 

“~~~~!! 

Ketika aku melihatnya dari atas, wajah Shino sudah memerah seperti kepiting rebus. 

──Aku menang...! 

Aku merasa sangat bersyukur bisa mengucapkan kata-kata itu. 

Tapi sesaat kemudian, Shino memelukku erat-erat. Dia menempelkan wajahnya dalam-dalam di perutku. Kemudian, dengan suara kecil yang bergetar, dia berbisik. 

 

Aku menyukaimu. 

──Seperti berbisik. 

Aku menyukaimu. 

──Seperti seorang gadis. 

Aku sangat mencintaimu. 

──Dengan penuh cinta. 

 

Suaranya kecil dan samar, tapi terdengar keras dan jelas di telingaku.

Kupikir aku sudah membalas dendam, tapi hasilnya ternyata seri.

Aku dan Shino sama-sama merasa malu, jadi kami hanya diam di tempat dan menunggu waktunya bintang jatuh. Namun, bisa dibilang, keheningan itu tidaklah buruk. 

 

◇◇◇◇

 

Kami mendirikan tenda dan duduk bersebelahan di area masuknya. Sambil dibungkus dalam satu selimut, kami berdua menatap langit malam dengan tenang. 

In-Indah sekali, ya~ 

Ah, iya… 

Kami berdua masih merasakan kepanasan, tetapi kami berusaha untuk tetap tenang. 

Bintang-bintang bersinar seolah-olah membelah langit malam. Meskipun langitnya sama, suasananya sangat berbeda dari kota. Hujan meteor belum datang, tetapi seharusnya waktunya tinggal sebentar lagi.

Baik Shino dan aku tidak banyak bicara, kami berdua hanya saling berdekatan sambil menunggu. Kehangatan Shino terasa lembut melalui selimut. Kehangatan itu begitu menenangkan, dan aku berharap waktu ini bisa berlangsung selamanya, tetapi tiba-tiba Shino memecah keheningan. 

Seberapa banyak pengetahuanmu tentang bintang-bintang? 

Sayangnya, tidak banyak. Pengetahuanku terhenti di tingkat SMP. Kalau boleh dibilang, mungkin hanya konstelasi Orion yang memiliki tiga bintang sejajar sebagai petunjuk. 

Aku mengeluarkan tangan dari selimut dan menunjukkan konstelasi Orion di langit. 

Kalau begitu, apa kamu mengetahui mitos antara Orion dan Artemis? 

Ya, sedikit. 

Artemis, dewi perburuan dan bulan yang perawan, terkenal karena membenci pria. Satu-satunya orang yang pernah dicintainya adalah Orion. 

Namun, hubungan mereka tidak disetujui oleh Apollo, saudara kembar Artemis. Apollo menipu Artemis, dan dia pun membunuh Orion dengan panahnya. 

Ketika Artemis mengetahui hal itu, dia sangat sedih dan memohon kepada ayahnya, Zeus, untuk mengangkat Orion sebagai konstelasi di langit malam... atau begitulah ceritanya. 

Itu cerita yang menyedihkan, ya… 

Aku tidak menyukai akhir yang buruk. Aku sudah cukup muak

Aku sangat membenci Apollo. Dia dipuja sebagai dewa utama dalam mitologi Yunani, tapi apa kamu tahu kalau dia menyebabkan tragedi yang tidak terhitung jumlahnya? 

Benarkah? 

Dia sering digunakan sebagai karakter kuat dalam game, jadi aku tidak pernah memiliki kesan itu. 

Ya. Dia bertindak sesuai dengan instingnya dan mengacaukan orang-orang di sekitarnya, sehingga menghancurkan kehidupan seseorang… 

Ah… jadi begitu. 

Aku tidak menyadarinya sampai dia mengatakannya, tetapi dia memang mirip dengan orang itu. Meskipun membandingkannya dengan dewa terasa berlebihan… 

Shino tampak mengingat orang itu dengan wajah ketakutan. Setelah menghela napas sekali, aku memeluk bahunya. Dia kemudian menatapku dengan penuh rasa penasaran

Ap-Apa ada yang salah? 

Tidak, aku merasa sedih jika kamu memikirkan pria lain saat berkencan denganku… 

Ah. 

Aku tahu bagaimana perasaan Shino tentang orang itu, dan aku juga tahu dia mencintaiku. Tapi meskipun begitu, jika dia sampai memikirkan pria lain, aku juga merasa cemburu. 

Sebesar itulah perasaan cintaku pada Shino. 

Fufufu, kamu sangat mencintaiku, ya… 

Iya, kan? 

Ya. Rasanya hangat… 

Keheningan menguasai dunia. Namun, anehnya, aku tidak merasa tidak nyaman. 

Berkat perasaan bahwa kami saling mendekat dan melihat sesuatu yang sama, semuanya terasa menyenangkan. 

Hei. 

Hmm? 

Shino memanggilku dengan cara yang terasa aneh. Ketika aku menoleh ke arahnya, aku merasakan sensasi lembut di bibirku. 

Dengan tatapan sedikit menengadah, dia memandangku dan berkata, 

“Ay-Ayo kita selalu bersama selamanya ya, Satoshisan 

Gaya bicara yang canggung dan tidak menggunakan bahasa formal membuatnya terputus di akhir kalimat dengan menambahkan san, sehingga terasa setengah hati. 

Aku merasa kagum melihat Shino, yang biasanya berusaha sempurna, berbicara dengan cara yang tidak sempurna. 

Ah, aku juga. 

Ketika aku melihat ke langit, hujan bintang jatuh mulai muncul satu per satu. Meskipun tidak sebesar hujan meteor seperti di anime, aku tetap merasa terharu. 

Ketika aku ingin berbagi perasaan ini dengan Shino, ia menangkupkan kedua lengannya dalam pose berdoa. 

Setelah beberapa detik berdiri, dia mengangkat wajahnya dengan napas putih. 

Apa yang kamu doakan, hmm? 

Shino menempelkan jari telunjuknya di bibirku ketika aku bertanya padanya

Rahasia. Katanya, jika keinginanmu diucapkan, itu tidak akan terwujud… 

Kurasa ada benarnya juga. 

Kita akan tahu kapan keinginan kita akan terwujud.

Mari kita tunggu hari itu dengan sabar.

Lagipula, kita masih punya banyak waktu──

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama