Heroine-tachi ga Chapter 5 Bahasa Indonesia

 Chapter 5 — Terima Kasih....

 

Aku, Sano Yuuto, memiliki empat orang yang ditakdirkan sebagai pasanganku──

Perkataanku ini mungkin terdengar seperti pemikiran halu ala remaja chuunibyou yang bakal membuat beberapa orang tertawa dan menganggapku gila, tapi aku memiliki perasaan samar seperti itu sejak aku cukup dewasa untuk memahaminya.

Meskipun aku tidak mengetahui wajah dan nama mereka, aku merasa seolah aku mengetahui segalanya──

Perasaan seperti itu mulai muncul sedikit demi sedikit menjadi kenyataan setelah aku bertemu dengan teman masa kecilku, Satsuki.

Saat aku di sekolah dasar, aku secara misterius bisa melihat sosok Satsuki Satsuki ketika dia tumbuh menjadi seorang siswi SMA.

Rambut pendeknya yang berwarna merah muda itu, saat tumbuh, menjadi rambut panjang yang indah bak kelopak bunga sakura, dan dia memandangku dengan senyuman yang bisa memikat siapa saja. Dan yang terpenting, tubuhnya yang menawan membuatku merasa bahwa dia adalah wanita yang sangat istimewa meskipun masih muda.

Saat itulah, takdir pertamaku yang selama ini samar mulai jelas.

Aku tidak boleh melepaskannya──sebuah dorongan yang mirip dengan insting bertahan hidup mendorongku untuk bertindak.

Dan, roda takdir pun mulai berputar ketika aku masuk SMA.

Kitagawa Reine, Nanjou Shuna, dan Shinonome Shino──pada saat itulah semua wanita yang ditakdirkan untukku berkumpul.

Selama kelas satu SMA, aku mulai bergerak untuk mendapatkan semua wanita ini, tetapi meskipun aku bertindak langsung, mereka mengabaikan niat baikku.

Karena itu, aku memutuskan untuk fokus pada Satsuki. Seperti kata pepatah, “Mereka yang mengejar dua kelinci tidak mendapatkan satu pun,” tetapi pertama-tama aku ingin menjadikan Satsuki milikku. Setelah itu, aku baru memikirkan langkah selanjutnya. Aku ingat dia mengatakan sesuatu tentang ingin menjadi idola gravure, tetapi sejujurnya, aku merasa itu semua terserah padanya.

Jika dia ingin melakukannya, tinggal lakukan saja. Tidak ada yang membatasinya.

Selain itu, aku sudah merasakan bahwa titik balik dalam kehidupanku akan datang pada 'kelas dua SMA'.

Namun, begitu aku memasuki kelas 2 dan mencoba mengembangkan hubunganku dengan keempat wanita itu, tidak ada perubahan sama sekali.

Niat baikku kembali diabaikan. Mengenang saat itu masih membuatku marah hingga sekarang.

“.....Ngomong-ngomong, ada orang tak tahu malu yang berusaha akrab dengan keempat wanita itu ya~”

Lucunya, keesokan harinya, keberadaannya langsung terlupakan hingga setidak ada yang mengingatnya terasa konyol. Sayangnya, aku tidak ingat wajahnya, tetapi mengingat sosok menyedihkan itu sedikit mengurangi rasa kesalku.

Kurasa hubunganku dengan mereka mulai berubah ketika keempat wanita itu mulai disebut sebagai Gadis Elok Empat Arah.

Dan kemudian, entah kenapa, tingkat kesukaan Gadis Elok Empat Arahpadaku mendadak meningkat, dan mereka mulai sering berbicara denganku dengan cara yang lebih ramah. Ada hal-hal aneh yang terjadi, seperti aku mendapat ucapan terima kasih untuk sesuatu yang tidak aku ingat, dan sejumlah uang besar tiba-tiba masuk ke dalam rekeningku, tapi aku meyakini hal itu.

Dunia ini berputar di sekitarku──

Dan, sepertinya Tuhan berusaha menghubungkanku dengan Gadis Elok Empat Arah. Aku menyadari bahwa wakilku meningkatkan tingkat kesukaan mereka padaku. Lebih tepatnya, ia menciptakan situasi yang menguntungkanku. Dan dugaan itu benar, dan tanpa melakukan apa-apa, aku sudah menaklukkan semua Gadis Elok Empat Arahsaat aku menginjak kelas tiga.

Ngomong-ngomong, aku menyebut wakilku itu Sinterklas.

Aku tidak tahu bagaimana penampilannya atau suaranya, tetapi kurasa itu nama yang cocok.

Namun, ada satu masalah. Semua Gadis Elok Empat Arahtidak akur satu sama lain. Inilah wujud dari keinginan mereka untuk memiliki diriku sepenuhnya, dan itu sangat merepotkan.

Aku mengabaikan semua konsultasi dan pembicaraan serius mereka, dan menyerahkannya kepada Sinterklas.

“Namun, ia benar-benar tidak bisa diandalkan di saat-saat penting.”

Ketika aku 'menunda' pengakuan dariGadis Elok Empat Arah, aku bermaksud memberikan mereka waktu untuk saling mengenal satu sama lain.

Jika ada waktu sampai upacara kelulusan, biasanya mereka akan akur, ‘kan? Meskipun Gadis Elok Empat Arahtidak bisa melakukannya sendiri, aku berpikir Sinterklas pasti bisa mengatasi semuanya.

Namun, ketika hari kelulusan tiba, Satsuki malah meminta supaya aku memilih satu orang di antara mereka berempat. Meskipun aku sudah memberikan mereka waktu, aku merasa frustrasi dengan Satsuki yang tidak bisa memahami maksudku. Jadi, aku mengusulkan agar kami menjadi teman seks untuk saling mengenal. Namun, dia malah berpaling dariku di tengah pembicaraan.

Aku tidak pernah menyangka dia akan menolakku, jadi aku tertegun, tapi aku berniat untuk segera mendekatinya.

Namun, seorang siswa di sekolah kami tertabrak di depan Satsuki, dan situasinya jadi tidak memungkinkan.

“Kalau ia mau terlibat kecelakaan, jangan merepotkanku sih……”

Meskipun ada kejadian semacam itu yang menjadi halangan, tapi sudah dipastikan bahwa semua Gadis Elok Empat Arahakan melanjutkan ke universitas yang sama. Menaklukkan keempatnya hanya masalah waktu saja.

Hanya saja, ada sesuatu yang menggangguku.

“Reine juga, entah kenapa dia mendadak menghubungiku dan menanyakan hal yang aneh…… seriusan.”

Aku berpikir dia akan menyetujui usulanku dan menantikannya, tapi yang ada hanya konfirmasi yang tidak penting.

Biasanya, aku akan mengangguk dan menyesuaikan pembicaraan, tapi aku ingin segera menyelesaikan percakapan dan melanjutkan permainan, jadi aku hanya menyampaikan fakta apa adanya.

Lagipula, Sinterklas pasti bisa mengatasi semuanya──

“Hanya saja, anehnya mereka bahkan tidak membaca pesanku.……”

Saat aku berpikir seperti itu, akhirnya upacara penerimaan mahasiswa baru pun dimulai. Sejak hari itu, aku tidak menerima kabar dari keempat wanita itu, jadi aku berusaha menghubungi mereka, tetapi tidak ada yang membaca pesanku.

Mau tak mau aku berniat berangkat ke kampus bersama Satsuki, jadi aku pergi menjemputnya, tapi tidak ada seorang pun di rumah.

Di langit, biru pucat membentang, dan dengan lembutnya angin berhembus, kelopak bunga sakura berterbangan. Upacara penerimaan mahasiswa baru ini merupakan upacara yang kelima sejak aku di taman kanak-kanak. Angka itu tidak memiliki makna khusus, tetapi Satsuki selalu ada di sampingku.

“Aku penasaran, apa sih yang sedang mereka lakukan……”

Upacara penerimaan mahasiswa baru di universitas liberal diadakan per fakultas. Acara ini berlangsung di gedung peringatan seratus tahun pendirian universitas. Karena aku tidak bisa menghadiri upacara tersebut bersama keempat wanita itu, ya sudah, mau bagaimana lagi, tetapi ada rasa tidak nyaman di dalam diriku.

Setelah memasuki gedung peringatan dan membuka pintu besar, aku menemukan ruang yang luas. Aula yang memiliki beberapa tingkat ini dirancang dengan kedalaman dan gerakan yang unik. Di tengahnya terdapat panggung, dengan tempat duduk yang menyerupai kursi penonton. Saat berada di tempat seperti ini, aku merasa benar-benar telah menjadi mahasiswa.

Setelah masuk, aku diminta untuk mengisi tempat duduk dari depan, jadi aku duduk. Sembari melihat sekeliling, para mahasiswa baru yang mengenakan jas terlihat bercengkerama dengan teman duduk mereka.

Mungkin aku harus mulai mencari teman di fakultas. Aku tidak memiliki teman yang benar-benar bisa disebut teman di SMA.

Karena aku selalu dikelilingi oleh Gadis Elok Empat Arah, aku jadi sasaran kecemburuan dari pria-pria lainnya. Itu menjadi bumerang, sehingga aku tidak punya teman. Kecemburuan orang-orang yang tidak laku itu sangat jelek, jadi aku sebenarnya senang bisa menyingkirkan orang-orang seperti itu.

Untungnya, universitas liberal ini adalah universitas yang hanya bisa dimasuki oleh orang-orang yang berada di jajaran peringkat atas SMA-ku. Seharusnya ada orang-orang yang bisa belajar dariku dengan kedudukan yang setara.

Untuk saat ini, aku akan mencoba berbicara dengan orang yang tampak introvert di sebelahku yang memakai kacamata. Saat aku hendak menyapanya──

“Aku mohon pada kalian! Biarkan aku menghadiri upacara penerimaan mahasiswa baru sendirian!”

Suara seruan yang mirip teriakan menggema di aula. Karena tempat ini juga biasanya digunakan untuk konser dan paduan suara, jadi suaranya terdengar sangat jelas.

 

◇◇◇◇

 

“Mana mungkin kamu bisa menggunakan kursi roda sendirian~! Lagipula, tangan kananmu tidak berfungsi dengan baik, jadi kamu tidak bisa bergerak tanpa bantuan kami~!”

“Tidak, aku seriusan baik-baik saja…… Jika hanya perlu bergerak di dalam gedung, karena fasilitas ramah disabilitasnya sudah membaik, jadi tidak terlalu merepotkan. Kalau kesusahan, aku akan meminta bantuan petugas administrasi……”

“Hei…… Kenapa kamu lebih memilih meminta bantuan petugas administrasi daripada kami? Kenapa? Mungkin, kami sudah tidak diperlukan lagi? Jika ada yang kurang, kami akan memperbaiki, jadi jangan buang kami──”

“Ah! Sudah kubilang bukang begitu! Sederhananya, jika aku bersama kalian para waita cantik, aku cuma bakal jadi pusat perhatian! Aku ingin menjalani kehidupan kampus yang damai dan tenang.”

“……Jadi, dalam gambaran kehidupan kampus yang diinginkan Satoshi-kun, keberadaan kami tidak ada, ya. Hei, semuanya. Tadi aku melihat di papan pengumuman, ada tempat yang disebut 'Kolam Pencucian Darah'. Sepertinya tempat itu cocok untuk melompat.”

“Sudah dibilangin berkali-jali! Jangan gampang terjatuh ke dalam kegelapan~! Baiklah, baiklah! Temani aku sampai kalian puas!”

“Jangan memaksakan diri. Ayo, kita pergi.”

“Tunggu sebentar~~~~! Ehm, aku baru sadar bahwa aku ini pemalu dan tidak punya teman selama tiga tahun, jadi berbicara dengan petugas administrasi itu mustahil! Aku benar-benar kesulitan tanpa kalian yang sudah akrab!”

“……Benarkah?”

“Aku tidak berbohong! Lihat mataku. Apa aku terlihat seperti orang yang berbohong?”

“……Memang benar kalau Satoshi-kun tidak punya teman, ya…… Maaf, aku terburu-buru menilai……”

“Eh? Bagian itu yang jadi masalah!?”

 

◇◇◇◇

 

Sepertinya ia tidak menyadari, tapi suara pria itu menggema di aula. Sayangnya, kabar bahwa dirinya seorang penyendiri mulai menyebar di fakultas, dan aku hanya bisa tertawa konyol. Hanya saja, sepertinya ia sedang berbicara dengan seseorang, tapi aku tidak bisa mendengar suaranya. Sejujurnya, aku tidak tertarik. Sebaliknya, aku harus menilai apakah orang di sebelahku ini layak untuk dijadikan teman.

……Atau begitulah yang kupikirkan, tapi ia ternyata sedang mengalihkan pandangannya. Jika diperhatikan baik-baik, aku melihat mahasiswa dari fakultas lain juga melakukan hal yang sama. Ketika aku ikut menoleh, aku melihat di dekat pintu masuk aula, seorang pria di kursi roda dikelilingi oleh empat wanita yang memeluk dan merangkulnya.

……Sungguh pemandangan yang menjengkelkan. Biasanya, akulah orang yang berada di posisi membuat harem, jadi aku tidak terlalu menyadarinya, tetapi ketika orang asing melakukannya, itu cukup membuatku kesal. Mulai sekarang, jika mereka ingin bermesra-mesraan, seharusnya mereka memperhatikan situasi dan kondisi.

Karena aku berbeda dari orang-orang biasa, aku kembali menghadap ke panggung. Namun──

“Jangan dekat-dekat, Satsuki! Reine dan Shuna terlalu melekat! Dan kamu, Shino! Jangan membenamkan wajahmu di pangkuanku!”

Ketika aku secara refleks menoleh karena nama mereka disebut, pemandangan yang seharusnya tidak ada di sana terbentang di hadapanku.

“Hah──?”

Keempat Gadis Elok Empat Arahku tampak dengan penuh perhatian merawat pria penyendiri di kursi roda itu. Mereka berempat tampak sangat senang, tertawa dengan tulus mendengarkan kata-kata pria itu. Jantungku berdegup kencang.

Hentikan──

Aku secara refleks berdiri dan berusaha mendekat, tetapi aula tiba-tiba menjadi gelap. Upacara penerimaan mahasiswa baru akan dimulai, dan aku tidak bisa membuat kehidupan kampusku menjadi kelam seperti pria itu. Aku duduk kembali di kursi dengan enggan, tetapi tanpa sadar aku mengepal tangank, dan kuku-kuku jari tanganku menancap ke telapak tangan.

“Apa yang sedang terjadi……!?”

Mereka tidak menjawab teleponku, dan selama liburan musim semi, mereka tidak muncul.

Yang paling membuatku bingung, siapa orang itu──?

 

◇◇◇◇

 

“Hei, minggir!”

“Whoa!”

Setelah upacara penerimaan mahasiswa baru selesai, aku tidak bisa tinggal diam dan segera berlari ke belakang aula. Namun, dirinya sudah tidak ada, jadi aku membuka pintu keluar aula dengan kasar dan melangkah keluar dari gedung peringatan.

“Sialan…… mereka pergi ke mana sih?”

Tidak ada jejak atau tanda-tanda keberadaannya.

“Ah, benar juga! Telepon……!”

Seharusnya mereka membawa ponsel. Ketika aku memasukkan kedua tanganku ke dalam saku, ponsel terjebak di dalam, tetapi aku menariknya paksa.

“Satsuki…… sinyalnya tidak terhubung……? Shuna tidak membawa ponsel, ‘kan…… Reine? Shino!? Apa yang terjadi, sialan!”

Saat aku menendang tempat sampah di dekat mesin penjual otomatis, botol plastik tumpah keluar.

“Pada saat-saat seperti inilah seharusnya Sinterklas perlu turun tangan! Kenapa dirinya tidak ada di saat-saat penting seperti ini!?”

Aku mencoba menenangkan diri dengan menarik napas dalam-dalam, tetapi itu justru berdampak sebaliknya. Setiap kali aku menarik napas, yang muncul di dalam dadaku hanyalah rasa gelisah dan kemarahan terhadap keberadaan yang tidak diketahui.

“Apa sebenarnya yang sedang terjadi!?”

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Iriya Satoshi)

 

“Fyuh~, membosankan sekali ya~”

“Hehe, memang begitulah acara resmi.”

Kalau begitu, seharusnya mereka tidak perlu mengikutiku…….

Aku ingin mengatakannya demikian, tapi itu akan membuatku semakin terpuruk, jadi aku pasti tidak akan mengatakannya, meskipun hatiku menggerutu.

Meskipun begitu, ketika aku mengingat upacara penerimaan mahasiswa baru tadi, aku merasa benar-benar enggan untuk pergi ke kampus mulai besok.

Padahal aku hanya ingin waktu sendirian, tapi mengapa aku harus mengalami hal yang seburuk ini? Setelah menenangkan Satsuki dan yang lainnya, ketika aku melihat dengan tenang, aku menyadari bahwa rekan-rekan mahasiswa baru semuanya menatapku. Tatapan mereka dipenuhi dengan rasa kasihan dan kecemburuan terhadapku yang dipeluk oleh Gadis Elok Empat Arah. Saat itulah, aku menyadari posisiku saat ini.

Dengan kata lain, aku telah dicap sebagai pria brengsek yang membuat gadis-gadis cantik yang mengaku sebagai mahasiswa penyendiri di SMA menangis. Kehidupan kampusku sudah berakhir…….

Setidaknya, itu masih berarti aku memulai dengan buruk. Aku ingin menebus diriku dengan ikut serta dalam makanan dan permainan yang akan diadakan setelah upacara penerimaan, tetapi tubuhku dalam kondisi sedemikian rupa sehingga aku akan membuat mereka khawatir, dan yang lebih penting, keempat orang di belakangku sangat menakutkan.

“Uwhhh, sudah ada pencari jodoh baru nih…… tapi karena aku harus merawat Satoshi-kun, jadi kami menolak hal-hal seperti itu…… dari mana nomor kontaknya bocor, ya?”

“Ugh…… di pihakku juga sama. Aku tidak mau berurusam dengan monyet yang sedang birahi……”

Seperti yang diharapkan dari Satsuki dan Reine. Shuna dan Shino juga melihat ponsel mereka dengan ekspresi jijik. Terutama Shuna yang baru saja memulai menggunakan ponsel, sekarang dia kelihatan sudah ingin membuang ponselnya.

Seharusnya ini menjadi acara yang membahagiakan, tetapi percakapan mereka justru suram. Alur ini tidak baik, jadi aku memutuskan untuk mengajukan sebuah usulan.

“Yah, lupakan pembicaraan itu, bagaimana kalau kita merayakan pesta pasca upacara penerimaan di rumahku? Kita bisa memesan makanan.”

Maksudku, keempat orang itu baru saja pindah ke apartemen sebelahku. Sangat kebetulan ada empat kamar kosong di sebelah.

Kemudian, suasana mendadak menjadi cerah.

“Kedengarannya bagus! Mari kita lakukan itu!”

“Kalau begitu, apa kita perlu mengambil sesuatu dari rumah?"

“Jika kita memakan itu setiap hari, indra perasa kita akan jadi aneh……”

“Benar juga~ kita seharusnya menggunakan uang saku kita untuk melakukan hal-hal biasa yang dilakukan mahasiswa~”

“Persis seperti yang dikatakan Shuna. Lebih baik kita patungan supaya bisa merasakan suasana mahasiswa yang sesungguhnya, iya ‘kan?”

“Itu juga benar. Aku sudah lama ingin mencoba 'patungan', jadi waktunya pas banget.”

“Jadi, itulah yang ingin kamu lakukan……”

Shino terlihat bersemangat, tetapi memang orang kaya sering kali memiliki pandangan yang berbeda. Yah, setidaknya suasana gelap sudah menghilang, jadi itu bagus.

Ngomong-ngomong, di mana Buku Harianku?

Buku itu tidak ada di kamarku…….

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Saionji Satsuki)

 

Ketika aku melihar dari belakang sambil mendengarkan sambutan membosankan dari rektor dan dekan, tampaknya hanya setengah dari mahasiswa yang mendengarkan dengan serius. Satoshi-kun mendengarkannya dengan serius, dan kami mengintip wajahnya agar tidak ketahuan.

Kupikir bagian itu dari dirinnya juga sangat bagus──

“Hehe.”

Tiba-tiba, empat cahaya kecil muncul di tengah keheningan dan kegelapan.

 

Grup Empat Arah

Shuna 

Rasanya bikin eneg banget~ kita ketahuan oleh si brengsek itu~ 

Shino 

Bener banget…… aku merasa ingin pulang ke rumah Satoshi-san dan menangis…… 

Satsuki 

Ngomong-ngomong, apa kalian melihat wajahnya? 

Reine 

Hahaha, Satsuki, hentikan (wkwkwk) Aku jadi kesulitan menahan tawa karena selalu mengingatnya (wkwkkw) 

Shino 

Iya, wkwkwk 

Shuna 

Aku sih merasa jijik, ya~ Sampai kapan dia menganggap kita miliknya? 

Satsuki 

Shuna, tahan niat membunuhmu…… kursi roda itu berteriak, loh? 

Shuna 

Ah, maaf ya~ 

Shino 

Sepertinya kita harus masuk ke inti pembicaraan. Sekarang, kelihatannya kita ketahuan sedamg bersama dengan Satoshi-san 

Reine 

Pertama-tama, ia pasti akan berusaha menghubungi Satoshi dari sana…… 

Shuna 

Kalau begitu, sebisa mungkin kita tetap bersama dengannya~ Untungnya, fakultas Satoshi-kun lumayan besar, jadi kalau kita menyelinap, seharusnya tidak ketahuan, kan? 

Satsuki 

Tapi, mengingat ia orang yang seperti itu, pria itu pasti berusaha mencari celah untuk mendekat, kan? 

Shino 

Iya, malah bisa jadi keberadaan kita di sana lah yang membuatnya mendekat. 

Shuna 

Sungguh merepotkan~ Apa perlu aku menyemprotkan obat nyamuk? 

Reine 

Hentikan…… itu akan mengganggu orang lain…… 

Shuna 

Baiklah~ 

Satsuki 

Untuk saat ini, kita hanya bisa melihat bagaimana situasinya. 

Shino 

Iya. Jika ia berniat melakukan sesuatu yang buruk…… 

Satsuki 

Shino, tolong yang sabar ya? 

Karena kami sudah memutuskan cara untuk membunuhnya──

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Iriya Satoshi)

 

Aku terdaftar di fakultas ekonomi di Universitas Seni Liberal. Alasanku memilih fakultas ekonomi adalah karena sejak kehidupan sebelumnya, aku selalu mengagumi ilmu ekonomi. Apa karena bidang ini kuat dalam pekerjaan, atau mungkin karena ada kesan keren saat mempelajari ekonomi. Atau mungkin keduanya. 

Pokoknya yang jelas, fakultas ekonomi adalah fakultas yang sangat berorientasi pada perhitungan. Meskipun tidak mungkin bagi mahasiswa jurusan sosial di universitas swasta untuk mempelajari kalkulus III, sayangnya para professor awalnya ekonom yang berasal dari bidang teknik, jadi mereka menganggap mahasiswa yang masuk adalah mahasiswa teknik.

Sebagian besar mata kuliahnya adalah matematika. Seriusan, bagaimana mahasiswa murni jurusan sosial bisa bertahan hidup? 

Walaupun rasa penasaranku tak terbendung, tapi saat ini aku lebih memikirkan diriku sendiri. 

Di ruang kelas 201 gedung barat 5. Fakultas ekonomi adalah fakultas terbesar dengan jumlah mahasiswa terbanyak. Mahasiswa semester pertama sering menghadiri kelas dalam kelompok besar, sehingga wajar saja jika banyak perkuliahan mereka diadakan di ruang kelas yang besar. 

Saat memasuki aula yang luas seperti saat upacara penerimaan mahasiswa baru, aku langsung terkesan dengan ukurannya yang megah. Langit-langitnya tinggi dengan pencahayaan yang rumit, cahaya lembut menyelimuti seluruh aula. Di tengah aula, kursi-kursi disusun bertingkat, dengan meja panjang di setiap tingkat. Serat kayu meja yang sudah tua menceritakan sejarah puluhan tahun. 

Di atas podium, terdapat pengeras suara dan proyektor, dan layar dipasang dekat langit-langit, seolah-olah mengawasi para mahasiswa. 

Aku ingin terkesan dengan suasana kelas yang berbeda dari masa SMA, tetapi tempat dudukku ada di paling depan. Aku ingin melihat dari kursi paling belakang, tetapi karena sulit bergerak dengan kursi roda, aku langsung menyerah. 

Lebih dari itu── 

“"Serius, apa yang harus kulakukan..."

Sumber kekhawatiranku tak ada habisnya. Tentu saja, aku sedang membicarakanGadis Elok Empat Arah

Jika aku bilang ingin bertindak sendiri, mereka akan langsung jatuh ke dalam kegelapan, jadi aku tidak bisa mengatakannya. Namun, jika aku membiarkan mereka bertindak sesuka hati, itu juga akan menjadi masalah. Terutama baru-baru ini, setelah upacara penerimaan mahasiswa baru. 

Kami sangat menikmati suasana kuliah dengan minum-minum bersama seperti anak mahasiswa pada umumnya

Namun, membujuk mereka kembali ke kamar mereka setelahnya benar-benar sulit…… 

Mereka selalu menawari bantuan untuk mandi dan tidur bersamaku, dan akal sehat serta hasratku berperang. Akhirnya, akal sehat menang, dan aku memaksa mereka kembali ke kamar mereka masing-masing

Jika cuma hari itu saja yang bisa dianggap sebagai hari yang paling melelahkan, aku bisa mengenangnya sebagai kenangan yang baik, tetapi setiap hari terasa seperti itu dan aku tidak bisa bersantai

Misalnya, saat berpindah kelas di kampus. 

Di universitas, tidak ada yang namanya ruang kelas tetap, jadi setiap kali istirahat, kami harus berpindah kelas. Kami memang pernah pindah kelas selama SMA, tetapi hanya untuk pelajaran praktik atau eksperimen sains ke laboratorium. Sebagian besar waktu, kami berada di kelas sendiri. 

Itulah sebabnya aku meremehkannya, tapi ada banyak perpindahan kelas di kampus. Kadang-kadang, kami harus keluar dan berpindah gedung, jadi itu merupakan pekerjaan berat bagiku yang menggunakan kursi roda. Di sinilah seseorang yang memiliki waktu kosong datang untuk membantu. 

Aku memang merasa sangat membantu. Aku hanya perlu bersyukur dan menunjukkan rasa terima kasih. Hanya saja── 

“Bisakah kamu berhenti mengomel?”

Mereka tidak ingin terpisah dariku dan biasanya mengoceh tentang ingin ikut kuliah bersamaku. Para profesor yang melihat situasi ini mencoba menghentikan mereka, tetapi mereka malah berkelahi, berteriak, bahkan Shino berusaha menggunakan kekuasaannya untuk memecat profesor dari universitas. 

Akibatnya, kuliah tidak berjalan, aku menjadi sorotan rasa penasaran, dan perutku sakit. Karena duduk di tempat paling depan, perasaan ini semakin terasa. 

Aku tidak bisa berteman dan benar-benar kesulitan. 

Jika keempatnya bertindak dengan niat jahat, aku bisa saja menolak mereka, tetapi jika semua ini berasal dari kebaikan hati yang berlebihan dan rasa bersalah, maka aku tidak bisa berbuat banyak

Tapi seriusan, aku bersyukur fakultas kita berbeda……” 

Satu-satunya hal yang menyelamatkanku adalah kamu semua berada di fakultas yang berbeda. Satsuki di fakultas hukum, Reine di fakultas sastra, Shuna di fakultas manajemen, dan Shino di fakultas Ilmu Politik. Berkat itu, setidaknya aku bisa menikmati waktu sendiri selama kuliah. Meskipun aku tidak tertarik pada belajar, satu-satunya waktu di mana aku bisa sendirian membuatku merasa tenang. 

Mereka bilang ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan saat istirahat siang. Selama waktu itu, aku harus memanfaatkannya untuk mencari teman……!” 

Tidak memiliki jaringan di dalam fakultas sangat melelahkan. Saat SMA itu tidak masalah, tetapi segalanya berbeda antara SMA dan universitas, dan aku merasa tidak bisa melakukannya sendirian. Sayangnya, universitas lebih keras pada orang yang tidak aktif dibandingkan SMA. 

Aku berpikir ini kesempatan terakhirku, jadi aku bertekad untuk mencari teman. 

Hanya saja── 

Gara-gara mereka, semua orang jadi menjauhiku……” 

Bel istirahat siang berbunyi tepat saat kuliah selesai. Seketika, orang-orang berbondong-bondong keluar dari kelas. 

Aku duduk di sisi pintu keluar yang paling depan. Saat orang keluar, aku pasti akan bertemu wajah mereka, tetapi ketika aku mencoba menyapa, mereka mengabaikanku dan segera pergi. Beberapa orang bahkan memilih untuk keluar dari pintu belakang kelas meskipun itu lebih jauh. 

Kemampuan komunikasiku sudah menurun setelah menghabiskan tiga tahun sendirian di SMA, jadi perlakuan ini benar-benar terasa sangat menyakitkan. Sekarang hampir tidak ada orang di kelas. 

“Meski begitu, aku masih berharap setidaknya punya satu teman……” 

Meskipun kedengarannya kurang pantas, tapi kurasa aku tidak punya pilihan lain selain mencari teman sekelas yang juga introvert. Mereka yang gagal dalam debut universitas pasti menginginkan teman sepertiku. 

Ayo, siapa saja, tolong ajak bicara! Aku bahkan rela mentraktir makan setiap hari!? 

“Boleh kita bicara sebentar?” 

Akhirnya datang! 

Mungkin keinginanku akhirnya terkabul, karena dari belakang ada seseorang yang memanggilku. Sejak aku bereinkarnasi ke dunia ini, aku sama sekali tidak percaya pada Tuhan, tetapi kali ini aku akan bersyukur.

Kesan pertama merupakan hal yang penting. Jika aku membuat kesan pertama yang buruk, pihak lain mungkin takkan menerimaku sebagai teman. Sebenarnya, aku sudah melakukan kesalahan. Ini benar-benar seperti berada di ujung jurang. Aku harus menyambutnya dengan senyuman terbaik yang bisa aku tunjukkan. 

I-Iya, tidak masalah… eh?” 

Saat aku menoleh ke belakang, ada Sano Yuto──musuh bebuyutanku, dan seluruh tubuhku membeku. Sebenarnya, aku sudah menyadari kalau dirinya berada di fakultas yang sama denganku. Saat itu aku sangat terkejut, tetapi karena Sano dan aku tidak memiliki hubungan langsung, aku tidak berniat untuk berinteraksi dengannya. Meskipun begitu, aku terus mengalihkan pandangan dan mengabaikan keberadaannya. 

“Senang bertemu denganmu, namaku Sano Yuuto.” 

“Ah, eh, ya. Aku Iriya Satoshi. Senang bertemu denganmu.” 

“Hahaha, kita berdua sekelas, kan? Kamu tidak perlu pakai bahasa formal segala.” 

“Ah, kalau begitu, tidak apa-apa…” 

Aku tidak menyangka bahwa orang yang memiliki perasaan paling rumit di dunia ini akan langsung menyapaku. Emosi yang terpendam di dalam hatiku tiba-tiba muncul. Dari sudut pandang Sano, aku adalah orang yang baru ditemuinya, jadi aku harus berpura-pura tenang. Namun, detak jantungku semakin cepat, dan lengan kananku yang seharusnya tidak bergerak sedikit bergetar. 

Saat aku melihat sekeliling, di aula yang luas ini hanya ada aku dan Sano. Biasanya, pasti ada beberapa orang yang tersisa untuk mengikuti kelas sore, tapi sekarang tidak ada siapa-siapa. Ruangan ini anehnya terasa sepi. 

“Aku berasal dari SMA yang kurang dikenal di Prefektur XX, jadi aku tidak punya teman untuk diajak bicara. Kebetulan, aku melihatmu, jadi aku mencoba menyapamu.” 

Sano duluan yang pertama memecah keheningan. Ia menyapaku dengan senyuman ramah

Tak peduli seberapa rumitnya perasaan batinku, Sano tidak tahu apa-apa. Karena dia berbicara dengan baik, aku pun harus menjawab dengan tulus. 

“Heh, kebetulan banget. Aku juga berasal dari sekolah yang sama.” 

“Serius!? Eh, apa kamu mahasiswa yang mengulang?” 

“Tidak, aku masih mahasiswa semester pertama.” 

“Serius… Aku tidak menyangka ada teman sekelas dari sekolah yang sama.” 

Karena tidak ada yang perlu disembunyikan, aku menceritakan semuanya apa adanya. Namun, aku harus berpura-pura tidak tahu, jadi aku tidak boleh lengah. Aku tidak bisa membiarkan diriku mengungkapkan terlalu banyak informasi. 

“…Bagaimana dengan luka itu?” 

“Hmm? Oh, tidak. Aku terjatuh dan terluka. Haha, padahal ini sebelum masuk kuliah…” 

“Malang sekali… Hati-hati ya?” 

“Eh? Oh, terima kasih.” 

Saat aku tersenyum kering karena merendahkan diri, aku terkejut ketika Sano menunjukkan kepedulian padaku. 

Ngomong-ngomong, aku hanya memperhatikan para heroine, tetapi aku sama sekali tidak memikirkan apa yang terjadi pada Sano setelah mencapai Bad-ending yang buruk.

Anehnya, aku tidak merasakan ketidaknyamanan yang kurasakan saat di SMA dari Sano sekarang. Mungkin, sebagai 'protagonis' di LoD, dirinya terpapar pada 'kekuatan paksaan dunia' dan diarahkan menuju akhir yang buruk. Muncul pertanyaan apakah dirinya telah menjadi aneh karena 'kekuatan paksaan dunia' tersebut. 

Lagipula, menjauhi Gadis Elok Empat Arahyang sangat ingin dimilikinya sama mustahilnya dengan meteorit jatuh dari langit

Jika memang benar begitu, mungkin aku bisa memaafkan masa lalu. Sebaliknya, jika aku menganggap kami sebagai sesama korban LoD, terlepas dari kebencian yang kurasakan padanya, perasaan simpati yang aneh muncul dari lubuk hatiku. 

“Luka parah, sekolah yang sama…” 

Sano tenggelam dalam pikirannya dan bergumam sendiri, menyadarkanku kembali ke kenyataan. 

“Ada apa?” 

“Tidak, hanya saja…” 

Ia memperhatikan tubuhku seolah-olah sedang menilai. Rasanya tidak nyaman, seperti sedang dinilai. Kemudian, entah apa yang terpikirkan, ia mengarahkan tatapan tajam padaku. 

“Jangan-jangan, orang yang ditabrak truk saat upacara kelulusan di depan sekolah tuhadalah kamu, Iriya?” 

Aku terkejut, tidak menyangka ia mengingatnya

“Ah, iya, tapi kenapa?” 

“──” 

Lalu, tatapan Sano berubah menjadi sedingin angin musim dingin yang membekukan. 

“Cih… jadi begitulah yang terjadi. Akhirnya semuanya terhubung… ternyata itu kamu.” 

Nada bicara Sano jelas-jelas berubah. Sesuatu yang dingin menjalar di punggungku, dan matanya yang menatapku dipenuhi dengan penghinaan dan kebencian yang sangat kuat. Permusuhan yang nyata diarahkan padaku, dan setetes keringat mengalir deras dari dahiku. 

Melihatku seperti itu, Sano tampak terkejut. 

“Kamu tidak sadar kalau kamu melakukan tindakan yang kejam banget?” 

“Aku tidak mengerti maksud perkataanmu…” 

Aku membalas dengan kebingungan atas pertanyaannya yang tidak jelas. 

“Biar aku jelaskan dengan lebih jelas. Bebaskan semua orang, terutama Gadis Elok Empat Arah, dasar brengsek.” 

“Hah?” 

Perkataannya cukup mengejutkan. Reaksi wajahku pasti terlihat sangat bodoh saat itu. 

Dan aku menarik kembali apa yang kukatakan sebelumnya. Ini bukan tentang 'kekuatan paksaan dunia', tapi dirinya memang orang yang brengsek

Namun, aku juga tidak mengerti mengapa ia membenciku sampai sejauh ini. Sebaliknya, seharusnya ia perlu berterima kasih padaku… 

“Aku selalu keheranan. Kenapa semua orang tidak merespon saat aku menghubungi mereka. Kamu tahu hubungan antara aku dan mereka, kan? Kalau kamu dari sekolah yang sama.” 

“Yah…”

Kabar tentang Gadis Elok Empat Arahyang jatuh cinta pada protagonis yang tampak seperti karakter sampingan, Sano Yuuto, cukup terkenal di sekolah. Malahan, aneh rasanya kalau tidak ada orang yang mengetahuinya

“Ah, kamu benar-benar keparat, ya. Kamu…” 

Bahkan aku mulai kehilangan kesabaran. Aku tidak suka orang mengatakan apa pun sesuka hatinya kepadaku. 

“Apa yang ingin kamu katakan? Jangan bilang kalau kamu berpikir aku sengaja mengalami kecelakaan supaya bisa dirawat oleh Gadis Elok Empat Arah?” 

“Aku tidak menyalahkanmu karena mengalami kecelakaan. Aku sangat menyesal mendengarnya. Tapi──” 

Ia berpura-pura kesal dengan gerakan yang berlebihan dan menatapku dengan tajam. 

“Apa yang tidak bisa aku maafkan ialah sikapmu yang menikmati situasi sekarang. Dasar bajingan!” 

Pernyataan yang penuh tekanan seperti seorang protagonis, tetapi kemarahanku semakin meningkat. 

“Tarik kembali pernyataan itu… Mana mungkin aku merasa senang dalam keadaan seperti ini. Cukup sudah.” 

“Entahlah. Di dalam hatimu, kamu pasti merasa senang karena semua Gadis Elok Empat Arahkhawatir padamu, kan?” 

Sudah kubilang tidak! Jangan bicara padaku lagi.” 

Karena merasa tidak ada gunanya untuk berbicara dengannya lagi, jadi aku mencoba menggerakkan kursi rodaku dengan tangan kiri. Namun, di detik berikutnya, pegangan kursi itu ditangkap dengan kuat, dan aku menoleh untuk menatap Sano, yang juga menatapku dengan tajam. 

“Satsuki dan yang lainnya terlalu baik hati, jadi mereka tidak bisa membiarkanmu begitu saja yang mengalami kecelakaan di depan mereka. Tentu saja mereka akan berusaha keras. Apa salahnya jika aku menyebutmu brengsek karena memanfaatkan kebaikan itu?” 

“──Itu…” 

'Aku telah menyelamatkan Satsuki dan lainnya sebagai penyelamat hidup mereka!' 'Kamu dibenci oleh semua Gadis Elok Empat Arah.' 

Membantah perkataan Sano Yuuto sangatlah mudah, dan ada begitu banyak hal yang bisa kukatakan tentang betapa brengseknya dirinya hingga seharian pun tidak akan cukup. 

Namun, tidak ada satu pun kata yang bisa keluar dari mulutku. 

Perkataan Sano──pernyataan bahwa aku memanfaatkan kebaikan, menusuk hatiku seperti pisau. 

Aku berusaha membiarkan mereka melakukan apa pun sampai rasa bersalah itu hilang, tapi apakah aku benar-benar melakukan itu dengan sikap yang tulus? Jika aku benar-benar ingin menolak, aku pasti bisa menolak dengan mudah. 

'Karena mereka akan jatuh ke dalam kegelapan' bukanlah alasan dari para heroine, tetapi mungkin itu adalah penafsiran yang menguntungkan bagiku agar bisa bersama mereka.

Sebenarnya, aku hanya tenggelam dalam kesenangan dari situasi di mana aku bisa melakukan apa pun kepada para heroine── 

Sisi gelap yang tidak ingin kulihat mulai muncul, dan aku merasakan sesak di dadaku seolah-olah jantungku tercekik. 

Ketika aku tersadar dari pikiranku, Sano memandangku dengan tatapan penuh penghinaan. 

“Jadi, kamu memang menyadarinya… dasar pria tak tahu malu.” 

“Ti-tTdak, bukan itu maksudku…!” 

“Satsuki dan yang lainnya pasti ingin menjalani kehidupan kampus yang indah, tetapi mereka terjebak oleh parasit yang menghisap kebaikan orang lain. Memangnya kamu tidak pernah kepikiran untuk membebaskan mereka?” 

“……!” 

Kata-katanya yang kasar itu menusuk hatiku seperti belati. Aku ingin membantah. Aku ingin melawan. Namun, suara yang mencoba membenarkan diriku hanya terbenam dalam emosi gelap yang mengalir di dalam diriku. 

“Aku juga tidak ingin mengatakannya,” 

Sano berkata sambil menghela napas pendek. 

“Tapi… ketika memikirkan tentang Satsuki dan yang lainnya, aku merasa sudah menjadi tugasku untuk melakukan pekerjaan kotor itu.” 

“Sano…” 

Aku menyadari bahwa ia tidak hanya menyerangku dengan kemarahan, dan hatiku semakin tertekan. 

“Yang kamu butuhkan hanyalah satu kata sederhana: aku baik-baik saja sekarang. Cukup itu saja. Kamu bisa melakukannya ‘kan, Iriya?” 

“Itu….” 

Hanya karena aku penyelamat hidup mereka, bukan berarti aku bisa mengikat mereka seumur hidup dengan hal itu. Mereka juga memiliki kehidupan mereka sendiri. Jika tidak, maka tidak ada gunanya aku melindungi masa depan mereka. Jika nyawa yang diselamatkan hanya terikat dalam penjara, maka aku akan sama saja dengan orang-orang yang menciptakan dunia ini. 

Namun, sifat burukku menolak untuk membebaskan mereka. 

Aku tidak ingin sendirian lagi── 

Keinginan egois dan mementingkan diri sendiri. Ketika itu terwujud dalam pikiranku, aku merasa sangat menyedihkan. 

Jika satu-satunya caraku bisa terhubung dengan orang lain hanyalah dengan menimbulkan rasa bersalah, mungkin lebih baik aku mati saat itu── 

Kepalaku tertunduk secara alami, dan hatiku tenggelam dalam kegelapan. Ketika aku melirik ekspresi Sano, dirinya tersenyum sinis dan penuh ejekan, tetapi aku sudah tidak peduli lagi. 

“Apa yang sedang kamu lakukan──” 

 

◇◇◇◇

 

Tatapan tajam dan membekukan dari Reine menembus Sano. Meskipun begitu, Sano tidak ragu sedikit pun dan mengarahkan senyum lembutnya kepada Reine. 

“Sudah sekitar sebulan, ya? Apa kamu baik-baik saja… eh…” 

Reine mengabaikan Sano dan menyamakan tinggi pandanganku. Kenangan tentang diriku yang menyedihkan sebelumnya muncul dalam pikiranku, dan aku mengalihkan pandanganku, tapi Reine tersenyum seolah melihat anak kecil yang tidak berdaya

“Maafin aku ya, Satoshi. Aku sedikit terlambat.” 

“Tidak, itu tidak masalah. Yang lebih penting…” 

Kamu tidak perlu melanjutkan.” 

Reine berkata demikian sambil lembut menempelkan tangannya di bibirku. 

“Aku merasa sangat senang bahwa Satoshi begitu mempedulikan kami. Tapi, jika kamu berpikir itu semua karena rasa bersalah kami padamuaku merasa itu sedikit menyedihkan.” 

“Reine…” 

Reine menundukkan sedikit kepalanya. Namun, dia segera kembali dengan ekspresi dingin dan anggun, lalu memegang pegangan kursi rodaku tanpa berkata-kata. 

“Yuk, kita pergi makan siang. Shino bilang ingin mencoba makan ramen. Sepertinya dia ingin merasakan masakan rakyat jelata.” 

“…… Haha, kedengarannya memang Shino banget.”

Suara Reine yang dingin dan tegas kini terasa lebih hangat daripada apa pun. Aneh sekali. Sesak yang kurasakan sebelumnya sedikit mereda, dan ada rasa nyaman. Reine mendorong kursi rodaku dari belakang. Biasanya, aku merasa malu dan ingin segera turun, tetapi sekarang aku merasa sangat tenang. 

“Lama tidak ketemu ya, Reine. Apa kabar?” 

“──” 

“Eh?” 

Reine memperlakukan keberadaan Sano seolah-olah dirinya tidak ada sejak awal. Ketika kami mencoba melewati pintu aula, 

“Satoshi-kun, maaf sudah membuatmu menunggu~!” 

“Woaaah!”

Satsuki datang menerjang kursi rodaku sambil tersenyum. Namun, setelah melihat wajahku, ekspresinya langsung berubah mendung. 

“Apa kamu baik-baik saja? Apa lukamu semakin parah? Aku khawatir karena kamu tidak bisa melakukan apa pun sendirian tanpa kami…” 

“Aku baik-baik saja. Seperti biasa.” 

Sebaliknya, karena Satsuki menabrakku, rasa sakitku malah bertambah. 

“Aku juga sama mengkhawatirkanmu.” 

“Benar banget~ aku tidak mau kalau cuma Satsuki-chan saja yang diperlakukan istimewa~.” 

Shuna dan Shino muncul dari belakang Satsuki dengan wajah cemberut, tapi suara mereka tidak memiliki emosi. 

“Eh? Eh? Apa yang terjadi──oh, begitu rupanya.” 

Ketika Satsuki melihat sesuatu di belakangku, sorot matanya menjadi hitam pekat, dan suaranya kehilangan intonasi. 

“Satsuki.” 

Sano berusaha memanggil Satsuki, tapi dia tidak menanggapi dan hanya menatapku dengan senyum. 

Kurasa kamu sudah mendengarnya dari Reine, ada restoran ramen enak di luar universitas. Kan, Shino?” 

“Ya, ayo cepat pergi. Aku ingin mencoba yang namanya ‘mesin penjual tiket’.” 

“Kamu memang tetap seorang putri, ya~” 

“Hey, tunggu….” 

Sano bergetar sedikit dan bergumam, tetapi sepertinya keempat orang lainnya sama sekali tidak mendengarnya. Yang paling penting, saat aku mencoba melihat ke belakang, mereka membentuk dinding untuk menghalangi pandanganku dan mulai mendorong kursi rodaku. 

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Sano Yuuto)

 

Oi…” 

Kakiku terasa berat seolah-olah dirantai beban berat dan tidak bergerak sama sekali. Bahkan ketika aku mengulurkan tangan, aku tidak bisa meraih sesuatu yang penting. 

Rasanya seperti ilusi yang menjauh. 

“Tunggu! Aku punya banyak hal yang ingin kutanyakan!” 

Aku memanggil mereka, tetapi mereka tidak menanggapiku sama sekali, seolah-olah tanganku terhalang tirai. 

“Shino, apa kamu tahu apa itu ramen?” 

“Pertanyaan bodoh. Kamu menganggap aku ini siapa…” 

“Kamu kan Ojou-sama yang suka penasaran dan suka merepotkan. Aku penasaran apa kamu bisa memakan semuanya…?” 

“Jika kamu tidak bisa menghabiskannya, kamu tinggal berikan saja padaku ya~ lagipula, aku cukup lapar~ Satoshi-kun juga sama, kan~?” 

“Eh? Ah, um… ya, mungkin.” 

Bukan kamu tauuuuuuuu!

Ketika tatapan mataku bertemu dengan Iriya, dinding orang segera terbentuk, dan pandangan kami tidak saling bertemu. Dari lima orang yang berjalan di depan, hanya Iriya yang secara eksklusif mengenaliku. Ironisnya, hal itu memberitahuku bahwa keempat orang yang berjalan di depanku bukanlah ilusi. 

Oi, tolong jangan mengabaikanku dan dengarkan apa yang aku katakan!” 

Akhirnya, kehendak tubuh dan pikiranku selaras, jadi aku mulai mengejar mereka. Meskipun ini pertemuan kembali setelah sekian lama, aku merasa sedikit kesal karena keempat orang itu tidak memperhatikanku, tetapi aku berusaha untuk tetap tenang. Namun── 

“Kalau begitu, aku akan menyuapimu ya~” 

Bukannya itu sedikit enggak adil!? Hei, Satoshi-kun. Kalau kamu makan ramen dengan tangan yang bukan tangan dominanmu, pasti akan berantakan, jadi aku akan membantumu!” 

“Kalau ada gadis ribut seperti Satsuki di dekatnya, nafsu makan Satoshi pasti akan berkurang, kan? Aku tidak begitu lapar, jadi biarkan aku yang mengurus Satoshi. Kalian bertiga tinggal menikmati ramen saja.” 

Bukannya itu tidak adil, Reine-san. Seharusnya itu aku, ‘kan?” 

“Tidak, aku baik-baik saja sendirian…” 

“Hey! Hentikan!” 

Keempat gadis cantikku sedang bersaing memperebutkan perhatian pria lain. Selain itu, mereka tampak akrab. Aku menunda pengakuanku untuk memberi mereka waktu memperkuat ikatan di antara mereka. 

Namun, semua itu terjadi karena aku berada di pusat lingkaran ini, bukan untuk orang lain. Dalam keadaan cemas, aku tidak bisa lagi menahan emosiku. 

“Kenapa kalian dekat dengan orang seperti itu! Bukannya kalian semua menyukaiku! Bahkan saat aku menghubungi kalian, kalian mengabaikanku. Apa yang sebenarnya terjadi!” 

Di sudut gedung kuliah yang sepi. Di depan lift, punggung keempat orang itu akhirnya berhenti. 

“Haah, akhirnya kalian berhenti juga.” 

Suara napasku satu-satunya yang terdengar di ruang itu. Keempat orang yang sebelumnya gaduh tiba-tiba menjadi sunyi seperti tenangnya laut mati

Aku tidak boleh melewatkan kesempatan ini. 

“Hey, jika menjawab itu sulit, kalian bisa menganggukkan kepala saja. Beri sinyal SOS. Apa pun yang terjadi, aku akan membantumu!” 

Mereka pasti tidak menginginkan hal seperti ini. Iriya telah memanfaatkan kebaikan mereka dan sekaligus menggenggam suatu kelemahan. Jika tidak, mana mungkin mereka memperlakukan pria yang mereka sukai seperti ini. 

Namun, ketika lampu menunjukkan lantai dua dan pintu lift terbuka, keempatnya tidak menoleh ke arahku dan masuk ke dalam lift bersama Iriya. 

Arghh! Tunggu!” 

Aku tidak boleh berhenti──begitu pikirku, aku melangkah maju dengan kuat dan menyelipkan kakiku ke celah pintu lift yang hampir tertutup. Pintu lift berhenti dengan sedikit guncangan, dan gerakan menutupnya terhenti. 

“!!! Karena kita sedang membicarakan kebaikan Satsuki dan lainnya! Kelemahan kalian pasti diketahui olehnya, ‘kan! Kalian sebenarnya tidak ingin melakukan ini, tetapi kalian pasti dipaksa oleh Iriya Satoshi!” 

Telinga mereka sedikit berkedut

“Iriya juga sama! Coba katakan sesuatu, dasar bajingan!” 

Aku menyalahkan Iriya yang tidak bisa kulihat karena Reine dan Shino masih mendorong kursi rodanya. Keheningannya kelihatan pengecut dan licik. 

“Hey.” 

“…… Satsuki, ya? Satsuki……!”

Mungkin permohonanku yang putus asa sepertinya tersampaikan pada Satsuki, yang dengan berani menjawabku. Sudah kuduga, Satsuki pasti telah mengalami perlakuan buruk dari Iriya. Jika begitu, aku harus segera── 

“──Mati saja sana.” 

Srrrrrrrr 

Sebelum aku bisa bereaksi terhadap tatapan mata Satsuki yang mengerikan seolah-olah dicat hitam pekat dan suara dingin yang menusuk telinga, tangan kanan Satsuki dengan cepat menjulur dari pintu lift yang hampir tertutup. 

Jari-jarinya yang ramping mencengkeram bajuku, dan tanpa sempat berbuat apa-apa, tubuhku terseret ke depan. Tidak ada keraguan dalam genggaman tangan Satsuki; dia berusaha menyeretku masuk ke dalam lift. 

Hah…?” 

Desahan kecil yang campur aduk antara kebingungan dan ketakutan meluncur dari mulutku, tetapi pada saat yang sama, Satsuki menarik tangannya kembali, dan pintu lift tertutup tanpa belas kasihan

Aku terpaksa menempelkan kepalaku ke pintu, dan dampak tumpulnya menggema di seluruh wajahku, membuatku tanpa sadar meringis dan jatuh ke lantai. 

“~~~~~!” 

“──” 

Darah segar berhamburan di udara, dan berceceran mengotori lantai. 

Ketika pintu lift terbuka lagi, Satsuki memandangku dengan tatapan seolah-olah sedang memandang sampah. Dalam pandanganku yang kabur, aku melihat Shuna tersenyum sambil menekan tombol buka-tutup. 

Ironisnya, berkat rasa sakit itu, pikiranku segera kembali berfungsi. 

“! Apa yang kamu lakukan...!?” 

Kata-kataku segera terhenti. Bukan hanya Satsuki, tetapi Shino dan Reine juga memandangku dengan ekspresi yang sama. 

“Dasar menjijikkan… Apa yang kamu pikirkan ketika berbicara kepada penyelamat hidup kami?” 

“Memanfaatkan kami? Memegang kelemahan kami? Berhentilah merendahkan Satoshi kami!” 

“H-Haaaa? Apa yang sedang kalian bicarakan? Hei, Shuna!” 

“Jangan seenaknya memanggil namaku, ya~? ── Itu akan mencemari namaku.” 

Nada suaranya yang biasanya lembut dan ramah kini hancur, dipenuhi dengan kedinginan dan kemarahan. Senyum yang seharusnya menenangkan kini terhapus dari wajah Shuna, dan dirinya tampak sangat serius. 

Apa? Seriusan, apa yang sebenarnya sedang terjadi? 

Pikiranku dan kenyataan terus menyimpang, dan kesadaranku tidak bisa menetap. Kemudian, Satsuki duduk di depanku yang terjatuh, meraih rambutku dengan kasar, dan mengangkatku hingga setinggi dirinya. 

Tatapan kami bertemu, tetapi mata Satsuki seperti lubang hitam. 

“Setelah kamu mempermainkan perasaan kami begitu lama, kamu masih memiliki keberanian untuk berbicara dengan normal. Bahkan sampai berusaha melukai hati Satoshi kami. Mati saja sana, matilah, matilah, matilah, matilah──matilah.” 

“Hiiiii!” 

Apa orang yang ada di depanku sekarang beneran Satsuki…? 

Sebagian rambutku sedikit rontok saat aku berusaha keluar dari cengkeraman Satsuki, tetapi ketakutan menutup semua indraku, dan aku tidak merasakan apa-apa. Ketika Satsuki berdiri, pintu lift mulai menutup dengan kejam. 

“Jangan pernah berbicara padaku lagi. Hanya kamu yang tidak boleh──” 

Saat kata-kata terakhirnya terputus, pintu lift menutup sepenuhnya dengan bunyi keras.

Aku tertegun dan kepalaku kosong. Ekspresi penuh penghinaan dari Satsuki dan yang lainnya saat itu terukir jelas dalam ingatanku. Ada kemarahan dan kedinginan yang tak terukur di sana. 

Akan kubunuh──

Gerakan terakhir dari bibir Satsuki seolah-olah mengatakan demikian

“Ap-Apa salahku sampai diperlakukan begini…!?” 

Ketakutan dan kebingungan memenuhi hatiku, dan──

 

◇◇◇◇

(Sudut Pandang Iriya Satoshi)

 

Rasanya capek banget. Ngomong-ngomong, kenapa kuliah di universitas itu begitu membosankan ya… Kupikir bakal lebih menyenangkan.” 

Mau bagaimana lagi. Profesor itu adalah ahli penelitian, bukan ahli mengajar. Untuk bisa merasakan hal yang menarik, kita harus menambah pengetahuan. Lagipula, siapa sih mereka yang suka mengganggu saat kuliah…?” 

“Jarang sekali ada yang serius mengikuti kuliah~. Banyak monyet yang benar-benar mencari pacar, jadi menyebalkan~.” 

“Aku sudah diamkan mereka dengan satu kalimat, ‘Aku sudah punya pacar’.” 

“…… Bukannya itu curang?” 

“Oh? Tapi itu tidak dilarang dalam [Perjanjian Empat Pihak], ‘kan?” 

“Genius yang curang, ya, Reine-san.” 

“Aku juga akan melakukan itu mulai sekarang~.” 

Jam menunjukkan pukul 18.00. Waktu sudah larut setelah menemani Satsuki dan yang lainnnya

Angin sepoi-sepoi berhembus di alun-alun depan stasiun terdekat, dan kelopak bunga sakura beterbangan. Wajah orang-orang yang terus-menerus keluar dari gerbang stasiun tampak lelah, tetapi ada rasa lega di antara mereka. 

Hari ini adalah hari Jumat. Fakta bahwa besok adalah hari libur tampaknya membuat ekspresi orang-orang lebih ceria. Kami pun tidak terkecuali. 

Namun, meskipun baru saja mengalami kejadian seperti itu, bagaimana mereka bisa berbicara dengan ceria seperti ini… 

Aku teringat kejadian di lift. 

Aku tertegun melihat bagaimana para heroine LoD yang tidak bisa meningkatkan hubungan mereka dengan protagonis bisa membencinya sampai sejauh itu. Semua heroine yang tidak terhubung dalam permainan berakhir mati, jadi dalam arti tertentu, aku merasa seperti melihat latar belakang cerita. Namun, saat mereka memukuli Sano di bagian akhir, ekspresi keempat gadis itu sangat menakutkan, sampai-sampai aku tidak berani melihatnya

Yang lebih menakutkannya lagi adalah kenyataan bahwa meskipun mereka telah melakukan semua itu, saat makan ramen, mereka bertindak seolah-olah biasa saja. 

Sano sampai berdarah, loh? 

Ah, mungkin itu bukan sesuatu yang perlu dipikirkan… 

Kami berlima berjalan di sepanjang rel kereta. Dalam keheningan, hanya suara empat gadis dan bunyi roda kursi roda yang samar-samar terdengar. Di sekitar kami tidak ada sosok siapapun. 

Tiba-tiba, suara alarm palang pintu berbunyi dari kejauhan, dan menggetarkan udara. Suara keras deru kereta mengikuti, memecah angin dan mendekat, melintas di samping kami sambil mengguncang rel. Cahaya yang masuk dari jendela menyinari kami secara berkala, dan ketika getaran dan suara itu berlalu, keheningan kembali menguasai. 

Seolah-olah dunia telah mempersiapkan segalanya untukku. 

“Hey, Satsuki…” 

“Hmm? Ada apa? Satoshi-kun?” 

“Aku punya sesuatu yang ingin disampaikan kepada semua orang, bisakah kamu membalikkan tubuhku?” 

“Baiklah!”

Satsuki dengan gerakan yang sudah terbiasa membalikkan kursi roda dan aku menghadapi mereka berempat. Mereka menunggu dengan ekspresi bingung di wajah mereka. 

Aku merasa ini adalah kesempatan terakhirku untuk berkata, Bukan apa-apa, dan menjadikannya sebagai bahan tertawaan. Aku bisa saja menertawakan cerita Sano dan mengalihkan pandanganku dari hatiku yang sebenarnya, memperpanjang kehidupanku yang sekarang satu hari lebih lama. 

Namun── 

“Kalian berempat tidak perlu merawatku lagi. Kalian semua bisa menjalani kehidupan sesuai keinginanmu masing-masing. Terima kasih atas segalanya.

Setelah mengeluarkan senyum terbaikku, aku menundukkan kepalaku dalam-dalam sebagai ungkapan rasa terima kasihku yang sebesar-besarnya

Kami, sudah tidak diperlukan lagi? Kamu sudah tidak membutuhkan kami...?

Suara Satsuki terdengar seolah akan terjatuh ke dalam kegelapan. Ketika aku mengangkat wajahku, cahaya di mata mereka semua telah hilang. Aku tidak boleh membiarkan diriku hanyut dalam tempo mereka di sini

Tidak mungkin begitu. Aku merasa senang dengan keberadaan kalian ada di sini, bahkan kalau bisa, aku ingin kalian selalu berada di sampingku. 

Kalau begitu, kenapa...?

Aku menarik napas dalam-dalam. Kata-kata itu sulit untuk diungkapkan. 

Rasanya sakit. Aku tidak ingin mengatakannya. 

Tapi, aku tidak bisa berhenti di sini. 

Sebenarnya, aku sangat membenci orang yang merusak kehidupan orang lain demi kepentingan mereka sendiri... meskipun begitu, akulah yang paling tidak bisa memaafkan diriku sendiri yang telah menempatkan diri dalam posisi angkuh dan absolut sebagai 'penyelamat hidup' serta memakaikan kerah yang tidak bisa kalian lepas sendiri...

── 

“Oleh karena itu, sudah cukup, aku sudah baik-baik saja. Mulai sekarang, aku akan melakukan semuanya sendiri. Kalian tidak perlu merasa bersalah. Lupakan aku, dan hiduplah sesuai keinginan kalian masing-masing. Bebaskan dirimu. Aku mohon.

Aku menundukkan kepala sekali lagi. 

Pada akhirnya, ini juga demi diriku sendiri. Aku tidak ingin terus-menerus disiksa oleh rasa bersalah karena telah merusak kehidupan orang lain. Aku ingin diakhiri sebagai pahlawan yang menyelamatkan gadis. 

Reine mengatakan bahwa mereka tidak hanya berada di sampingku karena rasa bersalah, tapi pada akhirnya, aku mengutamakan egoku sendiri. Keinginan yang egois dan semena-mena. Aku mengabaikan semua perasaan mereka yang merasa lebih bersalah daripada diriku. 

Kamu memang baik hati sekali ya. Satoshi-kun.

…Tidak begitu. Aku merasa kalau akulah yang paling brengsek.

Kemudian, terdengar desahan yang disertai senyuman kecil. 

"Itu adalah permohonan Satoshi-kun. Meskipun aku ingin memenuhi permohonan itu, tapi maafin aku ya? Kami tidak bisa mewujudkannya.” 

…Kenapa──hah?

Ketika aku mengangkat kepalaku dan hendak mengajukan pertanyaan kepada Satsuki yang tidak mendengarkan ucapanku, pandanganku terfokus pada tangannya. 

Aku tidak tega melihat Satoshi-kun menyakiti dirinya lebih lanjut, jadi aku, kami juga akan mengungkapkan perasaan kami. 

Tidak, kenapa itu...!?

MenulisBuku Harianadalah satu-satunya kebiasaanku selama SMA. Sampulnya sudah memudar, sudut-sudutnya sudah halus dan membulat karena sering digunakan. 

Kupikir aku telah lama kehilangan barang itu, tetapi sepertinya Satsuki yang menyimpannya. Ada banyak pertanyaan berputar di kepalaku seperti arus deras. Melihatku seperti itu, Satsuki tersenyum dengan canggung. 

Maafin aku ya. Pada hari ketika Satoshi-kun mengalami kecelakaan, aku mengambilnya tanpa izin.

Eh...?

Aku sudah membaca isinya. Aku sudah mempelajari segalanya, baik itu tentang LoD, tentang 'kekuatan paksa dunia', tentang Saionji Satsuki... semuanya... aku sudah mengetahui semuanya.

──

Ketika aku membandingkan wajah Shino, Shuna, dan Reine, mereka bertiga sepertinya juga tahu isi buku harianku seperti Satsuki. 

Satsuki dengan penuh kasih sayang membolak-balik halaman buku harianku dan mulai berbicara dengan suara lembut. 

Satoshi-kun, kamu itu selalu melindungi kami terus menerus~, iya ‘kan? Selalu membantu kami, sendirian. 

Ah...

Dia berbicara secara perlahan seperti mengusap permata. 

Tapi, maafkan kami ya. Kami tidak ingat apa-apa. Sebelum kami membaca Buku Harian ini, kami bahkan tidak mengetahui nama 'Iriya Satoshi'. Meskipun kamu telah membantu kami, kami terus salah paham mengira kamu orang lain... itu sangat menyedihkan, kan?

Tidak. Itu karena 'kekuatan paksa dunia'. Jadi, mau bagaimana lagi

Namun, kata-kata itu terjebak di tenggorokanku dan tidak bisa dikatakan

“Apa yang telah kamu lakukan untuk kami, yang telah kamu berikan adalah cinta tanpa syarat── sungguh, seberapa... betapa kejam dan menyedihkannya perasaan yang tidak terbalas ini... 

Bahunya bergetar dan air mata yang tidak bisa ditahan mengalir di pipi Satsuki. 

Tapi... aku....kami sudah mengetahuinya... siapa yang menyelamatkan kami...! 

Suara yang disertai isak tangis itu bergetar. Namun, Satsuki menatapku dengan tatapan tajam yang penuh kekuatan. 

Setelah tubuhmu hancur seperti ini...! Kamu telah mendukung kami dari balik layar...! Kami yang mengetahui itu... mana mungkin melupakan Satoshi-kun dan menjalani kehidupan dengan tenang! Jangan mengejek kami!? 

Gema suaranya mengguncang malam. 

Jangan menyuruh kami untuk melupakanmu...! Kami sudah melupakan segalanya, tapi apa lagi yang harus kami lupakan!? 

Perasaannya yang mengalir deras tidak bisa dihentikan. 

Jika kamu meminta tubuh kami, kami akan memberikannya padamu! Jika kamu meminta kami untuk mati, kami akan dengan senang hati mati secepatnya...!? 

Terjadi keheningan sejenak

Kemudian, Satsuki, dengan suara bergetar, mengeluarkan kata-kata yang terpaksa. 

...Tolong, jangan mengatakan hal-hal yang merendahkan dirimu sendiri...! Jangan anggap dirimu yang paling brengsek...! Kamu adalah pahlawan yang tak tergantikan bagi kami── orang yang kami cintai, tau...? 

Air mata yang membasahi pipinya berkilau di bawah sinar rembulan.

Sementara itu, ketiga orang yang berdiri di samping Satsuki juga menatapku dengan mata penuh tekad yang sama, meskipun mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. 

Aku kehilangan kata-kata. Lalu, tubuhku yang goyah kutumpukan pada kursi dan menunduk dalam-dalam. 

──Di kehidupan sebelumnya, aku adalah seorang NEET yang tidak memiliki tempat untuk bernaung...

Seolah-olah bongkahan es yang bersemayam di dalam dadaku perlahan-lahan mulai mencair. 

“Aku ingin menjalani hidupku sepenuhnya di kehidupan baruku...Aku ingin menjadi putra yang bisa dibanggakan oleh keluarga yang melahirkanku...” 

Namun, pada akhirnya, aku adalah orang yang bereinkarnasi. 

Aku bukanlah Iriya Satoshi yang sebenarnya. Pada akhirnya, orang-orang mulai menganggapku menyeramkan dan menjauhiku, dan aku kembali sendirian lagi

……Jika tidak ada seorang pun yang membutuhkan keberadaanku, aku memutuskan untuk hidup sendiri. Tapi, aku teringat bahwa aku adalah Iriya Satoshi... dari situ, semuanya menjadi...

Hidup agar tidak mati begitulah caraku menghabiskan tiga tahun terakhir. 

“Tidak peduli seberapa keras aku berusaha, orang itu selalu merebut prestasiku... Meskipun cuma demi bertahan hidup, aku selalu penasaran, apakah ada makna dalam kehidupanku yang hanya didedikasikan untuk si protagonis...

Setiap kali Sano Yuuto semakin dekat dengan para heroine, perasaan lega sekaligus kekosongan menyergap dadaku. 

Entah bagaimana, aku belajar untuk menganggapnya sebagai tugasku

……Ketika akhir buruk sudah ditentukan dan aku sampai di titik tanpa jalan kembali, aku tidak ingin mati tanpa bisa menyelamatkan siapa pun. Jadi, setidaknya, aku ingin meninggalkan bukti bahwa aku pernah hidup di LoD dan memutuskan untuk melakukan balas dendam dengan melibatkan semua orang...

Aku selalu, selalu sendirian untuk waktu yang sangat lama. Kesepian. Rasanya begitu menyakitkan. Aku bertanya-tanya apakah ada makna dalam hari-hari yang terus berjuang tanpa diketahui siapa pun dan tidak mendapatkan apa-apa. 

Semua perasaan itu akan menghilang jika aku mati. Ada kalanya aku merasa bahwa mati adalah penyelamatan. 

Namun, sebenarnya── 

……Aku ingin ada yang mengetahuinya.

Aku ingin seseorang memuji hidupku. 

Setiap hari, aku merasa tertekan. Seberapa keras aku berjuang... meskipun pada akhirnya itu adalah akhir buruk, setidaknya... 

Pada saat itulah. 

Tiba-tiba, kehangatan lembut menyentuh seluruh tubuhku. Kehangatan itu semakin kuat dan lembut, membungkusku. 

“Tenang saja... semuanya sudah tidak apa-apa. Kamu sudah berusaha cukup keras, Satoshi-kun.

Suara Satsuki meresap hingga ke lubuk hatiku. 

Jadi, kali ini biarkan kami yang menyelamatkanmu. Ikatlah kehidupan kami dengan cinta.

Mengikat mereka dengan cinta, bukan dengan rasa bersalah. Apa itu benar-benar hal yang tepat untuk dilakukan

Apa aku berhak memaksakan hal yang egois dan menguntungkan diriku sendiri kepada mereka? 

“Melakukan hal semacam itu... kalian yakin ingin melakukannya...?

Suara yang bergetar seolah bertanya itu terdengar serak. Namun── 

Tentu saja. Aku sudah siap begitu sejak awal.

──Suara yang berwibawa dan tanpa keraguan itu membalas dengan tegas.

Aku juga~! Jadi, ayo semangat ya~!

──Suara yang hangat dan lembut. 

……Aku bisa hidup sampai sekarang berkat dirimu...

──Suara yang bergetar, namun terukir dengan pasti di dalam hatiku. 

Terima kasih untuk semuanya── 

……!

Itu adalah kata-kata yang sudah lama kuinginkan. 

Jauh di dalam lubuk hatiku, kalimat itulah yang kudambakan berulang kali

Begitu aku mendengarnya, dadaku terasa hangat, dan dalam sekejap, air mata mulai mengalir. 

Meskipun aku berusaha menahan diri, aku tidak bisa menghentikannya Suara napas yang mirip isak tangis keluar dari tenggorokanku. 

Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan rasa 'terbayar'. 

Sudah berapa banyak perasaan yang terus kutanggung

Sudah berapa banyak ketidakberdayaan dan kekosongan yang kutahan dalam kesepian? 

Seharusnya akulah yang perlu mengucapkan kata ‘terima kasih ── 

 

◇◇◇◇

 

Di sepanjang rel kereta, sedikit lebih jauh dari stasiun, ada sebuah taman kecil. 

Di ruang terbuka yang dikelilingi pagar rumput itu, hanya ada bangku tua dan perosotan berbentuk gajah. Tidak ada suara anak-anak bermain maupun bunyi dengungan serangga. 

Hanya ada bulan yang mengawasi kami dari langit malam. 

Seolah-olah sedang mengawasi kami dari atas, suasananya tenang dan hangat, membuatku merasa aneh dan malu. 

Lagipula, beberapa saat yang lalu, kami berlima mencurahkan isi hati kami satu sama lain. 

Masing-masing dari kami menangis, berteriak, dan akhirnya bisa terhubung── 

……Jadi, Satoshi-kun,

Suara Satsuki memecah keheningan itu. 

Siapa yang paling kamu sukai di antara kami?

……Hah?

Pertanyaan yang tiba-tiba membuat suaraku tercekat. 

Di dalam Buku Harian, tertulis bahwa kami berempat masing-masing adalah karakter favorit dalam LoD, tapi aku tidak tahu siapa yang paling kamu 'sukai'~~.

Seperti yang diperkirakan, keempat gadis itu mulai membolak-balik Buku Harian di tangan mereka. 

──Tolong jangan. Tolong hentikan, Satsuki...!? 

Tadi, aku terhanyut dalam gelombang emosi dan tak sempat merasa malu atau apa pun, tapi sekarang setelah berhasil menenangkan diri, aku benar-benar malu jika isinya dibacakan. 

Kembalikan! Maksudku, tolong jangan dibaca lagi!

Aku mengulurkan tanganku dengan panik, tapi── tanganku tidak sampai. 

Aku mencoba menjulurkan lengan kiri sambil membungkuk ke depan, tetapi jarak beberapa puluh sentimeter itu terasa mustahil untuk dijangkau.

Keempat pasang mata terfokus pada isi Buku Harian, seolah-olah itu mengungkapkan isi hati terdalamku, membuatku merasa malu dan tidak berdaya. 

Satoshi-kun, kamu banyak menulis tentang betapa imutnya aku ya~! 

“Iya, iya, aku juga~! Senang sekali~!

“Kamu sudah menulisnya berkali-kali kalau Reine itu cantik. Tentu saja...

Hehe, kamu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanmu. Ngomong-ngomong, Satoshi-san. Kenapa deskripsi tentangku kok rasanya lebih banyak yang erotis?" 

Rasanya seperti sedang berada di neraka, surat cinta buatanku dibacakan keras-keras tepat di depanku. Aku hanya bisa menutupi wajahku, sementara mereka mengelilingiku, bersorak-sorai di atas kepalaku. 

Sudahlah... hentikan... 

Aku mengeluarkan jeritan memelas pelan seperti suara nyamuk, tetapi tidak ada yang mendengarkanku. Namun, itu masih merupakan awal dari segalanya. 

Tapi, Satoshi-kun, kamu pasti yang paling menyukaiku, kan? 

Suasananya seketika berubah menjadi tegang. 

Angin malam yang sebelumnya berhembut lembut tiba-tiba berhenti. Meskipun pagar rumput masih bergoyang ditiup angin, sepertinya waktu berhenti di sekitar kami. 

……Satsuki-chan, coba dilihat-lihat lagi baik dengan baik deh~. Deskripsiku paling banyak, kan~?

Hah? Jangan bicara bodoh, Shuna. Satoshi jelas-jelas terpesona padaku, ‘kan! 

Hehe, kalian semua memang buta, ya. Padahal akulah yang paling sering dilihatnya dengan tatapan seksual. 

“““Hah?”””

Api perselisihan mulai menyala di antara mereka. Meskipun seharusnya sedang musim semi, tetapi keringat dingin mengalir dari dahiku. 

“U-Umm begini, bertengkar itu tidak baik, oke? 

Aku mengumpulkan seluruh keberanianku dan mencoba menyela di antara mereka berempat. Namun, keempat gadis yang menatapku itu mendadak tersenyum dengan cahaya misterius di mata mereka. 

“Nee, Satoshi-kun. Coba kasih tahu kami siapa yang paling kamu sukai?

Tidak, maksudku...

“Aku tahu kamu ‘mencintai’ kami, jadi berhentilah bertele-tele, oke?

Jalan keluar sudah tertutup. 

“Me-Meski ditanya...siapa yang paling aku suka, tapi aku me-menyukai semuanya...

Entah bagaimana aku berhasil mengeluarkan kata-kata itu, tapi wajahku tak kuasa menahan panas. Aku tak pernah menyangka akan sememalukan ini mengungkapkan perasaanku di depan seseorang. 

……Se-Sekarang tidak usah yang seperti itu!

“Iy-Iya, benar, benar banget~...

“Ka-Kamu bilang menyukaiku...menyukaiku... 

Reine-san, tolong tenanglah dulu sebentar. Satoshi-san, bersiap-siaplah nanti.

Eh? Untuk apa?

Keempat gadis itu mendekat, masing-masing dengan pipi yang memerah. 

Wajah mereka begitu dekat. 

Jaraknya sangat dekat. 

Tekanannya luar biasa. 

……Entah bagaimana, aku hanya bisa berusaha untuk bernapas. 

……Yah, tidak apa-apa. Aku sudah tahu ini akan terjadi.

Satsuki menghela napas. Gerakannya setengah menyerah, tetapi juga terlihat senang. Kemudian, Satsuki berdiri di depanku dan menatapku langsung, kemudian berbicara padaku

Satoshi-kun. Pastikan kamu mengingat ini baik-baik, ya?

Setelah dia mengatakan itu, suasananya langsung berubah. 

Kami berempat adalah milikmu sekarang. Tapi──

Mata Satsuki menyipit, pipinya terlihat merah merona, dan di dalam matanya ada cahaya yang menggoda dan berkilau. 

Sebagai seorang wanita, sebagai wanitanya Satoshi-kun, aku takkan menyerahkan posisi pertama.

Saat itu, ketiga gadis lainnya juga menunjukkan tekad yang kuat di balik ekspresi lembut mereka. 

……Jadi, mulai sekarang, demi menjadi yang pertama, kami akan berusaha keras untuk menjatuhkanmu── makanya, bersiap-siaplah, ya?

Mereka tidak bercanda

Mereka berempat benar-benar serius. 

Mereka semua memiliki tatapan yang dipenuhi tekad. 

Aku merasa merinding di sepanjang tulang punggungku dan hanya bisa menjawab dengan suara bergetar. 

“Tolong jangan terlalu brutal ya...

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama