Otonari no Tenshi-sama Volume 11.5 Chapter 9 Bahasa Indonesia

Chapter 9 — Kunjungan Mendadak Ke Tempat Kerja Teman

 

“Jadi begitulah, kurasa sudah waktunya kita mengunjungi tempat kerjanya Amane!”

“Apa maksudnya ‘jadi begitulah’, oi apa maksudnya coba?”

Hari ini, mereka berempat sedang makan siang bersama seperti biasa, tapi tiba-tiba Chitose mengeluarkan pernyataan yang aneh dengan semangat yang misterius, sehingga Amane hanya menatapnya dengan tatapan datar. 

Ia membenturkan kepalanya ke meja seolah memohon, tetapi itu membuat kotak makan siangnya bergetar dan membuatnya cukup menyebalkan. 

“Apa sih asyiknya datang ke tempat kerjaku, seriusan dah...” 

“Habisnya, aku ingin melihat mode karyawan kafe Amane yang keren dan eksentrik!” 

“Aku tidak ingat pernah memiliki mode aneh seperti itu.”

“Meski kamu bilang begitu, tapi kamu terlihat sangat keren dan bertingkah seperti pria yang jantan saat festival budaya sekolah, bukan?” 

“Bukannya itu bakalan kurang pantas kalau aku melayani pelanggan dengan suasana hati yang murung? Dan kamu sendiri juga bertindak dengan mode pria playboy.”

“Bukankah penilaian tentangku terlalu buruk? Hei, Shiina-san!” 

“Amane-kun, kamu berlebihan.”

“Ugh.”

Amane sejenak berpikir bahwa mungkin ia terlalu berlebihan karena diingatkan oleh Mahiru, tetapi sebenarnya Itsuki memang berpenampilan seperti pria playboy, jadi mungkin dirinya tidak berlebihan. 

Lebih tepatnya, Itsuki tampaknya dengan senang hati menjalani suasana itu. Bisa dibilang itu memang kepribadiannya, atau bisa juga dibilang ia memang sengaja bersikap seperti itu. 

“Walaupun Akazawa-san menggoda Amane-kun, penggunaan ungkapan yang berlebihan masih tidak baik. Dia hanya terlihat periang dan humoris.” 

“Jadi, Mahirun juga mengganggapmu periang, ya?”

“Aku juga berpikir kamu memiliki semangat yang ringan.” 

“Apa itu bisa dibilang pujian?” 

“Itu sangat memujimu kok.”

Amane tidak bisa menahan tawa dan memalingkan wajahnya ketika melihat Itsuki yang bingung menerima pujian yang mungkin bukan sarkasme. Itsuki yang menyadari reaksinya langsung memprotes dengan suara yang sedikit lebih pelan dari biasanya, “Kamu baru saja ketawa, ‘kan?”. 

“Sudah, sudah, jadi beberapa waktu lalu Mahirun mengunjungi tempat kerja Amane untuk pertama kalinya, ‘kan? Kami bahkan merasa ragu untuk mengunjunginya ketika pacarmu belum pernah melihatnya, tapi kalau sudah diperlihatkan, beda lagi ceritanya!”

Chitose dan yang lainnya bahwa Amane mengundang Mahiru ke tempat kerjanya pada White Days, jadi ia tidak berencana untuk menyembunyikannya, tapi ia tidak menyangka mereka akan berpikir bahwa karena Mahiru sudah mengunjunginya, jadi sudah waktunya buat giliran mereka. 

“Ini tidak baik, mendingan jangan datang deh.”

“Kejam banget! Terhadap pelanggan!” 

“Jangan menyebut dirimu sebagai pelanggan jika kamu tidak pernah berkunjung.”

“Apa gunanya menyingkirkan calon pelanggan!?” 

“Kamu sendiri sudah datang ke tempat kerjaku!” 

“Ugh...” 

Apa yang mereka berdua katakan memang benar, tetapi sulit untuk diterima begitu saja. 

Dari sudut pandang pemilik kafe, Fumika pasti akan merasa senang jika jumlah pelanggan meningkat, dan lebih jauh lagi, tidak ada alasan untuk menolak melihat pasangan yang sangat akrab. 

Argumen Itsuki juga benar, Amane tahu bagaimana Itsuki bekerja, dan ia bahkan memesan buket bunga darinya, jadi jika mempertimbangkan kebaikan itu, sangat tidak manusiawi untuk menolak.

Meskipun begitu, jika ditanya apa Amane ingin mengundang kedua orang ini dengan suasana hati seperti sekarang, dirinya pasti akan menggelengkan kepala. 

Sebetulnya, untuk apa kalian datang?

Yah, itu sih...

Yah, itu mah. 

“Muka cengengesan kalian yang menyebalkan itu bikin kesal. 

Raut wajah mereka berdua terlihat sangat mirip dengan senyum yang seolah-olah sedang merencanakan sesuatu yang tidak perlu, dan saat-saat seperti ini membuat Amane sadar bahwa mereka adalah pasangan yang serasi dan akrab. 

Aku ingin melihat senyum khas karyawan Amane. 

“Tidak usah datang.

Jangan bilang hal-hal pelit seperti itu, ya, tidak apa-apa! 

Sudah pasti kalian hanya ingin bersenang-senang.

Yah, ketimbang dari itu, aku lebih ingin melihat Mahirun yang tampak bahagia saat melihat Amane daripada melihat Amane secara langsung. 

Ak-Aku...?

Hei, jangan coba-coba mengajak Mahiru berpihak padamu. 

Chitose yang tahu bahwa Amane akan menyerah jika Mahiru memohon padanya berusaha menghasut rasa penasaran Mahiru, tetapi bagi yang menjadi sasaran, itu sangat melelahkan. 

Ngomong-ngomong, Mahiru masih ragu dan belum melakukan kunjungan kedua meskipun sudah diperbolehkan mengunjunginya kapan saja, jadi jika Chitose mendorong semua orang untuk pergi bersamanya, dia mungkin akan langsung setuju. 

Amane lalu melirik Mahiru—dan bersiap. 

“Ap-Apa aku boleh pergi?

Amane mana mungkin bisa menolaknya ketika Mahiru bertanya dengan tatapan penuh harap dan suara lembut

 

 

Pada akhirnya, Amane dibuat menyerah dan menghela napas saat tiba di tempat kerja. 

Mengingat waktunya belum memasuki jam sibuk, jadi kebetulan tidak ada pelanggan, tetapi Amane tidak menyangka mereka akan datang dengan cepat seperti ini. Dirinya merasa butuh sedikit waktu untuk bersiap secara mental. 

Selamat datang. ... Lima orang, ya?

Jumlahnya lebih banyak dari yang diperkirakan karena ada tambahan dua orang lebih. 

Aku juga mengundang Yuu-chan dan yang lainnya.

Chitose dan Itsuki terlihat senang, dan Mahiru yang tersenyum bahagia, tetapi di belakang mereka ada Yuuta dan Ayaka yang tidak disebutkan dalam pembicaraan siang tadi. 

Karena Ayaka sudah melihatnya bekerja sebelumnya, itu bukan masalah besar, tapi Amane tidak menyangka Yuuta juga diundang membuat pipinya terasa tegang lebih dari saat pembicaraan siang. 

Maaf ya, Fujimiya. 

Tidak, ini bukan salah Kadowaki... 

Bukan berarti Amane tidak ingin mereka datang. Hanya saja, dirinya merasa canggung menunjukkan sisi yang lebih formal ini kepada Yuuta.  Persahabatan mereka berbeda dengan Itsuki, jadi mungkin itulah yang memengaruhinya. 

“Kalau mau datang, kupikir rasanya lebih baik kalau datang ramai-ramai iya ‘kan?

Terima kasih atas perhatianmu.

Sepertinya kamu tidak benar-benar memikirkannya." 

Aku akan mengantar kalian ke tempat duduk.

“Jadi aku diabaikan, ya? 

Itsuki, jangan mengganggunya saat bekerja.” 

Di saat-saat seperti inilah Yuuta selalu menjadi pengingat baik.

Sebenarnya, Mahiru yang seharusnya berperan sebagai penghalang hari ini tampaknya tidak bisa diharapkan untuk melakukannya, jadi satu-satunya orang yang bisa menghentikan kelompok ini hanyalah Yuuta. Ayaka mungkin akan mencoba menghentikan mereka saat keadaan sudah parah, tetapi pada dasarnya dia lebih suka menyerahkan semuanya, dan karena melihat wajah Mahiru yang bahagia, dia pasti tidak akan mencoba menghentikan mereka. 

Sambil merasa sedikit beban berat di perutnya, Amane mengangkat suaranya dan berkata, Selamat datang, lima orang. Lalu mengantar mereka ke tempat duduk berbilik

Itsuki, Chitose, dan Yuuta masuk untuk pertama kalinya, jadi mereka masing-masing mengeluarkan komentar seperti Suasananya bagus, “Aku jadi mulai bersemangat, dan Jangan terlalu bercanda nanti bisa dimarahi saat berjalan menuju tempat duduk. 

Tempat duduk berbilik itu cukup luas, jadi meskipun ada lima orang, tidak masalah jika mereka duduk terpisah antara pria dan wanita. Amane pun tersenyum seperti biasa sebagai pelayan dan dengan lembut meletakkan menu di meja. 

Ini menunya. Jika sudah memutuskan pesanan, silakan tekan bel di meja untuk memanggilku.

Setelah mengucapkan kalimatnya setenang mungkin, Amane pergi mengambil air dingin dan handuk basah. Namun, Miyamoto yang sedang bertugas shift yang sama hari ini dan sedang punya waktu luang karena tidak ada pelanggan, rupanya sedang mengamati situasi, dan menyelinap menghampirinya.

Bukannya dia itu pacarmu, Fujimiya?

Ya, benar.

Dia bertanya dengan suara pelan, jadi Amane mengangguk dengan jujur. 

Miyamoto pernah melihat Mahiru dalam perayaan White Day, jadi tidak heran jika ia mengingatnya, tetapi butuh ingatan yang cukup baik untuk membedakan mereka begitu cepat. 

Yang di sekelilingnya itu siapa?

“Mereka teman-temanku.

“Rupanya ada beberapa teman seru yang berkunjung hari ini.

Ya, sepertinya begitu. 

Wajahmu kelihatan enggan banget.”

Rasanya agak rumit jika ada teman yang melihatku bekerja dengan serius.

Bukan karena ia sangat menentangnya, tapi dirinya merasa enggan karena malu, dan dirinya tetap tidak bisa menghilangkan rasa canggung itu. Amane takut dirinya akan memasang wajah masam di depan mereka. 

Aku mengerti apa yang ingin kamu katakan. Tapi, kamu harus memperhatikan mereka dengan baik. 

Aku akan bersikap seperti karyawan biasa saja.

Kamu marah, Fujimiya?

Aku tidak marah. Hanya saja, aku merasa aneh melihat jumlah mereka yang tiba-tiba meningkat dan niat mereka yang jelas-jelas ingin menggodaku. 

Jika ditanya apa dirinya marah, Amane akan menjawab tidak. Dirinya bukan orang bersumbu pendek yang marah karena hal seperti itu, tapi sebaliknya, ia merasa senang mereka begitu memperhatikannya

Namun, Amane sedikit merasa terganggu karena mereka membawa orang yang tidak direncanakan untuk datang, jadi ia berpikir untuk memberikan sedikit salam olahraga’ kepada Itsuki besok. 

Kamu biasanya jadi sasaran olokan, ya?

“Awas saja besok, pikirnya sambil mengarahkan pandangan ke arah Itsuki yang tampak senang berbincang sambil melihat menu dari jarak sedikit jauh, ketika suara Miyamoto terdengar sedikit terkejut. 

Aku akan membalasnya dengan setara.

Jika ditanya apa dirinya cuma menjadi sasaran olokan, mungkin tidak juga. Mereka saling berbalas dan mengolok satu sama lain, jadi bukan berarti salah satu dari mereka selalu terjebak dalam peran itu. Itu bukan hubungan yang setara sebagai teman, bahkan rasanya itu bukan namanya pertemanan sama sekali. 

Begitu ya, kalau begitu aku tidak perlu khawatir. ... Oh, tapi ada satu hal yang harus kukatakan. 

Apa itu?

Kamu sebaiknya menahan diri untuk tidak menunjukkan wajah yang hanya kau tunjukkan kepada pacarmu.

Terima kasih atas sarannya. 

Karena Miyamoto juga mengatakannya, otot-otot wajahnya pasti sudah tidak berfungsi saat kunjungan Mahiru sebelumnya. 

Amane pasti menunjukkan wajah yang sangat manis padanya, dan jika Itsuki dan yang lainnya melihatnya, mereka pasti akan menjadikannya bahan pembicaraan untuk sementara waktu. Rasanya aku sering menunjukkan wajah itu, pikirnya, tetapi Amane dalam situasi santai dan saat bekerja itu berbeda, jadi Amane membiarkan pikiran itu diam dan mengangguk serius kepada Miyamoto. 

 

 

Saat membawa air dan handuk untuk jumlah orang yang ada, sepertinya semua orang sudah memutuskan pesanan mereka, dan menu terletak rapi di tengah meja. 

Ini air dan handuknya.

Terima kasih. Permisi, bolehkah aku memesan?

“Ya, silakan.

Saat Amane menata pesanan di depan mereka, Chitose melontarkan komentar ringan, Kamu benar-benar jadi pelayan, ya. Namun, Amane tidak mengubah ekspresinya dan tetap memandang semua orang. 

Dirinya mencoba melihat siapa yang akan memesan, dan Itsuki dengan senyuman menjengkelkan dan suara yang tenang mengangkat tangannya

Ya, ya, pelayan, aku pesan satu senyuman penuh semangat.

Maaf, tapi kami tidak memiliki produk seperti itu di sini.

Memangnya ia mengira tempat ini sebuah restoran cepat saji? 

Seandainya saja Amane bukan pelayan kafe saat ini, dirinya mungkin akan mengoloknya, tapi sekarang ia merupakan pelayan yang bekerja. Jadi, Amane berusaha menahan diri dan memberikan senyuman kerja yang mungkin berbeda dari yang diinginkannya, sambil dengan tegas menolak permintaannya. 

Tapi kamu memberi senyuman pelayan, kan?

“Ujung mulutmu kelihatan berkedut-kedut banget tuh. Ah, aku juga mau pesan senyuman!

Maaf, tapi kami tidak memiliki produk seperti itu di sini.

“Dasar Pelayan yang kurang asyik!

Aku sedang bekerja. Jadi, apa pesanan kalian sudah siap?

Jika mereka terus bercanda seperti itu, Amane tidak akan mengambil pesanan, jadi dirinya menatapnya dengan tegas sebelum melihat Yuuta, yang paling bisa diandalkan hari ini, dengan senyuman lembut seolah-olah ia sudah mengetahuinya

“Kita pesan empat set kue musiman, dua minuman set kopi campuran panas, dua café au lait panas, dan satu espresso sebagai menu tambahan, tolong. 

Sepertinya ia mendengarkan semua pesanan dengan baik, dan bisa merangkum pesanan tanpa membuang-buang waktu sangat membantu sebagai pelayan, jadi Amane berterima kasih kepada Yuuta sambil mencatat pesanan. 

Eh, Yu-chan, kamu tidak memesan set kue?

Amane sudah menyadari bahwa set kue yang dipesan kurang satu porsi dari jumlah orang. Di antara mereka, tidak ada yang benci makanan manis, jadi ketika melihat Yuuta yang tampak tidak memesan, entah karena kekurangan anggaran atau tidak dalam suasana hati, ia terlihat mengernyitkan dahinya

…Karena setiap hari makan makanan manis, kupikir sebaiknya mengurangi makanan manis saat makan di luar.

Ah…

Kalau diingat-ingat kembali, Yuuta memang menerima banyak cokelat saat Hari Valentine. Jumlahnya sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa pulang, jadi jika ia ingin menghabiskannya, ia pasti harus merencanakan konsumsinya dengan ketat agar tidak melewati batas tanggal kedaluwarsa. 

Yuuta pernah mengatakan bahwa dirinya tidak menerima makanan buatan tangan karena trauma masa lalu, jadi kebanyakan orang memberinya produk yang dijual bebas. Dengan tanggal kedaluwarsa yang jelas, Yuuta bisa mengatur konsumsi dengan lebih lambat, tetapi tetap saja, ia pasti mengonsumsi jumlah yang sangat banyak. 

Anehnya, meskipun ia mengonsumsi jumlah yang luar biasa, penampilannya sama sekali tidak berubah. 

Bagaimana bisa kamu tidak bertambah berat badan? Jerawat juga tidak ada. Aneh.

Kalau So-chan setiap hari makan seperti itu, pasti kalori yang dibakar tidak seimbang. Sungguh luar biasa.

Kalau aku melakukan pola makan itu setiap hari, berat badanku pasti akan terpengaruh…

“Ia benar-benar monster dalam hal manajemen diri.

Yuuta yang sudah dibilang seperti itu menjelaskan bahwa dirinya membakar kalori melalui kegiatan ekstrakurikuler, latihan otot, dan belajar, dengan gaya yang sangat kuat dan tanpa trik apapun, sehingga pantas disebut sebagai simbol keuletan. 

Apa hanya itu saja pesanannya? 

Ya, silakan.

Aku akan mengambil menunya." 

Amane yang terkesan dengan kemampuan manajemen diri Yuuta, setelah memastikan topik pembicaraan beralih ke usaha Yuuta, mengambil menu dan pergi untuk menyampaikan pesanan ke dapur. 

 

 

Berbeda dengan makanan seperti kue panekuk yang dimulai pembuatannya saat dipesan, kue yang bisa disiapkan sebelumnya sangat cepat. Meskipun memperhitungkan minuman, Amane bisa menyajikannya tanpa menunggu terlalu lama. 

Kue hari ini adalah fraisier dengan buah musiman. Kue ini tampaknya merupakan makanan khas Prancis, yang setara dengan shortcake di Jepang. Selain penampilannya yang cerah dan imut, rasanya juga sangat luar biasa. Meskipun krim mentega menjadi bahan utama dan terlihat berat, rasa asam dari stroberi memberikan keseimbangan yang pas, sehingga bisa dihabiskan dengan mudah. 

Ketika Amane mencicipinya, dirinya sampai berpikir serius apakah bisa dibawa pulang, jadi ia ingin mereka juga menikmatinya. 

Kelihatannya enak!

Kue fraisier Jepang biasanya memiliki lapisan merah yang mengkilap di permukaannya, dengan warna merah yang cerah dan mengkilap. Penampilan potongan stroberi yang berpadu dengan warna krim mentega sangat mencolok, sehingga meskipun sederhana, tampilannya sangat hidup. 

Terima kasih. Kelihatannya enak.

Ini merupakan menu populer di toko kami. Karena ini hanya tersedia musiman, kami berharap Anda dapat menikmati kelezatan yang hanya ada sekarang. 

Kue ini hanya disajikan saat stroberi sedang musim, dan reputasinya di kalangan pelanggan tetap sangat baik. Mereka berharap bisa menjadi menu sepanjang tahun, tetapi Fumika mengatakan bahwa kelezatan ini hanya bisa didapatkan karena musim stroberi, jadi harapan itu tampaknya tidak akan terwujud. 

Setelah mengantarkan kue dan minuman, Amane berencana untuk meninggalkan tempat itu dengan mengatakan, Silakan menikmati, tetapi tiba-tiba celemeknya ditarik. 

Ternyata itu Chitose yang berada di sisi lorong, dengan jari-jarinya yang ramping menggenggam kuat kain celemeknya, seolah-olah tidak ingin melepaskannya.

Pelanggan.

Karena sekarang tidak ada pelanggan, sepertinya aman.

“Mana mungkin bisa begitu.”

Tidak apa-apa, sekarang tidak ada pelanggan lain. Aku sedang melakukan pekerjaan belakang, jadi silakan menikmati. Jika ada pelanggan yang datang, aku akan berhenti dan mengarahkan mereka.

Amane ingin mengatakan bahwa itu tidak mungkin, tetapi suara Miyamoto yang memberi izin untuk berbicara membuat Amane terkejut, sementara Chitose tersenyum lebar seolah merasa berhasil. 

Memang benar, di hari kerja dan saat jam sepi, hanya ada lima orang di sini. Jika tidak ada pelanggan, biasanya para staf akan berbincang sambil menyelesaikan pekerjaan kecil, tetapi meskipun tidak ada pelanggan lain, apakah Miyamoto, yang bukan pemilik, seharusnya memberi izin untuk berbincang antara staf dan pelanggan? 

(…Sebenarnya, jika Owner mendengarnya, dia mungkin akan memberi izin.) 

Atau lebih tepatnya, mereka datang untuk menyapa dengan ramah, dan suasana hangat itu akan berlanjut sampai Amane merasa tidak nyaman. 

Hari ini, dia seharusnya berada di belakang karena mengerjakan tugas administrasi, jadi Amane rasa dia tidak mendengar, tetapi saat dia menyadari kedatangan Mahiru, dia pasti akan muncul dengan wajah ceria, dan Amane bisa membayangkan senyumannya yang penuh semangat, membuatnya tersenyum masam

Ketika Amane melihat Miyamoto, sejawatnya itu malah tersenyum lebar dan mengacungkan jempol, jadi Amane memahami bahwa dirinya juga sedikit terhibur, tetapi Amane memutuskan untuk menerima niat baik itu dengan penuh rasa syukur, lalu menatap mereka yang mulai menikmati kue dengan napas berat. 

Mahiru terlihat sedikit merasa bersalah, tetapi dia tampaknya sangat senang ada Amane di dekatnya, sehingga dia memberikan senyuman manis yang bisa menimbulkan kesalahpahaman jika dilihat oleh orang lain. 

Mahirun, ekspresimu kelihatan jelas loh sekarang.

Eh?”

Sepertinya Mahiru tidak menyadari situasinya dan memegang pipinya dengan bingung, sehingga Amane dalam hati merasa khawatir. Tiba-tiba terdengar suara kecil, Tapi, Fujimiya-kun juga tidak bisa mengkritik orang lain, kan? 

Amane menatap Ayaka, bertanya-tanya apakah suara hatinya keluar sebagai kata-kata. Dia hanya tersenyum tanpa beban dan berkata, Ekspresimu kelihatan jelas banget, Onii-san.

Meskipun Amane tidak merasa menunjukkan ekspresi apapun, kenyataannya dia terbaca, jadi dia tidak bisa membalas terlalu banyak. 

"Mahiru, apa kamu sering ke sini? 

Belum cukup lama untuk membuatku sering datang kemari, dan kupikir itu akan merepotkan Amane-kun, jadi kurasa sesekali berkunjung sudah cukup." 

Aku tidak merasa direpotkan sama sekali kok.

Karena sudah menunggu lama, seharusnya Mahiru bisa melakukan sesuka hati, tetapi datang setiap hari juga sulit dari segi keuangan dan tidak baik untuk jantung Amane. 

Mahirun agak ragu-ragu dalam hal itu. Yah, jika dia sering datang ke sini, senyuman Amane akan semakin manis dan itu mungkin membebani Mahirun. 

Dan mungkin Shiina-san akan khawatir. Takut jika ia menaklukkan gadis lain.

“Meski ia mengarahkan perhatiannya kepada siapa pun selain Mahiru?

Ya, mungkin efek sampingnya bisa membuatnya terlempar.

Aku tidak begitu populer.

Akhir-akhir ini, Amane merasa penilaian terhadap dirinya semakin meningkat, tetapi itu mungkin hanya penilaian yang berlebihan. Jika mengingat insiden ketika pelanggan tetap memintanya untuk dijadikan menantunya atau saat gadis sekelas mengungkapkan perasaan padanya, dirinya mungkin bukan pria yang buruk, tetapi jika ditanya apa dirinya populer, tentu saja tidak. 

Menjadi populer berarti seperti Yuuta, di mana lawan jenis datang tanpa henti, sementara Amane hanya dianggap baik oleh beberapa orang. Meskipun sudah ada momen seperti itu sebelumnya, jika dirinya mulai berpikir bahwa ia populer, itu sudah sangat berlebihan, jadi Amane tidak langsung menyetujuinya

Fakta itu dan kekhawatiran Mahirun merupakan dua hal yang berbeda. Itu yang perlu kamu ingat.

Aku akan berhati-hati.

Tidak, aku yang seharusnya tidak merasa cemburu.

Tidak masalah jika Mahiru merasa cemburu, tetapi aku tidak ingin membuatmu merasa tidak nyaman. Aku akan berhati-hati.

Ada beberapa kali di mana dirinya tidak sengaja membuat Mahiru khawatir, jadi dirinya harus berhati-hati. Amane tidak boleh membuat Mahiru sedih karena ketidaksadarannya. 

Ia ingin Mahiru merasa nyaman berada di sampingnya, jadi dirinya berjanji untuk lebih berhati-hati dan menatap Mahiru, yang setelah itu tampak terkejut dan menundukkan pandangannya dengan malu. 

“Sekarang kamu benar-benar menunjukkan senyuman khusus untuk Mahirun loh~,” goda Chitose.

“Kamu harus belajar menahan diri lebih giat lagi, oke.” Itsuki menimpali.

Ini cuma hal biasa,” balas Amane.

Di bagian mananya yang biasa coba?

“Ngaca dulu sana, ngaaca”, pinta Itsuki, tetapi karena tidak ada cermin di dekatnya, Amane mengabaikannya dan mengubah ekspresinya menjadi yang biasa untuk Itsuki, lalu terdengar suara sedikit tidak puas, Itu juga menyakitkan, loh. Ia memilih untuk mengabaikannya. 

Meski begitu, kamu cukup serius dengan pekerjaanmu,” ucap Itsuki.

“Memangnya ada yang tidak serius saat bekerja?” gumam Amane.

Saat mendengar kamu akan bekerja di kafe, aku sempat berpikir, 'Apa anak ini baik-baik saja?'” kata Itsuki dengan nada meledek.

Kamu tidak punya hak untuk mengkhawatirkanku, dan kamu justru lebih bermasalah daripada itu.” Amane balas meledeknya.

Kenapa kamu harus mengatakan hal seperti itu!

Ternyata, Itsuki merasa tidak puas karena Amane tidak meminta bantuannya saat mulai bekerja paruh waktu, dan ada masa di mana Itsuki sempat merajuk. Begitu mengingat hal itu, Itsuki berdiri dengan semangat dan melompat. Tentu saja, Yuuta langsung menegurnya dan menyuruhnya untuk diam. 

“Iya, iya juga. Tumben-tumbennya Ikkun merajuk, iya ‘kan? 

“Bahkan kamu juga ikut-ikutan, Chii!

Jika kamu mengutuk orang lain, kamu juga akan mendapatkan akibatnya, Itsuki.

…Yuuta selalu baik kepada Amane ketimbang padaku, ya?

Ya, karena kamu yang memulai semuanya, Itsuki.”

Keji.

IItsuki dan Yuuta tampaknya memiliki hubungan yang cukup akrab, bahkan terkadang Yuuta memperlakukannya dengan kasar, yang jarang terjadi. Namun, karena keduanya tampak saling memahami, Amane merasa terkesan dengan persahabatan mereka

Sikap Yuuta yang sedikit keras terhadap Itsuki mungkin karena Itsuki sering bercanda, jadi itu memang akibat dari tindakan Itsuki sendiri dan tidak membuatnya merasa kasihan. 

“Sayangnya, aku bekerja tanpa masalah. …Setidaknya.

Kamu kedengarannya tidak percaya diri, ya?

Kalau aku tampil percaya diri dan bilang aku sudah siap, itu akan berbeda dari karakternya. 

Ya, interpretasi kita berbeda. Kamu terlihat… rendah hati, itulah Amane.

Hei.

“Sudah, sudah. Kemampuanmu untuk tetap fokus merupakan hal baik dari Fujimiya-kun. urasa kau tidak perlu khawatir dengan orang-orang yang terus menggodamu, oke?”

Kenapa kamu melihatku, Kido? 

“Entah~? 

Ayaka mengalihkan pandangan Itsuki dengan senyum manis, tetapi tidak ada sedikit pun niat jahat dalam dirinya, yang mungkin karena kepribadiannya. 

Dia adalah penggembira suasana yang berbeda dari Chitose, dan menjadi sosok yang menonjol di kelas karena kepribadiannya yang lembut, sedikit alami, dan memiliki rencana yang cerdik, membuat Ayaka menjadi pusat perhatian di kelas.  

Itsuki mengeluh, “Bukannya aku diperlakukan lumayan kasar akhir-akhir ini?” dan bahkan pacarnya tidak memihaknya seraya berkata “Mau bagaimana lagi, Ikkun kadang-kadang secara tidak sadar memprovokasi, sih. 

“Bener banget.

Saat Amane menatap Itsuki, yang sengaja menutupi matanya dengan tangan dan terisak meskipun ia tidak menangis sama sekali, berpikir bahwa Itsuki tampak tidak menyesal, ia mendengar suara kecil yang agak sedih dari belakangnya.

Menoleh ke arah suara yang familiar itu, ia melihat Ohashi. 

Amane mengetahui bahwa Ohashi akan terlambat satu jam dari biasanya karena melihat jadwal, jadi ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya bahwa waktu sudah berlalu begitu cepat. 

Dirinya membuka mulut untuk memberi salam, tetapi melihat tatapan Ohashi yang tertuju kuat ke arah meja bilik, dirinya lalu mengikuti arah tatapan itu. 

Di sana, ia melihat sosok Mahiru yang sedang minum cafe au lait. 

(Ah, jadi begitu ya.) 

Saat berkunjung ke tempat kerja pada White Day, ada insiden di mana Ohashi menumpahkan kopi ke rok Mahiru, dan sejak saat itu, Ohashi tampak sangat tertekan. Amane sudah menerima banyak permintaan maaf dan bahkan Mahiru merasa lebih khawatir karena Ohashi terlalu terpuruk, tetapi dia tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Mahiru lagi karena kesibukan.

Meskipun sudah meminta maaf, tampaknya Ohashi masih sedikit terbawa perasaan saat melihat Mahiru, jadi ketegangan itu bisa dimengerti. 

Pada saat itu, aku sangat minta maaf...

Tidak, kamu tidak perlu khawatir. Kamu sudah meminta maaf sebelumnya, jadi aku merasa tidak enakan jika kamu terlalu merasa bersalah.

Tidak, akulah yang ceroboh... 

“Seriusan, jangan terlalu dipikirkan...

Eh, kenapa tiba-tiba ada perang permohonan maaf?

Ah, Rino-san, semua orang terlihat bingung.

Di tengah kebingungan tiga orang yang tidak tahu situasi, Ayaka, satu-satunya yang mengetahui situasi di luar pihak terkait, menghentikan Ohashi yang tampak merunduk. 

Tapi aku juga merepotkan Kido-chan. 

Aku baik-baik saja. Aku jadi bisa menjelajahi genre baru dari Shiina-san.

Jadi...?

"Pokoknya, jika kamu terus meminta maaf, Shiina-san akan merasa tidak nyaman. Miyamoto-san! 

“Oke, oke.

Meskipun Ayaka sudah menghentikan Ohashi, Ohashi tampak tidak akan berhenti, jadi Ayaka cepat-cepat menyerah. 

Ketika dia memanggil nama Miyamoto dengan suara keras, sepertinya Miyamoto sudah memperkirakan hal ini dan segera mendekat, ia kemudian dengan lembut menarik Ohashi dari kursinya. 

Aku yakin Fujimiya dan pacarnya sudah mengetahui bahwa kamu menyesalinya. Sekarang mereka sedang asyik berbicara, jadi kenapa harus membuat suasana menjadi suram?

Ugh, maaf. 

Ohashi tampaknya juga menyadari banyak hal, sehingga ekspresinya menjadi muram lagi. Miyamoto menghela napas besar-besar dan mendorong punggung Ohashi yang tampak lebih lemah dari biasanya ke arah pintu keluar. 

Yuk, kamu mendingan bersih-bersih di luar saja.

Disuruh oleh Daichi benar-benar menjengkelkan.

“Sudah kubilang cari udara segar di luar, dasar bodoh. 

Miyamoto, meskipun sulit dimengerti, tampaknya ingin memberikan waktu bagi Ohashi untuk menenangkan pikirannya. Jika Mahiru ada di depannya, Ohashi mungkin hanya akan terus merasa bersalah, jadi keputusan Miyamoto bisa dianggap tepat. 

Dengan sikap yang lesu, Ohashi tampak sedikit merasa bersalah saat Miyamoto dengan lembut menepuk punggungnya, sehingga Ohashi pun dengan patuh keluar dari toko. 

Miyamoto menundukkan pandangannya dengan sedikit rasa kasihan, tetapi segera menampilkan senyuman cerah yang menawan, meletakkan tangan di dada dan membungkuk sedikit. 

Aku sangat minta maaf. Silakan terus menikmati makanan dan percakapan. 

Setelah memberikan penghormatan yang sangat indah, Miyamoto kembali ke tugasnya, dan Yuuta dengan kagum berkata, Sikapnya sangat baik, ya.

Tapi, suasana hatinya berubah drastis banget. Ia kelihatan sangat akrab dengan pelayan tadi.

Yah, karena mereka berdua itu memang memang akrab. Dia tidak merusak sikapnya di sini karena orang itu sangat tegas dalam membedakan. Tidak seperti kamu,” protes Amane.

Hari ini kamu tampak sangat keras padaku, ya?” Itsuki membalas dengan nada seperti disalahi.

Kamu tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan dan menambah jumlah orang. 

“Semuanya ide Chii, loh!?

“Kalau begitu, tanggung jawab perlindungan.

Itu berarti aku dianggap anak kecil!

Kalau begitu, tanggung jawab pengawasan.

Kalau itu sih...

“Jadi kamu tidak keberatan dengan begitu ya, Chii...”

Karena Chitose sudah setuju, Itsuki yang merasa dituduh hanya bisa memperlihatkan wajahnya yang cemberut, sementara Amane, yang menyalahkannya, hanya bisa tersenyum kecil. 

Itsuki berniat membantahnya, tapi tepat pada saat itu, bel di pintu masuk berbunyi menandakan kedatangan pelanggan, jadi Amane mengalihkan pandangannya ke pintu dan segera mengubah ekspresinya menjadi mode kerja. 

Ada pelanggan datang, jadi aku pamit dulu. 

Maaf sudah menahanmu di sini, Fujimiya-kun.

“Aku lebih suka mendengarnya langsung dari orang yang menahanku di sini. Baiklah sampai jumpa.

“Sudah kubilang, maafkan aku! 

Ketika mendengar suara Chitose yang tidak puas, Amane tertawa lagi dan berusaha menjauh dari tempat duduknya, tetapi tiba-tiba terdengar suara dari belakang. 

Amane-kun, semoga pekerjaanmu lancar ya. Aku mendukungmu!

Sebuah dukungan kecil dengan suara yang biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. 

Meskipun begitu, Amane merasakan semangatnya yang sempat menurun perlahan kembali pulih, dan ia menegangkan pipinya yang mulai melonggar sebelum berjalan cepat menuju pintu. 

 

 

Pelayan, boleh aku minta tagihannya? 

Sekitar satu jam kemudian, saat ia sedang melayani pelanggan yang datang, membereskan meja, dan mencuci piring serta siphon, saat lewat di samping tempat duduk Mahiru dan kawan-kawan, Itsuki memanggilnya. 

Baik, tunggu sebentar. 

Karena sedang membereskan meja pelanggan yang sudah pergi, ia membawa piring kotor di atas nampan. Ia harus membawa ini ke tempat cuci sebelum bisa melayani lagi. 

Seharusnya Miyamoto atau Ohashi yang menangani pembayaran, tetapi saat ini mereka sedang melakukan pekerjaan lain, jadi lebih cepat jika Amane yang menanganinya. Selain itu, tampaknya Itsuki dan yang lainnya berharap agar semua proses pembayaran dilakukan dengan baik, jadi seharusnya ia merespons sebagai pelayan. 

Tampaknya mereka sudah tahu bahwa Amane sedang membereskan meja, jadi Itsuki berkata dengan senyum penuh arti, “Kamu tidak perlu terburu-buru. Amane sebenarnya ingin mengatakan sesuatu, tetapi ia hanya menjawab, Maaf, dan membawa piring tersebut ke dapur. 

Di sana, ia bertemu dengan Ohashi yang tampaknya baru saja selesai dengan pekerjaannya. 

Ah, Fujimiya-chan, Fujimiya-chan, bisa tolong alihkan pembayaran ke sini? 

Karena permintaan yang tiba-tiba itu, Amane tidak bisa langsung memahami maksudnya dan melupakan bahwa dia adalah seniornya, jadi ia menatap dengan tatapan bingung. 

Apa maksudnya dialihkan?

Aku akan membayar untuk mereka secara pribadi.

Kenapa?

Mendengar saran yang sama sekali tidak terduga, Amane tanpa sadar menggunakan bahasa yang lebih santai. 

Sepertinya tanggapan Amane sudah diperkirakan sebelumnya oleh Ohashi, dan dia menundukkan pandangannya sedikit malu sebelum berbicara. 

Bukan hanya sebelumnya, tapi hari ini juga aku mengganggu mereka, jadi sebagai permintaan maaf? Sejujurnya, jika harus mengganti rok itu, biaya ini tidak akan cukup.

“Kurasa dia tidak terlalu mempermasalahkannya...

Sepertinya Mahiru sangat memperhatikan hal ini, tetapi dia tidak marah atau merasa dendam, bahkan hampir melupakan kejadian itu. Namun, Ohashi tampaknya tidak setuju dengan kata-kata Amane dan perlahan menggelengkan kepalanya. 

“Anggap saja ini sebagai caraku untuk menetapkan batasan atau memberi penutup pada perasaanku. Jika ini mengganggu, aku akan mengalah.

…Aku akan bertanya kepada mereka dulu.

Dari sikapnya, Amane bisa memahami bahwa Ohashi perlu merasa positif setelah sempat merasa terpuruk, jadi ia menunda keputusan ini sedikit. 

Kelima orang itu sudah selesai dengan aktivitas mereka dan hanya tinggal membayar, dan mereka menunggu di depan kasir dekat pintu masuk. Untungnya, mereka tidak berdiri sebagai perwakilan satu orang, tetapi semua ingin membayar secara terpisah, jadi Amane memastikan Ohashi mengikuti dan menuju mereka. 

“Baiklah, ayo kita membayar. Bisakah kita masing-masing membayar sendiri?

Ah, …hari ini biayanya kami anggap sebagai layanan gratis.

Karena ini pertama kalinya Amane mengatakan hal seperti ini, ia merasakan ketegangan yang tidak biasa saat mengatakannya, dan semua lima orang itu menatapnya dengan tajam. 

Eh, kenapa kamu harus repot-repot begitu?

Fujimiya-kun, itu tidak baik, lho!

Bukan, bukan. Bukan aku, tapi dari Ohashi-san.

“Hah?

Saat itu, semua orang akhirnya melihat ke arah Ohashi. 

Dia menerima tatapan lima orang itu dengan ekspresi canggung namun tidak menunjukkan kesedihan, kedua tangannya disatukan di depan wajahnya. 

Maaf telah mengganggu hari ini. Sebagai permintaan maaf atas kejadian sebelumnya, aku akan membayarnya.

Ah, um, aku tidak keberatan, kok.

Ya, itu juga yang dikatakan Fujimiya-chan… tapi maaf, bisakah kamu membiarkanku melakukan ini untuk merasa tenang? Aku minta maaf jika ini membuatmu merasa tidak nyaman, tetapi kerugian ini ditanggung olehmu, jadi aku ingin menyeimbangkan keadaan. 

Ohashi menambahkan bahwa dia merasa tidak enak untuk memaksa, dan Mahiru melihat ke arahnya. 

Amane merasa tidak ada yang bisa ia katakan mengenai hal ini. Menurutnya, keputusan untuk menerima atau menolak ada di tangan Mahiru. 

Kalau begitu, aku akan menerima dengan senang hati.

Ya, terima kasih.

Mahiru, yang tahu betul betapa terpuruknya Ohashi saat itu, tampaknya memutuskan untuk menerima tawarannya. 

Kami yang tidak terlibat merasa sangat tidak enakan, tapi…

Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sebagai gantinya, aku akan senang jika kalian kembali ke sini untuk menikmati kopi atau kue! Makanan ringan kami juga enak-enak loh!

Dengan mengajak mereka untuk kembali, tampaknya suasana hati Ohashi sudah jauh lebih baik.

Makanan dan minuman di toko ini dipilih langsung oleh Fumika, sehingga semuanya menjadi hidangan yang bisa dibanggakan. Bahkan tanpa promosi, ada banyak hal yang ingin sekali mereka coba dan nikmati. 

…Kalau begitu, aku akan menerima kebaikan ini.

Berbeda dari biasanya, Itsuki yang biasanya ragu-ragu dalam situasi seperti ini malah menerima tawaran tersebut, dan Amane berpikir apa yang ada dalam pikirannya… tetapi senyum lebar yang diarahkan Itsuki kepadanya segera membuatnya mengerti. 

Jadi, kamu bisa membuat alasan untuk datang ke sini, ya? Kamu sudah menghitung untung ruginya, kan?

Ah, jangan bilang yang aneh-aneh. 

Ahaha. Kalian akur sekali, ya. Baguslah, memang begitulah namanya masa muda!

Ohashi tampaknya tidak keberatan siapa pun yang datang dari kelompok ini, jadi Amane tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa menunjukkan wajah yang masam. 

Ketiga orang lainnya juga ragu, tetapi dengan senyum ceria Ohashi yang merekomendasikan panekuk musiman, mereka tampaknya memutuskan untuk meninggalkan uang saat kunjungan berikutnya, dan menerima tawaran itu dengan cukup tulus. 

Bukan hanya Itsuki saja, tapi sepertinya mereka juga akan datang ke sini, dan Amane bingung apakah harus senang dengan peningkatan penjualan atau meratapi ketegangan yang akan muncul saat melayani mereka. Dirinya mengeluarkan napas perlahan, berusaha agar tidak terlihat tertekan. 

Kami menunggu kedatangan Anda kembali.

Setelah memastikan mereka semua menyimpan dompet, Amane dengan sedikit putus asa memanggil mereka, dan semuannya dengan senyum lebar mengucapkan Terima kasih atas hidangannya sembari melambaikan tangan, sehingga Amane tidak bisa berkata apa-apa dan hanya melihat mereka pergi dengan suasana yang akrab. 

 

 

Apa keadaan Rino sudah mulai pulih?

Setelah tutup, saat Amane sedang membersihkan sebagai salah satu tugas penutupan rutin, Miyamoto menyapanya sambil menutup kas. 

Setelah itu, Ohashi membayar biaya lima orang tersebut dari kantongnya sendiri, jadi jika tidak ada kesalahan dalam perhitungan hari ini, seharusnya saldo sudah benar. 

Ohashi sendiri sedang membersihkan ruang istirahat, jadi dia tidak ada di sini. 

Dia terlihat lebih segar.

Karena diminta untuk memeriksa kembali oleh Miyamoto, Amane menghentikan sejenak pekerjaannya dan memeriksa apakah ada selisih, lalu menjawab dengan tenang. 

Kalau begitu, baguslah.

Jika kamu khawatir, lebih baik tanyakan saja secara langsung padanya. 

Diam kau. 

Miyamoto yang biasanya tidak jujur hari ini tampak lebih terbuka, jadi Amane memutuskan untuk tidak mengganggunya lebih jauh. 

(Bagaimana ya jika aku memberitahu Ohashi bahwa ia juga merasa prihatin tentang keadaan yang dialaminya? Ekspresi macam apa yang akan muncul di wajahnya?)

Amane tahu bahwa ia akan dikerjai habis-habisan jika melakukan itu, jadi dia mengingatkan dirinya sendiri bahwa rasa ingin tahu bisa berbahaya, dan untuk menghindari kata-kata yang tidak perlu, dirinya fokus pada proses pemeriksaan. 

Setelah memastikan tidak ada selisih dalam laporan kas, Miyamoto mengangkat bahu dengan santai dan mengalihkan pandangannya ke arah koridor yang menuju ruang istirahat di mana Ohashi kemungkinan berada. 

Yah, dengan ini rasa bersalahnya pasti sudah berkurang, kan? Dia cukup sensitif tentang hal-hal semacam itu.

Suara Miyamoto terdengar seolah-olah merasa tak berdaya, tetapi ekspresinya justru menunjukkan kelembutan dan ketenangan yang paling baik hari ini, membuat Amane tersenyum dalam hati, menyadari bahwa orang ini memang tidak jujur. 

Saat Amane berusaha kembali ke pekerjaan bersih-bersih yang terhenti sambil berpikir bahwa jika dia ditanya tentang cinta, Miyamoto mungkin akan marah dan mendekatinya, Miyamoto tiba-tiba mengingat sesuatu dan bersuara. 

Ngomong-ngomong, mereka akan datang lagi, kan? Apa itu baik-baik saja?

Usai mendengar itu, Amane teringat pada hal yang tidak menyenangkan. 

“Raut wajahmu kelihatan enggan sekali.

Yah, mau gimana lagi, aku tidak bisa menghentikannya. 

Meskipun tidak ada alasan yang baik, Amane tidak bisa menghentikan tindakan Itsuki dan tidak berada dalam posisi untuk mengkritiknya, jadi ia hanya bisa membiarkannya. 

Jika mereka datang hanya untuk menikmati makanan tanpa mengganggu, mungkin Amane bisa mengabaikannya… tetapi tampaknya itu tidak akan berakhir begitu saja dengan kelompok itu. Bahkan Mahiru terlihat terus menatap Amane sambil tersenyum

Yuuta dan Ayaka masih mempunyai hati nurani, tetapi Yuuta juga terlihat seperti akan datang dengan niat tulus untuk mendukung, sehingga Amane mungkin harus menatap jadwal shift dengan cemas sampai dirinya terbiasa. 

Saat Amane menghela napas dalam-dalam tanpa berusaha menyembunyikannya, suara Miyamoto yang penuh empati dan sedikit ejekan terdengar, Kamu juga pasti merasa kesulitan, ya.

Tak perlu dikatakan lagi, sejak hari itu, Itsuki kadang-kadang mulai menggunakan tempat kerja Amane sebagai tempat berlindung dari Daiki.

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama