Gim Ponky
“Dulu, sempat kepikiran
kalau aku dapat ini, apa yang akan aku lakukan?”
Usai makan malam, kami
duduk di sofa sambil memakan snack
dan menonton TV, lalu Hiirgi-chan mengatakan itu.
“Kalau kau dapat apa?”
“Ini loh , ini.”
Hiiragi-chan memegang stik
Ponky* dan melambaikannya di depanku. Itu adalah camilan berbentuk stik panjang
dan tipis yang ujungnya dilapisi dengan lapisan cokelat. (TN: Well…..kalian udah tau kan ini plesetan dari
produk apa )
“Haah. Terus, kenapa
dengan ponky? ”
“Masih ingat terakhir kali
aku pergi ke pesta minum, dan memberitahumu tentang bagaimana rasanya seperti
kencan kelompok atau semacamnya?”
Ya, aku mengangguk. Sementara
aku menghabiskan waktu bersamanya usai dia kabur dari pesta minum tersebut,
Hiiragi-chan memberitahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi di kumpul-kumpul
antar guru tersebut.
“Aku penasaran apa mereka
akan melakukan Ousama game atau
sejenis permainan cabul lainnya.” (TN: Yang
sering nonton anime pasti tau apa itu Ousama game, intinya sih game yang menggunakan
stik kayu yang diberi nomor dan lambang raja, terus orang yang dapet stik raja
boleh memerintah atau meminta apa saja pada para anggota lain yang ikut
permainan itu.)
“Tapi kau malah kabur
ditengah jalannya pesta.”
“Itu karena, aku pikir
Seiji-kun merasa kesepian."
Uuuhh….. Dia masih
mengungkit hal itu. Tampaknya dia menyukai SMS yang aku kirim hari itu,
jadi sejak hari itu, dia akan mengungkitnya kapan pun kalau ada
kesempatan. Dia pasti cuma ingin menggodaku tentang hal itu.
“Lalu. Bagaimana
dengan ponky? ”
“Bukankah camilan ini
memberi kesan seperti benda wajib di kencan kelompok dan lainnya? Permainan di mana dua orang
mulai memakan dari kedua ujungnya.”
Aaah, gim ponky
ya…. Apa kau benar-benar melakukannya di kencan kelompok ...?
“Daripada di kencan
kelompok, bukannya hal itu lebih sering terjadi di bar distrik merah?” (TN:
Istilah lain untuk tempat prostitusi di jepang)
"Eh? Barusan kamu
bilang apa?"
“Aku bilang, kau tidak
benar-benar melakukan hal semacam itu di kencan kelompok. Malah, hal
semacam itu akan lebih sering terlihat di bar distrik merah—“
“Kenapa kamu bisa tahu
tentang hal seperti itu?"
Mata Hiiragi-chan terlihat serius.
“…..…”
Sepertinya aku menggali
kuburanku sendiri. Saat aku masih karyawan dulu, aku sempat dibawa
beberapa kali oleh atasanku. Jika aku bilang begitu padanya, apa dia akan percaya
padaku?
Apa boleh buat, enggak ada
cara lain……
“Aku punya saudara yang
lebih tua yang sering mengunjungi tempat-tempat seperti itu. Jadi,
kadang-kadang aku mendengar sedikit pengalamannya ... "
“Ah, jadi begitu. Kamu
ini bikin kaget saja! Aku hampir berpikir kalau Seiji-kun pernah ke sana.”
Prok, Hiiragi-chan menepuk kedua
tangannya dan menerima alasanku.
Aku mengelus dadaku dengan
lega.
Nice job,
saudaraku. Entah siapa yang aku sendiri tidak kenal.
“ Ya enggak lah, mana
mungkin aku pernah kesana. Lagian, Aku masih di bawah umur.”
“Walau umurmu sudah dewasa,
kamu tetap tidak boleh ke sana, oke?"
Mata Hiiragi-chan serius.
“Ye — yeah ... te-tentu
saja ...”
Karena merasa takut pada
tatapan kosong matanya, tanpa sadar aku menjadi seorang Edokko*. (TN: Hiiragi-chan yandere mode-on :v…. arti Edokko
merujuk pada seseorang yang sangat asertif, bahkan mungkin konfrontatif.)
“Dan, kamu berpikir kalau
kamu akan memainkan gim ponky yang kamu takuti, Haruka-san?”
“Ya. Aku sama sekali
menyukainya. Maksudku, memainkan gim itu dengan cowok yang tidak kusukai.
”
Aku juga tidak mau
itu. Aku malah tidak ingin membayangkannya.
“Kalau begitu ♪”
Hiiragi-chan memasukkan stik
ponky ke mulutku.
“Gimana kalau kita berdua
mencobanya?”
“Tunggu, aku sih tidak
keberatan tapi—“
“Jangan banyak komen,
tinggal ikuti saja.”
Karena Hiiragi-chan
terlihat sedang bersenang-senang, aku mengikuti keinginannya. Lagian,
gimana caramu menentukan siapa yang menang atau kalah?
Dia akhirnya menggigit
ujung lain stik ponky. Pada jarak yang begitu dekat, kemi berdua saling
menatap.
““…..…””
Karena merasa malu, kami berdua
mengalihkan pandangan. Lalu, Hiiragi-chan menguatkan tekadnya, melihat ke
arah wajahku, dan mulai mengigit ke depan.
“Fuu, fuun.”
Kemungkinan besar, dia
mencoba ingin mengatakan sesuatu seperti, giliran
Seiji-kun, atau sesuatu seperti itu. Aku juga sedikit tersipu, tapi aku
masih menggigit. Sekali lagi, jarak di antara wajah kami semakin dekat.
““…..…””
Karena merasa malu lagi,
kami berdua mengalihkan pandangan kami. Ini sih 100 kali lebih memalukan
dari sekedar berciuman. Apa orang dewasa di dunia ini benar-benar
melakukan hal semacam ini?
“!”
Saku saku. Hiiragi-chan
terus mengigit sedikit demi sedikit stik ponky, sementara aku juga tidak mau
kalah...
Saku.
Saku.
Apa yang harus aku
lakukan…? Rasanya memalukan sekali. Wajah Hiiragi-chan juga terlihat merah
padam.
Saku saku.
Saku saku.
Saku, Saku.
Saku, saku.
Kami berdua sama-sama
tersipu, tetapi masih fokus.
Saku saku —
chuu.
“Fuyaaaaaaaaaaaaaaan
!? Kita malah ciumaaaaaaaaaaaan.”
“Uwaaaaaaaah, kita
ciumaaaaaaaaaaan.”
Saat rasa malu kami sudah diujung
batas, kami berdua akhirnya berteriak.
... Kalau dingat-ingat
lagi, tepat sebelum makan malam — sementara Hiiragi-chan sedang menyiapkan
makanan, kami sempat berciuman beberapa kali di dapur.
Tapi, kali ini rasanya
berbeda ...
“Gim ponky, ini gim yang
cukup memalukan ..."
“Ya, aku sangat setuju.”
“Seiji-kun ... masih ada 5
stik lagi …...”
“Heeeeh, be-begitu ya?”
Baik diriku atau
Hiiragi-chan sama sekali tidak menentangnya. Sebuah situasi di mana kami
berdua menunggu pihak lain untuk meminta pengulangan terus berlanjut.
““…….””
Apa-apaan situasi canggung
ini, situasi di mana orang yang mengatakan itu dianggap kalah? Mungkin,
orang yang menjawabnya nanti akan bilang begini, "Karena kamu bilang
ingin melakukannya, aku cuma menuruti keinginanmu," dan
mengaktifkannya sebagai kartu pertahanan.
Hiiragi-chan menaruh stik
ponky ke mulutnya, dan mulai menggigitnya. Aku melirik padanya.
“Yah, jika Haruka-san ingin
melakukannya, maka aku tidak keberatan melakukannya lagi.”
“Aku juga sama, jika
Seiji-kun ingin melakukannya, aku pun tidak keberatan, loh?”
“Ah, benar sekali, aku
benar-benar ingin makan ponky.”
“heh… kebetulan. Aku
juga ingin makan itu juga.”
Kami pun memulai lagi gim
ponky.
Saku saku saku ... saku ...
Saku, saku, saku ... saku.
…… saku.
Saku.
Saku saku saku.
Saku, saku, saku.
Aku bisa merasakan suhu
tubuhku meningkat, dan seluruh wajahku menjadi panas. Hiiragi-chan pun mungkin
dalam situasi yang sama. Telinganya sampai ikutan merah padam..
Saku saku saku saku—
Saku …Chuu.
“Waaaaaaaaaah. Kita
berciuman lagiiiiiiiiiiiii !? ”
“Fuyaaaaaaaaaaaaaaan, Kita ciumaaaaaaaaaaan!?”
Kami malah ribut sendiri.
“….…”
Kami berdua berhenti
sejenak dan bertanya-tanya apa yang sedang kami lakukan.
"Seiji-kun, terlepas
dari apa yang kamu katakan, kamu sedikit menikmatinya, ‘kan? Dengan ucapan yang
bertele-tele, pada akhirnya kamu cuma ingin menciumku. "
"Tidak, tapi, barusan,
kau sendiri yang meletakkannya di posisi
di mana sedikit saja akan memaksa kita untuk berciuman. Jadi, bukannya
malah Haruka-san yang ingin menciumku?”
“Tetap saja, Seiji-kun yang
kalah. Kaumu kalah terhadap hasrat untuk mencium, jadi itu adalah
kekalahanmu. ”
"Jika itu masalahnya,
maka Haruka-san yang menggigit lebih banyak. Jika kau menghitungnya
berdasarkan kekalahan dari hasratmu, maka itu adalah kemenanganku. "
“Tidak, itu tidak benar.”
“Itu benar.”
“Tidak, itu tidak benar.”
“ Tidak, aku benar……”
Selama waktu kami saling
menyalahkan satu sama lain—
Chuu.
Wajah kami sangat dekat
sampai kami berciuman.
“... Ini, apa kau tidak
merasa malu?”
“Ya. Tidak juga.”
“Rasanya ada yang beda dari
biasanya? Gimana kalau kita mencoba dan mengujinya lagi ...?”
“Kamu ada benarnya ... Aku
juga setuju dengan usulanmu.”
Kami berdua menempatkan
diri untuk memulai gim ponky lagi.
Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku
Saku Saku Saku Saku, saku.
"" Fuwaaaaaaaaah?
""
Sekali lagi, wajah kami
berubah menjadi merah padam dan kami membuat keributan besar tentang hal itu.
“... I-Itu tadi karena
Haruka-san."
“Kamu yang salah, itu
karena Seiji-kun. Itu sepenuhnya salahmu. "
Ah. Tapi aku merasa mulai
mengerti mengapa hal ini terasa sangat memalukan.
“K-Karena kita tidak tahu
siapa yang menang atau kalah ... mau coba lagi ...?"
“Bukannya karena itu?”
“Fumun?"
Hiiragi-chan sudah
sepenuhnya termotivasi dan memegang ujung stik.
“Ketika roller coaster naik, kau mendengar suara
berderak, lalu sensasi harap-harap cemas karena gerakan menurun super cepat roller coaster. Bukankah itu sama
dengan game Ponky? ”
“Bherhenti,bherhenti,—
perasaan itu?"
"Ya. Perasaan
itu."
Sederhananya, ini adalah
perasaan deg-degan ciuman yang membuat kami ketagihan. Saat kami semakin
bersemangat dengan permainan ponky, kami menemukan cara baru untuk saling
bermesraan.
Thanks for the chapter!
BalasHapusBucin ajg
Nixon anjer chapter ini :v
BalasHapusSampia chapter brp Vol.2 ??? Sya nunggu vol.2 selesai. baru baca
BalasHapusVolume 2 selesai di chapter 67
Hapus