The Result when I Time Leaped Chapter 52 Bahasa Indonesia



Gim Ponky

“Dulu, sempat kepikiran kalau aku dapat ini, apa yang akan aku lakukan?”
Usai makan malam, kami duduk di sofa sambil memakan snack dan menonton TV, lalu Hiirgi-chan mengatakan itu.
“Kalau kau dapat apa?”
“Ini loh , ini.”
Hiiragi-chan memegang stik Ponky* dan melambaikannya di depanku. Itu adalah camilan berbentuk stik panjang dan tipis yang ujungnya dilapisi dengan lapisan cokelat. (TN: Well…..kalian udah tau kan ini plesetan dari produk apa )
“Haah. Terus, kenapa dengan ponky? ”
“Masih ingat terakhir kali aku pergi ke pesta minum, dan memberitahumu tentang bagaimana rasanya seperti kencan kelompok atau semacamnya?”
Ya, aku mengangguk. Sementara aku menghabiskan waktu bersamanya usai dia kabur dari pesta minum tersebut, Hiiragi-chan memberitahuku tentang apa yang sebenarnya terjadi di kumpul-kumpul antar guru tersebut.
“Aku penasaran apa mereka akan melakukan Ousama game atau sejenis permainan cabul lainnya.” (TN: Yang sering nonton anime pasti tau apa itu Ousama game, intinya sih game yang menggunakan stik kayu yang diberi nomor dan lambang raja, terus orang yang dapet stik raja boleh memerintah atau meminta apa saja pada para anggota lain yang ikut permainan itu.)
“Tapi kau malah kabur ditengah jalannya pesta.”
“Itu karena, aku pikir Seiji-kun merasa kesepian."
Uuuhh….. Dia masih mengungkit hal itu. Tampaknya dia menyukai SMS yang aku kirim hari itu, jadi sejak hari itu, dia akan mengungkitnya kapan pun kalau ada kesempatan. Dia pasti cuma ingin menggodaku tentang hal itu.
“Lalu. Bagaimana dengan ponky? ”
“Bukankah camilan ini memberi kesan seperti benda wajib di kencan kelompok  dan lainnya? Permainan di mana dua orang mulai memakan dari kedua ujungnya.”
Aaah, gim ponky ya…. Apa kau benar-benar melakukannya di kencan kelompok ...?
“Daripada di kencan kelompok, bukannya hal itu lebih sering terjadi di bar distrik merah?” (TN: Istilah lain untuk tempat prostitusi di jepang)
"Eh? Barusan kamu bilang apa?"
“Aku bilang, kau tidak benar-benar melakukan hal semacam itu di kencan kelompok. Malah, hal semacam itu akan lebih sering terlihat di bar distrik merah—“
“Kenapa kamu bisa tahu tentang hal seperti itu?"
Mata Hiiragi-chan terlihat serius.
“…..…”
Sepertinya aku menggali kuburanku sendiri. Saat aku masih karyawan dulu, aku sempat dibawa beberapa kali oleh atasanku. Jika aku bilang begitu padanya, apa dia akan percaya padaku?
Apa boleh buat, enggak ada cara lain……
“Aku punya saudara yang lebih tua yang sering mengunjungi tempat-tempat seperti itu. Jadi, kadang-kadang aku mendengar sedikit pengalamannya ... "
“Ah, jadi begitu. Kamu ini bikin kaget saja! Aku hampir berpikir kalau Seiji-kun pernah ke sana.”
Prok, Hiiragi-chan menepuk kedua tangannya dan menerima alasanku.
Aku mengelus dadaku dengan lega.
Nice job, saudaraku. Entah siapa yang aku sendiri tidak kenal.
“ Ya enggak lah, mana mungkin aku pernah kesana. Lagian, Aku masih di bawah umur.”
“Walau umurmu sudah dewasa, kamu tetap tidak boleh ke sana, oke?"
Mata Hiiragi-chan serius.
“Ye — yeah ... te-tentu saja ...”
Karena merasa takut pada tatapan kosong matanya, tanpa sadar aku menjadi seorang Edokko*. (TN: Hiiragi-chan yandere mode-on :v…. arti Edokko merujuk pada seseorang yang sangat asertif, bahkan mungkin konfrontatif.)
“Dan, kamu berpikir kalau kamu akan memainkan gim ponky yang kamu takuti, Haruka-san?”
“Ya. Aku sama sekali menyukainya. Maksudku, memainkan gim itu dengan cowok yang tidak kusukai. ”
Aku juga tidak mau itu. Aku malah tidak ingin membayangkannya.
“Kalau begitu ♪”
Hiiragi-chan memasukkan stik ponky ke mulutku.
“Gimana kalau kita berdua mencobanya?”
“Tunggu, aku sih tidak keberatan tapi—“
“Jangan banyak komen, tinggal ikuti saja.”
Karena Hiiragi-chan terlihat sedang bersenang-senang, aku mengikuti keinginannya. Lagian, gimana caramu menentukan siapa yang menang atau kalah?
Dia akhirnya menggigit ujung lain stik ponky. Pada jarak yang begitu dekat, kemi berdua saling menatap.
““…..…””
Karena merasa malu, kami berdua mengalihkan pandangan. Lalu, Hiiragi-chan menguatkan tekadnya, melihat ke arah wajahku, dan mulai mengigit ke depan.
“Fuu, fuun.”
Kemungkinan besar, dia mencoba ingin mengatakan sesuatu seperti, giliran Seiji-kun, atau sesuatu seperti itu. Aku juga sedikit tersipu, tapi aku masih menggigit. Sekali lagi, jarak di antara wajah kami semakin dekat.
““…..…””
Karena merasa malu lagi, kami berdua mengalihkan pandangan kami. Ini sih 100 kali lebih memalukan dari sekedar berciuman. Apa orang dewasa di dunia ini benar-benar melakukan hal semacam ini?
“!”
Saku saku. Hiiragi-chan terus mengigit sedikit demi sedikit stik ponky, sementara aku juga tidak mau kalah...
Saku.
Saku.
Apa yang harus aku lakukan…? Rasanya memalukan sekali. Wajah Hiiragi-chan juga terlihat merah padam.
Saku saku.
Saku saku.
Saku, Saku.
Saku, saku.
Kami berdua sama-sama tersipu, tetapi masih fokus.
Kemudian…..



Saku saku — chuu.
“Fuyaaaaaaaaaaaaaaan !? Kita malah ciumaaaaaaaaaaaan.”
“Uwaaaaaaaah, kita ciumaaaaaaaaaaan.”
Saat rasa malu kami sudah diujung batas, kami berdua akhirnya berteriak.
... Kalau dingat-ingat lagi, tepat sebelum makan malam — sementara Hiiragi-chan sedang menyiapkan makanan, kami sempat berciuman beberapa kali di dapur.
Tapi, kali ini rasanya berbeda ...
“Gim ponky, ini gim yang cukup memalukan ..."
“Ya, aku sangat setuju.”
“Seiji-kun ... masih ada 5 stik lagi …...”
“Heeeeh, be-begitu ya?”
Baik diriku atau Hiiragi-chan sama sekali tidak menentangnya. Sebuah situasi di mana kami berdua menunggu pihak lain untuk meminta pengulangan terus berlanjut.
““…….””                                                      
Apa-apaan situasi canggung ini, situasi di mana orang yang mengatakan itu dianggap kalah? Mungkin, orang yang menjawabnya nanti akan bilang begini, "Karena kamu bilang ingin melakukannya, aku cuma menuruti keinginanmu," dan mengaktifkannya sebagai kartu pertahanan.
Hiiragi-chan menaruh stik ponky ke mulutnya, dan mulai menggigitnya. Aku melirik padanya.
“Yah, jika Haruka-san ingin melakukannya, maka aku tidak keberatan melakukannya lagi.”
“Aku juga sama, jika Seiji-kun ingin melakukannya, aku pun tidak keberatan, loh?”
“Ah, benar sekali, aku benar-benar ingin makan ponky.”
“heh… kebetulan. Aku juga ingin makan itu juga.”
Kami pun memulai lagi gim ponky.
Saku saku saku ... saku ...
Saku, saku, saku ... saku.
…… saku.
Saku.
Saku saku saku.
Saku, saku, saku.
Aku bisa merasakan suhu tubuhku meningkat, dan seluruh wajahku menjadi panas. Hiiragi-chan pun mungkin dalam situasi yang sama. Telinganya sampai ikutan merah padam..
Saku saku saku saku—
Saku …Chuu.
“Waaaaaaaaaah. Kita berciuman lagiiiiiiiiiiiii !? ”
“Fuyaaaaaaaaaaaaaaan, Kita ciumaaaaaaaaaaan!?”
Kami malah ribut sendiri.
“….…”
Kami berdua berhenti sejenak dan bertanya-tanya apa yang sedang kami lakukan.
"Seiji-kun, terlepas dari apa yang kamu katakan, kamu sedikit menikmatinya, ‘kan? Dengan ucapan yang bertele-tele, pada akhirnya kamu cuma ingin menciumku. "
"Tidak, tapi, barusan, kau sendiri  yang meletakkannya di posisi di mana sedikit saja akan memaksa kita untuk berciuman. Jadi, bukannya malah Haruka-san yang ingin menciumku?”
“Tetap saja, Seiji-kun yang kalah. Kaumu kalah terhadap hasrat untuk mencium, jadi itu adalah kekalahanmu. ”
"Jika itu masalahnya, maka Haruka-san yang menggigit lebih banyak. Jika kau menghitungnya berdasarkan kekalahan dari hasratmu, maka itu adalah kemenanganku. "
“Tidak, itu tidak benar.”
“Itu benar.”
“Tidak, itu tidak benar.”
“ Tidak, aku benar……”
Selama waktu kami saling menyalahkan satu sama lain—
Chuu.
Wajah kami sangat dekat sampai kami berciuman.
“... Ini, apa kau tidak merasa malu?”
“Ya. Tidak juga.”
“Rasanya ada yang beda dari biasanya? Gimana kalau kita mencoba dan mengujinya lagi ...?”
“Kamu ada benarnya ... Aku juga setuju dengan usulanmu.”
Kami berdua menempatkan diri untuk memulai gim ponky lagi.
Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku Saku, saku.
"" Fuwaaaaaaaaah? ""
Sekali lagi, wajah kami berubah menjadi merah padam dan kami membuat keributan besar tentang hal itu.
“... I-Itu tadi karena Haruka-san."
“Kamu yang salah, itu karena Seiji-kun. Itu sepenuhnya salahmu. "
Ah. Tapi aku merasa mulai mengerti mengapa hal ini terasa sangat memalukan.
“K-Karena kita tidak tahu siapa yang menang atau kalah ... mau coba lagi ...?"
“Bukannya karena itu?”
“Fumun?"
Hiiragi-chan sudah sepenuhnya termotivasi dan memegang ujung stik.
“Ketika roller coaster naik, kau mendengar suara berderak, lalu sensasi harap-harap cemas karena gerakan menurun super cepat roller coaster. Bukankah itu sama dengan game Ponky? ”
“Bherhenti,bherhenti,— perasaan itu?"
"Ya. Perasaan itu."
Sederhananya, ini adalah perasaan deg-degan ciuman yang membuat kami ketagihan. Saat kami semakin bersemangat dengan permainan ponky, kami menemukan cara baru untuk saling bermesraan.


close

4 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama