The Result when I Time Leaped Chapter 54 Bahasa Indonesia



Belajar di Perpustakaan

Waktu pun mengalir dengan santainya dan bulan Juli pun hampir tiba, bulan dimana kami memasuki musim ujian akhir semester. Sama seperti ujian tengah semester kemarin, waktu tenang berlangsung 10 hari, aktivitas klub dengan beberapa pengecualian, dilarang. Semua siswa harus pulang dan belajar dengan baik selama periode waktu ini.
Terakhir kali saat aku kembali ke “jamanku”, aku adalah seorang guru SMA, dan aku punya penghasilan, tapi itu masih belum cukup bagi ayah Hiiragi-chan. Namun, bisa jadi itu karena beliau belum pernah bertemu denganku, jadi Ia mengeluarkan alasan pendapatan tahunan karena Ia tidak menyukaiku.
Bagaimanapun juga, demi kebahagiaan Hiiragi-chan, aku harus memastikan kalau aku melakukan yang terbaik dalam belajar. Aku berkutat di perpustakaan sepulang sekolah, dan mulai belajar.
"Ah ~, di sini jauh lebih sejuk daripada ruang guru ~"
Hiiragi-chan memasuki perpustakaan dengan suara lantang. Sembari membawa laptop di tangannya, dia duduk di posisi di mana aku bisa melihatnya.
Apa upayaku bilang kepadanya untuk tidak menggangguku karena aku sedang belajar, atau upayaku sia-sia?
Ahem, Hiiragi-chan berdeham.
“Jika itu untuk sejarah dunia, aku bisa membantu mengajar para siswa di sini ...”
Lirik.
Usai melirikku, dia mulai mengetuk keyboard laptopnya.
Ahem, aku berdeham dan bergumam pada diriku sendiri.
“Kurasa aku akan baik-baik saja dengan pelajaran sejarah dunia. Daripada itu, pelajaran Matematika B ... “
“Matematika B ... !? Ah, kalau tentang itu, matematika setelah pecahan sedikit mencurigakan ~, mengajar seseorang mungkin agak sulit. "
Aku tidak pernah bilang kalau aku ingin kau mengajariku. Sebaliknya, pecahan hanyalah bagian dari aritmatika sederhana. Kau terjebak cukup awal ...
Hiiragi-chan terus menatapku untuk melihat bagaimana keadaanku.
Karena aku sudah bilang padanya untuk tidak menggangguku, sepertinya dia tidak berencana untuk berbicara denganku secara langsung, kecuali aku berbicara dengannya.
“Uuu ... dingin banget. A / C ... cukup santer ...”
Walau Hiiragi-chan gemetaran, dia tetap duduk di kursinya dan terus bekerja.
“Kira-kira apa yang harus aku lakukan dalam ujian sejarah dunia nanti ya? Aduh gimana nih, jika ada seseorang yang bertanya kepadaku, aku mungkin memberi tahu mereka.”
Itu adalah jebakan sederhana.
Mendengar dia berbicara pada dirinya sendiri, aku juga melakukan hal yang sama.
“Karena aku sudah buat kisi-kisiku sendiri, jadi aku bisa menyelesaikan sebagian besar soal sampai batas tertentu. Aku bahkan mendengarkan pelajaran dengan baik, jadi aku memahami sebagian besar bagian penting. ”
“Mou ... kenapa dia begitu efisien ...!"
Aku akhirnya mendengar pemikirannya yang tersembunyi.
Aku tidak takut dengan sejarah dunia. Subjek yang cocok untuk dihafal adalah kelebihanku. Selain itu, ini akan menjadi yang kedua kalinya aku mengikuti ujian akhir untuk kelas dua SMA. Aku masih bisa mengingat samar-samar mana saja soal yang akan muncul nanti.
Uuu, dingin banget, Hiiragi-chan sekali lagi gemetaran ketika dia mencari sesuatu yang mungkin bisa dia gunakan sebagai jaket.
Hari ini, aku Cuma punya jaket olahraga yang aku bawa pulang. Aku hampir tidak memakainya, jadi seharusnya tidak berbau aneh.
Suuu, aku menyelipkan jaketku di atas meja.
“Sensei. Jika anda merasa dingin, anda bisa menggunakannya untuk menutupi pangkuan anda jika anda berkenan. ”
“Terima kasih…"
Dia memeluk jaketku dan kemudian berbicara pelan.
“Wa-Walau kamu bertingkah baik padaku ... Aku tidak akan memberitahumu bocoran soal ujian nanti, oke? ”
Setelah memeriksa untuk memastikan tidak ada orang di sekitarnya, dia mengarahkan jaketku lebih dekat ke hidungnya. Suun suun. Suun suun.

“Ah. Aroma Seiji-kun ………... hehehehe”
Oi, jangan mengendus itu di perpustakaan.
Lalu, dia memakai jaketku.
Kenapa kau malah memakainya? Bukannya sudah kubillang untuk meletakkannya di pangkuanmu?
Di bagian dada sebelah kiri, ada namaku, Sanada, yang dibordir dengan rapi, menandakan kalau jaket itu adalah punyaku. Melihat Hiiragi-chan memakainya membuatku merasa aneh.
“Jika kamu tidak bertanya apa-apa padaku, aku takkan bisa mengajarimu ...”
Aku masih tidak ingat kalau aku ingin dia mengajariku.
Untuk paket soal Matematika, aku punya 20 menit untuk menyelesaikannya.
“Untuk bagian sekitar halaman 72 sangatlah penting, jadi bagian itu mungkin muncul di soal ujian—“
Jadi, pada akhirnya, dia masih memberitahuku.
“AC-nya, masih cukup santer.”
Tanpa aku pahami dia bergumam untuk siapa, Hiiragi-chan mendekat ke tempat dudukku.
“Sepertinya sebelah sini tidak terlalu dingin ♪”
Abaikan. Abaikan. Aku datang ke sini untuk belajar, bukan untuk bermain-main dengannya.
“Jika memang begitu, maka tolong kembalikan jaketku."
“Ohon. Mungkin rasanya masih dingin jika aku melepasnya, mungkin lebih baik jika aku tetap seperti ini. ”
Sampai akhir, Hiiragi-chan tidak ingin melewati batas di mana dia akan dianggap menggangguku, jadi dia membuat deklarasi dengan gaya monolog.
Uhuk. Memakai jaket cowok lain mungkin terlihat aneh dimata orang lain. ”
Ohon. Jaket ini diberikan kepadaku oleh murid yang baik hati, yang ingin menghindariku kena masuk angin. Aku mungkin harus memakai ini sedikit lebih lama.”
Sepertinya dia tidak punya niat untuk melepas jaket yang aku pinjamkan padanya.
Tsun tsun, aku merasakan sesuatu dari kakiku.
Saat aku melihat orang yang ada di seberang mejaku, dia langsung mengalihkan pandangannya. Saat aku melihat ke bawah, aku bisa melihat kaki Hiiragi-chan yang cantik nan mulus berupaya menyentuh kakiku dengan lembut.
“….…”
Mata kami saling bertatapan dan sekali lagi dia menghindarinya. Namun, kakinya masih mengganggu kakiku.
... Sepertinya dia berniat untuk menggoda meskipun hanya dengan kakinya.
“Ohon ... jika kamu tidak suka, bilang saja ...? Aku akan segera berhenti, kok.”
Dia mengatakan itu dengan suara pelan.
“Ohon ... Kakiku cukup panjang, jadi mungkin mudah menabrak orang di hadapanku ... Hanya saja ini tidak terlalu menggangguku.”
“Ohon ... kok tiba-tiba menjadi baik. Jika itu tidak apa-apa ...”
Menghadapi laptopnya sendiri, Hiiragi-chan tidak memiliki keinginan untuk melepaskan kakinya. Dia terus menempelkan kakinya di dekat kakiku. Jari kaki di kakinya yang tertutup kaus kaki membelai kakiku. Ketika aku melakukan hal yang sama padanya, Hiiragi-chan bereaksi dengan melompat sedikit.
“Tunggu, rasanya geli tahu …... Ah. Ohon.”
Batuk itu sudah terlambat.
“Ohon ... Aku tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku sama sekali ... apa yang harus aku lakukan?”
“Ohon. Sesi belajarku tidak membuat banyak kemajuan ...”
Jika kau benar-benar ingin berkonsentrasi pada pekerjaan, Kau bisa melakukannya di ruang guru. Untuk belajar, aku bisa melakukannya di rumah.
... Dengan kata lain, ya seperti itulah. Di bawah meja, di mana tidak ada yang bisa melihat, kaki kami terus saling menggoda.
Tapi, anehnya rasanya lebih tenang seperti ini. Kami berdua berkonsentrasi pada urusan masing-masing tanpa berbicara.
Karena sekarang adalah waktu tenang sebelum ujian, dan sekolah akan ditutup, satu-satunya orang di perpustakaan hanyalah kami berdua dan penjaga perpusatakaan. Bagaiamanapun juga, awalnya masih ada dua murid selain aku.
“Aku harus meminjam buku ...”
Beranjak dari tempat dudukku, aku mulai mencari buku-buku yang terletak di rak. Hiiragi-chan juga mengikutiku, seolah-olah dia akan menjahiliku.
Aku melirik bagian konter untuk memastikan bahwa penjaga perpustakaan itu tidak bergerak sama sekali, dan berjalan ke titik buta. Di bawah bayang-bayang rak buku, kami berciuman, melanggar aturan yang telah kami tetapkan untuk diri kami sendiri.
“Aku cukup merepotkan bukan ….... Maaf.”
“Tidak masalah. Aku masih bisa belajar begitu pulang ke rumah. ”
“... Muuu ... Kamu selalu tiba-tiba menjadi baik seperti ini ...”
Setelah melakukan percakapan rahasia yang tidak bisa didengar oleh orang lain, kami sekali lagi diam-diam berciuman.
“Selamat berjuang dengan pekerjaanmu, Sensei.”
“Sanada-kun juga, semoga sukses dengan belajarmu.”
Saat tingkat kebahagiaan kami meningkat, kami berdua tersenyum.
“Kelihatannya apa yang dikatakan pepatah ada benarnya juga, jika kamu memiliki seseorang yang kamu cintai, kamu bisa melakukan yang terbaik ...”
Hiiragi-chan diam-diam mengucapkan kata-kata itu.
Pada pernyataannya itu, aku sepenuh hati setuju dengannya.


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama