The Result when I Time Leaped Chapter 74





Pertandingan Penentuan! Kolam umum

“Buuheeyaaaa...”
“Ya, itu bagus, kau melakukannya dengan baik.”
“Fuuhi, fuuiiii ...”
“Kau mulai menjadi lebih baik, Haruka-san.”
“Fuuuu, hiiin ...”
Hiiragi-chan menggerakkan kakinya dengan sekuat tenaga, menyebabkan air memercik ke atas. Aku menarik tangannya sambil perlahan-lahan mundur.
“Sei-ji-kun, kakiku sudah tidak kuat lagi...”
“Jangan mengangkat kepalamu. Menunduklah dengan benar. Angkat kepala kalau ingin mengambil nafas saja. ”
“Enggak mauuuuuuu ... Seiji-kun yang galak sama sekali tidak baik ...”
Ada alasan bagiku untuk mengajar Hiiragi-chan caranya berenang.
Tiga hari sebelumnya…...
uuuu
“Seiji-kun, lain kali ayo kita pergi ke pantai!”
“Aku sih oke-oke aja, tapi Haruka-san, kau ‘kan tidak bisa berenang?”
“Tidak apa-apa jika aku tidak bisa berenang. Selama aku punya ban pelampung dan kacamata renang, aku akan bisa mengaturnya.”
“Kau sih enak aja bilang begitu, tapi bukannya terakhir kali di kolam kau hampir tenggelam setelah terseret ombak buatan?”
“It-Itu mah kecelakaan ...”
“Tidak tahu cara berenang bakal menyebabkan kecelakaan. Jadi jika kepingin ke pantai, kita baru bisa pergi setelah kau sudah belajar caranya berenang, oke?”
Begitulah yang kukatakan pada Hiiragi-chan yang sudah berganti pakaian bikini yang menyilaukan, dan dilengkapi dengan ban pelampungnya.
“Aku cuman tinggal mengambang dengan ban pelampung ini, jadi takkan ada masalah!”
“Jangan meremehkan lautan!”
uuuu
Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk mengajarinya cara berenang dan itulah alasan mengapa kami berdua berada di kolam renang umum hari ini.
Kami mengenakan topi dan kacamata sebagai penyamaran, jadi seharusnya tidak ada orang yang mengenali kami.
Setelah flashback berakhir, aku menyadari kalau aku tidak mendengar suara percikan air lagi. Hiiragi-chan, yang mengenakan pakaian renang tengah mengambang di sana.
“Heeeeey, apa kau baik-baik saja !?”
Aku segera membawa sang dewi ke tepi kolam renang. Sambil bernapas terengah-engah, Hiiragi-chan melepas kacamata dan berbicara.
“Seperti yang kuduga, ini mustahil ... Apakah tidak apa-apa jika aku tidak bisa berenang ...?”
Ucapnya dengan nada menyerah sembari meringkuk mirip seperti posisi janin.
“Aku ingin pergi ... aku ingin berpegangan tangan sambil berjalan di pantai berpasir yang berlatar belakang matahari terbenam ……. aku ingin bermain-main di laut.”
Pemilihan lokasinya sempurna. Jika memang benar begitu, maka tidak ada masalah. Aku sendiri tidak keberatan untuk pergi ke pantai. Namun, tentu lebih baik untuk mengetahui cara berenang demi mencegah kecelakaan. Itu sebabnya, aku memutuskan untuk memberi sedikit pelatihan khusus dengan waktu yang kami miliki selama liburan musim panas.
“Kita bisa pergi setelah kau bisa berenang. Jika tidak, aku tidak mau pergi. Bagaimana jadinya Jika kakiku kram dan aku mulai tenggelam, apa yang akan kau lakukan nanti, Haruka-san? ”
“Itu sudah jelas!”
Pemandangan dirinya yang panik dan meminta bantuan sekelilingnya muncul di benakku.
“Aku akan mati bersamamu!”
“Jangan jawab sembarangan!”
Haah, aku menghela nafas.
“Jika Haruka-san bisa berenang, kau ‘kan bisa menyelamatkanku, tahu?”
Pakaian renang model anak sekolahan benar-benar terlihat bagus pada Hiiragi-chan. Namun, karena dia punya tubuh montok, kelihatannya jadi agak ketat. Area sekitar dadanya dan pantatnya terlihat sangat kaku.
“Uuuuu ...”
“Ayo istirahat sebentar ...”
Jika aku terlalu galak dan dia kehilangan motivasinya, itu bakal buruk. Setelah memutuskan itu, aku pergi ke mesin penjual otomatis dan membeli minuman sebelum kembali.
“Onee-san, apa kau tidak bisa berenang?” (Bocah sableng A)
“Ahaha ... ya, itu benar.” (Hiiragi-chan)
Hiiragi-chan yang duduk di bangku, dikelilingi oleh bocah-bocah ingusan (kira-kira sekitaran anak kelas 5 SD) yang tampaknya sedang mengikuti pelajaran berenang.
“Orang yang bersamamu mungkin mengajarimu dengan buruk.” (Bocah sableng B)
“Ahaha ... aku tidak tahu tentang itu.” (Hiiragi-chan)
“Onee-san, biar aku yang mengajarimu!” (Bocah pekok C)
“Terima kasih.” (Hiiragi-chan)
“Oi, bocah. Apa kau memerlukan sesuatu dari pacarku?” (Sanada Seiji)
“Eeeh !? Orang ini, kau pacar pak tua ini? ” (Bocah sableng A)
Pak tua ... !? Padahal aku seharusnya masih berusia kelas 2 SMA ...
“Itu pasti bohong!” (Bocah sableng B)
“Jika itu memang benar, itu artinya Onee-san sudah ditipu olehnya!” (Bocah pekok C)
Ahaha, Hiiragi-chan tertawa menanggapi komentar bocah-bocah itu.
“Aku tidak ditipu, kok.” (Hiiragi-chan)
“O-Oi ... asal kalian tahu saja, aku ini masih kelas 2 SMA, dan sama sekali bukan pak tua. Lagipula, aku tidak menipunya sama sekali.” (Sanada Seiji)
“ “ “Kau pasti berbohong!” ” ”
“Aku bilang itu bukan bohong!” (Sanada Seiji)
“Berhentilah serius dengan anak-anak, pak tua.” (Bocah sableng A)
“Bikin sakit mata!” (Bocah sableng B)
“Onee-san, jika kau benar-benar berpacaran dengan pak tua ini, sebaiknya kau harus cepat putus dengannya.” (Bocah pekok C)
Terus saja ngoceh sesuka kalian ...!
Tetap tenang, Sanada Seiji. Mereka cuma anak-anak. Seorang pria yang mudah marah pada mereka sama sekali tidak dewasa.
“Pak tua itu ngga pandai mengajar, jadi biar kami yang akan mengajarimu.” (Bocah sableng A)
“Jangan macam-macam. Lebih baik kalian pulang dan minta Mama membuatkanmu pai atau semacamnya.” (Sanada Seiji)
“Kau mungkin punya motif tersembunyi untuk mengajar Onee-san ini, ‘kan?” (Bocah sableng A)
“Jika kau bisa berenang lebih baik dari kami, maka kurasa tidak apa-apa?” (Bocah sableng B)
“Pertandingan, pertandingan!” (Bocah pekok C)
——Akan kuhancurkan kalian ...!
“Itulah yang aku inginkan, ayo kita tanding!” (Sanada Seiji)
“Seiji-kun, lakukan yang terbaik!” (Hiiragi-chan)
“Ya!” (Sanada Seiji
“““……….”””
Para bocah memiliki ekspresi yang menarik.
“Hmmmm ~? Apa kalian berpikir kalau kalian yang bakal disemangati? ”
Aku mencoba yang terbaik untuk  membuat mereka gelisah sedikit.
Tiga bocah itu mengambil papan seluncur mereka dan mulai menyerangku.
“Hei, pakai senjata itu curang tau—“
“ “ “Diam kau, dasar pak tua!” ” ”
“Siapa yang kalian paggil pak tua? Hei! Baiklah kalau begitu ... biar kuladeni kalian!”
“Lalu, bagaimana kalau renang estafet 3 x 100 meter.”
Mereka  dengan egois memutuskan aturan.
Itu artinya, aku akan berenang 300 meter sendirian ...? Oke, baiklah. Keadilan yang mengalahkan keadaan curang memang keren.
Bocah pertama dan aku, mengambil posisi.
“Jangan mengeluh jika aku mengambil pacar yang kau ngaku-ngaku itu, pak tua.”
“Haah? Meamngnya kau bisa merebutnya? Sebaliknya, aku tidak mengaku-ngaku.”
“—— Bersiap, mulai!”
Pachin, Hiiragi-chan menepuk tangannya sebagai sinyal penanda mulainya pertandingan kami.
Lalu, kami melompat. Aku mengintip dari sudut mataku. Cara penyelamannya halus dan bentuknya bagus. Namun, itu tidak cukup! Aku tak peduli jika dibilang sifat bocah, aku akan menghancurkan mereka dengan sekuat tenaga. Aku langsung memperlebar jarak, dan melakukan putaranku 100 meter.
“Seiji-kun, kamu sangat cepat! Seperti seekor penguin!”
Kyah, kyah, aku mendengar Hiiragi-chan bersorak dengan suara melengking dari tepi kolam renang.

Apa tidak ada metafora lain yang bisa kau pilih? Sembari memikirkan itu, aku terus bergerak maju didalam air.
… Ah. Ini buruk. Aku berusaha terlalu keras di awal. Saat asam laktat mulai menumpuk, lengan dan kakiku menjadi lebih berat.
Ketika aku melakukan giliranku 200 meter, “Sedikit lagi! Kita bisa menyusulnya! ”Aku mendengar seseorang mengatakan itu.
Ketika aku melihat ke belakang sejenak, aku bisa melihat jarak antara diriku dengan si bocah sableng hampir dekat.
Aku akan mempertaruhkan seluruh keberadaanku untuk menghancurkan bocah-bocah ini ...! Dengan mengubah emosi negatifku menjadi energi, aku meningkatkan kecepatan lagi.
Setelah menyelesaikan 300 meterku, aku mengangkat kepala dan melihat kalau jarak perbedaannya sekitar 10 meter sampai tujuan.
“Seiji-kun, kamu sangat cepat!”
“Y-yah ... yeah ...”
Sambil ngos-ngosan, aku menepi ke tepi kolam renang.
“Kerja bagus ♪”
Hiiragi-chan datang sambil memegang handuk seperti manajer.
“Pak tua, kau sangat cepat.” (Bocah sableng A)
“Iya, ‘kan? Sebaliknya, berhentilah memanggilku pak tua.” (Sanada Seiji)
“Apa kau tidak bisa menahan diri sedikit, pak tua.” (Bocah sableng B)
“Sudah kubilang, berhentilah memanggilku dengan panggilan itu.” (Sanada Seiji)
“Benar-benar tanpa ampun walau lawannya bocah.” (Bocah pekok C)
“Tapi bukannya kalian juga cepat?” (Sanada Seiji)
Nishishi, sembari tertawa seperti itu, para bocah ingusan itu pergi, “Sampai jumpa, Onii-san,” dan meninggalkan kolam.
“Aaaah, capek banget…”
Hiiragi-chan duduk di sebelahku dan senyum manis menghiasi wajahnya.
“Fufufu. Kelihatannya sangat menyenangkan, ya? Seiji-kun, kamu mungkin tipe yang disukai anak-anak. ”
“Itu tidak benar.”
“Terkadang, aku memikirkan masa depan kita. Jika kita punya anak, Seiji-kun mungkin akan menjadi ayah yang baik. ”
“Entahlah.”
“Bagaimana kalau kita kembali juga?”
Hiiragi-chan berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.
“Kau mau pergi kemana? Pelatihanmu masih belum selesai, loh? ”
Giku.
Apa yang kau lakukan, mencoba membuat suasana yang bagus dan berusaha kabur?
“Ti-Tidaaaaaak! Aku benci Seiji-kun yang galak! ”
“Ya ya, aku akan baik dan lembut, oke?”
Menarik tangan Hiiragi-chan yang berjuang, kami melakukan dua jam pelatihan setelah itu. Berkat bimbinganku dan upaya Hiiragi-chan, dia belajar bagaimana caranya berenang.


Catatan Penerjemah:
Begini contoh  baju renang model anak sekolahan

close

2 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

  1. Kemaren jomblo ngenese A B C dan sekarang Bocah sableng ABC wkwk. Mantep min cara TL an nya gue suka

    BalasHapus
  2. Dan kemana sifat sok dewasa si MC, dia sama2 GK dewasa kek Sensei:v

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama