The Result when I Time Leaped Chapter 78


Hilang Ingatan - Bagian Pertama

“Nii-san ...?  Si-Siapa orang yang tadi siang? ”
Minggu malam, begitu aku kembali ke rumah, Sana muncul di kamarku. Dia mungkin ingin bertanya tentang Yukiko-san, yang dia temui siang tadi.
“Dia adalah orang yang kebetulan aku temui. Anjingnya bernama Seiji, dan akhirnya kami saling mengenal lebih jauh.”
Aku sekali lagi menceritakan kisah yang sudah aku karang sebelumnya.
“Begitu ya ... kalau begitu tidak apa-apa, tapi ... se-sejak kapan kamu begitu dekat ... cukup dekat sampai melakukan hal cabul ...?”
Berhentilah bertanya kalau wajahmu sampai merah begitu karena malu. Bahkan aku sendiri jadi sedikit malu sekarang.
“Bukannya aku sudah menjelaskannya melalui SMS kalau itu cuma kesalahan?”
“... Be-Benarkah?”
“Beneran, sumpah. Kau ini kenapa sih? setelah aku kembali, kau hanya menanyakan hal yang sama berulang kali ... ”
Melihatku menggelengkan kepalaku, Sana juga mulai bergetar.
“Sa-Sana sama sekali tidak peduli mengenai Nii-san!”
Sana melempar bantal ke wajahku.
“Puhah!?”
Gludag, dengan momentum yang berlebihan, bagian belakang kepalaku menghantam sesuatu. Penglihatanku perlahan-lahan menjadi gelap. Sepertinya aku akan pingsan.
vvvvvv

Sanada Seiji
“Nii-san ...? Ap-Apa kamu baik-baik saja? I-itu suara benturan yang cukup keras… ”
Aku terbangun karena tubuhku diguncang. Di depanku, ada seorang gadis cantik dengan rambut hitam panjang, menatapku dengan cemas.
“Ah, kamu akhirnya bangun juga. It-Itu tadi benar-benar mengejutkanku. ”
“Ummm ... Boleh aku bertanya siapa anda?”
“Apa yang kamu katakan? Hentikan itu. Kamu hanya bercanda, ‘kan? Sana tidak akan meladeni candaan itu.”
Aku melihat sekeliling, dan tidak bisa mengenali apa pun.
“Apa namamu Sana-san?”
“…… Nii-san?”
Karena dia menatapku dan memanggilku Nii-san, kurasa gadis ini adalah adik perempuanku.
“Gadis yang sangat cantik ini adalah adik perempuanku ...?"
Wajah Sana-san langsung memerah.
“Ca-Ca-Ca-Cantik ... Me-Meski kamu mengatakan sesuatu seperti itu, Sana takkan merasa senang.”
Padahal, dia terlihat sangat senang.
“Nii-san, apa yang terjadi? Namamu? Siapa namamu?"
“Namaku ... Hmmm?”
Aku tidak tahu sama sekali. Siapa aku? Aku ini apa? Moratorium ...
“Kamu bahkan tidak tahu itu? Hi-Hilang ingatan ...”
“Ah. Mungkin itulah yang terjadi.”
“Fueeeeeeeeeeeeeeeh !? Ap-Apa itu karena Sana !? Ta-Tapi, jika itu Nii-san yang kehilangan ingatan, mungkin Sana bisa lebih jujur ​​... "
Dia gelisah dan menggumamkan sesuatu. Menurut Sana-san, namaku Sanada Seiji. Tempat ini sepertinya adalah kamarku di rumah.
Sanada Seiji ... Sanada Seiji ... Aku merasa seperti pernah mendengarnya, atau mungkin tidak ...
“Da-Dan juga. Bagian ini yang paling penting. Nii-san adalah kakak siscon akut yang mencintai Sana. ”
"Eeeh. Yang benar? Apa yang sudah aku lakukan? Kau memang cantik, sih. ”
“M-moouuuuu, jangan panggil Sana cantik terusssss! Aku nanti bakal jadi gila. "
Meski dia bilang begitu, tapi aku hanya mengatakan apa yang ada di pikiranku.
“Te-Terus ... Ini rahasia, tapi kita adalah saudara kandung ... dan juga sepasang kekasih ...”
Tidak mungkin, itu ...
Kyaaaa, wajah Sana-san memerah.
“... Eh, benarkah?”
“Be-Beneran.”
Aku menyukai adik perempuanku sendiri ... !? Kurasa itu tak bisa dipungkiri karena aku dipanggil kakak siscon.
“I-ini adalah sesuatu yang rahasia, dan tentu saja bahkan Tou-san atau Kaa-san tidak tahu. Tidak ada orang lain selain kita yang mengetahui ini. Itu sebabnya kamu tidak boleh memberi tahu orang lain, oke? Apa kamu mengerti?"
“Y-ya. Yah tentu saja, jika ketahuan nanti bakal mengerikan ...”
“Ka-kalau begitu, Cuma itu saja!”
Kemudian, Sana-san meninggalkan kamarku.
Kelihatannya, aku bersekolah di SMA Hasumori terdekat, dan saat ini aku duduk di kelas 2. Jadi keesokan paginya, aku dibangunkan oleh seseorang yang sepertinya adalah ibuku, dan pergi ke sekolah bersama Sana. Seperti yang diberitahukan kepadaku, aku duduk di tempat yang tampaknya merupakan kursiku di kelas 2-B. Setelah melihat buku catatanku, aku melihat berbagai catatan yang ditulis.
Setelah melewati beberapa kelas yang berbeda, sekarang waktunya jam pelajaran sejarah dunia. Mata pelajaran ini diajarkan oleh seorang guru wanita muda. Dia punya wajah yang imut, dan gerakannya tampak elegan. Dia adalah orang yang ceria yang terlihat cantik dengan gaya rambut kuncir kuda. Mata kami saling bertemu beberapa kali, yang mana hal itu membuat jantungku akan mulai berdetak lebih cepat.
Apa ini…? Seolah-olah aku bisa mengingat sesuatu ...
Murid-murid di kelas memanggilnya Hiiragi-chan.
Sembari memegang buku teks, dia melakukan penjelasannya, dan tampaknya berjalan melewati dekat kursiku. Kemudian, dia berjongkok, dan mengambil sesuatu di dekat kakinya.
“Kamu menjatuhkan penghapusmu, Sanada-kun.”
“Tapi ini bukan milikku?”
“Eh !? Eh apa? Tidak, maksudku ... maksudku ...”
Sambil memegang penghapus baru di tangan, Hiiragi-chan-sensei tampak kelagapan.
Aku tidak ingat punya penghapus itu. Apa itu benar-benar milikku? Aku menerima penghapus sambil memiringkan kepalaku. Sensei tampak lega ketika dia menepuk dadanya.
Ada sesuatu didalam bungkusnya ...? Ada catatan yang terselip dengan sesuatu tertulis di atasnya.
[Untuk istirahat makan siang hari ini, aku akan menunggu di ruang referensi sejarah dunia ♪]
Apa..
Apa-apaan iniiiiiiiiiiiiiiiiiii !?
Menunggu?? Siapa yang dia tunggu?
Mencoba memastikannya, aku mengalihkan pandangank ke arah Hiiragi-chan-sensei dan melihatnya mengedipkan mata dua kali. Yang berarti, pesan itu memang benar ditunjukkan untukku.
Ruang referensi, apa aku harus membantu mempersiapkan kelas ...? Tidak, tapi, jika itu yang terjadi, dia bisa bertanya padaku dengan normal. Cara rumit yang dia lakukan, ruang referensi di mana tidak ada siapa-siapa, dan memanggilku saat istirahat makan siang ...
——Ini, bukankah ini seolah-olah aku bakal dapat pernyataan cinta !?
“Uwah. Apa yang harus aku lakukan?”
“Apa maksudmu, apa yang harus aku lakukan ?”
Fujimoto yang duduk di sebelahku, memanggil.
“Ti-Tidak, bukan apa-apa.”
Hmmm? Fujimoto ...? Aku masih ingat Fujimoto. Aku melupakan semua hal yang penting, tapi aku kira sesuatu atau orang yang tidak penting, aku masih ingat. [TN: Absurd banget njirrrr, bukannya kebalik ya:v]
Apa yang akan aku lakukan jika aku benar-benar dapat pengakuan? Ti-Tidak, jika dipikir baik-baik, mana mungkin ... Mana mungkin guru akan menyukai muridnya sendiri. Rasanya seperti sesuatu yang terjadi dalam manga.
Setelah pelajaran berakhir, Hiiragi-chan-sensei meninggalkan ruang kelas. Pada akhirnya, aku mungkin akan dibuat untuk membantu sesuatu yang merepotkan.
Kon kon, begitu aku mengetuk pintu ruang referensi, pintu itu terbuka.
“Ayo masuk, masuk.”
Setelah mendesakku masuk, dia segera menutup pintu dan bahkan menguncinya. Ap-Apa yang sedang dia rencanakan ... !?
“Seiji-kun? Menyusahkan Sensei seperti itu tidak terlalu baik, oke? ”
Hmm? Nada suaranya berbeda dari sebelumnya. Nadanya menjadi seperti gadis seusiaku.
“Menolak pesan penghapusku. Itu benar-benar mengejutkanku, tau? ”
“Ah. Tentang itu, maaf ... Aku tidak tahu kalau itu adalah pesan dari Sensei ...”
"Mou. Saat cuma ada kita berdua, jangan panggil Sensei, tapi Haruka-san, ‘kan? ”
“Haruka-san !? Kenapa memanggil dengan namamu ...? ”
“Kenapa, yah ... itu karena kita berpacaran, ‘kan?”
Heeh. Jadi Hiiragi-chan-sensei dan aku berpacaran ,ya.
“Pacaran!? Tapi ‘kan kita ini guru dan murid!? ”
“Ada apa, Seiji-kun? Tingkahmu sedikit aneh hari ini. ”
Sementara diam-diam berpacaran dengan adik perempuanku, aku juga berpacaran dengan guruku ... !? Dua-duanya di saat bersamaan!? Apa yang sudah aku lakukan? Selain itu, keduanya adalah orang yang seharusnya tidak aku pacari.
Aku menjelaskan kepada Sensei kalau ingatanku telah hilang.
“Eh ... Tapi ... Bagaimana dengan ingatan Seiji-kun dan aku yang berpacaran selama beberapa bulan terakhir?”
“Beberapa bulan!? Kita berpacaran cukup lama !? ”
“Dilarang bicara dengan nada formal! Itu membuatku merasa jadi orang asing ... jadi, apa kamu bisa hentikan itu ... "
Melihat Sensei menatapku dengan ekspresi sedih dan tersakiti, dadaku juga mulai sakit. Kenapa?
“Kita sudah sering ciumaaaaaan, loh ? Entah itu di sekolah, di rumah, maupun tempat-tempat lain.”
“Maaf ... aku sama sekali tidak ingat ...”
“Uuu, cara bicara formal lagi ... Jika itu masalahnya ..."
Sensei melingkarkan tangannya di kepalaku.
“Eh? Tunggu, apa yang hendak anda lakukan?”
“Aku akan membuatmu ingat betapa aku mencintai Seiji-kun!”
Mencondong ke depan, Sensei mencium bibirku.
“Nuah !? Apa ini, tiba-tiba melakukan ini !? ”
“Umumu ... Sepertinya masih belum cukup. Ah, benar juga. Apa kamu ingin melihat celana dalamku !?”
“Aku tidak ingin melihatnya! Apa anda orang cabul, Sensei !? Apa yang hendak anda lakukan ...? "
Tsukkomi-nya bernada formal ... tapi balasanmu kuat.”
“Tolong jangan lakukan analisis yang aneh.”
“Seiji-kun, kamu pernah bilang kalau kamu ingin melihat celana dalamku, jadi kupikir kamu mungkin ingat jika kamu melihatnya.”
Aku kepingin melihatnya !? Celana dalam sensei !? Berarti, Aku sendiri yang cabul!
Sambil melihat reaksiku, Sensei mulai mengangkat rok lututnya.
Glek.
“Seperti yang kuduga, kamu memang ingin melihatnya!”
“An-Anda salah.”
“Kamu melig=hatnya bukan? Kamu memang ingin melihatnya, ‘kan? Enggak apa-apa, enggak apa-apa. Aku bahkan membolehkanmu menyentuh payudaraku sebelumnya. ”
Fuaaaaaaaaaah !? Aku tak pernah berpikir kalau aku akan menyesali ini karena tidak memiliki ingatanku!
Fugu, nuuu Fokuskan energi ke telapak tanganku, setidaknya sensasinya saja ... mungkin aku bisa mengingatnya ... Lakukan yang terbaik ... motif tersembunyiku!
“Apa yang sedang kamu lakukan, Seiji-kun?”
“Tidak, bukan apa-apa. Aku tidak bisa ... aku tidak mengingatnya sama sekali ...”
“Tapi, jika aku tidak membuatmu ingat, aku tidak menyukainya... Kita benar-benar pasangan yang saling mencintai ... Itu membuatku jadi sedih.”
Melihat wajah sedih Sensei, aku sekali lagi merasakan rasa sakit yang menjalari diriku. Sebelum aku kehilangan ingatan, aku menyukai Sensei, ‘kan? Aku tidak merasakan sesuatu yang istimewa ketika aku bersama Sana-san sama seperti ketika aku bersama Sensei. Aku tidak ingin melihat wajah sedih Sensei. Tapi, alasannya adalah karena aku ...
“Kita akan kehabisan waktu, jadi kenapa tidak makan dulu?”
Duduk di atas selembar kain, dia menepuk pangkuannya.
“Ayo ke sini? Atau mungkin karena kamu tidak memiliki ingatanmu, kamu tidak akan mau ...? ”
“… Permisi.”
Tampaknya benar kalau kita berpacaran.
Setelah berbaring dan meletakkan kepalaku di pangkuan Sensei, aku tidak tahu alasannya, tapi aku merasa tenang.
Aaahn, dia mulai menyuapiku.
“Ah. Ayam gorengnya lezat sekali. ”
“Iya, ‘kan? Aku berusaha keras untuk membuatnya hari ini. ”
Aku mengerti setelah kepalaku dielus saat diberi makan siang. Kami mungkin berpacaran, tak perlu diragukan lagi.
“Kau tahu? Tadi malam, aku membuat bumbu khusus dan merendam dagingnya. Aku sangat bersemangat memikirkan betapa bahagianya dirimu, Seiji-kun. ”
Sensei, benar-benar mencintaiku. Dan, aku tidak punya bukti, tapi Sanada Seiji mungkin juga menyukai Hiiragi Haruka-san.
“Apa kamu akan mengingatnya?”
“Tidak semuanya.”
“Mouuu! Sampai kamu ingat, aku akan terus menciummu! ”
“Wah, tunggu, tolong hentikan—”
Sensei dan diriku tertawa bersama.
Terlepas dari apa aku memiliki ingatanku, aku mencintai Sensei.



close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama