The Result when I Time Leaped Chapter 95



Apa Kau Lulus Tes Psikologis?

“... Tolong pikirkan orang yang kamu suka ...”
Suara Kanata yang lembut dan tenang bergema di dalam ruangan klub tata boga.
“O-Orang yang aku suka ... Baiklah ...”
Sana melirik ke arahku sekali, lalu menutup matanya.
“Orang yang aku suka ...!”
Hiiragi-chan menengokkan kepalanya ke arahku, dan ketika mata kami bertemu, pipinya memerah.
Dia orang yang mudah dimengerti.
Aku juga ikut menutup mata, dan mulai berpikir. Tentu saja, memikirkan tentang Hiiragi-chan.
“... Kamu, punya kemampuan untuk menghentikan waktu—”
Kanata berbicara kepada kami.
“Ap-Apaan itu. Kok mendadak jadi kemampuan supranatural !? ”
“Ini tes psikologi. Seharusnya tidak ada pilihan seperti itu.”
Setelah makan siang, karena masih ada waktu, kami mulai melakukan beberapa tes psikologi dari buku yang dipinjam Kanata dari perpustakaan.
“... Jika kamu bisa menghentikan waktu untuk orang yang kamu suka, tubuh bagian mana dari mereka yang mau kamu sentuh?”
Menghentikan waktu ... bisa bebas menyentuh Hiiragi-chan ...
Gawat, gawat, aku tidak bisa. Aku hanya bisa memikirkan hal-hal erotis. Mengatakan kalau aku ingin meraba-raba payudaranya akan terlalu cabul.
Ketika aku membuka mataku kembali, Sana mengangkat tangannya.
“... Baiklah, Saa-chan. Bagian mana yang mau kau sentuh?”
“Bi-Bibir! Itu cuma acak. Hanya perasaan, tidak ada makna yang mendalam di balik itu. "
“... Untuk Saa-chan yang memilih bibir ...”
Sana menelan luda karena gugup.
“Ap-Apa ini benar-benar cinta yang dibalas?”
“... Itu akan berakhir tak terbalas.”
Saat aku hendak bertanya pada Kanata mengapa hasilnya begitu…..
“..................... Ha ha ha ...”
Tawa kering datang dari Sana yang linglung.
Ah! Aku hampir bisa melihat makhluk seperti jiwa yang keluar dari mulutnya !?
“Hei, Sana! Kembalilah.”
Ketika aku memegang bahu Sana dan mengguncangnya, dia mulai menggebrak meja seperti anak kecil.
“Di-Di-Diam! Menurutmu salah siapa ini ... Ah, tunggu, tidak. Nii-san, idiot! ”
Sepertinya jiwanya telah kembali ke tubuhnya, jadi aku bisa menepuk dadaku dengan lega.
“Ah, Kana-chan, sebenarnya, itu tidak benar ... Sebaliknya ...”
“... Saa-chan, jangan curang.”
“Uuuu ... Kenapa kamu begitu galak di saat-saat seperti ini ...”
Kali ini, giliran Hiiragi-chan untuk mengangkat tangannya.
“... Baiklah, Sensei.”
“Untukku ... ummm ...”
“Ada apa, Sensei? Ini seharusnya hanya berdasarkan insting. Jadi anda bebas dan mengatakan tempat pertama yang terlintas dalam pikiran. ”
Hiiragi-chan mengintip wajahku, lalu mengambil keputusan dan ekspresinya berubah menjadi percaya diri.
“Aku akan menyentuh tempat berharga cowok.”
““…….…””
Mereka berdua mundur sedikit.
Yah, memikirkan untuk menyentuh bagian seksual, dia memikirkan hal yang sama denganku. Kurasa ini yang dinamakan saling berpikiran sama? Hal itu saja sudah membuatku sedikit senang.
“Jika kamu menganggap itu sebagai hal pertama, kurasa itu seperti berharap untuk diberkati anak?” (Sanada Seiji)
“... Untuk orang itu, hubunganmu akan berakhir hanya sebagai hubungan fisik.” (Kanata)
““!?””
Hiiragi-chan dan aku mendapat pukulan tak terduga dari pernyataan Kanata.
Kanata menjelaskannya dengan suara dingin, tapi penjelasan itu masuk ke telinga kanan dan keluar dari kiriku.
Ta-Ta-Ta-Tapi kita bahkan tidak melewati batas ciuman? Jika memang cuma hubungan fisik, aku percaya kalau kita sudah melakukan berbagai hal sekarang. 
“Puu Puu Puu. Sensei, jangan khawatir. Itu artinya, anda hanya mengincar untuk  bermain-main tubuh mereka, ‘kan?”
“!?”
Hiiragi-chan menerima kejutan yang lebih besar.
“Itu tidak benar!”
Tanpa sadar aku menyangkalnya.
“Jangan mendadak berteriak begitu. Lagipula, itu tidak ada hubungannya denganmu, Nii-san.”
Hiiragi-chan menatapku dengan mata berkaca-kaca, jadi aku dengan paksa menggelengkan kepalaku. Jika itu benar-benar terjadi, maka perbuatan itu sudah dilakukan. Tidak perlu menahan diri.
“Sebelumnya, itu sebenarnya bohong ...”
“Tidak, kamu tidak bisa. Tidak boleh ada perubahan!”
Sana sangat ceria. Perubahannya sendiri ditolak ketika dia menginginkannya.
“... Yang terakhir adalah Seiji-kun. Apa yang kamu pikirkan pertama kali? "
Dimana? Yah aku ingin meraba-raba payudara Hiiragi-chan ... Tidak, aku ingin mendorong mereka dari bawah ... Tidak, aku ingin menyoleknya dengan jariku, tidak ...
—Pergi ke tempat lain, libidoku yang digerakkan pubertas!
Pikiranku dipenuhi dengan payudara !! Aku tak bisa menjernihkan pikiranku sama sekali. Tidak itu salah. Bukan payudaranya yang ingin aku sentuh, melainkan apa yang ada di belakang. Rohnya — yang disebut hati . 
Aku ingin menyoleknya, mendukungnya, mencumbuinya ...? Sesuatu seperti itu?
“ Hati. Atau, hubungannya dengan rohnya? Karena itulah aku ingin menyentuhnya.”
Saat aku mengatakan itu sambil mengibaskan poni, Sana membuat wajah tak percaya.
“Apa yang kamu katakan, Nii-san? Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya aku baru saja mendengar puisi dari anak SMP atau malahan SD. Aku yakin hasilnya hanya akan mengatakan sesuatu seperti hubungan berakhir sebagai teman. "
Kanata melihat-lihat halaman buku itu, lalu mengangguk.
“... Tidak ada jawaban untuk hati , hal yang paling dekat adalah hati ... Jika begitu, maka kemungkinan orang yang kamu sukai memiliki cinta yang penuh gairah untukmu.” (TN : Kata hati yang dicetak miring dalam artian kiasannya, sedangkan penyebutan hati yang tidak miring merupakan indikasi organ hati itu sendiri.)
“Bagus!!”
Aku berdiri dan berpose habis-habisan.
“Lihat tuh?”
Aku tidak tahu apa yang harus dilihat, tapi aku yang sepenuhnya ingin meraba-raba payudara, sekarang membuat wajah sombong sambil memandang rendah Sana.
“Heeeh ... Begitu ... cinta yang penuh gairah ...”
Hmm? Kenapa wajahmu memerah?
“... Itu berarti meski kamu memiliki hambatan, kamu dapat mengatasinya, ‘kan ...?”
Melirik. Gelisah. Meliirik. Gelisah.
“Mungkin itu artinya.”
Hiiragi-chan tiba-tiba berdiri, dan berjalan keluar dari ruang tata boga.
Aku ingin tahu apa yang terjadi? Baiklah, tidak ada apa-apa.
“Tanpa khawatir tentang status dan posisi, hanya terus melanjutkan hubungan itu ... kan ...?”
“ Ya, Itu artinya.”
Hubunganku dengan Hiiragi-chan persis seperti itu. Cihuy, aku mendapatkan jackpot!
“Nii-san, kamu cabul.”
Dogon, bahuku dipukul dengan kekuatan yang cukup besar.
“... Saa-chan. Coba tenangkan dirimu.”
Sana, yang lebih dekat ke Kanata ketimbang diriku, kakaknya, menenangkan napasnya melalui hidung.
“Aku ingin tahu ke mana Sensei pergi? Aku akan periksa sebentar.”
Usai mengucapkan beberapa kata, aku keluar dari ruang tata boga, dan langsung menemukannya. Dia bersandar pada pilar di luar ruang klub, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Aku pikir dia menangis, tapi sepertinya bukan. Dia mungkin merasa malu karena telinganya benar-benar merah.
“Kamu sangat mencintaiku, itu ... kamu sangat mencintaiku sehingga kau tidak bisa menahan ... Wow ... cinta yang penuh gairah ...”
Aku berbisik ke telinga merah Hiiragi-chan.
“Tapi tetap saja, Sensei, bagimu untuk memikirkan sesuatu yang sangat erotis ...”
“!?”
Hiiragi-chan tiba-tiba mengangkat wajahnya.
“Bu-Bukan itu, Sei ... Sanada-kun ...”
Dia bilang pada dirinya sendiri untuk "Tunggu sampai setelah menikah" dan garis pertahanan terakhir itu tampaknya cukup kuat. Namun, kebalikan dengan itu, minatnya cukup tinggi.
“Lalu, apa yang sebenarnya kau pikirkan?”
“Ti-Tidak ada ... Aku tidak memikirkan sesuatu yang aneh ...”
“Apa itu sesuatu yang tidak bisa kau katakan? Sensei, jangan-jangan anda ini  sebenarnya, cukup bejat? ”
“Ka-Kamu salah ... Sanada-kun ... Aku enggak bejat, aku ...aku….”
Tubuh Hiiragi-chan mulai bergetar dan diambang menangis.
Ah, aku terlalu berlebihan menjahilinya.
Asaat aku hendak meminta maaf, dia berbicara sambil meniup hidungnya.
“Ba-Bahkan aku ... terkadang memikirkan hal mesum ...”
Gufuu ... !? Im-Imut banget... Jika kau mengatakan hal seperti itu dengan mata berkaca-kaca, aku jadi mau memelukmu dan mendorongmu ke bawah. Terlepas aku memiliki keberanian untuk melakukannya atau tidak, itu adalah cerita lain.
“Ah! Kupikir ada apa yang membuatmu lama kembali! Nii-san, kamu membuat Sensei menangis! ”
“Aku tidak membuatnya menangis!”
Memangnya kau ini anak SD apa?
“Sensei, apa yang Nii-san lakukan padamu? Apa kamu baik-baik saja?”
Itu membuatnya tampak seperti dia diserang oleh orang cabul atau semacamnya, jadi bisakah kau tidak bertanya dengan cara begitu.
Dia bilang kalau dia baik-baik saja, Hiiragi-chan pun berdiri.
Aku sekarang mengerti karena garis pertahanan terakhir itu, baik Hiiragi-chan dan diriku punya keinginan yang tak dapat dipenuhi.


close

4 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama