Apa
Kau Lulus Tes Psikologis?
“... Tolong pikirkan orang
yang kamu suka ...”
Suara Kanata yang lembut
dan tenang bergema di dalam ruangan klub tata boga.
“O-Orang yang aku suka ...
Baiklah ...”
Sana melirik ke arahku
sekali, lalu menutup matanya.
“Orang yang aku suka ...!”
Hiiragi-chan menengokkan
kepalanya ke arahku, dan ketika mata kami bertemu, pipinya memerah.
Dia orang yang mudah
dimengerti.
Aku juga ikut menutup mata,
dan mulai berpikir. Tentu saja, memikirkan tentang Hiiragi-chan.
“... Kamu, punya kemampuan
untuk menghentikan waktu—”
Kanata berbicara kepada
kami.
“Ap-Apaan itu. Kok
mendadak jadi kemampuan supranatural !? ”
“Ini tes
psikologi. Seharusnya tidak ada pilihan seperti itu.”
Setelah makan siang, karena
masih ada waktu, kami mulai melakukan beberapa tes psikologi dari buku yang
dipinjam Kanata dari perpustakaan.
“... Jika kamu bisa
menghentikan waktu untuk orang yang kamu suka, tubuh bagian mana dari mereka
yang mau kamu sentuh?”
Menghentikan waktu ... bisa
bebas menyentuh Hiiragi-chan ...
Gawat, gawat, aku tidak
bisa. Aku hanya bisa memikirkan hal-hal erotis. Mengatakan kalau aku
ingin meraba-raba payudaranya akan terlalu cabul.
Ketika aku membuka mataku kembali,
Sana mengangkat tangannya.
“... Baiklah,
Saa-chan. Bagian mana yang mau kau sentuh?”
“Bi-Bibir! Itu cuma
acak. Hanya perasaan, tidak ada makna yang mendalam di balik itu. "
“... Untuk Saa-chan yang
memilih bibir ...”
Sana menelan luda karena
gugup.
“Ap-Apa ini benar-benar
cinta yang dibalas?”
“... Itu akan berakhir tak
terbalas.”
Saat aku hendak bertanya
pada Kanata mengapa hasilnya begitu…..
“..................... Ha
ha ha ...”
Tawa kering datang dari
Sana yang linglung.
Ah! Aku hampir bisa
melihat makhluk seperti jiwa yang keluar dari mulutnya !?
“Hei, Sana! Kembalilah.”
Ketika aku memegang bahu
Sana dan mengguncangnya, dia mulai menggebrak meja seperti anak kecil.
“Di-Di-Diam! Menurutmu
salah siapa ini ... Ah, tunggu, tidak. Nii-san, idiot! ”
Sepertinya jiwanya telah
kembali ke tubuhnya, jadi aku bisa menepuk dadaku dengan lega.
“Ah, Kana-chan, sebenarnya,
itu tidak benar ... Sebaliknya ...”
“... Saa-chan, jangan
curang.”
“Uuuu ... Kenapa kamu
begitu galak di saat-saat seperti ini ...”
Kali ini, giliran
Hiiragi-chan untuk mengangkat tangannya.
“... Baiklah, Sensei.”
“Untukku ... ummm ...”
“Ada apa, Sensei? Ini
seharusnya hanya berdasarkan insting. Jadi anda bebas dan mengatakan
tempat pertama yang terlintas dalam pikiran. ”
Hiiragi-chan mengintip
wajahku, lalu mengambil keputusan dan ekspresinya berubah menjadi percaya diri.
“Aku akan menyentuh tempat
berharga cowok.”
““…….…””
Mereka berdua mundur
sedikit.
Yah, memikirkan untuk
menyentuh bagian seksual, dia memikirkan hal yang sama denganku. Kurasa ini
yang dinamakan saling berpikiran sama? Hal itu saja sudah membuatku
sedikit senang.
“Jika kamu menganggap itu
sebagai hal pertama, kurasa itu seperti berharap untuk diberkati anak?” (Sanada
Seiji)
“... Untuk orang itu,
hubunganmu akan berakhir hanya sebagai hubungan fisik.” (Kanata)
““!?””
Hiiragi-chan dan aku mendapat
pukulan tak terduga dari pernyataan Kanata.
Kanata menjelaskannya
dengan suara dingin, tapi penjelasan itu masuk ke telinga kanan dan keluar dari
kiriku.
Ta-Ta-Ta-Tapi kita bahkan
tidak melewati batas ciuman? Jika memang cuma hubungan fisik, aku percaya
kalau kita sudah melakukan berbagai hal sekarang.
“Puu Puu Puu. Sensei,
jangan khawatir. Itu artinya, anda hanya mengincar untuk bermain-main tubuh mereka, ‘kan?”
“!?”
Hiiragi-chan menerima
kejutan yang lebih besar.
“Itu tidak benar!”
Tanpa sadar aku
menyangkalnya.
“Jangan mendadak berteriak begitu. Lagipula,
itu tidak ada hubungannya denganmu, Nii-san.”
Hiiragi-chan menatapku
dengan mata berkaca-kaca, jadi aku dengan paksa menggelengkan
kepalaku. Jika itu benar-benar terjadi, maka perbuatan itu sudah dilakukan. Tidak
perlu menahan diri.
“Sebelumnya, itu sebenarnya
bohong ...”
“Tidak, kamu tidak
bisa. Tidak boleh ada perubahan!”
Sana sangat ceria. Perubahannya
sendiri ditolak ketika dia menginginkannya.
“... Yang terakhir adalah
Seiji-kun. Apa yang kamu pikirkan pertama kali? "
Dimana? Yah aku ingin
meraba-raba payudara Hiiragi-chan ... Tidak, aku ingin mendorong mereka dari bawah
... Tidak, aku ingin menyoleknya dengan jariku, tidak ...
—Pergi ke tempat lain, libidoku
yang digerakkan pubertas!
Pikiranku dipenuhi dengan payudara !! Aku tak bisa
menjernihkan pikiranku sama sekali. Tidak itu salah. Bukan
payudaranya yang ingin aku sentuh, melainkan apa yang ada di
belakang. Rohnya — yang disebut hati .
Aku ingin menyoleknya,
mendukungnya, mencumbuinya ...? Sesuatu seperti itu?
“ Hati. Atau,
hubungannya dengan rohnya? Karena itulah aku ingin menyentuhnya.”
Saat aku mengatakan itu
sambil mengibaskan poni, Sana membuat wajah tak percaya.
“Apa yang kamu katakan,
Nii-san? Apa kamu baik-baik saja? Sepertinya aku baru saja mendengar
puisi dari anak SMP atau malahan SD. Aku yakin hasilnya hanya akan
mengatakan sesuatu seperti hubungan berakhir sebagai teman. "
Kanata melihat-lihat
halaman buku itu, lalu mengangguk.
“... Tidak ada jawaban
untuk hati , hal yang paling dekat adalah hati ... Jika
begitu, maka kemungkinan orang yang kamu sukai memiliki cinta yang penuh gairah
untukmu.” (TN : Kata hati yang dicetak
miring dalam artian kiasannya, sedangkan penyebutan hati yang tidak miring merupakan
indikasi organ hati itu sendiri.)
“Bagus!!”
Aku berdiri dan berpose
habis-habisan.
“Lihat tuh?”
Aku tidak tahu apa yang
harus dilihat, tapi aku yang sepenuhnya ingin meraba-raba payudara, sekarang
membuat wajah sombong sambil memandang rendah Sana.
“Heeeh ... Begitu ... cinta
yang penuh gairah ...”
Hmm? Kenapa wajahmu
memerah?
“... Itu berarti meski kamu
memiliki hambatan, kamu dapat mengatasinya, ‘kan ...?”
Melirik. Gelisah. Meliirik. Gelisah.
“Mungkin itu artinya.”
Hiiragi-chan tiba-tiba
berdiri, dan berjalan keluar dari ruang tata boga.
Aku ingin tahu apa yang
terjadi? Baiklah, tidak ada apa-apa.
“Tanpa khawatir tentang
status dan posisi, hanya terus melanjutkan hubungan itu ... kan ...?”
“ Ya, Itu artinya.”
Hubunganku dengan Hiiragi-chan
persis seperti itu. Cihuy, aku mendapatkan jackpot!
“Nii-san, kamu cabul.”
Dogon, bahuku
dipukul dengan kekuatan yang cukup besar.
“... Saa-chan. Coba
tenangkan dirimu.”
Sana, yang lebih dekat ke
Kanata ketimbang diriku, kakaknya, menenangkan napasnya melalui hidung.
“Aku ingin tahu ke mana
Sensei pergi? Aku akan periksa sebentar.”
Usai mengucapkan beberapa
kata, aku keluar dari ruang tata boga, dan langsung menemukannya. Dia bersandar
pada pilar di luar ruang klub, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Aku
pikir dia menangis, tapi sepertinya bukan. Dia mungkin merasa malu karena
telinganya benar-benar merah.
“Kamu sangat mencintaiku,
itu ... kamu sangat mencintaiku sehingga kau tidak bisa menahan ... Wow ...
cinta yang penuh gairah ...”
Aku berbisik ke telinga
merah Hiiragi-chan.
“Tapi tetap saja, Sensei,
bagimu untuk memikirkan sesuatu yang sangat erotis ...”
“!?”
Hiiragi-chan tiba-tiba
mengangkat wajahnya.
“Bu-Bukan itu, Sei ...
Sanada-kun ...”
Dia bilang pada dirinya
sendiri untuk "Tunggu sampai setelah menikah" dan
garis pertahanan terakhir itu tampaknya cukup kuat. Namun, kebalikan
dengan itu, minatnya cukup tinggi.
“Lalu, apa yang sebenarnya kau
pikirkan?”
“Ti-Tidak ada ... Aku tidak
memikirkan sesuatu yang aneh ...”
“Apa itu sesuatu yang tidak
bisa kau katakan? Sensei, jangan-jangan anda ini sebenarnya, cukup bejat? ”
“Ka-Kamu salah ... Sanada-kun
... Aku enggak bejat, aku ...aku….”
Tubuh Hiiragi-chan mulai
bergetar dan diambang menangis.
Ah, aku terlalu berlebihan menjahilinya.
Asaat aku hendak meminta
maaf, dia berbicara sambil meniup hidungnya.
“Ba-Bahkan aku ... terkadang
memikirkan hal mesum ...”
Gufuu ... !? Im-Imut
banget... Jika kau mengatakan hal seperti itu dengan mata berkaca-kaca, aku jadi
mau memelukmu dan mendorongmu ke bawah. Terlepas aku memiliki keberanian
untuk melakukannya atau tidak, itu adalah cerita lain.
“Ah! Kupikir ada apa
yang membuatmu lama kembali! Nii-san, kamu membuat Sensei menangis! ”
“Aku
tidak membuatnya menangis!”
Memangnya kau ini anak SD
apa?
“Sensei, apa yang Nii-san
lakukan padamu? Apa kamu baik-baik saja?”
Itu membuatnya tampak
seperti dia diserang oleh orang cabul atau semacamnya, jadi bisakah kau tidak
bertanya dengan cara begitu.
Dia bilang kalau dia
baik-baik saja, Hiiragi-chan pun berdiri.
Aku sekarang mengerti
karena garis pertahanan terakhir itu, baik Hiiragi-chan dan diriku punya keinginan
yang tak dapat dipenuhi.
Thanks for the chapter!
BalasHapusWadaw.. dah mentok sama raw Inggris nya pak ,gercep kali~
BalasHapusAye~
HapusMakasih min :3
BalasHapus