Chapter 20 – Berapa Tinggi Badanmu, Senpai?
u Sudut Pandang si Senpai u
“Selamat pagi, Senpai. Hari
ini adalah hari Jumat yang sudah lama kamu tunggu.”
Kouhai yang satu ini sangat
memahamiku, ya.
“Hari ini ... akhirnya
tiba ...”
“Tapi, aku tidak tahu
kenapa senpai kelihatan sangat capek meski kamu tidak mengikuti kegiatan klub.”
“Kouhai-chan juga tidak
mengikuti kegiatan klub, ‘kan.”
“Itu sebabnya aku juga
sangat bersemangat hari ini, Senpai ☆”
Payah sekali…
“Apa kau merasa tidak
lelah menulis catatan terus di kelas?”
“Aku selalu melakukan
itu di buku teks dan lembaranku, jadi rasanya tidak melelahkan.”
“Tapi kau tidak bisa
mendapatkan nilai tinggi hanya dengan itu, ‘kan?”
“Nilai semester
pertamaku sekitar sepuluh poin lebih tinggi dari rata-rata. Aku minta maaf
karena dapet nilai pas-pasan ♪”
Dia menjulurkan lidahnya. Bocah
ini sangat payah ... Ah, dia adalah seorang gadis muda, ya. Gadis muda ini
sangat payah ...
Mengetahui bahwa aku
tidak pandai membuat garis besar, dia bahkan mengejekku dengan menggunakan
itu. Bukankah ini terlalu tidak adil !?
Yah, aku hanya harus
memperbaiki membuat garis yang lebih baik jika aku merasa frustrasi
dengannya. Aku akan melakukan yang terbaik.
“Ngomong-ngomong, Senpai. Berapa
tinggi badanmu? Ah, ini adalah 『pertanyaan hari ini』dariku.”
“Kau bertanya tentang
tinggi badanku ... tapi kau tidak menentukan satuan mana yang digunakan ... Itu
berarti ... pakai apapun tak masalah?”
Aku tidak bisa
memikirkan satuan ketinggian selain “cm”. Bagaimana dengan tahun
cahaya? Centimeter tahun cahaya, hmm?
“Berapa sentimeter tinggi
Senpai? Senpai, kamu benar-benar merepotkan.”
“Tinggiku 166 cm saat pemeriksaan
medis April lalu.”
“Apa-apaan dengan
informasi tambahan itu? Aku tak berpikir kamu bisa tumbuh lebih tinggi
lagi dari sekarang, Senpai.”
“Sembarangan kau. Tinggiku sekitar 165
cm ketika pertama kali masuk SMA, dan aku belum membuang harapanku untuk bisa mencapai
170 cm!”
“Tapi aku pikir itu
hanyalah harapan palsu ...”
Kouhai-chan
mengangkat tangannya ke atas kepalaku, dan mengangkatnya lebih tinggi sekitar
lima sentimeter di atasku.
Apa dia ngajak
berantem?
“Jangan mengolok-olok
usaha orang lain.”
“Apa kamu sudah
berusaha, Senpai?”
“Aku selalu memasukkan
susu ke kopi setiap pagi.”
“Bukannya sebagian
besar masih ada banyak kafein? Kamu harus lebih banyak mendapatkan
kalsium, senpai. Aku mendengar kalau ikan sarden kering adalah sumber
nutrisi yang bagus.”
“Aku merasa pernah
mendengar hal itu sebelumnya.”
“Aku juga merasa
seperti sudah pernah mengatakan itu. Senpai, orang-orang yang percaya apa
yang dikatakan kepada mereka akan berhasil di masa depan, tahu.”
“Bagaimana dengan raja
telanjang yang itu?” (TN : Cerita fiksi
mengenai raja yang telanjang, kalian bisa google sendiri)
“Lagi pula, Ia masih
seorang raja.”
“Tapi bukannya Ia
sudah menjadi raja sejak awal?”
“Jadi itu berarti dana
awal juga penting.”
Kejamnya.
“Ngomong-ngomong, ini
adalah『 pertanyaan hari ini 』yang biasa. Kouhai-chan
juga, berapa tinggi badanmu?”
u Sudut Pandang si Kouhai u
Seperti biasa, senpai
menanyakan hal yang sama persis dengan apa yang kutanyakan.
Ayo kita taruh bantal
di sini sebagai balasan. Saat aku bilang bantal, maksudku seolah-olah kami
berdua sedang berperang bantal, tapi aku akan melempar bantal, bukan guling.
“Senpai, kamu
jorok. Apa kamu bertanya tentang tiga ukuran gadis?”
“Aku tidak pernah
bilang tiga ukuran, ‘kan ...”
“Pertama-tama,
sepertinya senpai tahu apa arti dari tiga ukuran itu.”
Saat aku mengatakan
itu, senpai nampak kaku.
“Aku tidak tahu, oke?”
Ia benar-benar tidak
tahu, heh ...
“Ukuran tinggi, berat, dan
tinggi duduk, Senpai.”
“Aku meragukan
itu. Bahkan aku setidaknya tahu kalau ada ukuran payudara.”
Lebih dari ini, aku
bahkan menggali lubang kuburanku sendiri. Ini buruk, ayo kita alihkan
topiknya.
“Baiklah, tidak
apa-apa. Tinggi badanku 156cm.”
“Kita memiliki
perbedaan sepuluh sentimeter, ya?”
Senpai juga
sepertinya tidak mengutarakan apa yang kita bicarakan tadi. Baguslah.
“Entah bagaimana,
bukankah 156 memiliki perasaan yang lebih baik ketimbang 166, Senpai?”
“Aku tidak berpikir
keduanya. Tapi kupikir akan lebih bagus dengan 256.”
“Ah, 28, ‘kan?”
“Bukankah
perhitunganmu terlalu cepat?”
“Aku hanya mengingat
kalau 210 adalah 1024.”
“Begitu ya…”
u Sudut Pandang si Senpai u
Ngomong-ngomong
tentang perbedaan tinggi 10 cm, aku jadi mengingat sesuatu.
“Ngomong-ngomong, dulu
ada ilustrasi populer tentang『 kombinasi pasangan yang berbeda
ketinggian 』sejak lama.”
“Ah, aku juga ingat
itu.”
Aku ingat dengan
perbedaan ketinggian 25 cm, ada enam ilustrasi tentang apa yang bisa mereka
lakukan, misalnya menempatkan dagu di kepala.
Jika aku tidak salah,
ada juga ilustrasi untuk perbedaan tinggi 10 cm. Apa ya?
“Tapi, apa kamu
baik-baik saja dengan itu, senpai?”
Sudut mulut Kouhai-chan
tersenyum, membuatnya terlihat agak jahat.
“Kau harus menjadi
peran utama dengan perbedaan tinggi 10 cm kami, Kau tahu?”
“Benarkah?”
“Sayang sekali aku
bukanlah orang yang perlu berjinjit untuk menciummu.”
“Tungg-“
“Jika kamu sangat ingin
menciumku, Kau bisa langsung menanyakannya di muka, oke?”
“Aku tidak punya
keberanian untuk melakukan itu dengan seseorang yang bukan kekasihku, dan aku
juga memutuskan untuk tidak punya pacar.”
“Ah, Senpai akan
kembali ke sana lagi?”
“Iya.”
Un. Aku takkan
menyerah pada yang satu ini apapun alasannya.
Mungkin karena aku
hanya memiliki tekad, atau aku ingin melindungi diriku sendiri yang tidak
populer. Tapi aku sudah memutuskan untuk mengikuti aturan, jadi aku akan
melakukannya sampai akhir.
“Lalu, apa yang bisa
dilakukan perbedaan ketinggian 10 cm, Kouhai-chan?”
“Menyundul.”
“Iya?”
“Me ・ nyun ・
dul. Menyundul. Sesuatu yang membuat kepalamu menjadi 'pyuu'.”
Kata “Pyuu” tadi sangat imut, oi.
“Tenaga 70%?”
“Dengan peluang
refleks 30%.”
“Un, jadi itu sesuatu
yang kau lakukan dengan kepalamu. Pembuktianku tidak salah.”
“Baiklah, Senpai. Tolong
jangan bergerak.”
Maaf?
“Walau aku memiliki
Akurasi 100%, aku mungkin entah bagaimana akan gagal.”
“Tunggu, tunggu,
tunggu, kenapa malah jadi seperti ini?”
“Eh, tapi Senpai, Kamu
ingin mencobanya, ‘kan? Kamu berbicara tentang ilustrasi itu karena alasan
ini, bukan?”
“Tapi aku tidak pernah
bilang ingin mencobanya!”
Ya, memang benar
kalau aku tak pernah memikirkan apa yang akan terjadi jika ilustrasi tersebut diterapkan
dalam kenyataan.
“Baik. Tinggal terima
saja, dan berdiri tegap agar tidak jatuh.”
“Tidak, tidak, tidak,
apa kau benar-benar ingin melakukannya??”
Kouhai-chan naik
bergeser ke arah dadaku yang ditahan oleh pegangan. Jika dilihat dari
dekat, perbedaan tinggi ini memang sempurna untuk melakukan sundulan.
Aroma sampo
Kouhai-chan bahkan lebih kuat dari biasanya. Aku sudah terbiasa dengan aroma
ini juga. Rasanya mengingatkanku pada pagi hari, dan sekolah.
“Senpai, apa kamu
tidak mau?”
Yah, jika aku
benar-benar tidak mau, aku pasti sudah lari, dan aku yakin aku tidak begitu
membencinya.
Dia takkan
melakukannya dengan cukup kuat untuk membuatku terluka. Un. Aku
percaya padanya.
Saat aku dengan
ringan menggelengkan kepalaku, Kouhai-chan memberiku suara pengertian.
“Tolong jangan gigit
lidahmu karena itu bisa berbahaya. Kupikir kamu harus menutup mata
juga. Bagaimanapun, aku tidak yakin apakah itu akan membuat percikan api
atau tidak.”
“Hei, apa kau
benar-benar peduli padaku atau tidak sih?”
“Aku selalu berpikir
tentang senpai, tahu.”
“Apa kau serius ...”
Untuk saat ini, aku
mengeratkan gigi dan menutup mata dengan erat. Hanya dengan melihat
penampilan ini, bukannya aku terlihat seperti seorang masokis?
Apa kepribadianku
terhanyut dengan situasi ini?
Dampaknya masih belum
datang tak peduli berapa lama aku menunggu.
“Hmm? Oiii?”
Saat aku menyuarakan
kegelisahanku, sesuatu yang hangat menyentuh pipiku.
Ketika aku membuka
mata karena kebingungan, kegelisahan, dan hal-hal lain yang terlintas dalam
pikiranku, dampak fisik pada bagian kening akhirnya datang.
Tak kusangka rasanya
sangat menyakitkan. Dia benar-benar melakukannya!
Tapi, sesuatu yang
menyentuh pipiku tadi.
Apa itu jarinya, atau
...?
u Sudut Pandang si Kouhai u
Bagi aku menyentuh
pipi senpai (aku takkan mengatakan dengan apa) adalah rahasiaku sendiri.
... atau itulah yang
ingin aku katakan, tapi sayangnya, kami berdua berada di dalam kereta. Seperti
ini, bukankah kita tampak seperti love
bird? Lagipula, orang-orang sekeliling kita takkan tahu mengenai
pikiranku dan bagaimana senpai memikirkanku, dan kami hanya bertindak seperti
itu.
“Aduh….sakit ...”
“Ya, namanya juga
sundulan. Dengan kekuatan 70% juga.”
“Aku merasa seperti minggu
ini tidak baik pada tubuhku.”
“Apa kamu melakukan
hal tidak baik pada tubuhku minggu depan, Senpai?”
“Menurutmu, kereta
macam apa ini ...”
“Siapa yang tahu?”
Ah. Keretanya
akan segera mencapai tujuan. Aku harus memberitahunya tentang rencanaku
pada hari Sabtu.
“Senpai, kamu besok
punya waktu luang, ‘kan?”
“Nn? yah…”
Senpai memasang wajah
'Jika aku mengatakan kalau aku sibuk,
rasanya bakal bohong.'
“Kalau begitu, tolong
temui aku di Stasiun Hie, besok jam 12:30 siang.”
“Kali ini kita pergi
kemana lagi?”
“Silahkan nantikan
saja.”
“Un, aku tahu kau
tidak mau memberitahuku.”
“Jika kamu sudah tahu,
maka kamu tidak perlu bertanya lagi, Senpai.”
“Err, kau tahu, aku
bertanya untuk berjaga-jaga.”
Nn, aku hanya akan
mengatakan 'itu' sekarang.
Ketimbang panik pada
hari itu, ayo kita buat Senpai panik sekarang.
“Ah, teman-temanku
juga akan ikut dengan kita besok. Senpai, tolong bergaul dengan mereka juga,
oke?”
“... Ha?”
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ⑳
Tampaknya, tingginya
10 cm lebih tinggi dariku.