The Result when I Time Leaped Chapter 102


Kelalaian dan Keadaan Lesu

“Fuun fuun, fuun ♪”
Hiiragi-chan mengibaskan kakinya bolak-balik sambil bersenandung dan berbaring di sofa. Dia sedang melihat majalah perjalanan.
“Seiji-kun, kemana kita harus pergi?”
Dengan suara yang manis, dia datang merangkak ke arahku saat aku sedang bermain ponsel.
“Ke mana kita harus pergi ... Tidak ada liburan berturut-turut, ‘kan?”
Setelah mengunyah senbei, Hiiragi-chan menyingkirkan remah-remah yang jatuh ke majalahnya.
“Ada, kok. Aku tinggal mengambil liburan berbayar
“…”
Aku merasa senang. Senang sih, tapi kenapa ya, perasaan tidak enak ini.
Di kediaman keluarga Hiiragi-chan, Hiiragi Mama (namanya rupanya Airi), setelah mengakhiri pertemuan di sana ... Hiiragi-chan tampaknya entah bagaimana ... mulai malas, malas dan malas.
Apa karena ketika aku berhadapan dengan Airi-san, aku bilang kalau aku sedang memikirkan pernikahan dan bahwa Haruka-san adalah orang yang luar biasa yang aku inginkan, atau karena kita memperoleh restu dari ibunya, atau mungkin keduanya?
Hiiragi-chan yang lega sudah mulai mengendur. Seolah-olah dia adalah kucing yang lupa instingnya, dan berakhir dalam keadaan tidak berbahaya. 
Mungkin karena Hiiragi-chan telah mengalahkan musuh terkuatnya ... atau mungkin harus disebut bos terakhir? Setelah mengalahkan raja iblis, bahkan seorang pahlawan akan menjadi malas dan mengendur.
Namun ... Kamarnya berubah menjadi berantakan, semua pakaian yang dia keluarkan tergeletak di mana-mana. Wastafel dapurnya dipenuhi dengan peralatan memasak dan piring yang belum dicuci. Kulkasnya berisi makanan kedaluwarsa dan buah-buahan busuk. Ada sepuluh kaleng bir dan shouchuu, dan seikat keju dan ham yang cocok untuk ngemil.
Apa ini kepribadian dia yang sebenarnya?
“Apa ada yang terjadi baru-baru ini, Haruka-san?”
“Tidak ada yang terjadi, kok?”
Hiiragi-chan datang memelukku dari belakang. Dia mencium leher dan pipiku. Hiiragi-chan memanjakanku dengan segala cara.
Di sisi lain, aku ... aku benar-benar keheranan. Aku ingin membalasnya. Lagipula aku bukanlah orang yang keras terhadapnya. Sebaliknya, Hiiragi-chan sangat sempurna dalam banyak hal, sampai-sampai aku tidak punya alasan untuk bersikap keras padanya.
“Ah, benar juga. Aku mau minum bir~.”
Hei hei, ini masih siang loh.
Sambil bersenandung, dan melompat-lompat kecil, Hiiragi-chan mengeluarkan sekaleng bir dari lemari es, dan dengan cepat membukanya.
“Nnnnnnnnnn ~ rasanya nikmat
Seolah-olah dia menjalani masa puncak hidupnya ...
“Kau minum di tengah hari ...”
“Tidak apa-apa, kan? Lagian, aku sedang istirahat.”
Emang benar sih, ini oke, seharusnya tidak ada yang salah. Pekerjaan seorang guru memang cukup sulit dan bisa menyebabkan banyak stress. Aku mengerti akan hal itu.
“Haruka-san, belakangan ini kau bertingkah aneh, tahu? Sebelumnya, apartemenmu selalu terlihat bersih dan rapih, dan kau hanya minum selama makan malam.”
“Benarkah?”
Ini bukanlah Hiiragi-chan — atau cuma aku yang memaksakan gambaran idamanku padanya? Tapi tetap saja, aku harus jujur ​​tentang itu. Ini bukanlah Hiiragi-chan yang kukenal.
“Apa alasannya karena... aku? Apa itu karena aku pandai mengendalikan diri?”
“Apa ada yang salah? Kenapa wajahmu tampak runyam begitu?”
Sebelum melompati waktu, aku sering mendengar keluhan dari senpai-ku tentang istrinya. 
Sebelum kami menikah, itu tidak seperti ini — atau sesuatu semacam itu.
Apa mungkin Hiiragi-chan yang malas ini karena dia dalam kondisi yang seperti itu? Aku mencoba mengungkap sifat sejati Hiiragi-chan yang terus menempel denganku.
“A-apa? Apa yang salah?”
Bagaimana caranya untuk bisa mengembalikan dirinya kembali normal? Terapi kejut mungkin bisa memberi efek yang ampuh.
“Aku takkan datang ke tempatmu untuk sementara waktu”
“Eh?”
Ekspresi Hiiragi-chan menjadi kaku ketika dia menjatuhkan kaleng bir yang dipegangnya.
“Kenapa!? Sa-Satu-satunya tempat di mana kita bisa bertemu berduaan hanya di apartemenku saja!”
Betul. Aku benar-benar memahaminya. Ini pada dasarnya sama saja aku menyatakan kalau aku tidak mau menghabiskan waktu dengan Hiiragi-chan selama akhir pekan. Tidak menghabiskan waktu bersamanya di akhir pekan, berarti aku tidak mau menghabiskan waktu di hari kerja. Initnya, sama saja dengan aku takkan menghabiskan waktu dengannya.
“Ini cuma sebentar. Cuma sebentar.”
“Ti-tidak mungkin ~”
Bahkan aku sendiri ingin bertemu dan menghabiskan waktu bersamanya.
“Haruka-san, kau suka memasak dan beres-beres, ‘kan? Apa kau masih menyukainya?”
“Masih, kok.”
Bila dilihat dari keadaan dapur dan kamarnya, kupikir dia belum melakukan itu baru-baru ini. Hari ini, hal pertama yang aku lakukan setelah datang ke apartemen ini, bukanlah ciuman atau semacamnya, melainkan membersihkan kamarnya.
“Kau terlalu malas. Aku paham kalau ibumu merestui kita dan kau merasa  senang akan hal itu, tapi tetap saja.”
“Uuu ~. Apa Seiji-kun merasa tidak senang?”
“Aku senang, tapi bukan berarti kita bisa menikah dengan pasti, tahu?”
“—Ini sudah diputuskan, kita bisa melakukannya. Tolong jangan katakan hal semacam itu.”
Ah, dia ngambek.
Karena aku datang dan pergi dari masa depan, aku tidak bisa merasa lega sama sekali. Tentu saja, Hiiragi-chan mana tahutentang hal itu, jadi bukan berarti aku tidak mengerti perilakunya.
Hiiragi-chan menatapku dengan mata berkaca-kaca. Tatapan matanya itu tidak adil, jadi aku berharap dia segera berhenti menatapku.
“Uuuuuuuuuu ...! A-apa karena ... ka-ka-ka-kamu ti-ti-tidak mencintaiku lagi !? ”
“Perasaanku masih belum hilang, aku masih mencintaimu.”
“Lalu, tidak masalah, ‘kan?”
Dia merentangkan kakinya dan menempel padaku, meminta untuk dimanjakan.
Kuu! Ini! Dia terlalu imut!
Pun pun, aku menggelengkan kepala dan menguatkan tekad. Aku melepas Hiiragi-chan yang terus menempel padaku.
“Sudah diputuskan. Setelah makan siang, aku mau langsung pulang saja.”
Hiiragi-chan, yang tidak bisa menerimanya, terus melompat ke arahku sambil berkata, “Kenapa? Kenapa? ”, aku terus mengabaikannya saat aku memakan mie gelas yang disiapkan Hiiragi-chan untuk makan siang.
Itu benar ... mie gelas ... Aku tidak menolak mie gelas, tapi sebelumnya dia sering memasak makanan yang berbeda. Kesenjangan antara dulu dan sekarang terlalu besar, jadi aku masih tidak mengerti bagaimana aku harus menangani ini.
“Begitu Haruka-san kembali normal, kita bisa mesra-mesraan sebanyak yang kita mau. Sampai saat itu ... “
“Eeeeehhhh ...?”
Saat aku hendak pulang, Hiiragi-chan masih belum bisa menerimanya sambil mulutnya masih cemberut.
Jika sejak awal, dia sudah memiliki sisi yang ini, aku masih akan menerima Hiiragi-chan yang malas ini. Namun, dia bukanlah orang seperti itu. Dia tidak canggung dalam hal itu. Tahu bagaimana sifat dia sebelumnya, mau tidak mau aku dibuat bingung dengan perubahan sifatnya yang mendadak ini.
“Hmmm ... apa aku berpikiran dangkal ...?”
Aku ingin mengatakan kalau bukan itu masalahnya.
“Tidak, tapi tetap saja ...”
Satu minggu. Aku akan mengawasi situasinya selama satu minggu. Aku sudah bilang kepadanya bahwa aku tidak bisa menerima dirinya yang malas saat ini.

vvvv

Lalu, hari minggu berlalu dan sekarang adalah hari Senin. Hiiragi-chan yang jelas-jelas sedang depresi tiba di dalam kelas.
“Sensei, ada apa? Kelihatannya Anda tidak bersemangat sama sekali. ”
“Apa hewan peliharaannya mati?”
“Anda juga tidak terlihat hebat.”
Gadis-gadis datang bertanya kepada Hiiragi-chan, tapi yang dia lakukan hanyalah memberi mereka senyum paksa sebagai balasan. Hanya dengan mengatakan kalau aku takkan bertemu dengannya di akhir pekan, tampaknya telah memberinya kejutan besar.
Bahkan seperti ini, kita bisa bertemu satu sama lain di kelas, dan saat makan siang, kita bisa makan bersama dengan semua di ruangan klub tata boga. Bukan berarti kita tidak bisa bertemu sama sekali.
“Nii-san, Sensei terlihat aneh, ya?”
Sana tampaknya juga merasakan keganjilan ini, ketika dia menanyakan hal itu dalam perjalanan pulang. Aku hanya menjawabnya dengan tanggapan acak.
Bahkan selama panggilan telepon biasa setiap malam, Hiiragi-chan tidak bersemangat.
“Aku hidup hanya untuk akhir pekan ... namun, Seiji-kun bahkan tidak mau datang dan mengunjungiku ...”
Dia merajuk dengan cara yang gampang dimengerti.
Dan kemudian, seperti itulah, hari demi hari melihat Hiiragi-chan yang tidak berenergi terus berlanjut. Selama waktu itu, pada Jumat malam, panggilan telepon datang dari Natsumi-chan.
“Hei, Dorobo-kun! Apa yang sudah kamu lakukan pada Haru-chan? Dia sangat depresi, tau! ”
“Tunggu, tunggu. Dengarkan penjelasanku dulu.”
“Ya, ada apa?”
Aku menjelaskan situasi yang terjadi beberapa minggu setelah meninggalkan kediaman Hiiragi kepada Natsumi-chan yang sepertinya sedang dalam suasana hati yang buruk.
“Haru-chan berperilaku seperti itu? Apa-apaan itu? Aku tidak kenal Haru-chan yang seperti itu ... Itu sama sekali bukan Haru-chan! ... Jadi, begitu keadaanya. ”
Bahkan bagi siscon Natsumi-chan, itu adalah perubahan yang mengejutkan.
“Jadi, kupikir mungkin aku bisa mengejutkannya.”
“Begitu rupanya. Sepertinya itu akan ampuh. Tapi mungkin saking ampuhnya dan berubah menjadi bumerang. ”
“Eh?”
Aku mendengar suara tawa dari ujung telepon.
“Maksudku, coba pikir? Bukankah pernyataanmu terlalu mengerikan kalau kamu tidak mau bertemu dengannya hanya karena dia sedikit malas?”
“Y-yah ... ya ... aku juga sempat memikirkan itu.”
Perilakunya yang malas mungkin tidak bisa diliputi hanya dengan "sedikit" .
“Karena itu, bahkan Haru-chan mungkin akan merasa bosan dengan cinta 100 tahun.”
Suara Natsumi-chan sepertinya sedikit tertawa.
“……”
Ya, sepertinya memang itulah masalahnya. 
Tak kusangka Seiji-kun adalah tipe orang seperti ini !? Aku tidak mau melanjutkan hubungan ini! 
Ada kemungkinan hal itu bakal terjadi. Itu bakal gawat ...!
Saat dalam kebimbangan, hari pun berubah menjadi hari Sabtu saat aku menyadarinya. Selama telpon malam yang tidak pernah kami lewatkan, balasannya agak dingin, apa jangan-jangan ...?
“Su-sudah sekitar seminggu, yah, seharusnya tidak apa-apa ...”
Ya, segala sesuatunya takkan berubah meski aku mau atau tidak. Setelah aku memastikan kalau dia masih belum tidur, aku menuju ke tempat Hiiragi-chan. Ketika aku menekan bel pintu, wajah Hiiragi-chan muncul setelah pintu sedikit terbuka.
“Bukannya kamu bilang ... kalau kamu tidak mau datang?”
“Yah, karena ini sudah seminggu.”
“Lalu, kamu mau masuk?”
Sejak dia membukanya, aku memasuki ruangan sambil sedikit gugup. Tempat Hiiragi-chan kembali ke sebagaimana yang aku tahu.
“Aku terus memikirkannya. Aku pikir kamu teralu jahat, tapi ketika aku mengeluh pada Natsumi, dia bilang, "Ia akan bosan denganmu, tahu?" Dan jadi aku merenungkan tingkahku lagi.”
Hiiragi-chan sedang duduk bersimpuh di atas sofa. 
Itu benar, Natsumi-chan memang berbicara dengan Hiiragi-chan.
“Aku juga diberitahu hal yang sama oleh Natsumi-chan.”
Gadis itu ... dia cuma mencoba mengipasi rasa bahaya kita.
“Kupikir aku mungkin terlalu memaksakan Haruka-san versi idamanku kepadamu, jadi aku merasa bersalah juga...”
“Ti-tidak apa-apa. Aku tidak akan malas lagi! Karena urusan ibuku sudah selesai, aku mulai sedikit malas, dan menjadi sedikit lunak pada diriku sendiri ... ”
“Ti-tidak apa-apa. Di saat-saat seperti itu, aku akan mengerjakan tugas. ”
Pun pun pun, Hiiragi-chan menggelengkan kepalanya.
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa! Aku takkan melakukan hal seperti itu lagi! "
“Tidak apa-apa. Terkadang kau boleh sedikit malas.”
Akhirnya memahami kalau kami merasakan hal yang sama, Hiiragi-chan dan aku tertawa bersama.
“Aku belum merasa cukup dengan Seiji-kun, dan akan mati, tahu?”
Hiiragi-chan membuka tangannya. Dia mendekatiku dan memelukku erat-erat.
“Aku tidak berpikir kalau Haruka-san akan menjadi seperti itu, jadi aku juga benar-benar merasa khawatir.”
“Kalau begitu, kamu seharusnya mengatakan itu lebih cepat.”
Aku mencium Hiiragi-chan yang cemberut. Entah bagaimana itu memalukan.
Kalau dipikir-pikir lagi, Natsumi-chan sekarang pasti sedang tertawa, ‘kan ...? Apa itu karena Hiiragi-chan dan aku memiliki reaksi yang sama?
Aku harus mengucapkan terima kasih padanya nanti.


close

1 Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama