u
Sudut Pandang si Senpai
u
Keesokan harinya.
Benar saja, dia
memanggilku ke stasiun pas siang hari.
“Ah, Senpai! Sebelah
sini!”
Seperti biasa,
pakaiannya yang serasi benar-benar menarik perhatian orang lain. Apa dia tidak
sadar bagaimana pandangan orang-orang di sekelilingnya?
Aku yakin dia pasti
menyadari hal itu. Lebih dari itu, dia bahkan mengabaikannya.
... Itu benar-benar
mustahil bagiku, tapi baginya, kurasa tidak ada yang namanya mustahil.
“Apa aku sudah
membuatmu menunggu lama?”
“Aku menunggu Senpai
sejak pagi, jadi tidak apa-apa.”
“Ha?”
“Aku bercanda,kok. Bahkan
jika itu benar, Senpai mana mungkin datang pagi-pagi jika aku tidak
menghubungimu terlebih dahulu.”
“Haa ...”
Yah, toh itu gaya
hidupku? Aku tidak ingin mengubahnya sama sekali.
Bahkan, meski aku
mencoba mengubahnya, aku terlalu mengantuk di pagi hari. Aku tidak bisa
bangun. Bahkan pada hari biasa, aku perlu mengerahkan seluruh kemauanku
untuk bangun.
“Lebih dari itu, ada
sesuatu yang lebih penting sekarang.”
Kouhai-chan yang berdiri
di depanku menyipitkan matanya, menatapku dengan seksama.
“Ini cocok untukmu,
Senpai. Ngomong-ngomong, malah kacamata yang tidak cocok untukmu.”
Iya. Aku memakai
lensa kontak hari ini, menggunakan hadiah Kouhai-chan. Karena aku tidak
menggunakan jariku, bukan penjepit silikon, aku tidak takut memakainya.
Tapi yah. Seperti
yang sudah kuduga, rasanya bakal sulit untuk mengenakannya di sekolah setiap
hari. Kesulitan untuk memakainya tidak banyak berubah. Masih butuh
sepuluh menit bagiku untuk menaruh masing-masing pada pagi ini.
“Yah, terima kasih.”
“Kalau begitu, ayo
pergi sekarang.”
Kouhai-chan berbalik
(roknya berkibar), dan dia mulai berjalan menuju pintu keluar stasiun.
Atau begitulah yang aku
pikirkan, ketika dia tiba-tiba berhenti.
Dan kemudian, dia
terlihat agak malu, dan bilang…..
“Ngomong-ngomong, kita
harus pergi ke mana, Senpai?”
u Sudut Pandang si Kohai u
Di saat aku hendak
pergi setelah bertemu Senpai, aku baru sadar.
Aku tidak tahu ke
mana tujuan kami hari ini. Aku benar-benarceroboh.
“Ha?”
Senpai juga memasang
wajah seola-olah tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
“Senpai, apa kamu
punya tempat yang ingin dikunjungi?”
“Tidak, kau
tahu. Aku biasanya tak punya tempat yang ingin aku kunjungi di akhir
pekan, dan aku hanya mendekam di rumah saja.”
“Jadi tidak ada, nih?”
Senpai terdiam selama
beberapa detik sebelum membuka mulutnya lagi.
“Jika kau bertanya apa
aku punya atau tidak, aku punya,kok.”
“Hou hou.”
“Tapi, itu bukan
tempat di mana orang bisa pergi berkencan.”
Setelah kata
pengantar itu, Senpai menarik poninya, dan menambahkan.
“Aku ingin memotong
rambutku.”
“Tentu saja itu sudah
cukup panjang, ya.”
Aku tidak tahu
bagaimana standar anak cowok, tetapi rambut Senpai saat ini terlihat agak
terlalu panjang. Poninya sudah mencapai matanya, dan nampaknya menghalangi
pandangannya.
“Kalau begitu, disana――”
Aku berhenti
berbicara. Aku memikirkan sesuatu yang bahkan lebih menarik.
“Nn?”
“Senpai,『 pertanyaan hari ini 』.”
Mana mungkin senpai
pergi ke tempat yang layak, karena senpai adalah senpai.
“Senpai, salon
kecantikan apa yang biasanya kamu kunjungi?”
u
Sudut Pandang si Senpai
u
Hei, Aku ini
cowok, tau.
“Aku tidak pergi ke
tempat-tempat elit semacam itu, dan lagian, aku bahkan tidak pergi ke salon
kecantikan.”
“Ahh…”
“Oi, apa-apaan dengan
eksprsi lega 'seperti yang sudah aku duga'!”
“Tidak, bukan apa-apa.”
“Aku sering pergi ke
potongan 1.000 yen.”
(TN : "Potongan 1000 Yen" adalah istilah yang biasa
digunakan untuk menggambarkan tempat pangkas rambut di mana kalian bisa
membayar seribu yen untuk potongan rambut yang cuma memakan waktu sepuluh
menit. Karena kecepatan dan teknik yang luar biasa di tempat pangkas
rambut ini, mereka sangat populer di Jepang)
Itu pemikiran yang
bodoh saat kau berpikir bagaimana memotong rambut akan membutuhkan jumlah uang
yang setara dengan harga membeli Light Novel yang agak mahal dari
biasanya. Yah, itu juga sudah termasuk harga untuk biaya jasa, jadi mau
bagaimana lagi.
Tapi salon kecantikan
pasti lebih mahal, ‘kan? Aku Ogah pergi ke sana.
“Begitu ya. Aku
mengerti.”
“Sampai kau bertanya
begitu, kemana kita akan pergi sekarang? Itu 『pertanyaan hari ini』dariku.”
“Haa ...”
Ketika aku berpikir
Kouhai-chan sedang menghela napas, dia tiba-tiba mengalihkan perhatiannya ke
jalan.
“Senpai, tolong ikuti aku. Aku
akan memberitahumu segera.”
Jika dia mengatakannya
seperti itu, aku tidak punya hak menolak.
Tidak, jika dia bertingkah
tidak masuk akal, tentu saja aku bisa menolaknya, tapi sungguh menyusahkan
untuk melakukannya.
Kami berjalan
sebentar dan memasuki suatu gedung, lalu naik lift yang bergoyang. Aku
bisa mencium aroma sampo Kouhai-chan dari suatu tempat.
Saat dia membuka
pintu, seperti yang kuharapkan, di sana ada salon kecantikan.
“Umm ...”
“Aku yang akan membayarnya.”
Bukan itu masalahnya. Maksudku,
ini masalah perasaan dan kepercayaanku.
Tidak perlu
menghabiskan banyak uang untuk fashion, atau untuk terlihat modis. Karena aku
hidup dengan kepercayaan ini, hanya dengan memasuki tempat seperti ini saja
sudah membuatku kehilangan arah
Tanpa peduli
bagaimana aku terpana, Kouhai-chan terus memasuki ruangan.
Koreksi. Dia
peduli.
Kouhai-chan menarik
tanganku, dan membuka pintu.
“Oh? Maharu-chan,
selamat datang. Bukannya kau baru saja potong rambut? Apa yang terjadi?”
Si Resepsionis adalah
orang yang berbicara agak lenjeh. Sejujurnya, aku tidak begitu
menyukainya.
“Ini bukan untukku,
tapi orang ini.”
Kouhai-chan tiba-tiba
menarik tanganku yang saat ini dipegangnya, dan mendorongku ke depan.
“Oh? Pacarmu? Jadi
akhirnya musim semi tiba juga untuk Maharu-chan?”
Untuk beberapa
alasan, aku tidak bisa menyuarakan penolakanku.
“Aku akan pulang
sekarang, oke?”
“Maaf maaf.”
Usai bilang begitu,
pria mencolok itu berbalik ke arahku. Melihat bagaimana dirinya memiliki
gunting di pinggangnya, mungkin orang ini adalah seorang ahli kecantikan. Hah? Atau
seorang penata rambut? Tukang cukur? Yah, yang mana saja tak masalah.
“Sekarang. Senang
bertemu denganmu. Namaku Hatano, ahli kecantikan yang bertanggung jawab atas
Maharu-chan.”
“Senang bertemu
denganmu. Namaku Iguchi.”
“Iguchi-kun,
eh. Senang bertemu denganmu juga. Lalu, apa yang akan kau punya hari
ini?”
Ia pasti bertanya
tentang apa yang ingin aku lakukan di sini hari ini, tapi sayangnya, aku tidak
punya pengalaman di tempat semacam ini, jadi aku tidak tahu bagaimana aku harus
membalasnya.
Ketika aku sedang
berpikir, Kouhai-chan yang menjawab untukku.
“Tolong buat Ia
terlihat baik, ubah pria yang membosankan ini menjadi seseorang yang lebih tampan.”
“Apa-apaan dengan
memanggilku membosankan, bukannya itu terlalu kasar?”
“Aku hanya mengatakan
yang sebenarnya.”
Yah, itu mungkin
benar. Orang-orang yang “tidak
berusaha untuk dandan” akan terlihat membosankan dari perspektif mereka
yang peduli.
“Baiklah, oke. Serahkan
saja pada kakak ini.”
Ia menepak pundakku
dan menuntunku ke kursi.
“Ngomong-ngomong, apa
diwarna tak masalah?”
Untuk sesaat, kupikir
Ia bertanya apakah kerah bajuku boleh-boleh saja kena kotor. Tapi
sepertinya bukan itu masalahnya.
“Tolong biarkan tetap hitam.”
Bagaimanapun, aku ini
ketua OSIS.
Warna rambut asli dan
rambut cokelat saat ini telah menjadi topik yang cukup panas.
Tapi bagaimanapun
juga, rasanya agak, kau tahu sendiri ‘kan? Jika kita berbicara tentang 「murid teladan」, selalu ada gambaran
memiliki rambut hitam. Aku tidak ingin menentang itu.
“Ya ya. Lalu, aku
akan mulai.”
u Sudut Pandang si Kohai u
Butuh sekitar tiga
puluh menit untuk selesai.
Senpai yang sudah selesai
keramas kembali ke sisiku.
“Ya. Itu
terlihat bagus.”
Ia tidak mewarnai
rambutnya seperti yang aku kira, tetapi rambutnya yang tadinya nampak besar
menjadi lebih bersih, membuat kesannya sedikit berubah.
“Hanya itu pendapatmu?”
“Hatano-san, terima
kasih banyak.”
Setelah berterima
kasih padanya, kami keluar dari toko.
“Senpai, bagaimana?”
“Aku merasa tidak ada
yang berubah sama sekali.”
Rambut Senpai
dikeraskan dengan wax oleh
Hatano-san, dan juga ditata olehnya. Aku merasa terlihat lebih Senpai
keren, walau hanya dari leher sampai ke atas.
Bila melihat ke
bawah, gaya pakaiannya tidak bagus. Ia benar-benar memilih yang paling
aman dari yang aman, ya.
“Hhmmm, apa
selanjutnya kita harus mencari pakaian yang lebih baik?”
Gumaman kecilku
tumpang tindih dengan suara mobil di jalan.
Apa itu terdengar ke
telinga orang yang berjalan di sampingku, aku tidak punya cara untuk mengetahui
hal itu.
Hal yang kuketahui
tentang Senpai-ku, nomor ㊸
Sepertinya dia selalu
memotong rambutnya dengan potongan 1.000 yen.