Chapter 4
Sejak pagi tadi, pada hari terakhir
semester pertama suasananya entah kenapa terasa agak aneh.
“Ah, lihat tuh…”
“Hee, mukanya kelihatan sangat
polos, tapi lumayan lah, ya…”
Begitu aku tiba di sekolah,
teman sekelas yang belum pernah aku ajak bicara sebelumnya melirik ke arahku
sambil berbisik.
Apa
ini tentang Shirakawa-san? Tapi, sudah cukup lama sejak kami mengumumkan
hubungan kita, jadi sekarang ada masalah apa lagi?
Saat aku memasuki kelas dan
hendak menuju ke tempat dudukku, Ichi yang sedang duduk di kursinya melihatku
dan ekspresinya berubah.
“Kashi !!”
Ia dengan cepat berdiri dan
menghampiriku, mengayunkan tubuh besarnya.
“Pagi, Ichi…”
“Apa yang sudah kamu perbuat,
hah!?!”
“Eh?”
“Pokoknya, cepet ke sini!!”
Setelah membawaku keluar dari ruang
kelas dan tiba di sudut koridor, aku melihat wajah temanku, bahkan tanpa
memahami apapun.
“A-Ada apa, Ichi?”
“Kamu juga, ada apa denganmu !?
Kashi, apa kamu selingkuh dengan Kurose-san!?! ”
“Eeh… !?”
Aku dibuat terkejut.
Tentu
saja, aku tidak… berpikir untuk berselingkuh. Namun…
“Siapa yang memberitahumu?”
“Semuanya sudah tahu! Semua
orang membicarakannya sejak aku datang ke sekolah. Bahkan aku diajak bicara
oleh cowok-cowok riajuu dan ditanya 'apa
ini asli?' ”
“Kenapa mereka…”
“Kamu kepikiran sesuatu di
kepalamu, ‘kan?”
Ditatap oleh mata sipit Ichi,
aku akhirnya tanpa sadar mengalihkan tatapanku.
“Tidak, aku tidak selingkuh,
tapi…”
Memang
benar kalau aku bertemu Kurose-san secara pribadi dalam jangka waktu dua hari.
Jika beberapa bagiannya dipotong dan disalahpahami maka… Tapi, emangnya ada
bukti tidak langsung yang membuat mereka menyimpulkan "Ia selingkuh"?
Mungkin…
“Ah, Hei! Tunggu, Kashi! ”
Tanpa mengindahkan suara Ichi
yang memanggilku, aku kembali ke ruang kelas.
“Hei, apa kamu ngwee dengannya
!? Apa kamu juga ngwee dengan gadis cantik sepertinya saat kamu memiliki
seseorang seperti Shirakawa-san!?!? Sial!! Dasar bajingan-suram-palsu !!! ”
Saat aku memasuki ruang kelas
sementara Ichi yang kesal menginjak-nginjak lantai dan bergema dari koridor,
tatapan teman sekelasku dengan cepat terfokus padaku lalu menghilang.
Shirakawa-san masih belum bisa
ditemukan di ruang kelas.
Aku menuju ke tempat dudukku
dan meletakkan tasku di sana.
“Kurose-san, apa kamu punya
waktu sebentar?”
Aku memanggilnya yang beada di
kursi di sebelahku.
Bahu Kurose-san tersentak dan
menengok ke arahku. Keadaannya tampak siap untuk diajak bicara .
“…Tentu”
Wajahnya ketika dia menjawabku
tampak sangat sedih.
Kami pergi ke ruang kelas
kosong terdekat.
Begitu aku menutup pintu,
Kurose-san membuka mulutnya.
“Itu bukan aku”
Kurose-san masih memasang wajah
depresi. Aku bisa melihat area di sekitar matanya tampak agak bengkak,
seolah-olah dia baru saja menangis kemarin hingga larut malam.
“Tapi kenapa…”
“Ini hanya hal kedua, balas
dendamku pada Runa. Aku hanya .. ingin dicintai oleh Kashima-kun… ”
Seolah-olah meratapi,
Kurose-san mengucapkan kata-kata tersebut.
“Meski harapanku tidak menjadi
kenyataan, aku takkan melakukan hal yang tak berguna… seperti menyebarkan
rumor. Bahkan aku punya harga diriku sendiri.”
Dilihat
dari keadaannya, kurasa dia tidak berbohong.
“… Begitu, maafkan aku karena
sudah mencurigaimu.”
Saat aku meminta maaf,
Kurose-san membuat senyum tak berdaya.
“Aku juga, maafkan aku karena
telah mendorongmu. Dan aku juga akan memblokir LINE-mu, oke”
"…Ya…"
Pada
akhirnya, aku merasa tidak ada pilihan selain menjadi seperti ini.
“Baiklah ... ayo pergi”
Saat itulah, ketika aku hendak
meletakkan tanganku di pintu untuk kembali ke kelas.
“Hei, Kashima-kun”
Aku dipanggil untuk berhenti.
Ketika aku melihat ke belakang, aku menemukan Kurose-san sedang tersenyum
padaku. Ini berbeda dari beberapa saat yang lalu. Wajahnya itu, meski tampak
putus asa, ada sedikit semburat kegembiraan.
“Dulu, jika aku membalas OK
saat Kashima-kun menembakku ... Saat ini, aku ingin tahu apakah orang yang
berdiri di samping Kashima-kun adalah aku, dan bukan Luna”
Kurose-san…
Saat aku tetap diam tanpa
menjawab sama sekali, sekali lagi, senyum Kurose-san berubah menjadi gelap.
“…Cuma bercanda. Percuma saja
memikirkan hal itu, iya kan”
Lalu…
“Ayo kembali ke kelas”
“Ya”
Aku membalas begitu dan kali
ini, aku membuka pintu.
Saat itulah sesuatu terjadi.
“Kyaaa !!”
Seseorang di depanku berteriak,
dan pang !, ada sesuatu yang jatuh
mengenai kakiku.
Ternyata itu adalah smartphone bercasing yang aku kenal dengan baik,
jadi aku segera melihat ke atas untuk melihat pemiliknya.
Orang yang ada di sana adalah
Shirakawa-san.
Dan di belakangnya, aku juga
melihat Yamana-san berdiri dengan ekspresi yang terlihat seperti topeng hannya.
“Ryuuto…”
Dengan ekspresi tidak percaya,
Shirakawa-san sedikit menggelengkan kepalanya.
“Dulu… gadis yang Ryuuto tembak
dan ditolak adalah… Maria?”
Ah.
Aku
ditanya.
Tentang
hal yang belum kuberitahukan pada Shirakawa-san…
“Kenapa… kenapa kamu tidak
memberitahuku…?”
“Maaf, tadi itu ...”
“Kenapa kamu meminta maaf
segala?”
Dengan ekspresi tersakiti,
suara Shirakawa-san gemetar.
“Apa kamu .. melakukan sesuatu
yang perlu membuatmu meminta maaf…?”
“Tidak, yang ini berbeda, itu…”
“Aku tidak ingin mendengarnya
!!”
Mendengar teriakan
Shirakawa-san untuk pertama kalinya, tubuhku membeku dan tidak bisa bergerak.
Shirakawa-san menatapku dengan
tatapan seakan telah dikhianati, dan kilatan mulai muncul dari mata itu.
“Mengapa? Ryuuto… Aku benci ini,
aku tidak bisa… menerimanya ”
Setelah mengatakan itu,
Shirakawa-san berbalik.
“Shirakawa-san !!”
Tanpa menanggapi suaraku, dia
berlari menyusuri koridor.
Aku
harus mengejarnya!
Namun, sebelum melakukannya,
aku mencoba mengambil smartphone Shirakawa-san yang terjatuh di depanku. Dan
saat aku hendak mengambilnya, tanganku yang terulur berhenti karena terkejut.
Ada fotoku dan Kurose-san sedang
berpelukan ditampilkan di layar yang retak seperti jaring laba-laba. Aku pikir layarnya mungkin retak karena
benturan saat terjatuh.
“….”
Ini
foto kemarin di taman. Sudut foto ini sepertinya diambil secara diagonal dari
belakangku. Jika seperti ini, kamu bahkan tidak akan tahu bahwa Kurose-san
menangis, atau bahwa tanganku tidak merangkul tubuhnya.
Saat kembali tersadar, aku
mencoba mengambil smartphone lagi. Namun, itu diambil sebelum aku seolah-olah smartphone
itu direnggut tepat di depan mataku.
Orang yang mengambilnya adalah
Yamana-san. Yamana-san memelototiku dengan ekspresi marah, memindahkan telepon
ke tangan kirinya, dan melakukan ayunan besar dengan tangan kanannya.
“COWOK BRENGSEKKK!!!!”
Bersamaan dengan suara plakk, rasa sakit yang pedih menjalar
di pipiku.
Wajahku menoleh ke samping
secara spontan dan aku mengerti bahwa aku telah ditampar.
“… .Dasar cowok keparat…”
Yamana-san menatapku sekilas,
lalu berlari mengejar Shirakawa-san.
“…Apa kamu baik-baik saja?
Kashima-kun? ”
Aku menoleh ke belakang saat
namaku dipanggil dan melihat Kurose-san memandangku dengan tatapan khawatir.
“Ya…”
“Kalau begitu aku akan pergi. Kamu
tidak ingin ada lagi kesalahpahaman, bukan?”
Kurose-san kemudian menyelinap
melewati sisiku dan meninggalkan ruang kelas kosong.
Setelah ditinggal sendirian,
aku segera berlari menyusuri koridor. Bahkan jika aku mengejarnya, aku bahkan
tidak dapat menemukan sosok Shirakawa-san di manapun.
Untuk saat ini, aku kembali ke
ruang kelas untuk memeriksa, tetapi baik Shirakawa-san maupun Yamana-san,
mereka tidak ada di sana.
Karena merasakan kesemutan di
pipiku, aku menyentuhnya, lalu melihat lapisan tipis darah di ujung jariku. Itu pasti tergores oleh kuku panjang
Yamana-san.
Mengapa
malah jadi seperti ini… Di mana salahnya, dan apa yang seharusnya aku lakukan?
Selama upacara akhir semester,
cuma itu satu-satunya hal yang terus aku pikirkan.
Dari percakapan antara teman
sekelasku, aku telah mengkonfirmasi bahwa foto yang ditampilkan di smartphone
Shirakawa-san diambil oleh seseorang dari kelas lain di angkatan yang sama.
Tampaknya siswa itu berasal dari sekolah SMP yang berbeda di K-City, dan
kemarin, ketika siswa itu berada di taman lokal dengan teman-teman dari SMP
yang sama, siswa itu melihatku dan Kurose-san dari kejauhan dan mengambil foto
kami. Rupanya, sejak murid itu mengetahui hubunganku dengan Shirakawa-san,
menganggapnya sebagai bahan gosip, murid itu segera mengirimkannya ke
teman-temannya dan alhasil, berita tersebut menyebar ke seluruh kelas dalam
sekejap.
Dan ada pengaruh dari foto itu.
Bahkan tanpa mengetahui hubungan seperti apa yang aku miliki dengan Kurose-san
atau percakapan seperti apa yang kami lakukan yang mengarah ke situasi itu, aku
bisa membayangkan bahwa orang lain akan berpikir kalau aku sedang berselingkuh
jika cuma melihat foto itu.
Shirakawa-san
pasti merasa tersakiti. Ketika pemikiran tersebut muncul di benakku,
aku merasa bersalah.
Aku
harus segera menjelaskannya, dan meluruskan kesalahpahaman ini.
Walau begitu, ada benarnya juga aku tidak memberitahunya
bahwa orang yang aku sukai saat SMP dulu adalah Kurose-san. Aku tidak bermaksud
merahasiakannya, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa aku tidak memberitahunya.
Ya,
itu benar… Aku seharusnya memberitahunya hal itu. Pada hari ketika Kurose-san
dipindahkan ke sekolah kami.
Tapi,
kami akhirnya duduk bersebelahan secara kebetulan, dan aku memiliki banyak
kesempatan untuk berbicara dengannya, juga, karena tugas kelas dan yang lainnya
... Jadi aku secara tidak sadar berpikir untuk tidak ingin membuat Shirakawa-san
khawatir, dan pasa akhirnya tidak memberitahunya. Jika dipikir-pikir lagi, itulah
yang menyebabkan situasi ini.
Jika
ini hanya foto, Shirakawa-san mungkin masih mendengarkanku. Tapi, karena aku
menyembunyikan masa laluku dengan Kurose-san… Dia pasti berpikir bahwa mungkin
ada lebih banyak rahasia lagi yang kusembunyikan.
Termasuk
bertemu dengan Kurose-san di tempat umum, semua tindakanku sendiri yang aku
pertimbangkan untuk Shirakawa-san, semuanya berakhir menjadi bumerang.
Aku
ingin berbicara dengannya secepat mungkin. Meski aku tidak berselingkuh atau
sejenisnya, aku ingin meminta maaf padanya karena tidak memberitahu tentang
Kurose-san.
Terlepas dari perasaanku,
Shirakawa-san masih belum kembali.
Akhirnya, upacara akhir
semester berakhir. Dan bahkan setelah pulang sekolah, Shirakawa-san tidak kembali.
◇◇◇◇
Liburan musim panas kelabu
telah dimulai.
Keesokan harinya, aku
menghadiri kursus singkat musim panas di tempat les. Tempat ini adalah tempat
les yang ingin aku ikuti saat aku menjadi murid kelas 3 SMA, dan karena aku
juga ingin melakukan uji coba, aku meminta orang tuaku untuk mengizinkanku
menghadiri kursus mata pelajaran utama selama dua minggu.
Aku sudah mendaftarnya saat
bulan Mei lalu, dan bukan berarti aku menyangka hal seperti itu akan terjadi
dengan Shirakawa-san ... Pertama-tama, ini adalah rencana yang diputuskan pada
saat aku bahkan tidak bisa membayangkan kalau aku akan berpacaran dengan
seorang gadis, jadi aku tidak punya pilihan selain menghadirinya.
Namun, sayangnya, konten
berharga dari pelajaran itu, bahkan tidak setengahnya memasuki kepalaku. Untuk
saat ini, aku hanya akan menyalin apa yang tertulis di papan tulis ke buku
catatanku sambil memikirkan Shirakawa-san.
Kemarin, Shirakawa-san
menghilang entah kemana bersama Yamana-san sambil meninggalkan tasnya di kelas,
dan mereka pasti bersama-sama. Karena aku ingin berbicara dengannya, aku
menunggu di kelas untuk beberapa saat bahkan setelah semua orang pergi, tapi
karena tidak ada tanda-tanda dia akan kembali, aku meninggalkan sekolah untuk
mencari Shirakawa-san.
Dan setelah itu, aku menunggu
di sekitar rumah Shirakawa-san sampai dia pulang. Mengingat jika aku menunggu
di tempat yang sama akan membuat tetangganya curiga, aku menunggu sampai hari
gelap sambil mondar-mandir di jalan, atau mengitari lingkungan rumah. Sekitar
jam 8 malam, aku melihat seorang pria berusia empat puluhan dengan wajah tampan
memasuki rumah Shirakawa-san. Dia mungkin ayah Shirakawa-san, dan aku merasa
matanya mirip mata Kurose-san. Dan bahkan setelah jam 9 malam, Shirakawa-san
tidak kembali, jadi aku menyerah dan pulang ke rumah. Kupikir aku mungkin akan
melewatkan kepulangannya, tapi jendela kamar Shirakawa-san di lantai dua tetap
gelap sampai akhir.
Bahkan di LINE, tidak peduli seberapa
banyak pesan yang aku kirim, dia sama sekali tidak membacanya. Dan ketika aku
mencoba meneleponnya, cuma nada dering saja yang bisa aku dengar.
Untuk berjaga-jaga, aku juga
mencoba mengirim pesan ke Yamana-san, tapi dia tidak pernah membacanya juga.
Ini adalah pertama kalinya kami
tidak berhubungan selama ini sejak kami mulai berpacaran. Aku bahkan mulai mengkhawatirkan
keadaannya, tapi karena Yamana-san bersamanya, dia seharusnya tidak berada
dalam bahaya apa pun.
Untuk kursus singkat, ada kelas
tiga jam di pagi hari, dan satu jam lagi di sore hari. Dan ini akan berlangsung
tanpa henti selama dua minggu.
Setelah pelajaran selesai, aku
mengerjakan PR-ku di ruang belajar. Dan saat aku meninggalkan tempat, di luar
sudah gelap. Di tengah perjalanan pulang menggunakan kereta, aku turun di
Stasiun A, dan pergi ke rumah Shirakawa-san. Setelah memastikan bahwa tidak ada
cahaya yang datang dari kamar Shirakawa-san, aku kembali ke stasiun dengan bahu
terkulai.
Aku terus hidup seperti ini
setiap hari selama lebih dari sepuluh hari.
Dan kemudian, pada sore hari
pada hari terakhir kursus singkat musim panas.
Saat itulah aku mulai lelah,
sambil perlahan-lahan menyeruput kopi kaleng di atas meja untuk melawan rasa
kantuk setelah makan siang, dan menyalin apa yang ada di papan tulis ke catatanku
di auto-pilot.
Ponsel yang bergetar di dalam
kantong sedikit mengejutkanku. Aku sudah
seperti ini selama dua minggu terakhir. Yah, seringkali itu cuma pemberitahuan
dari aplikasi, sih…
Sambil memikirkan apa aku masih
memiliki aplikasi, yang notifikasi aplikasinya belum aku matikan, aku
mengeluarkan ponselku. Dan kemudian, mataku terbuka lebar karena terkejut.
Apa yang ditampilkan adalah
pesan LINE dari Ichi.
________________________________________
Ijichi Yuusuke : Hei, pacarmu
selingkuh!
Kamu telah menerima gambar
________________________________________
“…. !!!”
Apa maksudnya ini?
Sepertinya aku telah menerima
gambar, jadi aku membuka kunci ponselku dan membuka aplikasi LINE. Lalu, hal
yang aku lihat di gambar itu ialah...
Tanpa
diragukan lagi kalau dia adalah Shirakawa-san.
Shirakawa-san memakai baju
renang. Dia tersenyum bahagia, dan meraih lengan orang di sebelahnya. Orang itu ...
Orang yang di sebelahnya adalah
pria tampan dengan kulit seperti gandum segar. Dan pria dewasa jangkung yang
mengenakan kemeja bermotif daun yang cocok untuknya, Ia memandang Shirakawa-san
dan tersenyum penuh ceria.
“Mana mungkin…”
Aku tanpa sadar bergumam, dan
murid yang duduk di sebelahku menatapku sekilas.
________________________________________
Ryuuto : Kapan foto ini
diambil?
Ijichi Yuusuke : Sekarang! Baru
saja diambil!
Ryuuto : Ini di mana?
Ijichi Yuusuke : Chiba! Di
sebuah pantai daerah Sotobou
________________________________________
“Chiba…?”
Kenapa
dia disana?
Apa
yang Shirakawa-san lakukan dengan pria itu?
Ada segudang pertanyaan yang
ingin kutanyakan, tapi aku sangat kebingungab sampai-sampai tidak tahu harus
mulai dari mana.
Sementara itu, jam les terus
berlanjut.
Waktu menunjukkan pukul
setengah dua, dan waktu yang tersisa masih ada dua jam lagi. Namun, sekarang
bukan waktunya untuk itu.
Aku meneguk kopi kaleng sampai
habis, mengumpulkan barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tasku, lalu
kemudian berdiri.
Pengajar les yang ada di peron
melirikku saat aku meninggalkan kelas, tetapi Ia tidak mengatakan apa-apa.
Mungkin karena ini adalah ruang kelas yang besar dengan kapasitas lebih dari
seratus orang.
Ketika aku meninggalkan gedung
les, aku segera menelepon Ichi.
“Halo? Ichi? ”
“Kashi? Lah, bukannya kamu sedang ada les? ”
“Apa kamu berbicara dengan
Shirakawa-san?”
“Ti-Tidak. Kita baru saja
melihat mereka, dan dia tidak tahu kalau kami ada di sini.”
“Kami?”
Saat aku bertanya.
“Aku juga hadirrrr !!”
Aku mendengar suara Nishi dari
sisi lain telepon.
“Kalian, apa yang kalian
lakukan di tempat seperti itu?”
“Bukannya
itu sudah jelas, kita akan berenang di laut lah, terus ngapain lagi?”
“Tempat-tempat
seperti Shounan menakutkan jadi kami datang ke Bousou!” Suara Nishi menimpali
“Jika
itu Chiba, aku merasa kita bahkan akan diterima !!”
“Jadi, Shirakawa-san ada di
mana?”
Bagaimanapun,
aku tidak bisa berhenti memikirkannya.
“Ya,
dia masih di sini. Lagi mesra-mesraan dengan pria tampan di warung pantai”
“…”
“…
Apa mungkin .. kalian berdua sudah putus?”
“Eh…”
Mendengar suara Ichi yang
sedikit takut bertanya, dadaku terasa sakit.
“… Tidak, kita tidak akan putus,”
Setidaknya,
aku tidak punya niatan untuk itu.
Tapi.
Tapi,
jika hal seperti itu terjadi dan aku bahkan belum bisa menghubunginya dalam dua
minggu… Mungkin, Shirakawa-san lah yang ingin…
Ketika pemikiran seperti itu
muncul di benakku, aku tidak dapat menahan diri.
“Aku akan ke sana sekarang,
jadi beritahu aku nama tempatnya”
“Eeh !? kamu serius, Kashi !?
Bagaimana dengan lesmu !? ”
Meski diperingati begitu oleh
Ichi, aku tidak bisa menghentikan kakiku untuk pergi ke stasiun.
◇◇◇◇
Dua jam kemudian, aku tiba di
stasiun yang diceritakan Ichi. Aku baru saja ke Area Teluk Chiba, jadi aku
terkejut karena suasananya lebih asri dari yang kukira.
Saat aku menuju ke pantai, aku
mendapat pesan dari grup LINE.
________________________________________
Anak-anak Tim KEN (3)
Ijichi Yuusuke : Maaf, sengatan
matahari terlalu menyakitkan jadi aku pulang duluan…Bahkan kulitku terasa perih
Nishina Ren : Aku juga sama …
Shirakawa-san berada di warung pantai bernama "LUNA MARINE", kay
________________________________________
“Luna, Marine…?”
Aku
merasakan sesuatu yang fatalistik, dan memiliki firasat buruk tentang ini.
Tidak lama setelah berjalan
dari stasiun, aku melihat area pantai yang mereka ceritakan. Sekarang sudah
hampir jam 4 sore, jadi orang-orang yang sedang dalam perjalanan kembali dari
pantai berpasir sudah terlihat. Mungkin karena itulah, tidak ada banyak
keramaian jika dibandingkan dengan Enoshima.
Pantai berpasir sangat luas nan
membentang jauh, serta pantai yang memberikan rasa kebebasan. Aku merasa
seperti sedang salah tempat karena memakai celana panjang dan sepatu kets-ku,
yang disebut busana kota lengkap. Dan tasku dengan buku les yang berat.
Aku berjalan santai menyusuri
sepanjang pantai berpasir mencoba untuk tidak membiarkan pasir memasuki
sepatuku sambil melihat beberapa warung pantai yang berjejer di sepanjang
pinggir jalan.
“LUNA MARINE” adalah warung
pantai terakhir yang terletak di ujung pantai berpasir.
Saat itulah, ketika aku berdiri
diam di antara warung pantai yang di sebelahnya, dan tidak dapat mengumpulkan
keberanian untuk segera mendekatinya.
Aku melihat seseorang keluar
dari pintu belakang, dan mataku terbelalak karena terkejut.
“Hei, apa aku boleh bermain di
laut sebentar?”
Tangan
dan kaki ramping, rambut berwarna terang yang diikat, bikini familiar yang menghiasi
belahan dada yang montok… dan suara ceria itu…
Tidak salah lagi, itu adalah
Shirakawa-san.
Dalam dua minggu terakhir, aku
ingin bertemu dan berbicara dengannya.
Karena tidak bisa
menghubunginya, aku bahkan mengkhawatirkan kesehatannya.
Dan
dia .. tepat berada di depanku.
“Shirakawa-sa…”
Ketika aku secara tidak sadar
mencoba mendekatinya, pintu belakang terbuka lagi.
“Tentu ~, Luna”
Orang yang keluar adalah pria tampan
di foto yang diambil Ichi.
Meski Ia terlihat muda,
wajahnya tidak menunjukkan sifat kekanak-kanakan dan dia mungkin berusia tiga
puluhan. Rambutnya yang diwarnai terang dengan gaya rambut poni yang dikeriting
memberikan kesan mencolok. Badannya tinggi, dan aku iri pada lengan dan kakinya
yang berotot itu, yang mana menunjukkan fisiknya yang kurus tapi berotot bahkan
ketika dia mengenakan pakaian.
Dari bagian atas sampai ke
bawah, segala sesuatu tentang dirinya sangat berbeda dariku.
Saat melihat pria itu, mata
Shirakawa-san berbinar.
“Apa Mao-kun juga mau ikutan?”
Ujarnya demikian sembari meraih
lengan pria itu.
“Ayo, Ayo pergi!”
“Tidak, aku tidak bisa.
Sekarang masih jam kerja”
“Eeh, enggak masalah ‘kan!
Lagian enggak ada pengunjung, tahu? ”
Melihat Shirakawa-san meraih
lengan pria itu dan membuat suara manja, beban seperti batu menumpuk di hatiku.
“Enggak masalah ‘kan! Ayolah!”
“Sekali enggak tetap enggak~,
Sana, bermain dengan Nikoru-chan dulu ”
Apa
yang Ia katakan ?, dan kemudian ada sosok lain datang dari pantai
berpasir.
“Kalau begitu ayo pergi, Luna!
Dan jangan terlalu merepotkan Mao-kun "
Yang membuatku terkejut,
Yamana-san bilang begitu sambil tersenyum. Dia mengenakan bikini tipe tube hitam yang cocok dengan tubuh
langsing dan kulit cokelatnya.
“Aku sudah memikirkan ini
beberapa lama, tapi kamu, kamu benar-benar menyukai Mao-kun”
Bahkan setelah diberitahu
dengan putus asa, Shirakawa-san tersenyum bahagia.
“Maksudku, kita hanya bertemu
sesekali. Mao-kun, juga, kamu selalu pergi ke suatu tempat dengan cepat”
Shirakawa-san, yang mengerutkan
bibirnya saat mengatakan ini, terlihat seperti gadis cantik yang sedang jatuh cinta
tidak peduli bagaimana aku melihatnya.
“Di suatu tempat… mau bagaimana
lagi, aku punya pekerjaan.”
Pria bernama “Mao-kun” cuma bisa
tersenyum masam kepada mereka berdua.
Jika orang luar melihat ini, pemandangan
ini cuma pemandangan yang menyenangkan dari seorang pria dan wanita di pantai,
tetapi bagiku, seluruh pemandangan tampak seperti aku berada dalam mimpi buruk.
Dan sekarang, demi bisa
memahami situasi yang telah aku lihat dan dengar.
Sudah
sedari dulu, Shirakawa-san memiliki pacar asli. Dan dia adalah
"Mao-kun". Namun, karena mereka tidak dapat sering bertemu karena
pekerjaannya, Shirakawa-san mencari pacar lain… dan mulai berpacaran denganku.
Aku tidak bisa memikirkan kemungkinan lain selain ini.
Dan
kemudian, Yamana-san juga mengetahui hal ini.
Tapi…
──Apa kamu bisa berjanji padaku
bahwa kamu takkan melakukan apa pun yang akan membuat Luna khawatir?
Dia
sampai mengatakan hal seperti itu padaku…
Dia
juga terlibat di dalamnya. Dia tahu segalanya. Dia hanya mengolok-olokku.
Ini
sudah keterlaluan…
Apa
.. orang suram sepertiku tidak memiliki kemampuan untuk berpacaran dengan
Shirakawa-san…?
Jadi
pria yang disukai Shirakawa-san adalah .. orang dewasa yang tampan, ya…
Sampai
sekarang, setiap kali aku hampir membayangkan tentang mantan pacar
Shirakawa-san, aku harus mengeluarkannya dari kepalaku untuk menghindari terlalu
memikirkannya. Namun, jika adegan kejam tersebut terjadi tepat di depan mataku,
aku tidak punya pilihan selain menerimanya sebagai kenyataan.
Aku
benar-benar .. terlalu ngelunjak. Aku tidak mempercayai itu .. Kupikir pria
sepertiku bisa menjadi pacar sejati dengan gadis seperti Shirakawa-san.
Tapi
aku .. sangat mencintai Shirakawa-san .. Aku masih mencintainya, bahkan sampai
sekarang.
Saat
ini, dia sedang bermesraan dengan pria lain tepat di hadapan mataku.
Menerima
kenyataan ini sangat menyakitkan. Rasanya menyakitkan seakan-akan hatiku
tersayat-sayat.
Matahari pertengahan musim
panas menyengat tanpa ampun, kepalaku mulai pening, dan aku bahkan merasa mual.
──Aku .. menyukai bagian itu
tentang Ryuuto.
Apa
perkataan dan senyuman itu, semuanya adalah bohong?
Semuanya
yang dia lakukan bersamaku .. semua itu cuma bermain-main, ya ...
Dan kemudian, saat aku sedang
linglung karena terlalu banyak menerima keterkejutan dan putus asa.
“Kubilang aku tidak bisa ~! Dan
lihat, kita mendapat pengunjung”
Usai ,engatakan itu pada
Shirakawa-san, "Mao-kun" tiba-tiba menatapku.
“Selamat datang! Apa kamu akan
memasuki laut sekarang? ”
“….!?”
Ketika aku dipanggil dengan
suara ramah, aku tertegun.
Bersamaan dengan itu,
Shirakawa-san dan Yamana-san juga menoleh ke arahku…
“Eeeh !?”
“Huuh !?”
Mereka berdua sangat terkejut,
seolah-olah melihat sesuatu yang tidak dapat dipercaya.
“Ryuuto… !?”
Melihat keadaan kami bertiga,
wajah bingung "Mao-kun" akhirnya berubah menjadi orang yang penuh
pengertian.
“Aah… Apa mungkin, Ia pacar
yang Luna bicarakan?”
Mungkin karena ketenangannya
sebagai pacar asli, pria itu bahkan tersenyum saat berbicara, da aku memelototinya
dalam diam.
“….”
Sungguh
pria yang tak kenal takut ... Ia berbeda dariku, dan aku tak percaya kalau Ia
bisa terus berkencan dengan Shirakawa-san dengan tenang sambil mengetahui
keberadaan pria lain.
“Umu, begitu rupanya ~!”
Selain
itu, wajahnya sampai tersenyum berseri-seri.
“Dengan kereta? Pasti jauh
sekali, bukan? Panasnya juga sangat menyengat ~ ”
Dia
bahkan punya nyali untuk berbasa-basi.
Jangan
bilang, bagi orang ini, berpacaran dengan Shirakawa-san cuma untuk
bermain-main?
Tak
disangka, meski menjadi pacar aslinya, tapi Ia cuma menganggapnya sampai segitu
saja ... Tidak bisa dimaafkan.
Apa
yang Shirakawa-san sukai tentang pria sembrono ini?
Ya,
mungkin tidak ada yang perlu dikritik tentang penampilannya, dan Ia mungkin
seorang dewasa, mampu secara finansial dan toleran.
…Tidak
seperti aku…
Sialan.
Aku
tidak bisa menemukan apapun yang akan membantuku menang tidak peduli seberapa
banyak aku memikirkannya, dan semakin aku melihat pria di depanku, aku jadi
semakin minder.
Itu
sudah tidak berguna.
Kalau
terus begini, tidak ada pilihan selain mundur dan berpuas diri sebagai orang
kedua, ya ...
Dan
jika aku tidak menginginkan itu, aku harus putus dengan Shirakawa-san, ya…
Jadi
.. cuma ada dua pilihan yang tersisa.
Dan saat aku merasa ingin
menangis memikirkan hal itu….
“Karena kita baru saja bertemu,
kurasa kita harus memperkenalkan diri”
Pria itu mendekatiku, dan
mengeluarkan apa yang tampak seperti kotak kartu dari sakunya.
“Apa kamu baik-baik saja dengan
kartu nama? Senang bertemu denganmu ~ ”
Aku
melihat kartu nama yang diberikan, dan mataku membelalak.
Penulis Lepas
Kurose Mao
Kurose
!?
Aku mendongak dengan heran, dan
pria itu menyatakan dengan senyum kemilau.
“Halo! Aku paman Luna! Dan
sepertinya kamu menjaga keponakanku dengan baik ~! ”
Paman…!?
Bukannya
Anda ...
…
.terlalu… mencolok sebagai paman…?
Tapi,
berdasarkan apa yang aku lihat di kartu namanya, kurasa itu benar.
Menebak
dari nama dan usianya, kukira dia adalah adik dari ibu Shirakawa-san.
Paman
ini… tidak mirip seperti pamanku yang mabuk di Hari Tahun Baru mengayunkan
perut buncit mereka sambil melontarkan lelucon kotor.
“Tunggu sebentar”
Saat aku tercengang oleh perkembangan
yang tak terduga, Yamana-san memelototiku dengan ekspresi haus darah di
wajahnya.
“Aku tidak tahu dari mana kamu
mendengarnya, tapi menurutmu kamu ini siapa sampai datang jauh-jauh ke sini,
hah?”
“Kumohon hentikan, Nikoru. Ini
mungkin berbeda”
Shirakawa-san mencoba
menghentikannya, tapi ditepis oleh Yamana-san.
“Berbeda? Apanya yang beda?
Jelas-jelas Ia bersalah tidak peduli bagaimana kamu melihatnya!”
“Jika itu orang lain, mungkin
memang begitu ... Tapi jika itu Ryuuto, itu mungkin benar-benar berbeda.”
Bergumam seolah ingin menerima
semuanya, Shirakawa-san menatapku… dan mengalihkan pandangannya lagi.
“Sejak itu aku sangat
mengkhawatirkan hal itu… Dan akhirnya, aku jadi berpikir begitu”
Shirakawa-san…
Melihat kami seperti ini,
Mao-san dengan riang mulai berbicara.
“Sudah, sudah, aku yakin
pacar-kun merasa capek setelah jauh-jauh datang kemari dalam cuaca panas begini,
kan? Kamu harus minum cola sendiri dan istirahat sekarang ~! ”
“Ah… Aku Kashima”
Karena lupa menyebutkan namaku,
aku buru-buru memberitahunya namaku, dan Mao-san menjawab dengan senyum ramah.
“Oke! Jadi kamu Kashima
Ryuuto-kun ”
Senyumannya itu sangat mirip
dengan Shirakawa-san.
◇◇◇◇
Aku dibawa ke warung pantai
Mao-san, dan ke meja tempat duduk yang tampak seperti area tempat duduk kecil
yang menghadap ke laut. Aku duduk di meja menghadap Shirakawa-san. Di atas meja
ada dua botol cola gratis dari Mao-san.
Adapun Yamana-san, dia bilang
ada pekerjaan sambilan mulai pukul enam, dan baru pergi beberapa saat yang
lalu.
“... Maaf aku tidak
memberitahumu bahwa orang yang menolakku ketika aku masih SMP adalah
Kurose-san.”
Saat aku mulai memecahkan
suasana buntu, Shirakawa-san mengangguk kecil.
“Ada juga fakta bahwa aku tidak
mengetahui hubungan antara Shirakawa-san dan Kurose-san, dan meski semuanya
sudah berakhir, hal itu mungkin membuatmu khawatir. Jadi pada awalnya, kupikir
mungkin tidak perlu memberitahumu, segala… dan kemudian aku dibelritahu kalau
kalian berdua adalah kembar. Dan aku kehilangan waktu untuk memberitahumu.”
Shirakawa-san mengangguk lagi.
Merasa seakan mendapat pengampunan, aku terus melanjutkan.
“Pada hari aku dan
Shirakawa-san kembali dari laut… Aku ditembak oleh Kurose-san”
Shirakawa-san, yang sedari tadi
mengarahkan pandangannya ke bawah, menatapku dengan heran.
“Apa kamu .. dekat dengan
Maria?”
“Tidak juga”
Aku menggelengkan kepala.
“Tapi aku ditanya tentang
LINE-ku, tapi kami tidak banyak bicara. Sepertinya, saat aku mendengarkan
ceritanya mengenai alasannya menyebarkan rumor jelek Shirakawa-san… Aku begitu baik padanya, dia kemudian
jadi menyukaiku. ”
Membicarakan hal ini terasa
canggung, jadi aku akan membuatnya singkat.
“Aku mencoba menolaknya melalui
telepon, tapi dia mengatakan padaku bahwa dia tidak bisa menyerah jika aku
mengatakannya melalui telepon, jadi kami memutuskan untuk bertemu di taman…
Saat kami bertemu, Kurose-san akhirnya menangis. … 'Biarkan aku tetap seperti ini sebentar', katanya. Dan aku pikir
foto itu dari waktu itu”
Supaya kebenaran ini tidak
terdengar seperti alasan, aku menyampaikan fakta-fakta dalam bentuk ringkasan
saja.
“Tapi Shirakawa-san, yang tidak
mengetahui hal itu, terkejut… dan terluka. Aku benar-benar minta maaf.”
Shirakawa-san segera
menggelengkan kepalanya.
“Aku juga, maafkan aku. ... dan
Ryuuto, tidak salah juga.”
Dia menunjukkan sedikit
senyuman padaku saat membalas demikian.
“Maria juga tidak salah ...
yang salah adalah waktunya, bukan.”
“Mungkin begitu, tapi…
kenyataan kalau Shirakawa-san terluka masih tidak berubah. Aku selalu menyesali
bahwa jika aku benar-benar memikirkan Shirakawa-san, aku seharusnya tidak pergi
menemuinya, tidak peduli apa yang dikatakan Kurose-san.”
Ketika
pagi tiba, saat di kelas selama kursus singkat musim panas, di kereta dalam
perjalanan pulang, sebelum tidur di malam hari… selama dua minggu terakhir, aku
tidak tahu berapa kali aku berpikir untuk kembali ke masa lalu .
“Tidak, Ryuuto tidak melakukan
kesalahan apapun”
Shirakawa-san berbicara dengan
lembut.
“Karena Ryuuto bersikap baik
hati, aku merasa itulah yang akan kamu lakukan. Sebagai kakak perempuannya, aku
merasa senang ... bahwa Ryuuto sama baiknya kepada Maria seperti kamu baik
kepadaku”
Dan kemudian, dia menatapku dan
tersenyum.
“Terima kasih, Ryuuto”
“Shirakawa-san…”
Beban yang memberatkan hatiku
seakan terangkat, dan berubah menjadi perasaan hangat.
Tapi…
“Ta-Tapi, bukannya
Shirakawa-san marah padaku? Dan karena itu, kamu mengabaikan pesan LINE-ku… ”
“Ah, yang itu berbeda, maafkan
aku!”
Dengan ekspresi baru kepikiran,
Shirakawa-san buru-buru berbicara.
“Saat itu di koridor, aku menjatuhkan
ponselku… dan layarnya retak, dan sepertinya hal itu membuatnya rusak. Saat aku
membawanya ke toko untuk diperbaiki, aku diberitahu kalau retak separah ini,
maka bagian dalamnya mungkin juga rusak, jadi lebih baik ganti keseluruhan unit
saja. Tapi, itu butuh banyak uang, ‘kan? Sudah sekitar satu tahun sejak aku
membelinya juga. Dan aku harus mendiskusikannya dengan ayah untuk hal semacam
itu. Aku tidak bisa langsung mengambil keputusan, dan ketika aku datang ke
sini, tidak ada toko sama sekali di sekitar sini, jadi aku tidak bisa berbuat
apa-apa lagi ”
“…Ah…”
Ponselnya,
ya. Aku tidak memikirkan kemungkinan itu. Maksudku…
“Ngomong-ngomong tentang LINE,
kenapa kamu tidak membukanya lewat komputer?”
“Eh? Memangnya aku bisa masuk dengan
akun yang sama di ponselku? ”
“Ya, mungkin…”
“Begitu ya”
Mengatakannya seolah-olah
terkesan, Shirakawa-san mengarahkan wajahnya ke arah laut.
Matahari sudah terbenam di sisi
gunung, jadi pemandangan lautnya agak gelap dan mulai terasa seperti sore hari.
Aku dengan penuh perhatian melihat sisi Shirakawa-san, sambil melihat bayangan
dari kejauhan peselancar yang mengendarai ombak lalu menghilang entah kemana.
Dan kemudian, Shirakawa-san
mengalihkan pandangannya dari melihat ke laut menuju tangannya.
“… Sebenarnya, aku takut untuk
memastikannya. Mungkin itu sebabnya aku senang ponselku rusak”
Kemudian dia menatapku, dan
Shirakawa-san menunduk lagi.
“Aku ingin mempercayai Ryuuto,
... Aku ingin percaya padamu, tapi sebelum aku menyadari bahwa pasti ada
semacam alasan dan aku harus bertanya tentang itu, aku tidak ingin terluka. Maksudku,
tidak ada hal yang mutlak di dunia ini, ‘kan? Meski aku 99% yakin kalau Ryuuto
tidak akan selingkuh, maka jika 1% sisanya terjadi… dan itu dengan Maria, cinta
pertama Ryuuto… saat kupikir-pikir lagi, aku merasa tidak bisa menerimanya ”
Dia yang berbicara dengan wajah
sedih, perlahan-lahan tersenyum lembut.
“Sejak aku mulai berpacaran
dengan Ryuuto, aku merasa sangat bahagia. Ryuuto sangat serius, kamu juga
bilang kamu tidak punya mantan pacar, atau teman wanita yang sering kamu ajak
nongkrong… hal itu pertama buatku… dan dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku
bisa mempercayai Ryuuto.”
Meski aku senang dia mengatakan
itu padaku, perasaanku mulai campur aduk saat memikirkan mantan pacar Shirakawa-san.
“Itu sebabnya, aku tidak
memikirkan apakah aku dikhianati ... Ketika aku memikirkan betapa menyakitkan
hatiku terluka, aku menjadi takut untuk memastikannya.”
Dengan suara pelan,
Shirakawa-san mengangkat wajahnya.
“Tapi, aku merasa aku tidak
bisa tetap seperti ini terus. Tak peduli apa yang Ryuuto lakukan, aku ingin
tetap berpacaran dengan Ryuuto mulai sekarang. Jadi kupikir sebaiknya aku
menghadapi kenyataan… Kemarin, aku meminta Mao-kun untuk membawaku ke toko di
kota sebelah supaya ponselku diperbaiki ”
“Jadi itu yang terjadi, ya…”
Setelah
dua minggu yang menyakitkan karena tidak dapat menghubunginya, tampaknya dia
merenungkan banyak hal dan berubah pikiran. Mungkin itulah sebabnya permintaan
maafku diterima begitu cepat.
“Maaf, aku pasti tsudah membuat
Ryuuto khawatir”
Aku menggelengkan kepalaku
terhadap permintaan maaf Shirakawa-san.
“Tidak apa-apa, lagipula kita bisa
bertemu seperti ini sekarang.”
“Bagaimana kamu bisa tahu kalau
aku di sini? Apa kamu bertanya kepada orang-orang di rumah? ”
“Tidak, seorang teman kebetulan
datang ke pantai ini, dan Ia bilang dkalau Ia melihat Shirakawa-san”
“Eh, masa !? Temanmu ... apa
mungkin, anak laki-laki besar yang selalu bersama Ryuuto? Namanya Ichiji-kun? ”
“Ah, iya benar, Ijichi-kun ”
Shirakawa-san
tahu tentang Ichi, ya. Yah, tentu saja dia tau. Orang yang bisa aku sebut
“teman” ..cuma Ichi dan Nishi… Di dalam kelas, setiap kali Shirakawa-san
mendatangiku saat aku sedang berbicara dengan Ichi, Ichi akan langsung berkata
"silakan" dan buru-buru pergi, jadi aku tidak pernah bisa
mengenalkannya.
“Eeh, apa mungkin Ia masih di
sini?”
“Tidak, Ia sudah pergi duluan.
Ia bilang sengatan mataharinya bikin kulitnya perih.”
“Ah, kedengarannya buruk. Kulitku
juga sama perihnya seperti terbakar”
Shirakawa-san kemudian
meletakkan tangannya di tali bahu baju renangnya setelah mengatakan itu.
“Ayo lihat, ini buruk”
Pastinya, kulit di bawah tali
bahu itu sedikit lebih putih jika dibandingkan dengan sekitarnya. Meski begitu,
dia masih terlihat berkulit putih, jadi dia pasti sangat pucat pada awalnya.
“Tidak, kamu tidak begitu
terbakar matahari”
Saat aku memalingkan
pandanganku saat merasa gugup, Shirakawa-san berkata, “Eh, benarkah?”, Dan
melepaskan tali bahunya.
“Kalau begitu baguslah! Aku
memang bertujuan untuk menjadi gyaru berkulit putih, jadi aku memakai banyak
tabir surya, tapi karena itu terjadi setiap hari, aku pikir aku pasti akan
terbakar sinar matahari.”
“… Apa kamu di sini terus?”
Kalau
dipikir-pikir, aku masih belum tahu alasan kenapa Shirakawa-san ada di sini.
Aku mengerti kalau Mao-san, pamannya, menjalankan warung pantai.
“Aah, yup, itu benar”
Shirakawa-san kemudian mulai
menjelaskan, seolah-olah dia telah melupakannya.
“Soalnya, sejak orang tua aku
bercerai, aku mengunjungi rumah nenek buyutku setiap tahun pada liburan musim
panas. Dan nenek buyutku tinggal di dekat sini. Bertemu ibu terasa canggung
karena ayah, tapi kupikir aku baik-baik saja kalau bertemu nenek buyut.
Terkadang ibu dan Mao-kun muncul, dan itu cukup menyenangkan ”
“Jadi, sepanjang musim panas?”
“Tidak juga. Ada pertunjukkan kembang
api dan festival di pertengahan Agustus ini, dan aku ingin mengunjunginya, jadi
sekitar satu atau dua minggu. Dan karena aku mendengar Mao-kun akan menjalankan
warung pantai di tahun ini, aku berpikir untuk memberikan sedikit bantuan,
tetapi seperti yang diharapkan, melakukannya sepanjang musim panas itu sangat
melelahkan, jadi aku berpikir untuk melakukannya di bulan Agustus, tapi … ”
Saat dia mengatakan itu,
Shirakawa-san menunduk ke bawah.
“... Ada masalah dengan Ryuuto.
Entah kenapa, aku tidak tahu harus berbuat apa… Nikoru juga punya pekerjaan
sambilan, jadi sepertinya kita tidak bisa bersama sepanjang waktu, jadi aku
seperti, Hmmph !! Masa bodo dengan Ryuuto!,
dan datang ke sini pada malam hari selesai upacara akhir semester dengan masih
mengenakan seragamku.”
Jadi
begitu rupanya. Jadi itu sebabnya, pada hari itu Shirakawa-san tidak pulang ke
rumah tidak peduli berapa lama aku menunggu, ya.
“Apa kamu di sekolah
sebelumnya? Pada upacara akhir semester .” tanyaku.
“Nn?”
Shirakawa-san mengangkat
wajahnya.
“Ya. Aku berada di lab kimia,
dan Nikoru menghiburku. 'Apa perlu aku
ambil hari libur dari kerajaanku dan tinggal bersamamu?', Nikoru mengatakan
itu kepada aku, tetapi seperti yang kuduga, aku tidak bisa begitu manja”
Jika
itu Yamana-san, kupikir dia benar-benar akan bertindak sejauh itu untuk
Shirakawa-san, dan saat aku memikirkan itu, Shirakawa-san memasang
wajah serius dan menatapku.
“Soalnya, Nikoru punya mimpi
ingin menjadi nailist.” (TN : Cek google kalau mau lebih tau. Tapi intinya sih,
ahli kecantikan yang fokus pada kuku)
“Nailist…? Apa kamu berbicara
tentang orang yang menerapkan kutek untukmu?”
“Jaman sekarang sebutannya kuku
gel. Nikoru dan aku adalah orang-orang gel. Gel untuk menang !! ”
“Be-Begitu ya?”
Aku kurang paham, tapi
Shirakawa-san sepertinya senang melihat kukunya. Kuku dengan pola yang sesuai
dengan baju renangnya, telah menjadi jauh lebih panjang sejak terakhir kali aku
melihatnya.
“Setelah lulus SMA, Nikoru
berencana masuk sekolah kejuruan untuk mendapatkan kualifikasinya. Tapi karena
dia memiliki seorang ibu tunggal di rumah, Nikoru tidak bisa bergantung pada
orang tuanya untuk mendapatkan uang, jadi dia melamar banyak pekerjaan sambilan
untuk menabung uang sebanyak mungkin saat masih di sekolah SMA untuk membayar
matrikulasi dan biaya sekolah.”
Begitu
ya.
Meski
dia terlihat seperti itu, tapi Yamana-san orang pekerja keras, ya…
“Dan apa yang Ryuuto lakukan? Selama
dua minggu terakhir ini”
“Eh, aah, aku pergi ke les
singkat musim panas…”
“Aah, kamu memang pernah mengatakannya,
bukan”
Ini
hampir akhir dari les terakhir. Ketika aku mendengar cerita tentang Yamana-san,
aku merasa bersalah karena secara praktis melewatkan seluruh jam les, meski
orang tuaku sudah susah payah membayar uang sekolah.
“Semuanya .. benar-benar
memikirkan masa depan, ya…”
Shirakawa-san memangku pipinya
dengan tangan yang diletakkan di atas meja, dan mengalihkan pandangannya ke
arah laut yang jauh. Ekspresinya tampak agak tidak nyaman.
“Shirakawa-san, apa yang akan
kamu lakukan setelah lulus nanti?”
Terakhir
kali, dia pernah mengatakan ingin menjadi YouTuber, tapi kurasa itu cuma
candaannya doang.
“Nn? Nnnn… ”
Dia berhenti mengistirahatkan
pipinya, dan Shirakawa-san menatapku.
“Sebenarnya, aku agak bingung
dengan apa yang mau aku lakukan sekarang”
“Eh?”
Saat aku bertanya-tanya apa
yang dia bicarakan, Shirakawa-san tersenyum.
“Itu karena, tujuan di SMA-ku sudah
menjadi kenyataan”
“Tujuan seperti apa?”
Saat aku bertanya balik,
Shirakawa-san dengan malu-malu memberitahuku.
“ ‘Untuk saling mencintai, dengan seseorang yang menurutku bisa bersamaku
selamanya'"
Angin laut bertiup sepoi-sepo,
membuat rambut panjang Shirakawa-san berkibar lembut. Dengan latar belakang
laut biru nila di tengah matahari terbenam, dengan mata menyipit dan senyum di
wajahnya, dia terlihat lebih cantik dari sebelumnya.
“… Namun, dua minggu terakhir
ini sangat menyakitkan”
Kemudian Shirakawa-san
mengalihkan pandangannya.
“Kupikir jika aku berhasil melewati
ini, aku yakin, aku bisa semakin mempercayai dan mencintai Ryuuto”
Dengan senyuman yang menghias
bibirnya, Shirakawa-san menatap ke arahku.
“Tadi, ketika aku mendengar
cerita Ryuuto… aku .. bisa mempercayainya sejak awal. Aku seperti, 'ya, aku bisa tahu'. Rasanya sangat
mudah menerimanya sampai aku sendiri merasa terkejuut, dan aku tidak meragukan
apa pun. Aku pikir itu karena Ryuuto benar-benar mengatakan hal yang
sebenarnya.”
Dan kemudian, dia menggigit
bibirnya seolah ingin merasakan sedikit kepahitan.
“… Bertengkar dengan pacar, aku
sudah mengalaminya berkali-kali… tapi yang ini masih pertama bagiku. Saat
memikirkannya, aku tiba-tiba merasa seperti aku bisa melihat masa depan, dan
tidak hanya untuk dua atau tiga bulan… ”
Shirakawa-san…
“… Aku selalu .. mencari istana
di mana aku bisa merasa seperti di rumah sendiri”
Shirakawa-san tiba-tiba
bergumam.
“Tidak ada pengalaman buruk
dengan hidupku sekarang tapi .. Aku senang tinggal bersama ayah, ibu, dan
Maria. Tapi, ayah dan ibu bercerai, dan semua keluarga saling berpisah… Aku
menyadarinya. Keluarga Shirakawa adalah keluarga yang diciptakan oleh ayah dan
ibu. Saat mereka berpisah, semuanya jadi runtuh. Itu sebabnya, aku harus
menjadikan seseorang yang spesial untuk diriku sendiri. Aku harus, membuat
keluargaku sendiri "
“Keluarga…”
Saat aku mengulangi
perkataannya, Shirakawa-san menatapku dengan cemas.
“Ah, menurutmu itu terlalu
berat? Pasti terlalu berat ‘kan, hal semacam itu”
“Tidak, sama sekali tidak, kok.”
Melihat reaksinya, aku
menyadari sesuatu. Yang dia maksud "keluarga"
... mungkinkah itu artinya sama seperti yang kupikirkan?
Dengan
kata lain… Shirakawa-san sampai memikirkan masa depan bersamaku…?
Begitu mencapai kesimpulan itu,
wajahku tiba-tiba menjadi panas, dan aku berasa seperti berada di khayangan
karena saking gembiranya.
“A-aku juga…!”
Aku sengaja meninggikan
suaraku, dan Shirakawa-san menatapku dengan wajah terkejut.
“Aku juga berpikir … bahwa aku
ingin bersama Shirakawa-san selamanya”
Saat aku menyampaikannya dengan
suara keras, pipi Shirakawa-san juga memerah.
“… Ryuuto…”
Dan kemudian, ekspresi di
wajahnya berubah saat kepikiran sesuatu.
“Ah, tentu saja, aku tidak
mencoba membuat Ryuuto menghidupiku sejak SMA, oke !? Pergi bekerja atau
sekolah, aku akan melakukan salah satu dari mereka.”
“Ya-ya, aku tahu, kok”
Apa-apaan
ini? Ini bukan mimpi, ‘kan?
Sebuah
mimpi yang jauh lebih realistis dari ini.
“Haah…”
Bagian belakang tenggorokanku
terasa terlalu panas, jadi aku mengambil botol cola dingin dan meminumnya.
“Aku harus belajar dengan giat
untuk ujianku…”
Melihat tas yang tergeletak
secara horizontal di dekatku, aku menggerutu.
Bahkan
dari sekolah kita, ada beberapa siswa yang masuk ke universitas bergengsi
setiap tahun. Aku berpikir akan mudah jika aku masuk universitas yang oke
meskipun AO, tapi aku akan belajar giat mulai sekarang sehingga aku akan
menjadi cukup baik untuk masuk ke tempat yang baik melalui ujian umum.
Jika
ada masa depan dengan Shirakawa-san lebih dari itu, aku merasa kalau aku bisa
melakukan yang terbaik dalam segala hal.
“Karena Ryuuto pintar, kurasa
kamu bisa masuk ke universitas yang sangat bagus”
Diberitahu begitu oleh
Shirakawa-san, aku jadi gelisah.
“Eeeh? Yah, kalau sekarang
nilaiku masih biasa-biasa saja, tapi… aku harus belajar lebih rajin lagi.”
“Aah, kalau begitu mungkin aku
akan pergi ke sekolah yang lebih tinggi juga. Jika terus begini, jarak diantara
kita akan semakin besar, dan gadis-gadis pintar di universitas mungkin akan
mengincar Ryuuto ”
Shirakawa-san
yang berwajah cemberut masih terlihat imut.
“Itu takkan terjadi”
“Eh, lalu, kenapa kamu senyum-senyum
begitu? Ryuuto ”
“… Saat kupikir Shirakawa-san
cemburu begitu… hal itu membuatku bahagia”
Saat aku memberitahunya,
Shirakawa-san tersipu.
“Mouuuuu ~! Aku benar-benar
memikirkan tentang masa depanku di sini! ”
“Maaf, maaf”
Saat itulah, ketika kami berdua
saling tertawa.
“Heey, Kalian berdua ~!”
Dari dapur, Mao-san memanggil
kami.
“Aku mau tutup”
Sebelum aku menyadarinya, laut
telah benar-benar kehilangan sinar siang hari. Sekarang baru jam 5 sore jadi
matahari terbenam masih di depan, tapi cuma ada beberapa orang yang tersisa di
pantai.
“Ah, tunggu! Aku akan mandi”
Ketika Shirakawa-san dengan
tergesa-gesa mencoba untuk berdiri, Mao-san mengucapkan “Eh?”.
“Kenapa kamu tidak mengganti
pakaianmu dan melakukannya di rumah saja?”
“Tapi, aku harus mengantar
Ryuuto ke stasiun…”
“Eeh, apa kamu akan kembali?
Jika kamu tidak memiliki urusan yang mendesak, kenapa kamu tidak mampir saja ke
rumah nenek?”
“Ah, ide bagus! Hei Ryuuto, mau
menyapa nenek Sayo? ”
“Eeh !?”
“Enggak mau?”
Ditatap dengan muka memelas
oleh Shirakawa-san, aku tidak punya pilihan selain menyetujuinya.
“Kalau begitu, jika kamu tidak
keberatan….”
“Yaaay!”
Hari
ini penuh dengan lika-liku. Aku diberitahu kalau Shirakawa-san berselingkuh
dengan pria lain, dan kemudian aku bergegas ke sini. Saat aku putus asa
melihatnya bermesraan dengan pria tampan tepat di hadapanku, pria tampan itu
sebenarnya adalah pamannya. Saat kami bertemu lagi, Shirakawa-san bahkan
memikirkan masa depan yang jauh denganku… dan sekarang aku diajak untuk datang
ke rumah nenek buyutnya.
Sungguh
hari yang sangat luar biasa.
Aku berpikiran begitu saat
melihat Shirakawa-san masih mengenakan bikini yang dengan senang hati
bermain-main.
◇◇◇◇
Setelah itu, aku naik minivan milik
Mao-san bersama Shirakawa-san. Usai berkendara sekitar lima menit sampai menuju
sisi gunung, kami akhirnya tiba di rumah nenek buyut Shirakawa-san.
Rumah yang terletak di jalan
pegunungan yang landaii, sebuah rumah yang memberikan perasaan nostalgia.
Bangunannya berlantai dua dengan atap genteng, dan ada taman besar dengan semak
lebat. Meski mobil Mao-san diparkir di sana, masih cukup ruang bagi anak-anak
untuk bermain lari-larian.
“Nenek Sayo, aku pulang ~!”
Mengenakan kaos besar di atas
bikininya, Shirakawa-san berjalan langsung ke dalam rumah.
Saat aku berdiri di depan pintu
masuk, berpikir bahwa aku harus mendapatkan izin dari pemilik rumah terlebih
dahulu sebelum masuk.
“Tidak apa-apa, tinggal masuk
saja” ajak Mao-san.
Ia meletakkan tangannya di
pundakku dan mendorongku untuk masuk ke dalam rumah.
“Maa..maa..”
Ketika aku dibawa ke sebuah
ruangan bergaya Jepang yang sepertinya merupakan ruang tamu, aku melihat
seorang wanita tua dengan wajah terkejut duduk di kursi lesehan. Sepertinya baru
saja mendengarnya dari Shirakawa-san, ucapan “Maa…maa.. ~” tidak berhenti.
“Senang bertemu dengan anda. Saya
Kashima Ryuuto, dan saat ini saya berpacaran dengan Shirakawa… Luna-san ”
“Ooh ~”
Seperti yang diharapkan dari
seorang nenek buyut, dia tampak tua, mungkin berusia delapan puluhan atau
sembilan puluhan. Ada banyak kerutan di wajahnya yang tampaknya tidak memiliki
riasan, dia memiliki rambut abu-abu yang diikat, dan pakaian yang sederhana.
Saat aku melihat ekspresi terkejutnya, aku jadi merasa tidak enakan karena
menerobos masuk begitu tiba-tiba.
“Ya ampun, terima kasih sudah
merawat Luu-chan ... kami tidak punya banyak hal untuk ditawarkan, tapi apa kamu
mau teh?”
Dengan itu, nenek buyut
mengangkat postur setengah duduk, dan meraih nampan di atas meja. Ada tempat
teh, teko kecil, dan tabung misterius dengan lubang di tutupnya, yang membuatku
terkejut. Jadi alasan mengapa
Shirakawa-san bisa menggunakan perangkat teh di penginapan untuk menyeduh teh
adalah karena dia tahu bagaimana menggunakannya di sini, ya.
“Ah, tidak perlu repot-repot
nek, aku akan mengambil teh barley dari lemari es”
Dengan gerakan ringan, Shirakawa-san
membuka pintu kulkas di dapur.
“Aah, benar juga, anak muda
lebih suka yang dingin ...”
“Sebenarnya nek, apa nenek
mematikan AC-nya lagi?”
Mao-san mengipasi lehernya
dengan tangannya, dan mengambil remote
control.
“Suhu tahun ini masih panas
sekali, nenek bisa-bisa kena sengatan panas jika AC tidak dinyalakan, tahu?”
“Aku baik-baik saja hanya
dengan satu kipas angin. Jika kamu merasa terlalu panas, Kamu bisa
menyalakannya "
Ketika aku menengok, aku
melihat kipas angin listrik tua di sudut ruangan mengirimkan angin sepoi-sepoi
yang cukup untuk ventilasi ruangan. Ada juga kipas angin di atas meja dengan
semacam nomor telepon yang tercetak di atasnya, yang sepertinya digunakan nenek
buyut untuk menahan panas.
Saat Mao-san menyalakan AC,
angin hangat bertiup ke dalam ruangan pengap. Saat suhu ruangan sedikit turun,
Shirakawa-san membawa nampan dengan empat gelas teh barley di atasnya.
“Sini. Nenek Sayo juga harus
minum. Untuk menyegarkan diri sendiri.”
“Aku baik-baik saja, lagipula
Nenek sudah minum teh.”
Bahkan ketika dia mengatakan
ini, nenek buyut masih meraih gelasnya. Mungkin karena cicitnya sudah bersusah
payah untuk mempersiapkannya.
“Nenek Sayo, apa kita punya
camilan?”
“Ooh, kita punya beberapa kacang
yang disimpan di kulkas”
“Haha, itu emang khas Chiba
banget”
“Apa boleh buat, itu pemberian
dari orang lain.”
“Tidak apa-apa, aku suka kacang,
kok”
Sambil tersenyum, Shirakawa-san
membawa kacang tersebut ke dalam mangkuk kayu.
"Ayo Ryuuto, duduk sini,
duduk.”
“Ah iya…”
Jadi, aku, Shirakawa-san, nenek
buyut, dan Mao-san mengobrol sebentar.
Nenek buyut Shirakawa-san sudah
berusia 90 tahun, dan tinggal sendirian di tempat ini. Berkat bantuan dari para
tetangga, beliau bisa hidup sehat tanpa masalah tertentu.
Meski begitu, putrinya masih
merasa khawatir dengan berita kematian akibat sengatan panas di antara lansia
yang meningkat setiap tahun, jadi mereka ... Nenek dari pihak ibu Shirakawa-san
sepertinya mendiskusikannya, dan memutuskan bahwa Mao-san akan tinggal di sini
musim panas ini sambil menjalankan bisnis Warung pantai.
Pekerjaan utama Mao-san adalah
seorang penulis lepas, dan Ia biasanya berkeliling dunia untuk menerbitkan
buku-bukunya. Mao-san mengungkapkan bahwa Ia awalnya ingin menjadi seorang
fotografer, dan itu adalah panggilan yang memungkinkan dia untuk menggunakan
keahliannya. Ia berusia 38 tahun, lajang, dan sudah lama tidak memiliki tempat
tinggal tetap, tapi Ia menyebutkan kalau alamat tempat tinggalnya berada di
rumah ini.
Ketika Shirakawa-san masih
kecil, ada suatu masa ketika Ia tinggal di rumah Shirakawa-san ketika masih
bekerja di Tokyo, jadi sepertinya Shirakawa-san memanggapnya seperti kakak
laki-laki. Aku pikir mereka terlalu dekat satu sama lain meski hubungan mereka
cuma paman dan keponakan, tapi setelah mendengar cerita mereka, aku bisa
memahaminya.
“… Jadi, ketika aku bangun di
pagi hari, dompet, kamera, dan laptopku telah dicuri, jadi aku kepikiran
seperti, wah orang itu benar-benar
berbahaya. Untungnya pasporku tidak ikut dicuri karena aku tidur dengan
menyimpannya di badanku.”
“Luar negeri benar-benar tempat
menakutkan ~”
Setelah perkenalan dilakukan kurang
lebih, percakapan berubah menjadi pengalaman Mao-san saat Ia pernah di luar
negeri. Mungkin karena dia sudah mendengar ceritanya beberapa kali,
Shirakawa-san memberikan kata seru yang sudah biasa dia dengar.
“Ah, hei hei Mao-kun, ceritakan
kisah itu dong! Cerita tentang perkelahian dengan penipu di Makau!”
Ujar Shirakawa-san dengan
semangat tinggi, dan minatku terusik karena kedengarannya sangat menarik.
Namun, untuk sementara waktu
sekarang aku hanya memperhatikan jam di ruang tamu di atas pintu geser.
“Eh? Ceritanya panjang, tahu ~?
Biar kuingat-ingat dulu, delapan tahun lalu… ”
“U-umm, permisi…”
Waktunya
hampir pukul setengah enam. Orang tuaku mungkin berpikir bahwa aku sedang
berada di tempat les hari ini, dan ketika aku mempertimbangkan waktu yang
dibutuhkan untuk pulang, aku harus pergi sekarang.
“Aku mau minta ijin pulang
sekarang…”
Dan kemudian, Shirakawa-san
berseru "Ah" dan melihat ke
jam.
“Begitu, jadi sudah selarut
ini, ya ...”
Karena Shirakawa-san memasang
ekspresi putus asa yang terang-terangan, aku juga merasa enggan untuk berpisah.
“… Jika kamu akan pulang, aku
bisa mengantarmu ke stasiun, oke?”
Melihat kami seperti ini,
Mao-san berbicara dengan suara yang sedikit serak.
“Ah, ya… Terima kasih banyak”
Saat itulah, ketika aku hendak
bangun sambil melihat Shirakawa-san.
“Kamu sudah bersusah payah
datang kemari, jadi bagaimana kalau menginap di sini?”
Nenek buyutnya, Sayo-san, memandang
kami dan mulai berbicara.
“Jika kamu kembali sekarang, kamu
pasti akan terlambat saat tiba di Tokyo. Jadi bagaimana kalau bermalam di sini,
dan kembali besok? ”
“Eeh…”
Aku tidak menyangka akan
diberitahu begitu, jadi aku sedikit kebingungan. Tapi sebaliknya, wajah
Shirakawa-san langsung cerah.
“Aah, aku suka itu! Jadi
bagaimana kalau menginap di sini, Ryuuto? ”
“Ada banyak kamar di rumah
nenek juga, iya ‘kan ~. Jika kamu mau, bagaimana kalau kamu tinggal di sini
sampai Luna kembali? ”
Mendengar candaan Mao-san,
wajah Shirakawa-san menjadi lebih senang.
“Ah, itu jauh lebih baik !!!
Benar sekali, ayo pergi ke festival musim panas, Ryuuto! Di sana ada kembang
api juga !! ”
“Eeh !?”
Tidak
masalah jika cuma untuk satu malam, tapi tinggal di rumah seseorang yang aku
temui untuk pertama kalinya selama lebih dari sehari?!?
“Te-Tentang festival musim
panas itu, kapan diadakannya?”
“Festival Obon bulan Agustus… jadi…Ehh,
kapan ya?”
“Acaranya baru ada sekitar dua
minggu lagi~”
Aku semakin terkejut saat
diberitahu oleh Mao-san.
“Dua minggu!?”
Jangka
waktu segitu sudah sangat menyusahkan bahkan di rumah nenekku sendiri. Selain
itu….
“Tapi tetap saja, jika aku
tinggal di sini selama itu… aku merasa sungkan tentang biaya makanan dan
sebagainya”
“Jangan khawatir tentang itu.
Kami diberi barang sepanjang waktu ”
“Berkat perbuatan baik nenek,
biaya makan bisa dibilang bebas biaya, iya ‘kan ~”
Sayo-san melambaikan tangannya
dan menolak kata-kata Mao-san yang menggoda.
“Itu karena kita ada di
pedesaan. Mereka semua bilang mereka tidak bisa menyelesaikannya sendiri.”
Kalau
dipikir-pikir, aku ingat ada kotak kardus penuh lobak ditempatkan di pintu
masuk.
“Tentu saja, aku takkan
memaksamu. Bagaimanapun juga, kamu pasti punya keadaanmu sendiri. Tapi jika kamu
mau menginap, kupikir itu akan membuat Luu-chan bahagia juga. Dan sepertinya
Niko-chan tidak bisa sesering itu”
Niko-chan…
Kurasa yang beliau maksud Yamana-san. Jadi Sayo-san juga sudah bertemu
Yamana-san, ya.
“Err… ummm…”
“Kamu enggak bisa?”
Shirakawa-san menatapku dengan
mata berkaca-kaca.
Jika
aku bisa, tetap di bawah satu atap dengan Shirakawa-san selama dua minggu…
Tentu
saja.
Itu
akan membuatku bahagia ...
“… Aku akan menelepon orang
tuaku sebentar.”
“Yaaaay!”
Saat aku mengeluarkan ponselku
dan mengatakan itu, Shirakawa-san sangat senang seolah-olah sudah diputuskan kalau
aku akan menginap.
Benar-benar
hari yang penuh lika-liku.
Jadi, begitulah, pada akhirnya
aku tinggal di rumah nenek buyut Shirakawa-san selama sekitar dua minggu.
*******
Chapter 4.5 – Buku Harian Tersembunyi Kurose Maria
Kamu ditolak mentah-mentah, ya, Maria.
Aku sudah sering ditembak dari berbagai cowok sejak SD. Jika aku mau, aku bisa memiliki banyak pacar.
Karena Luna adalah gadis idiot, dia gampang sekali terjerumus, dan mulai berpacaran, lalu kemudian putus ketika hubungannya tidak berhasil. Dan dengan luar biasa dicap sebagai "cewek lonte".
Tapi, aku tidak melakukan kesalahan seperti itu.
Aku tahu harga diriku sebagai seorang wanita. Aku bukan wanita yang harus dijual murah.
Keperawananku harus didedikasikan untuk cowok sempurna yang layak denganku. Dengan keyakinan itu, aku menjaga kesucianku sampai sekarang.
Tapi…
Ketika aku benar-benar jatuh cinta dengan cowok untuk pertama kalinya, urusan kesucian menjadi masa bodo buatku.
Kashima-kun sama sekali bukan cowok yang sempurna.
Meski begitu, aku ingin memberikan semua yang kumiliki padanya.
Meski itu sebagai satu-satunya taruhanku, kesempatan terakhirku untuk bisa membalikkan keadaan.
Tapi Aku tetap ditolak mentah-mentah.
Aku bahkan bukan gadis yang layak untuk dipeluk.
…Aku menjadi depresi ketika memikirkan itu.
Tetapi sedikit waktu telah berlalu sejak saat itu, dan aku mulai berpikir bahwa mungkin tidak seperti itu.
Setidaknya, Kashima-kun tidak memanfaatkanku demi memuaskan nafsu birahinya.
Saat menatapnya pada malam itu, aku tahu bahwa Kashima-kun ingin melakukannya dengan "aku". Kulitnya yang berkeringat, napasnya yang terengah-engah, dan titik panasnya… bahkan sekarang aku masih bisa mengingatnya dengan jelas.
Bahkan setelah menyadari bahwa aku bukan Luna, Kashima-kun masih ragu-ragu sejenak. Dengan kata lain, itu karena ada pilihan untuk melakukannya denganku di dalam dirinya. Itu artinya, Ia tak berpikir kalau aku adalah gadis yang “tidak memuaskan”, ‘kan.
Jika, untuk Kashima-kun, aku adalah "gadis yang bisa dipeluk". Ia bisa saja berhubungan badan denganku, dan jika Ia mau, bahkan melanjutkan hubungan setelahnya sampai Ia merasa bosan. Aku yakin, pasti ada banyak cowok di luar sana yang akan memilih untuk melakukan itu jika mereka berada di posisi Kashima-kun.
Tapi, Ia tidak melakukan itu.
Apa kamu sangat mencintai Luna?
Rasanya sangat membuatku frustrasi ketika aku memikirkannya.
Kata-kata yang Ia ucapkan padaku saat itu, menjadi keselamatanku.
“Aku juga merasa kasihan pada Kurose-san”, katanya.
Kashima-kun menanggungnya demi diriku. Aku boleh berpikir seperti itu, ‘kan?
Namun tetap saja, hal itu masih menyakitiku. Dipeluk sampai bosan, atau dicampakkan. Saat ini, aku tidak tahu mana yang lebih baik.
Tapi... Hatiku merasa sangat kesakitan sekarang sampai-sampai aku tidak bisa memikirkannya sama sekali.
Jika suatu hari nanti, aku bisa bertemu cowok lain yang bisa kucintai seperti aku mencintai Kashima-kun.
Dan kemudian, jika pada saat itu aku bisa membuat orang itu mencintaiku juga.
Pada saat itu, mungkin, aku akan berterima kasih atas keputusan Kashima-kun.
Itu karena, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku bisa memberikan seluruh diriku kepada seseorang, yang juga benar-benar mencintaiku kembali.
Kamu telah jatuh cinta dengan pria yang baik, Maria.
Itu adalah cinta pertama yang baik.
Dengan mengatakan itu pada diriku sendiri, aku mungkin bisa melangkah maju
Namun, saat ini, hatiku masih hancur berkeping-keping karena ditolak olehnya.
Terima kasih dan semangat min
BalasHapusMakasih min buat chapter nya seperti biasa hasil TL dari tim zerokaito selalu mantap dan bahasa nya mudah dimengerti.keep it up🔥
BalasHapusBukan tim, tapi one-man army. Karena yang ngerjain semua projectnya adalah Mimin Kareha sendirian
Hapussendirian? mantap kali mimin kareha the best lah semangat terus min
HapusBangke nyesek parah hampir serangan jantung gw coeg, untung itu pammannya kalo beneran ntr sih gk tau lagi gw sekarang masih hidup apa kagak
BalasHapus