Chapter 6 – Belajar Untuk Ujian Dan Pacar
'Yuuki Yuusuke-kun dari
kelas 2-A. Harap datang ke ruang referensi. Saya ulangi lagi, Yuuki Yuusuke-kun
dari kelas 2-A. Harap datang ke ruang referensi '
“Haah. Lagi, ya…”
Setelah sekolah. Hampir setiap hari dalam beberapa
hari terakhir ini, Yuuki selalui dipanggil melalui siaran pengumuman sekolah.
“Tentang yang biasa lagi?,” tanya Ootani
sambil mengemasi barang-barangnya ke dalam tas.
“Ya, mungkin.”
“Hmmm. Pelatih klub itu cuma membuang-buang
waktu lagi.”
“Bagaimana kalau kamu yang menggantikanku,
Ootani? Sebagai pemukul pengganti, Ootani.”
“Kamu tahu kalau kemampuan atletisku sangat
berkebalikan, bukan?”
“Sekarang kamu mengungkitnya, benar juga ...
Haah”
Yuuki menghela napas dalam-dalam.
◇◇◇◇
“Jadi bagaimana, Yuuki-kun!! Apa sekarang
kamu ingin bergabung dengan klub bisbol?”
Pada saat yang sama Ia memasuki ruang
referensi, Yuuki disambut oleh suara keras seperti berasal dari regu sorak.
Suara tersebut berasal dari pelatih klub
bisbol, Shimizu Kouji.
“Haah. Seperti yang sudah saya beritahu
berkali-kali, Saya tidak ada niatan untuk bergabung dengan klub bisbol, ” balas
Yuuki dengan nada muak.
Di sebelah Shimizu, yang sedang duduk di
kursi lipat, ada guru laki-laki berusia paruh baya yang memasang ekspresi
bermasalah. Guru IPS berkacamata ini memegang posisi sebagai guru pembimbing
klub bisbol. Walau begitu, beliau tampaknya tidak memiliki pengalaman dengan olahraga
bisbol, dan sepertinya sebagian besar bertanggung jawab atas transportasi saat
ada pertandingan, dan tugas lain-lain seperti memanggil Yuuki ke ruang
referensi atas permintaan Shimizu.
Sebagai seseorang yang tidak bisa menolak
permintaan, pasti sangat sulit baginya untuk berurusan dengan Shimizu yang suka
memaksa.
“Tapi asal kamu tahu, bagiku, aku ingin
membuat bakatmu berkembang entah bagaimana. Jika klub kamu memilikimu dan
Fujii-kun, mencapai tingkat nasional bukan lagi impian belaka.”
“Dunia tidak semudah itu. Pertama-tama, Fujii
juga bukan tipe orang yang antusias dengan hal semacam ini.”
“Kamu ini bilang apa? Memangnya ada pemain bisbol
SMA yang tidak ingin bertanding sampai tingkat nasional? Aku pernah ke sana,
dan itu panggung terbaik. Bahkan Fujii-kun…”
“Jika hanya itu yang ingin Anda katakan, saya
permisi dulu”
“Eh, ah, tunggu, Yuuki-kun!!”
“Dan, tolong berhenti memanggil saya sepulang
sekolah mulai sekarang. Saya juga sedang sibuk belajar dan pekerjaan sambilan.
Apalagi sekarang ini bukan waktunya untuk itu”
Yuuki kemudian meninggalkan ruang referensi.
Itu benar, sekarang bukan waktunya untuk
meladeni celoteh pelatih Shimizu.
Bahkan di sekolah Yuuki, ada acara besar yang
menunggu para siswa, dengan liburan musim panas sebentar lagi.
Acara tersebut yaitu Ujian
Akhir Semester.
Bagi Yuuki, yang merupakan murid penerima
beasiswa, ini adalah acara di mana Ia harus berusaha lebih keras daripada
murid-murid lain.
Meski Yuuki biasanya belajar dengan baik,
masa ujian merupakan medan perjuangan yang sulit di mana Ia harus masuk dalam
lima besar seangkatan. Ia terus menduduki peringkat pertama sejauh ini, tapi
Yuuki tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi dalam sebuah kompetisi,
entah itu dalam bisbol maupun belajar.
Masih tersisa dua minggu lagi sebelum waktu
ujian. Ia harus belajar lebih giat lagi.
◇◇◇◇
“Jadi, aku akan menghabiskan lebih banyak
waktu di ruang belajar sekolah untuk sementara waktu,” ucap Yuuki.
Seperti biasa, mereka berdua berpegangan
tangan dan bersantai bersama sebelum tidur.
“Ujian akhir semester, ya…”
“Dan kurasa aku akan pulang terlambat. Maaf,
Hatsushiro.”
Dibandingkan belajar di rumah, belajar di
sekolah jauh lebih efisien karena bisa bertanya langsung kepada guru kapan
saja. Terutama ketika menyangkut ujian reguler, di mana itulah keuntungannya
bahwa Ia bisa bertanya kepada guru yang benar-benar membuat pertanyaan, karena
Ia belajar lebih banyak untuk ujian sekolah daripada ujian masuk universitas.
“…”
Hatsushio terdiam sebentar.
Yuuki tahu bahwa Hatsushiro sangat menghargai
waktu yang dia habiskan bersama Yuuki lebih dari apapun. Untuk alasan itulah,
Ia pikir harus memberitahunya hal ini dengan benar.
Namun, Hatsushiro kemudian berbicara dengan
suara lembut.
“Aku baik-baik saja. Karena kamu akan menjadi
dokter, itu wajar, Yuuki-san… Tolong lakukan yang terbaik.”
“Hatsushiro…”
“Sebagai gantinya ... Apa boleh jika aku dimanjakan
sekarang?”
“…Ya tentu saja. Sebaliknya, mengatakan
sesuatu seperti itu akan membuatku bahagia, tahu ”
Hatsushiro kemudian menjalin jari-jari tangan
mereka yang terhubung, dan mempercayakan lebih banyak bobot tubuhnya.
Semakin dekat dia meringkuk pada Yuuki,
semakin banyak suhu tubuh Hatsushiro yang tersalurkan.
“Hangatnya”
“Ya”
“Yuuki-san, tolong jangan keberatan pulang
terlambat, dan lakukan yang terbaik… Aku akan menunggumu dengan makanan hangat”
“Hatsushiro…”
Kemudian percakapan mereka berhenti, dan
waktu mengalir dengan tenang.
Di tengah kesunyian ini, hanya ada bunyi jam
dan suhu tubuh mereka yang menempel satu sama lain.
Sial. Inilah yang aku
maksud.
Pikiran Yuuki berada pada akalnya.
Ia bermaksud mengenai momen ini.
Yuuki ingin belajar di ruang belajar karena
waktu yang terlalu nyaman yang telah dimasukkan ke dalam jadwal hariannya sejak
Hatsushiro datang.
Meski pada awalnya ini cuma kegiatan yang singkat
sebelum tidur, tetapi sekarang selalu seperti ini setiap kali Ia berada di rumah.
Momen yang nyaman ini bukan hanya untuk Hatsushiro, tidak, bida dibilang kalau
momen ini lebih membuat nyaman Yuuki daripada Hatsushiro. Ia takkan mengatakan
bahwa Ia tidak bisa menang melawan godaan jika belajar di rumah, tapi Yuuki
merasa kalau perhatiannya akan terganggu.
Jika cuma belajar biasa, Ia masih baik-baik
saja tanpa perlu berusaha terlalu keras, tapi karena sekarang Ujian Akhir
Semester, Yuuki tidak bisa bermalas-malasan.
… Haah. Dua minggu, ya.
Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yuuki
merasa getir mengenai ujian akhir semester.
…Saat Ia membicarakan hal ini kepada Ootani,
omongannya langsung disela dengan satu kalimat, “Kamu terlalu bucin sampai-sampai membuatku mulas.”
◇◇◇◇
Setelah itu, Yuuki benar-benar seperti
kerasukan setan.
Di pagi hari, Ia tiba di sekolah satu jam
lebih awal dari biasanya dan belajar. Sepulang sekolah, Yuuki belajar di ruang
belajar sampai benar-benar waktunya untuk pergi. Jam kerja sambilannya
dipindahkan ke belakang untuk belajar sendiri, jadi waktunya sudah larut malam
begitu Ia sampai di rumah. Sesampainya di rumah, Ia langsung makan malam dan tertidur.
Dan tentu saja, Yuuki tidak punya waktu untuk mengobrol santai dengan
Hatsushiro.
Meski demikian.
“Hati-hati, Yuuki-san”
“Selamat datang di rumah,
Yuuki-san”
Hatsushiro tetap melakukan pekerjaan rumah
seperti biasa, dan mengucapkan beberapa patah kata seperti biasa.
Untuk alasan inilah, Yuuki juga menyemangati
dirinya sendiri.
JANGAN BILANG APA-APA KALAU
TIDAK BISA BERMESRAAN MEMBUATKU KESEPIAN!!
Aku harus belajar lebih
keras. Bahkan jika aku membuat beberapa kesalahan ceroboh, aku tidak akan
menyerahkan peringkat pertama kepada siapa pun.
Lebih giat… Lebih rajin…
◇◇◇◇
“Aah, dia pasti merasa kesepian,
Hatsushiro-chan”
Pada jam istirahat makan siang, seminggu
setelah Yuuki memasuki mode pra-ujian.
Fujii yang meminum kopi susu, datang untuk
berbaur dengan Ootani seperti biasa berkomentar begitu.
“Aah, seperti yang kuduga, kamu juga berpikir
begitu, ya”
Yuuki, yang dengan cepat menyelesaikan makan
siangnya dan membuka buku pelajarannya, mengangkat wajahnya.
“Yah, kurasa begitu. Kupikir Hatsushiro-san
sangat mencintaimu lebih dari yang kamu kira, tahu,” Ootani menimpali sambil
mengisi mulutnya dengan sandwich yakisoba.
“Ka-Kamu pikir begitu? Ehehe, aku jadi malu”
Melihat Yuuki dengan ekspresi cengengesan
berbicara dengan suara penuh cinta, "dasar
bucin," Ootani bergumam dan kemudian menghela nafas. Yuuki kemudian
lanjut berbicara sembari menjawab soal yang Ia coba selesaikan.
“… meski begitu, aku juga tidak bisa
mengabaikan belajarku.”
“Oh? Jika aku berada diposisimu, aku akan
masa bodo sama ujian ketimbang membuat Shouko-chan merasa kesepian, tahu?”
Fujii mengedipkan mata pada Ootani.
“Aku akan jauh-jauh dari cowok tidak berguna
seperti itu”
Namun, Ootani dengan tegas menolaknya.
“Maksudku, tidak mungkin aku bisa melakukan
itu. Aku ‘kan murid penerima beasiswa. Bahkan biaya sewa tempat tinggalku
sampai dibayarin tau?,” kata Yuuki.
Akan tetapi, “Tapi cuma ada satu
Shouko-chan!! Kamu harus menghargai apa yang tak tergantikan!! SHOUKO, IS ONLY
LOVE!!”
Kemahiran bahasa Inggris yang perlu
dipertanyakan mengingat Ia mendapat nilai 90 dalam ujian bahasa Inggris
terakhir.
Tapi, yah, bukannya Yuuki tidak bisa memahami
perasaannya.
“Kesampingkan ucapan bodoh si bego ini,
bagaimana kalau mengobrol dengan Hatsushiro-san sekali saja? Bahkan jika dia
merasa kesepian, dia adalah tipe gadis yang pasti akan menyembunyikannya dengan
baik supaya tidak membuatmu khawatir, ‘kan?”
“Ya”
“Ooh, dan Hatsushiro-san…”
Saat Ootani hendak melanjutkan, dia
menggelengkan kepalanya.
“…Tidak, itu bukan sesuatu untuk dibicarakan
sekarang”
“Ayolah, sekarang aku jadi penasaran”
“Aku akan memberitahumu setelah masa ujian
selesai,” pungkasnya sambil dengan terampil melipat kertas pembungkus roti yang
telah dia makan.
◇◇◇◇
“Selamat datang kembali di rumah, Yuuki-san”
“Aku pulang, Hatsushiro”
Setelah pulang dari pekerjaannya, Yuuki
disambut oleh Hatsushiro seperti biasa.
Waktu sudah menunjukkan jam setengah sebelas
malam. Namun, ini sebenarnya Yuuki pulang lebih cepat dari biasanya.
“Aku sudah memasak makan malam,” ucapnya
sambil tersenyum seperti biasa.
“…Ya terima kasih”
“Ada apa, Yuuki-san?”
“Tidak, tidak apa-apa. Pokoknya ayo cepat
makan malam, aku rasanya seperti mati karena kelaparan.”
“Fufu. Aku akan segera menyiapkannya, jadi
tolong tunggu sebentar ”
Setelah Yuuki mandi dan berganti pakaian
santai, Ia melihat kare disajikan di piring besar di atas meja.
“Aku akhirnya membuat porsi yang cukup besar,
tetapi apa kamu baik-baik saja?"
“Ya terima kasih. Waktunya makan.
Ittadakimasu.”
Yuuki segera menyantap karenya.
“...Seperti yang diharapkan, kare buatan
Hatsushiro memang yang terbaik”
“Ah bisa aja. Kamu memakannya sepanjang
waktu, ”kata Hatsushiro, yang, memegang sendok di tangan, belum mulai makan
sendiri, dan dengan senang hati melihat Yuuki makan.
“Ya, rasanya seperti biasa. Tapi itu sebabnya
rasanya seenak ini”
Kare spesial Hatsushiro, dengan sayuran yang
direbus hingga menjadi bubur, memiliki rasa dari bahan-bahannya yang tercampur
dengan baik dengan saus kari, memberikan kesan menyegarkan, tetapi tidak
hambar. Rasa ini juga merupakan rasa yang biasa Yuuki makan berkali-kali
baru-baru ini.
Yuuki lalu membasahi tenggorokannya dengan
air minum, dan kemudian berbicara.
“Dan bukan hanya karena masakanmu. Itu karena
kamu terus melakukan pekerjaan rumah, mengatakan 'hati-hati di jalan' ketika aku keluar, dan mengatakan 'selamat datang di rumah' ketika aku
kembali, itu sebabnya aku merasa aku bisa melakukan yang terbaik. Aku sangat
berterima kasih untuk itu, Hatsushiro.”
“A-Aku jadi merasa malu jika kamu mengucapkan
terima kasih sebanyak itu”
“…Naa, Hatsushiro. Apa kamu mungkin memaksakan
dirimu untuk melakukannya?,” tanya Yuuki, menatap lurus ke mata Hatsushiro.
Yuuki telah memikirkan berbagai cara untuk
membuatnya memberitahunya tentang hal itu secara alami, tapi seperti yang
diharapkan, itu tidak cocok untuknya untuk terus membicarakannya secara tidak
langsung. Hatsushiro kemudian berbicara sambil memainkan rambutnya dengan
tangan kanannya.
“Tidak, bukan itu… aku hanya melakukan apa
yang biasanya aku lakukan”
Hatsushiro menunjukkan senyumnya yang biasa.
“Begitu ya. Jika aku salah maka tidak apa-apa
”
Yah, karena dia memainkan
rambutnya dengan tangan kanannya, aku tahu dia memiliki sesuatu yang ingin dia
katakan tetapi tidak bisa mengungkapkannya. Harus gimana lagi nih…
“Umm, Yuuki-san. Aku benar-benar baik-baik
saja, jadi tolong fokus belajar untuk ujian…,” kata Hatsushiro meminta maaf.
Uhuh, melanjutkan
percakapan seperti ini, sebaliknya, berarti dia memang tidak baik-baik saja, pikir Yuuki. Bagi
Hatsushiro, hal yang paling menyakitkan mungkin adalah memiliki masalah sendiri
yang mengurangi waktu belajar Yuuki. Justru karena dia mengerti betapa
pentingnya belajar bagi Yuuki, dia berpikir bahwa dia tidak boleh membiarkan
Yuuki kehilangan fokus karena dirinya sendiri.
Dia benar-benar gadis yang
sangat baik. Terlalu baik.
Namun, sedangkan bagi Yuuki, jika Ia
membiarkan Hatsushiro seperti ini terus, akan berefek sebaliknya. Kemungkinan
besar Ia takkan bisa berkonsentrasi belajar karena akan memikirkan masalah ini
terus. Pada saat Yuuki mencari cara apa yang harus dilakukan, Ia kebetulan
melihat buku pelajaran yang ditempatkan di samping monitor. Itu buku pelajaran
bekas Yuuki saat masih kelas 1.
Karena Yuuki tidak menggunakannya sekarang,
Hatsushiro mungkin menggunakannya. Tampaknya Hatsushiro menghabiskan cukup
banyak waktu untuk belajar menggunakan buku itu saat Yuuki berangkat sekolah.
...Aku pikir itu mungkin
ide yang bagus.
“Hei, Hatsushiro. Aku berpikir untuk belajar dulu
sebentar sebelum tidur, tapi apa kamu ingin ikut bergabung denganku?
“…Eh? Tapi bukannya lebih baik melakukannya
di sekolah?”
“Aku hanya berpikir buat ganti suasana ...
Apa kamu tidak mau ikut?”
“…”
Hatsushiro tampak agak bermasalah.
Namun, “…Kalau begitu, jika itu tidak
merepotkanmu, izinkan aku untuk belajar denganmu,” katanya, menganggukkan
kepalanya perlahan.
◇◇◇◇
Di tengah suasana hening, suara jam yang
berdetak dan suara pensil mekanik yang menembus kertas bergema.
Yuuki sedang meninjau catatan matematikanya,
sementara Hatsushiro mengerjakan kumpulan pertanyaan untuk pemahaman bacaan
bahasa Inggris.
Yuuki sedang belajar sendiri sambil melirik
Hatsushiro.
Pergerakan pena Hatsushiro, yang sedang duduk
di lantai dengan punggung lurus dan postur yang baik, cukup mulus. Tidak
semulus Yuuki, tapi dia menuliskan jawabannya di buku catatannya dengan mudah.
“…Aku sudah memikirkan ini sejak lama, tapi
kamu cukup pintar, ya, Hatsushiro”
Apa yang Hatsushiro jawab sekarang adalah
kumpulan pertanyaan dengan kesulitan yang cukup tinggi. Itu bukan sesuatu yang
biasanya bisa diselesaikan dengan mudah oleh murid kelas 1. SMA khusus
perempuan yang bergengsi, tempat dimana Hatsushiro bersekolah, memiliki standar
yang relatif tinggi, tapi meskipun begitu, mungkin tidak banyak orang yang
mampu menjawabnya semudah ini.
“Aku tidak setingkat denganmu, Yuuki-san,
tapi yang aku biasa lakukan selama ini hanyalah belajar.”
“Benarkah? Aah, kamu bahkan tidak punya
telepon, dan kamu bermain game untuk pertama kalinya saat kamu datang ke sini, ‘kan
”
“Iya. Aku pergi ke sekolah, setelah selesai, aku
langsung pulang ke rumah, lalu mengerjakan PR, dan belajar… Tidak jauh berbeda
dengan sekarang, bukan? Rasanya agak aneh karena aku belum berangkat ke sekolah
lagi, sih ”
“Hatsushiro…”
“Itulah sebabnya, aku terbiasa meluangkan
waktu untuk belajar sendiri,” kata Hatsushiro, tersenyum pada Yuuki.
Dia masih memainkan rambutnya. Kata-kata yang
dia ucapkan barusan supaya tidak membuat Yuuki kahawatir merupakan kebohongan...
Tidak. Itu mungkin bukan kebohongan, tapi mungkin ada kebenaran yang tidak bisa
dia ungkapkan.
…Meski
demikian, itu bukan sesuatu yang bisa aku paksa untuk dia katakan, pikir
Yuuki. Itu seperti bagaimana Yuuki sendiri tidak bertanya pada Hatsushiro
tentang masa lalunya. Hal seperti ini
paling baik dibicarakan saat dia ingin membicarakannya, pikirnya.
Namun, “Hei, Hatsushiro. Sebelumnya kamu
bilang kalau kamu hanya melakukan apa yang biasanya kamu lakukan, jadi kamu
mengatakan kalau itu tak pantas untuk terlalu banya dipuji, ‘kan? ”
“Eh? Ya-ya”
“Tapi asal kamu tahu, Hatsushiro, aku pikir
dirimu yang 'melakukan hal-hal seperti
biasa' adalah hal yang luar biasa, tahu?”
Seperti yang dikatakan
Ootani, pasti ada orang yang ingin mengatakan sesuatu, tapi mereka tidak mampu
mengucapkannya, dan aku tahu bahwa pacarku adalah gadis yang seperti itu.
Paling tidak, aku ingin membuatnya berbicara tanpa rasa khawatir.
“Tidak mengherankan jika melihat orang yang
selalu mengatakan hal egois melakukan apa yang biasanya mereka lakukan. Dan
bukannya kamu selalu memperhatikan lingkungan sekitarmu, Hatsushiro. Jika itu aku,
jika aku memiliki sesuatu untuk dikatakan, aku akan segera mengatakannya, itu
sebabnya aku pikir kamu benar-benar luar biasa. Fakta bahwa kamu selalu
bertingkah biasa seperti ini benar-benar membantuku”
Yuuki kemudian melanjutkan setelah jeda
singkat.
“Tapi, aku pikir kamu terlalu memaksakan
dirimu. Itu sebabnya ... walau Cuma sedikit, aku ingin kamu egois. Bukan
berarti aku bisa menyanggupi semuanya, tapi aku akan menanggapinya semampuku”
Dan kemudian Yuuki melihat buku catatannya
lagi dan berkonsentrasi pada pelajarannya sendiri.
Setelah jeda sejenak, Hatsushiro, diam
membeku sambil memegang penanya, dan menatap tajam ke arah Yuuki yang sedang
belajar.
◇◇◇◇
“Jadi, ujung-ujungnya kamu masih belum bisa
mendengar tentang perasaan Hatsushiro-san, ya”
“Yeah”
Keesokan paginya. Yuuki, yang tiba di sekolah
lebih dulu dan sedang belajar, berbicara tentang masalah kemarin dengan Ootani
yang baru saja datang.
“Dari apa yang aku dengar, bukannya
jelas-jelas dia merasa kesepian? Bagaimana kalau kamu mengurangi waktu belajarmu
dan meluangkan waktu untuk Hatsushiro-san?”
“Nuh-uh, mana mungkin aku bisa melakukan itu.
Jika aku melakukan itu, Hatsushiro akan khawatir dan merasa kalau dia membuatku
tidak nyaman.”
“…Haah. Menjadi gadis yang terlalu baik juga
bermasalah, ”balas Ootani putus asa.
“Tapi yah, sebaliknya, aku pikir aku sudah
bergerak maju”
Tentu saja, ekspresi Yuuki berbeda dari yang
kemarin, tanpa ragu-ragu.
“Jika Hatsushiro sampai begitu perhatian
padaku, maka aku akan membalasnya dengan penuh terima kasih, dan fokus pada
pelajaranku. Dan sebagai gantinya…”
Yuuki kemudian mengepalkan tinjunya erat-erat,
dan berbicara dengan penuh tekad.
“AKU AKAN LIBUR SATU HARI SETELAH UJIAN!!”
“Libur?”
“Ya, aku akan libur dari pekerjaanku dan
belajar pada hari itu. Pada hari itu aku akan selalu bersama dengan Hatsushiro.
Jadi, umm, jika aku kemudian mengajaknya berkencan atau semacamnya ... apa
menurutmu dia akan senang? Aku sangat berharap dia akan merasa begitu ”
“…”
Ootani membuat wajah yang tak terlukiskan
seolah-olah dia baru saja menenggak segelas penuh sirup manis. Dia menghela
nafas, dan kemudian bangkit dari tempat duduknya.
“Hm? Ada apa, Ootani”
“Perutku sedikit mulas, jadi aku mau membeli
kopi hitam untuk diriku sendiri”
Apa maksudnya itu?, Yuuki kebingungan sambil
memiringkan kepalanya.
◇◇◇◇
Hari pelaksanaan ujian telah tiba.
Beberapa murid ada yang gemetar ketakutan,
sebagian ada yang antusias, bertekad untuk mendapatkan nilai bagus kali ini,
dan sebagian lagi ada yang menggosok mata mereka dari bermain game semalaman
kemarin, seolah-olah menyiratkan kalau ujian ini adalah sesuatu yang tidak ada
hubungannya dengan mereka.
Dan akhirnya, cowok yang berhasil mencapai
peringkat pertama dalam ujian terakhir, Yuuki Yuusuke, sedang, “…Waktunya telah
tiba.”
Ia memelototi lembar pertanyaan yang telah
dibagikan tertelungkup di atas mejanya.
“Bersiaplah, aku akan memelintir dan
menghancurkanmu ...”
Sebuah kalimat yang tak terpikirkan datang
dari seseorang yang akan mengikuti ujian akhir semester, tapi tidak ada yang
bisa berkomentar di depan antusiasme dan semangat juangnya yang menyembur keluar
dari seluruh tubuhnya. Yuuki duduk dengan tegap di kursi kayunya dengan mata
terbuka lebar, benar-benar tampak seperti seorang komandan bermartabat, yang
akan berangkat untuk perang penentuan.
“Oke, kalau begitu silakan mulai”
Bersamaan dengan suara pengawas ujian, Yuuki langsung
membalik kertas pertanyaan.
Dan kemudian musuh (pertanyaan) muncul. Pertanyaan pilihan ganda, pertanyaan isian,
pertanyaan tipe esai. Berbagai macam tentara menyerang Yuuki.
“DATANG!!”
SWOOSH!! Yuuki meraih pedang
besarnya (pensil mekanik) dan
menyerang kerumunan tentara musuh.
“Hmph, kalian dengan agresif menyusun
pertanyaan yang lebih sulit dari biasanya ... Namun, aku takut kalau upaya
kalian sia-sia, dasar brengsek.”
Lingkup pertanyaan yang tercakup dalam ujian,
sudah berulang kali Yuuki hafali, dan terukir dalam tubuh dan pikirannya.
Setiap kali Yuuki mengayunkan pedang besarnya
(pensil mekanik), pertanyaan-pertanyaan
itu dijawab secara berurutan. Yuuki yang memahami kumpulan soal dengan sangat
baik sampai-sampai bisa memahami maksud dari si pembuat soal, tidak terpengaruh
bahkan oleh soal jebakan yang dibuat iseng oleh guru yang membuat ujian.
Terlebih lagi, kondisi fisik Yuuki jauh lebih
baik ketimbang perode ujian sebelumnya. Itu karena Yuuki, yang sebelumnya
mempercayakan tiga kali gizi makannya ke toko swalayan atau makan di luar agar
tidak membuang waktu, sekarang menyantap makanan Hatsushiro yang lebih lezat
dan bergizi seimbang.
Ia benar-benar one-man army yang tak tertandingi. Waktu ujian baru berjalan 20
menit, tapi musuh-musuhnya telah dimusnahkan, dan cuma meninggalkan satu
pertanyaan terakhir.
“FUHAHAHAHA, sunguuh bodoh dan menggelikan!! Rasanya
sangat menggelikan bahwa masing-masing dari para keparat seperti kalian telah
mencuri waktu yang aku miliki dengan kekasihku!! Ayo maju, wahai pertanyaan
terakhir. Mari kita lihat seberapa banyak kamu
dapat menghiburk── ”
“Yuuki, kerjakan ujian dengan tenang atau aku
akan mengurangi nilaimu.”
“Ah, saya minta maaf”
Setelah diperingati oleh pengawas, Yuuki
mulai menyelesaikan pertanyaan dengan tenang.
Ootani, dengan pandangan sekilas, sedang
menatapnya dengan tatapan seperti sedang menatap orang bego sedunia.
Omong-omong, pertanyaan terakhirnya adalah
pertanyaan jenis esai, tingkatnya jauh lebih sulit dari yang diharapkan, tapi
Yuuki bisa menyelesaikannya dalam 15 menit. Jika tidak ada kesalahan, Ia
mungkin mendapatkan nilai sempurna.
◇◇◇◇
“…Kalau begitu, tolong kumpulkan kertas
soalnya ke depan.”
Hari ketiga ujian UAS. Ujian Matematika B
baru saja selesai.
“Hari ini tidak ada pengumuman apa-apa. Jadi,
kalian semua harap berhati-hati dalam perjalanan pulang nanti”
Wali kelas dari kelas 2- A, yang juga
merupakan pengawas, meninggalkan ruang kelas.
Para murid bisa pulang lebih cepat sebelum
tengah hari pada hari terakhir ujian karena cuma ada tiga mata pelajaran.
Selain itu, kepala sekolah Yuuki membuat langkah bijaksana dengan sepenuhnya
membatalkan kegiatan klub dan rapat komite dan semacamnya pada ujian hari terakhir,
dengan mengatakan, “Kalian harus beristirahat dan bersenang-senang sebanyak
mungkin setelah belajar keras,” dan sekarang semua orang dengan riang
memikirkan bagaimana mereka akan menikmati waktu luang mereka setelah ini.
“Fiuh”
Yuuki menghela nafas.
“…Kerja bagus. Gimana hasilnya?,” Ootani yang
duduk di belakangnya bertanya sambil membereskan alat tulisnya.
“Terus terang, aku sangat puas dengan itu,”
kata Yuuki, terlihat sedikit percaya diri.
“Sepertinya, kali ini merupakan hal paling
percaya diri yang pernah aku rasakan hingga sekarang. Tapi jika aku berpikir
tentang waktu belajarku yang sebenarnya, itu adalah waktu tersingkat yang
pernah aku miliki” lanjutnya dengan nada membual.
“Ooh, mungkin itu berkat kekuatan pacar,”
ujar Ootani setengah bercanda.
“Aku pikir itu pasti alasannya. Cuma karena
memikirkan bisa menghabiskan waktu bersama Hatsushiro setelah semuanya selesai
memberiku kekuatan tak terbatas.”
Yuuki lalu mengeluarkan sesuatu dari tasnya.
Itu adalah dua tiket ke taman hiburan tertentu. Ootani menatap temannya, yang
mengatakan hal memalukan dengan wajah serius yang mematikan, dan wajahnya
berkedut seolah-olah dia benar-benar terkejut.
“…Haah, ya ya. Aku kagum kamu bisa mengatakan
sesuatu seperti 'kekuatan tak terbatas' dengan
wajah lurus begitu ”
Namun, setelah jeda singkat, Ootani
menurunkan nada suaranya dan kemudian berbicara.
“…Hei, Yuuki. Tentang Hatsushiro-san”
“…Ada apa dengan dia?”
“Aku pernah bilang kalau aku akan mencari
tahu tentang apa yang terjadi di sekolah Hatsushiro-san, ‘kan?”
“Ya, kamu memang pernah bilang begitu”
Yuuki merasakan keseriusan percakapan, dan
menatap Ootani.
“Pada saat itu, aku juga pernah bilang kalau
aku tidak bermaksud memberitahumu apa yang aku temukan, tapi … bagaimanapun
juga aku akan memberitahumu tentang ini. Aku menghubungi teman sekelas SMP-ku
untuk mencarinya ... “
Setelah jeda singkat, Ootani memberitahunya
sesuatu yang tidak terduga.
“Di sekolah khusus perempuan itu…sepertinya
tidak ada murid yang bernama Hatsushiro”
“…Hah?”
Informasi tak terduga tersebut membuat
pikiran Yuuki berhenti sejenak.
“Tidak, tidak, tidak, tunggu sebentar. Mana
mungkin begitu ”
Hatsushiro pasti mengenakan seragam anak
kelas satu sekolah itu. Dan bukan hanya seragamnya, bahkan tas dan jersey-nya
pun berasal dari sekolah itu.
“Aku juga tidak mengerti. Dan sekarang aku
perlu mencari tau lebih lanjut lagi”
“…”
Ootani berbicara kepada Yuuki yang
tercengang.
“Maaf soal ini. Aku yakin kamu ingin aku
tetap diam tentang hal itu, tapi rasanya ada yang mengganjal hatiku jika aku
tidak memberitahumu”
“…Tidak, tidak apa-apa. Terima kasih sudah
memberitahuku.”
“Hei, seperti yang kuduga, bukannya sudah
waktunya kamu bertanya pada Hatsushiro-san tentang itu? Yah ... Kamu bisa
melakukannya sesukamu, ”
Yuuki berdiri diam di sana untuk beberapa
saat, menatap tiket yang ada di tangannya.
◇◇◇◇
Yuuki baru saja mendengar info tak terduga
dari Ootani, tapi karena tidak bisa terus berada dalam keadaan galau, Ia
memutuskan untuk bertingkah seperti biasanya untuk saat ini.
Meski ujian sudah selesai, Yuuki adalah tipe
orang yang takkan melewatkan kesempatan untuk meninjau. Pada hari ujian
selesai, Ia menuju ruang belajar sekolah, dan melihat kembali pertanyaan UAS
yang masih segar di kepalanya. Pada tes kali ini, pada dasarnya tidak ada
pertanyaan yang Ia tidak pahami, tapi dengan caranya sendiri, Yuuki akan
memilah pertanyaan yang membutuhkan waktu untuk Ia ingat, bahwa dia memiliki
masalah untuk dipecahkan, dan dia membuat kesalahan yang ceroboh.
“…Sepertinya aku masih harus melakukan
sesuatu tentang kebiasaan burukku yang terkadang lupa mengganti simbol saat
mengganti persamaan simultan. Itu juga sering memakan waktuku.”
Jarang sekali ada orang yang akan melangkah
sejauh ini setelah ujian, setelah bersemangat untuk belajar keras sebelum
ujian. Ketelitian inilah yang membuat Yuuki terus-menerus menempati peringkat
pertama.
Sejujurnya, Ia ingin segera kembali ke rumah
dan memberikan tiket kepada Hatsushiro, tapi Ia harus bersabar. Tidak ada
gunanya membuat Hatsushiro merasa kesepian dan berkonsentrasi pada ujian jika
Ia belajar dengan setengah-setengah.
“…Tapi, aku masih penasaran apa yang
sebenarnya terjadi”
Yuuki merenungkan informasi yang Ia peroleh
dari Ootani.
Tentu saja, bukan berarti itu akan mengubah
pandangannya terhadap Hatsushiro. Hatsushiro adalah Hatsushiro.
Namun, mungkin ini saat
yang tepat untuk bertanya pada Hatsushiro tentang kisahnya, seperti yang Ootani
katakan padaku,
pikirnya. Yuuki sangat sadar bahwa Hatsushiro adalah tipe orang yang tidak bisa
memaksa dirinya untuk mengatakan sesuatu, bahkan jika dia menginginkannya.
…Tentu saja, aku tidak
bermaksud memaksanya jika dia ragu-ragu, tapi….
“Menurut pendapat Ootani, aku mungkin lebih
baik membuatnya berbicara meskipun dengan sedikit memaksa”
Yah, mending kesampingkan
itu dulu.
Untuk saat ini, selesaikan dulu peninjauan ini dengan cepat,
lalu pulang ke tempat Hatsushiro menunggu.
◇◇◇◇
Setelah selesai meninjau materi ujian dan
meninggalkan sekolah, waktunya sudah menujukkan lewat tengah hari.
Yuuki sedang dalam perjalanan pulang sambil
berlari kecil ketika supermarket biasa menarik perhatiannya.
“Ya, kurasa aku akan mampir dan membelikannya
kue atau cemilan sejenisnya”
Ia ingat pernah melihat adegan dari majalah
manga wanita yang pernah Ootani tunjukkan kepadanya, di mana seorang suami, yang
pulang dari perjalanan kerja, membeli kue sebagai suvenir. Itu mungkin cara
untuk menunjukkan permintaan maafnya karena membuat istrinya merasa kesepian
saat Ia pergi bekerja, dan berterima kasih padanya karena telah menjaga rumah.
Saat aku melihatnya pada
waktu itu, sejujurnya aku tidak dapat memahaminya, tapi aku baru memahaminya
sekarang, dan itu sebenarnya cara yang cukup berkelas, pikirnya.
Karena itu, Yuuki memasuki supermarket.
Ketika Yuuki sedang memikirkan kue mana yang harus Ia beli di bagian kue dan
manisan di mana manisan dipajang, “Hmm? Bukannya itu Yuuki-kun?”
“Ugh”
Ada Shimizu Kouji dengan sekeranjang penuh
kue coklat dan bir kalengan.
“Hei”
Shimizu tersenyum dan berjalan ke arah Yuuki.
“Hei, hei, Yuuki-kun!!”
Ia berpikir untuk membungkuk sedikit dan
segera melarikan diri, tapi Yuuki tidak bisa mengabaikannya begitu saja jika
datang mendekatinya dengan kegembiraan tinggi yang tidak berguna seperti ini.
“Ha-halo, pelatih Shimizu”
“Kebetulan sekali bisa bertemu denganmu di
sini !!”
“Ku-Kurasa begitu. Apa anda tinggal di
sekitar sini?”
“Tidak, aku tinggal agak jauh dari sini, tapi
supermarket terdekat tutup sementara jadi aku datang ke sini. Tapi yaahhh, ini
benar-benar tidak terduga. Aku yakin ini bimbingan dewa yang memberitahumu
bahwa kamu harus bergabung dengan klub bisbol, Yuuki kun. Jadi bagaimana
menurutmu?”
Dewa seperti itu mending
mati saja,
sejujurnya Yuuki merasa begitu.
Haah, entah bagaimana aku
sangat buruk dalam berurusan dengan orang ini…
Kegigihannya dalam mengajaknya untuk
bergabung dengan klub bisbol adalah bagian besar dari itu. Namun, entah bagaimana aku tidak ingin berbicara
terlalu banyak dengannya, pikir Yuuki. Ia biasanya tersenyum cerah dan
ceria, jadi dia seharusnya bukan tipe orang yang sulit bergaul, meskipun …
Yuuki tidak pernah memiliki perasaan seperti
itu sebelumnya, jadi Ia sendiri bingung dengan perasaan asing yang dirasakannya.
“Saya sudah memberitahu anda berkali-kali,
tapi saya tidak punya niatan untuk bergabung dengan klub bisbol"
“Ayolah,
jangan bilang begitu. Aku yakin kamu bahkan dapat menyeimbangkannya dengan
belajar ... Hmm? Apa kamu datang untuk membeli kue juga, Yuuki-kun?”
“Eh? Yah begitulah. Karena ujian sudah
selesai, jadi kupikir aku ingin merayakannya.”
Yuuki tidak mengatakan kalau itu untuk pacarnya
yang menunggu di rumah, tapi Ia memang tidak berbohong.
“Begitu rupanya. Aah, kalau begitu, ada yang
bagus di sana tapi sedikit lebih mahal. Mari kita lihat, biarkan aku yang mengambilkannya
untukmu”
“Saya mohon, anda tidak perlu berbuat sejauh
itu”
“Aku akan kembali sebentar lagi!!,” kata Shimizu,
berjalan cepat ke bagian lain.
…Kurasa aku akan menjauh
darinya sebelum Ia kembali. Saat itulah, “Umm, Yuuki san. Apa ada masalah? Membuat
wajah pahit seperti itu,” Hatsushiro tiba-tiba berdiri di dekatnya.
Dia mengenakan seragamnya yang biasa.
“Aah, bukan apa-apa. Apa kamu sedang belanja?”
“Iya. Aku sedang menyiapkan makan malam, tapi
kita kehabisan kecap…”
“Begitu ya. Kalau begitu ayo kita belanja
bersama, aku akan memegang keranjangnya.”
"Terima kasih banyak"
Yuuki mengambil keranjang yang dipegang
Hatsushiro, dengan sebotol kecap di dalamnya.
“Yuuki-san, kamu ingin membeli apa di bagian
manisan ini?”
“Aah”
Yuuki menggaruk pipinya.
Tentu saja, Yuuki bisa dengan jujur memberitahunya
bahwa Ia akan membeli kue sebagai tanda terima kasih karena telah mendukungnya
selama masa ujian. Namun, ... Mari kita
lakukan besok. Entah bagaimana aku juga punya perasaan bahwa lebih baik membeli
sesuatu seperti itu sebagai kejutan untuk dibawa pulang.
Sedikit kejutan dalam kehidupan sehari-hari
itu sangatlah penting demi menjaga keharmonisan hubungan.
Sebelum Hatsushiro datang, Yuuki tidak terlalu
mempedulikannya, tapi akhir-akhir ini dia menyadarinya. Meski tidak sehebat
Fujii, Ia ingin memuji dirinya sendiri karena bisa peka terhadap hal-hal
seperti itu.
“Tidak, bukan apa-apa”
“Heeey, Yuuki-kun. Aku dapat kuenya!!”
Itu hancur. Sungguh pria yang tidak sopan.
Shimizu berjalan ke arah mereka dengan membawa
sekotak kue yang tampak mahal.
“Yang ini, kue es ini enak sekali…”
“… Hm? Apa ada sesuatu?”
Shimizu tiba-tiba berhenti di tempatnya.
Ada apa?, dan ketika Yuuki melihat
ke arah yang Shimizu lihat, “…”
Hatsushiro membeku di tempat, matanya terbuka
lebar.
“Hei, ada apa, Hatsushiro?”
“Ayah…”
Pada awalnya, Yuuki tidak bisa memahami arti
dari kata-kata yang keluar dari bibir Hatsushiro.
Hatsushiro bilang apa tadi?
“…Kotori”
Dari arah lain, Shimizu juga secara alami
memanggil nama depan Hatsushiro.