Bab 1 Bagian 1 — Reinkarnasi, Transmigrasi, dan Reuni yang Ditakdirkan
“Namaku Shiina Mai. Senang
bertemu dengan kalian semuanya”
Suaranya yang begitu indah
membangkitkan kesadaranku.
Aku, Shiraishi Godou, membutuhkan
waktu beberapa saat untuk menjernihkan kesadaranku, tapi secara bertahap aku
mulai lebih memahami peristiwa yang terjadi di sekitarku.
Tempat ini merupakan ruang
kelas 2 dari SMA Ryoumei di Prefektur Gunma.
Waktu saat ini menunjukkan
pukul 9 pagi. Dengan kata lain, jam khusus wali kelas masih berlangsung.
Setelah memastikan situasinya, aku
mengalihkan pandanganku lagi ke depan kelas. Di sana ada seorang gadis cantik
yang berdiri di depan papan tulis. Rambut hitamnya panjang dan tampak
mengkilap. Walau kesadaranku sedikit kabur, wajahnya yang cantik tidak gagal
memikatku. Perawakannya cukup kecil, tapi hal tersebut justru meningkatkan
keimutannya.
Tapi, aku tidak mengenali
penampilannya atau suaranya.
Tidak peduli seberapa pelupanya
diriku, seharusnya mana mungkin aku tidak bisa mengenali teman sekelasku
sendiri.
Ketika aku memeras otakku ke
arah itu, aku tiba -tiba mengingat sesuatu.
Tempo hari, guru wali kelas kami
mengatakan kalau kelas kami akan kedatangan murid pindahan.
... Sekarang, semuanya mulai
masuk akal. Itulah alasan mengapa dia berdiri di depan semua orang seperti ini.
Meskipun aku tidak menyangka
kalau murid pindahannya bakalan gadis secantik ini ...
Penampilannya yang mungil
mengejutkan semua orang. Tidak hanya kaum cowok saja yang terpikat, bahkan para
gadis pun sama.
“Oi, oi, dia imut banget! Sialan,
aku jadi lebih bersemangat sekarang! Kalau kamu gimana?”
Cowok yang duduk di depanku
berbalik dan mulai berbicara denganku.
“Huaamm ... kurasa, ya ...”
Aku menguap di tengah balasanku.
“Kamu lagi kenapa, Godou? Kayaknya
hari ini kamu lesu banget.”
Cowok yang saat ini memiringkan
kepalanya ke arahku merupakan teman sablengku, Kudou Shinji.
Di balik rambutnya yang
kecokelatan terdapat wajah yang tampan. Perawakannya lebih besar dariku, tapi
caranya berpakaian lebih amburadul dariku. Setiap inci tubuhnya berteriak 'sembrono'.
“Aku bekerja sampai larut
malam. Jadi aku sedikit mengantuk.”
Aku menjawab sambil menggosok
mataku.
Padahal, mungkin karena
kemunculan murid pindahan yang imut, perasaan kantukku suudah hilang
setengahnya.
“Kamu masih melakukannya, ya?
Kerja sambilanmu, maksudku.”
“... harus melakukannya jika aku
ingin punya lebih banyak uang. Selama kamu punya uang, kamu bisa melakukan apa
saja.”
“Haha, lagi-lagi kamu dan
tingkahmu yang mirip seperti penjahat di manga.”
Shinji tertawa terbahak -bahak.
Ia kemudian tiba-tiba menyeringai, mungkin karena ada sebuah ide yang muncul di
benaknya.
“Benar juga, jika tempat kerjamu
masih membutuhkan bantuan, bagaimana kalau kamu mengajak murid pidahan itu untuk
bekerja di sana? Beban kerjamu akan berkurang dan kamu bisa mengenal gadis
seimut seperti dia, sambil menyelam minum air.”
“… Lalu maumu? Mana mungkin kamu
menyarankan sesuatu seperti ini secara gratis.”
“Tentu saja tidak. Kamu harus
memperkenalkannya kepadaku setelah itu!”
Ia lalu menepak bahuku.
“Kamu cuma mencoba
memanfaatkanku, bukan? ... Selain itu, aku tidak berpikir dia adalah tipe orang
yang akan melanggar aturan sekolah tanpa alasan seperti itu.”
Pihak sekolah memang agak
mentolerirnya, tapi secara tertulis, bekerja sambilan bertentangan dengan
aturan sekolah.
Nama murid pindahan itu kalau
tidak salah Shiina Mai, ‘kan? ... Dia terlihat sangat gugup saat ini, tapi aku
tahu kalau dia adalah tipe murid yang serius. Dia jelas-jelas bukanlah tipe
murid yang akan melanggar aturan sekolah tanpa alasan.
Shiina menyelesaikan
perkenalannya dan duduk. Tempat duduknya berada di sisi yang berlawanan dari
ruangan dibandingkan denganku, yang ada di dekat jendela. Jaraknya terlalu jauh
bagiku untuk berjalan di sana dan memulai percakapan dengannya.
“Halo! Boleh aku memanggilmu 'Shiina-san'?”
“Apa kabar! Woah, dilihat dari
dekat kamu keliatan lebih cantik!”
Dia segera disambut oleh semua
orang di sekitarnya. Menilai dari ekspresi bingung di wajahnya, dia tampaknya
bukan seseorang yang pandai bersosialisasi.
“Dia sepertinya seorang gadis
cantik yang bonafid, ya?”
Shinji mengangguk dengan
gembira.
Cowok ini memiliki
kecenderungan jelek untuk menggunakan wajah gantengnya itu untuk menjerat setiap
gadis cantik yang ditemukannya. Singkatnya, Ia adalah seorang tukang gombal.
Gadis-gadis yang ada di dalam kelas
kami sudah menyadari hal ini, jadi Ia memiliki reputasi yang buruk di antara
mereka. Meskpiun sepertinya Shinji tidak terlalu peduli tentang itu. Yah, ruang
lingkup kegiatannya tidak terbatas pada area sekolah, jadi aku kira menerima
kemarahan teman sekelasnya bukan masalah besar baginya.
“Gadis-gadis di kelas ini memang
banyak yang cantik, tetapi mereka tidak
murni. Maksudku, lihatlah rambut-rambut itu. Apa gunanya menyemir rambut
mereka menjadi warna coklat atau pirang? Di sekitar sini kekurangan gadis
cantik yang berambut hitam dan kemudian, boom,
gadis baru itu datang! Rasanya seperti oasis di padang pasir! Keberadaannya
sangatlah sempurna!”
“Dia tidak pindah ke sini untuk
memuaskan fetishmu, tau?”
Aku memandang Shinji dengan
lesu sebelum mengalihkan pandanganku ke arah Shiina lagi.
Pada saat ini, jam wali kelas
telah berakhir dan dia dikelilingi oleh gadis-gadis lain. Sulit untuk
mengatakan apa yang terjadi dari sini, tapi mereka tampaknya membombardir gadis
malang itu dengan banyak pertanyaan.
Pemandangan ini merupakan
sesuatu yang harus dirasakan oleh setiap murid pindahan pada satu titik dalam
hidup mereka. Jika mereka tidak pandai bersosialisasi, yah, bye-bye.
“Kalian berdua tidak mau mencoba
berbicara dengannya?”
Suara lembut memasuki gendang
telingaku. Seorang gadis dengan rambut kecokelatan berjalan mendekati tempat
duduk kami.
“Maksudku, lihat tuh ... aku tak
bisa berbicara dengannya bahkan jika aku mau.” Aku menjawab sembari menunjuk ke
arah segerombolan orang.
“Yah, Godou tetaplah Godou,
tapi bagaimana denganmu, Shinji? Aku mengira kalau kamu akan menjadi orang
pertama yang langsung cari muka dengannya.”
“Aku tahu kapan harus mundur.
Itulah salah satu alasan mengapa aku bisa menjadi populer.”
Shinji mendengus sebelum
mengangkat bahunya.
“Selain itu, aku tidak terburu
-buru. Lama-kelamaan mereka juga nanti akan merasak muak.”
“Memperlakukan orang seperti
pertunjukan aneh, kamu memang memiliki kepribadian bagus, ya.”
“Aku cuma menyatakan fakta.
Memang begitulah sifat manusia. Setelah mereka terbiasa dengan kehadirannya,
lingkungannya akan mereda. Selain itu, dari cara Shiina bertindak, situasi semacam
ini takkan bertahan terlalu lama.”
Nama gadis yang menghela nafas
pada ucapan Shinji adalah Kirishima Hina.
Sama halnya seperti Shiina, dia
merupakan gadis cantik. Dia memiliki mata yang besar dan hidung yang mancung.
Kulitnya putih tanpa cacat dan bibirnya tampak lembut nan ranum. Selain
wajahnya yang cantik jelita, dia memiliki pinggang yang langsing dan diberkati
dengan banyak daging di bagian dadanya.
“… Apa? Kenapa kamu menatapku
seperti itu, Godou?”
Kami sudah saling mengenal
sejak kami masih anak-anak. Dengan kata lain, kami adalah teman masa kecil.
Hubungan kami sangatlah dekat
sehingga kami merasa seperti mirip saudara kandung ketimbang teman.
“... Jangan pedulikan aku.
Ngomong -ngomong, orang macam apa dia itu? Shiina Mai, maksudku.”
Aku mengajukan pertanyaan itu
untuk mengubah topik. Hina memiringkan kepalanya dalam kebingungan.
“Hmmm ... entahlah... Aku ke
sana cuma sebentar, jadi kami tidak banyak bicara ...”
Maksudnya “ke sana” ialah Hina juga termasuk di antara kerumunan yang
berbicara dengan Shiina.
“Dia tampaknya tipe gadis yang
serius dan tenang, tapi sekali lagi, ini baru hari pertamanya di sini, jadi dia
mungkin sedikit gugup. Beri dia waktu dan kita akan tahu seperti apa
kepribadiannya yang sebenarnya.”
Shinji mengangguk dan berkata,
“Meskipun dia mempunyai wajah secantik itu, dia kelihatannya tidak memiliki
kepercayaan diri. Apa dia tidak menyadari kecantikannya sendiri? Atau dia
terlalu sadar diri tentang hal itu? Aku ingin tahu orang seperti apa dia itu~”
“Kenapa kamu tidak mencoba
bertanya langsung padanya?”
“Ngomong -ngomong, aku berharap
dia tipe yang pertama. Jika itu masalahnya, aku bisa membuatnya jatuh cinta
padaku dengan mudah. Aku hanya perlu memberinya cukup pujian, dan sisanya
mengalir dengan sendirinya. Meskipun kemungkinan kalau dia tipe yang seperti
itu sangatlah rendah. Maksudku, tidak banyak ada orang yang tak menyadari wajah
cantiknya sendiri...”
“Enggak peduli. Jangan tanya. “
Walaupun kata-katanya memang
mengandung sedikit kebenaran. Mana mungkin belum ada yang memuji penampilannya,
jadi pastinya dia sudah menyadarinya.
Sambil memikirkan hal -hal semacam
itu, aku terus menatap Shiina yang berbicara dengan salah satu gadis.
Namun tiba-tiba, pandangan mata
kami saling bertemu.
Anehnya, tatapannya terasa
tajam.
Aku menyadari kalau aku terlalu
lama menatapnya, jadi aku mengalihkan pandanganku.
Tetap saja, tatapan tajamnya tadi
terasa tidak nyata. Dia tampaknya tidak memiliki kepribadian yang cukup kuat
untuk melakukan itu. Bahkan sekarang, dia masih tersenyum canggung pada teman
-teman sekelas yang berbicara dengannya.
Mungkin itu cuma perasaanku
saja.
“Aku mau ke toilet dulu.”
Aku bergumam sebelum berdiri.
Jam pelajaran pertama takkan
dimulai untuk sementara waktu, jadi lebih baik kalau aku menyelesaikan bisnisku
dulu.
“Okeee ~”
“Jangan gunakan itu sebagai
alasan untuk membolos, oke?”
Aku menuju ke pintu sambil
dikawal oleh gelombang orang yang merepotkan.
Untuk sampai ke pintu, aku harus
melewati tempat duduk Shiina.
“??”
Aneh sekali.
Kesan dirinya terasa sangat
akrab.
Aku ingin tinggal dan
menyelidiki ini, tapi rasanya bakalan aneh jika aku tiba-tiba berhenti di depan
kursi murid pindahan.
Pada akhirnya, aku memutuskan
untuk mengabaikannya. Aku pergi ke luar kelas dengan alis berkerut.
Ketika sedang berjalan di
lorong, aku mulai memeras otakku.
Sensasi apa tadi itu?
Rasanya seolah-olah aku sudah
mengenal murid pindahan itu di suatu tempat. Baik penampilan maupun suaranya
terdengar asing di telingaku, tapi entah kenapa aku merasa kalau aku mengenalnya
dengan baik. Itu ... suasananya ... ya, aku mengenali suasananya itu ...
Suasana di sekitarnya terasa
sangat akrab bagiku.
Tapi aku gagal mengaitkannya
dengan orang tertentu.
Apa kami berdua kenalan? Jika
memang demikian, kapan atau di mana kami bertemu?
Ada banyak pertanyaan yang
muncul, tapi sepertinya pertanyaan-pertanyaan itu takkan bisa dijawab dalam
waktu dekat.
Yah, bisa jadi kalau semuanya
itu cuma imajinasiku saja.
“Eh, udah tau belum? Katanya
murid pindahan di kelas 2 benar-benar imut, loh!”
“Aku sudah mendengarnya. Aku
jadi penasaran ... mau coba melihatnya nanti?”
“Ah kamu sih telat, aku sudah
melakukan itu. Dia benar-benar manis, tau. Aku hampir saja berpikir kalau dia
adalah seorang artis idola.”
Ketika aku berjalan menuju
toilet, aku bisa mendengar murid-murid lain yang berbicara tentang gadis baru itu.
Kurasa beritanya sudah mencapai
kelas lain, ya?
Yah, itu tidak mengherankan,
karena dia memang seimut itu.
“Tapi tetap saja…”
Dia pindah tepat sebelum
liburan musim panas, waktu yang sangat aneh untuk berpindah sekolah karena
sudah setengah jalan sepanjang tahun sekolah. Apa dia punya alasannya tersendiri?
Yah, mana mungkin dia melakukannya tanpa ada alasan yang jelas... sambil
memikirkan hal -hal seperti itu, aku akhirnya tiba di depan tujuanku, toilet.
Saat aku hendak membuka pintu
untuk menyelesaikan bisnisku dengan cepat…
Tiba-tiba ada suara yang
memanggilku dari belakang.
“Boleh aku berbicara denganmu
sebentar?”
Seluruh tubuhku menegang.
Aku langsung meningkatkan
kewaspadaanku secara refleks.
Aku tidak menyadari ada
seseorang yang mendekatiku sampai mereka sedekat ini? Bagaimana mungkin ini
bisa terjadi?
Ketika aku berbalik untuk
melihat pemiliki suara itu, hal pertama yang memasuki penglihatanku adalah
sepasang mata yang mirip seperti permata.
Penglihatanku perlahan-lahan
menerima lebih banyak informasi tentang orang yang ada di hadapanku. Rambut
hitamnya yang panjang dan indah. Wajahnya yang begitu cantik membuat siapa saja
yang melihatnya langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Perawakannya yang
mungil justru meningkatkan keimutannya. Tak diragukan lagi, orang ini adalah si
murid pindahan, Shiina Mai.
“Astaga, kamu tidak perlu sekaget itu juga kali. Aku tahu kalau
aku mendadak memanggilmu dan aku baru di sini, tapi aku masih teman sekelasmu,
‘kan?” Ujar Shiina dengan senyum misterius di wajahnya.
Tidak seperti sikapnya yang
lemah lembut di kelas, dia bertindak cukup angkuh di depanku.
“… Apa yang baru saja kamu lakukan?
Siapa kamu sebenarnya?”
Aku menyipitkan mataku dan
bertanya.
Aku memusatkan perhatianku
padanya sehingga aku takkan kehilangan sedikit pun reaksinya.
Aku tidak membiarkan
kewasapadaanku turun dan aku punya alasan bagus untuk itu.
Mana mungkin ada murid dari dunia ini yang bisa melenggang santai
mendekatiku tanpa kusadari.
“Bukannya tadi aku sudah
memperkenalkan diri? Shiina Mai. Itu nama asliku, tau? Yah setidaknya, untuk di
dunia ini, sih.”
Shiina mengucapkan itu dengan
nada mengejek.
“Dunia ini, ya?”
Jelas, aku tidak melewatkan
bagian dari kata-katanya.
Tampilannya yang tak kenal
takut itu menunjukkan kalau ucapannya tadi bukanlah candaan, yang mana itu
berarti kemungkinannya cuma ada satu.
Dia adalah orang yang berkaitan dengan kehidupanku yang sebelumnya.
“Sudah lama tidak bersua,
Pahlawan. Penampilanmu di dunia ini tidak terlihat sejantan sebelumnya.”
Bila dilihat dari caranya
memanggilku. Nada baicaranya. Sikap angkuhnya itu. Aku mengenal gadis ini
dengan sangat baik.
Aku sebelumnya gagal
mengaitkannya karena penampilannya saat ini sangat berbeda dengan penampilan
sebelumnya.
“Sepertinya kamu sudah
menyadarinya. Kamu kehilangan kepekaaanmu, ya? Kamu bahkan sampai membutuhkan
waktu yang lama untuk menyadari sesuatu yang sepele seperti ini.”
Jika dia orang yang sama
sepertiku, seorang individu yang bereinkarnasi, maka tidak aneh kalau
penampilannya terlihat berbeda.
Wajah murid pindahan itu
tumpang tindih dengan penampilan seseorang tertentu dari duniaku yang sebelumnya.
“Kamu ... Si Penyihir
Malapetaka ... Cerys?!”
Shiina Mai, tidak, Si penyihir malapetaka,
Cerys, menanggapi teriakan kagetku dengan menganggukkan kepalanya.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya