Bab 11 — Bisikan Setan
“…Aku malah kena demam…”
Ketika membuka mata di pagi
hari, badanku terasa berat. Aku mengukur suhu tubuhku dan menemukan kalau aku
terkena demam.
“…Uhuk! Uhuk!”
Terakhir kali aku mengalami
demam ialah saat aku masih SMP, dan memikirkannya kembali membuatku merasa
nostalgia. Akhir-akhir ini aku sering berbicara dengan Madoka-san, dan mungkin
suasana hatiku sedang membaik karena kejadian ajaib saat pergi ke kamarnya.
“…Ah iya. Aku ‘kan tinggal sendirian,
jadi tidak ada yang menghubungi sekolahku.”
Terakhil kali aku mengalami
demam, ada ibuku yang merawatku, jadi dia melakukan semua kontak, tapi sekarang
aku sendiri, jadi aku harus melakukan semuanya sendiri… Ini gawat. Biasanya,
aku sudah keluar sekarang, dan bertemu Madoka-san.
Saat aku memikirkan hal semacam
itu, interkom pintu depanku berdering dengan nyaring.
Aku berusaha mengangkat tubuhku
yang berat dan mati-matian untuk tidak batuk, agar tidak terlalu membuatnya
khawatir.
Ketika aku membuka pintu, aku
menemukan Madoka-san dengan bekal makan siang di tangannya.
“Selamat pagi, Chinatsu-kun…
Tetap diam.”
Saat berpikiran kalau aku merasa
senang melihat wajah Madoka-san bahkan di saat seperti ini, dia menatapku dengan
tajam dan melangkah masuk ke kamarku. Kalau dipikir-pikir lagi, apa ini pertama
kalinya Madoka-san memasuki kamarku…?
“Madoka-san?”
“Raut wajahmu terlihat tidak begitu
baik. Kamu terlihat seperti sedang pilek… Apa kamu sedang demam?”
Aku merasakan suhu tubuhku
semakin naik saat Madoka-san menutup jarak di antara kami dalam sekejap. Tangan
halusnya segera diletakkan di dahiku, dan kesejukan tangan itu terasa nyaman,
jadi aku tahu kalau aku sedang demam.
“…Um, aku sebenarnya berpikir
untuk istirahat—”
“Tentu saja harus begitu. Apa
kamu sudah menghubungi pihak sekolah?”
“Aku baru saja akan melakukan
itu… Madoka-san, maaf soal bentomu.”
Saat aku meminta maaf,
Madoka-san tersenyum dan menyuruhku untuk tidak khawatir. “Jika kamu demam, kamu perlu berbaring,” katanya, dan mendorongku
kembali ke kamarku.
“… Kamar Chinatsu-kun… Fufu,
baru pertama kalinya aku ke sini~♪”
“Um ... Ini bukan hal yang
istimewa, kok.”
“Rasanya seperti kamar anak
laki-laki. Sangat rapi dan bersih.”
... Untung saja aku sempat
merapikannya tadi malam dengan iseng.
Aku langsung dibawa ke tempat
tidur dan ketika aku berbaring, Madoka mengangguk puas.
“Bagus! Oh iya benar juga.
Chinatsu-kun, bisakah kamu memberitahuku nomor sekolahmu?”
“Ah, tolong tunggu sebentar …”
Aku memberinya nomor pihak
sekolah dan dia menelepon sekolah SMA-ku.
“Halo selamat pagi. Namaku
Saiki….”
Kupikir orang yang menjawabnya adalah
staf kantor dan kemudian guru wali kelasku mengambil alih. Dia memberi tahu
mereka bahwa aku sedang demam dan aku juga memberi tahu guru dengan suaraku
sendiri.
[Aku
mengerti. Kamu beristirahatlah dengan baik hari ini. Kami akan menunggu
keadaanmu membaik oke?]
“Aku merasa sensei sangat baik
sampai-sampai membuatku hampir menangis.”
[Dasar
idiot, Sensei selalu mengkhawatirkan muridnya. Sampai ketemu lagi.]
“Ya. Permisi.”
Sungguh guru yang sangat baik
hati dan peduli dengan murid-muridnya.
Bagaimanapun juga, hanya itu
kontak yang perlu kulakukan dengan sekolah. Ketika aku berterima kasih kepada
Madoka-san, dia tertawa dan berkata jangan terlalu mengkhawatirkan itu… Ah, dia
memang orang yang sangat baik.
“Kalau begitu aku akan pergi.
Dan untuk bentomu–”
… Ah, ada mengenai itu juga.
Sial, hatiku benar-benar melemah
saat demam begini. Aku berharap kalau aku bisa tetap di sisinya jika aku bisa, tapi itu
hal yang bodoh untuk dipikirkan… Baiklah, semoga demamku ini bakalan turun
segera setelah aku pergi tidur dan bangun.
“Chinatsu-kun.”
“Ya?”
Saat aku menatap langit-langit
dengan bingung, Madoka-san mengatakan sesuatu yang tidak bisa aku pahami.
“Aku akan libur dari kampus
dulu hari ini. Aku akan tinggal bersama Chinatsu-kun sepanjang hari.”
“Begitu ya… Hah!?”
Ah, itu terlalu mengejutkan
untuk tubuhku… Tunggu sebentar!
Aku dengan lemah menatap
Madoka-san yang mengatakan itu. Madoka-san sepertinya tidak mengatakan sesuatu
yang aneh, dia lalu mendatangiku dan memegang tanganku.
“Tentu saja, jika Chinatsu-kun
tidak keberatan aku tinggal di kamarmu.”
“… Yah… Um…”
Aku sungguh merasa sangat
senang dia berada di sisiku, tapi aku ingin menolaknya karena itu akan
menyusahkan Madoka-san… Tapi Madoka-san terkekeh ketika aku mengalami konflik
seperti itu, yang tidak perlu aku bingungkan.
“Tatapan mata Chinatsu-kun seakan
ingin memberitahuku untuk tidak pergi. Aku sudah menyadari semuanya tau.”
“…Ah.”
“Karena kamu menatapku seperti
itu… Yah, ada alasan itu juga, tapi aku juga ingin melakukan ini karena ingin
menjaga Chinatsu-kun di sisiku. Apa itu salah?”
“……”
Ya ampun, dia sungguh baik sekali,
aku hampir saja dibuat menangis karenanya.
Saat aku tanpa sadar meremas
tangan yang memegang tanganku erat-erat, mata Madoka-san melebar sesaat, tapi
kemudian dia mengembalikan pandangannya ke wajahku dan tersenyum padaku.
“Oke. Aku akan tetap bersamamu,
jadi jangan khawatir.”
“…Aku minta maaf.”
“Kamu tidak perlu meminta maaf
segala. Tenang saja, tidurlah dengan nyenyak, makanlah dengan lahap dan
tunjukkan padaku kalau kamu akan segera sehat kembali, oke?”
“Ahaha, aku mengerti.”
Baik! Aku akan beristirahat
dengan baik hari ini dan sembuh secepat mungkin!
…Ah, tapi aku masih merasa
tidak enakan karena sudah membuatnya mengambil cuti meskipun dia mengatakannya.
Tidak, aku masih ingin Madoka-san kuliah dengan benar–
“Chinatsu-kun, untuk hari ini…
aku akan selalu berada di sisimu♪”
“…ve.”
… Aku mendengar sesuatu yang
patah.
Yah, aku tidak bisa langsung
tidur setelah itu. Tapi Madoka-san memperhatikanku sepanjang waktu dan
memberitahuku hal-hal yang biasanya tidak kudengar… Aku merasa seperti banyak
mengenal sisi baru Madoka-san hari ini.
“… Aku merasa seperti aku satu-satunya
yang berbicara, apa kamu tidak merasa bosan?”
“Tidak apa-apa. Faktanya, kupikir
aku bakalan dihukum karena berduaan dengan seorang Onee-san yang cantik
sementara semua orang sedang belajar dengan serius di sekolah.”
“Ah, kamu memanggilku Onee-san
yang cantik? Maka kita sama. Teman-temanku ada di kampus dan aku di sini
bersama cowok imut yang tinggal di sebelahku~ ♪”
Kata “imut" tidak cocok
untukku, tapi saat Madoka-san mengatakannya padaku, aku masih tetap dibuat
tersipu. Dia bilang aku imut, lalu dia mengelus-ngelus kepalaku, dan aku merasa
lebih malu. Hal itu terus terjadi untuk sementara waktu.
“…Hah! Tidak, Madoka-san… Kamu
akan ketularan demam jika melakukan ini!”
“Ah… Ini tidak apa-apa, bukan
begitu?”
Itu karena aku sudah dibuat tersipu
sedemikian rupa apa.
Madoka-san menatapku dengan
senyum masam dan pipinya mengendur dengan cara yang sama, tapi dia berbicara
kepadaku dengan nada suara yang sedikit lebih seriu. Dia kemudian mengatakan...
“Chinatsu-kun, kamu tidak
sendirian.”
“…Madoka-san?”
“Tidak hanya saat kamu
mengalami demam seperti ini, tapi juga saat kamu merasa kesepian, aku ingin
kamu ingat bahwa ada seseorang di sisimu yang bisa kamu andalkan. Aku akan
selalu berlari ke sisimu, Chinatsu-kun. Sama seperti kamu yang bergegas ke
sisiku pada waktu itu. ”
“……”
…Selalu berlari ke sisiku… Aku
akan segera memanggil nama Madoka-san jika dia mengatakan itu kepadaku. Dengan
iseng, aku memanggil namanya.
“Madoka-san.”
“Ya?”
……
Aku sama sekali tidak tahu
mengapa orang ini begitu baik padaku. Aku… benar-benar merasa seperti aku sangat
mencintai orang ini. Wajar saja jika aku ingin berguna dan membantunya, tapi…
mengapa aku ingin tenggelam dalam kebaikan orang ini…?
“Seandainya…”
“Ya?”
Ini cuma sejumlah ocehan omong
kosong.
Itu hanya sesuatu yang keluar
dari mulutku karena aku demam.
“Seandainya aku ingin tenggelam dalam
kebaikan Madoka-san–”
“Maka, tenggelamkan dirimu.”
“……”
Suara itu saja sudah membuatku
takut.
Perkataannya begitu intens
namun memikat, dan Madoka-san juga tampak memiliki tatapan mata yang gelap saat
dia menatapku. Tapi itu hanya berlangsung sesaat, karena Madoka-san segera tersenyum
indah dan terus berbicara.
“Kamulah yang sudah mengubahku
seperti ini… Uhuk, tidak ada salahnya
bergantung pada kebaikan seseorang.”
Madoka-san kemudian mendekatkan
wajahnya ke telingaku.
Sensasi geli yang kurasakan
dari nafasnya dan suara merdu yang terdengar sangat jelas di samping telingaku seakan-akan
ingin menyuarakan sugesti.
“Ingatlah baik-baik. Ada
seseorang di depanmu yang akan selalu berada di sisimu dan bersedia memanjakanmu.
Jika kamu menjangkaunya, dia akan dengan senang hati menyentuhmu. Jika kamu
memanggilnya, dia akan selalu menjawabmu … Orang seperti itu ada di depanmu
sekarang. Nee, Chinatsu-kun, kamu boleh tenggelam di tempat seperti itu, oke?”
Saat aku mencapai batasku dan
memejamkan mata, kata-kata yang berasal dari seorang dewi... Tidak, kata-kata
yang berasal dari iblis bergema di pikiranku.
“Selamat malam, Chinatsu-kun.”
...Suara terakhir yang kudengar tadi terdengar sangat baik...
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya