Chapter 9 — Tidak Baik Untuk Remaja Puber
(TN: Masih dalam sudut pandang orang pertama.)
“... kamu dapat bekal itu lagi
hari ini, ya.”
“Iya juga. Ah, jangan-jangan
orang yang membuat ini ... kuku ♪”
Maaf, aku merasa sangat aneh
sekarang.
Setelah menerima bekal dari
Madoka-san di pagi hari, aku pergi ke sekolah dan setelah menyelesaikan jadwal
pelajaran pagiku, sekarang sudah waktunya untuk istirahat makan siang yang
telah lama ditunggu-tunggu. Seperti biasa, Ryoma dan Shirayuki datang
menghampiriku, tetapi aku tidak memperhatikan mereka dan membuka kotak makan
siang yang dibuat Madoka-san untukku.
“Sama seperti kemarin, bekal itu terlihat sangat lezat. Kamu bilang kalau yang membuatnya adalah Onee-san
dari kamar sebelah, ‘kan?”
“Ya. Dia mempunyai wajah yang
cantik, dia memiliki oppai yang gede, orang yang baik hati, dan memiliki oppai
yang gede.”
“Nacchan, kamu menjijikkan.”
“... Ups, nih anak udah mulai
ngaco.”
Aku merasa kalau aku telah
mengatakan sesuatu yang penting dua kali, tetapi siapa yang peduli?
Aku tidak peduli dengan senyum
masam Ryoma atau tatapan Shirayuki yang sambil mengembungkan pipinya dengan
cemberut, berkat bekal yang kumiliki ini, aku bisa melawan apa pun.
“... Entah bagaimana, aku merasa
seperti Nacchan akan semakin jauh.”
“Apa? Kamu kenapa sih?”
“…Bukan apa-apa kok.”
Usai mengatakan itu, Shirayuki
mulai berkonsentrasi makan siang sendiri. Saat menepuk kepala Shirayuki, Ryoma
menatapku dan berkata,
“Dia hanya cemburu. Dia cemburu
kalau seseorang yang tidak kita kenal akan mengambil teman baik kita.”
“Itu ... mungkin benar. Nacchan
adalah teman baikku dan ... Aku tidak suka fakta bahwa dia diberi makan oleh
seseorang yang tidak aku kenal!”
“Jangan mengatakannya seperti
itu!”
Itu tidak terlalu baik untuk
didengar orang ... tapi yahh, aku merasa senang karena mereka peduli padaku
karena kami berteman seperti ini. Aku bertemu Ryoma dan Shirayuki di sekolah
SMA, ketika mereka belum berkencan.
“HENTIKAN!!”
“Nacchan!”
... Aku jadi mengingat kenangan
yang penting tapi tidak menyenangkan.
Aku menggelengkan kepalaku
untuk menyingkirkannya dan memandang mereka lagi. Shirayuki menatapku dengan
tidak puas sementara Ryouma mengelus kepalanya ketika Ia tertawa dengan cara
terhibur.
“…Hei.”
“Apa?”
“Apa ada yang salah?”
“……”
Aku bergumam pada diriku
sendiri ketika meletakkan telur dadar di antara sumpitku dan membawanya di
depanku.
“Aku ingin tahu bagaimana
rasanya melakukan sesuatu pada pacarmu yang tidak dia sukai, seperti
menghina-hina secara berlebihan.”
“... hmm, memangnya kamu bisa
mengatakan bahwa kalau menjalin hubungan? Maksudku, ada beberapa orang di dunia
ini yang tidak bisa menjauh dari kekasih yang melakukan kekerasan.”
“Kami melihatnya sepanjang
waktu di berita. Aku sendiri sih sama sekali tidak memahaminya.”
Yah, itu bukan tingkat meledek
atau mengejek pacar seseorang, bagaimana mungkin Ryoma membiarkan perilaku
menyakitkan seperti itu? Shirayuki tidak pernah berbicara buruk tentang Ryoma,
dan Ryoma tidak pernah berbicara buruk tentang Shirayuki. Paling banternya,
mereka hanya saling mengolok-olok.
“... Apa jangan-jangan kamu
sedang membicarakan tentang wanita itu?”
“... oh tidak, bukannya begitu—”
Aku segera mencoba menutupinya,
tapi ... itu ide yang buruk. Namun, mereka berdua pasti merasakan sesuatu,
karena mereka tidak mengulik masalah ini lebih jauh, dan aku merasakan
kekhawatiran mereka dalam hal itu.
Setelah aku menyelesaikan bekal
makan siang khusus yang dibuat Madoka-san, Ryoma bangkit dari kursinya dan mengatakan
kalau dirinya mau pergi ke toilet. Satu -satunya yang tersisa hanya ada aku dan
Shirayuki, yang menatap lurus ke arahku dan membuka mulutnya,
“Aku minta maaf karena mencoba
menanyakan begitu banyak pertanyaan, oke? Tapi aku tidak bermaksud menyinggung
perasaanamu ... sejak saat itu, aku menjadi sangat sensitif tentang Nacchan.”
“Tidak, aku tidak keberatan
sama sekali. Aku lebih suka berpikir aku punya teman yang baik.”
“… begitu ya. Syukurlah kalau begitu
... tapi kamu tau ... “
“……”
Shirayuki melihat ke bawah sembari
tersenyum, tetapi kemudian menatapku lagi dengan matanya. Kilau di matanya
sedikit mengejutkanku, tapi aku menatap kembali ke matanya.
“Bagi aku dan Ryoma, Nacchan
adalah teman yang sangat penting. Jika orang itu melakukan sesuatu yang buruk
kepada Nacchan, aku takkan memaafkannya ... yah, sejauh yang aku bisa lihat
dari Nacchan, dia tampaknya baik -baik saja.”
“Yah begitulah.”
“... dan juga dia punya oppai
yang gede!”
“Oi!?”
Kita ini masih di ruang kelas
dan nada bicaramu terlalu keras, tau!
Ketika Shirayuki berbalik
dengan gusar, aku menghela nafas dan sekali lagi menyadari bahwa Shirayuki dan
Ryoma merupakan teman baikku. Aku merasa seperti dia sedikit bawel, tapi aku
yakin Shirayuki akan mengeluh jika aku mengatakannya, jadi aku akan tetap diam.
Aku menghabiskan sisa jadwal
pelajaran di hari itu dan kemudian meninggalkan sekolah tak lama setelah semua
jam pelajaran selesai.
Hari ini aku menolak ajakan
main mereka dan pergi sendirian ke sebuah toko di kota. Tempatnya terletak di
depan stasiun, salah satu toko dari banyaknya toko yang saling berjejeran.
“Selamat datang!”
Aku melangkah ke toko kue yang
bergaya.
Ryoma dan Shirayuki sering
datang ke sini bersama, tetapi tentu saja aku belum pernah ke tempat seperti
ini karena aku tidak pernah punya pacar.
“... Kira-kira kue macam apa
yang disukai Madoka-san.”
... Kalau dipikir -pikir, aku
sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai dirinya.
Begitu banyak untuk pemikiran
negatif. Ngomong -ngomong, Strawberry
Shortcake merupakan pilihan aman yang klasik dan ada juga yang puff krim
... ah, pai apel ini juga terlihat lezat.
“Permisi, aku mau membeli yang
ini.”
“Terima kasih banyak.”
Karyawan toko menyerehkan
kantong kertas yang berisi pesananku dan aku meninggalkan toko.
Dalam perjalanan pulang, aku
melihat duo sejoli yang sangat flamboyan ... hmm, aku tidak benar-benar ingin
terlibat dengan mereka. Aku tahu itu buruk untuk menilai orang dari penampilan
mereka, tapi ... cowok itu membuang puntung rokok sembarangan dan gadis itu
tidak memperhatikan atau melakukan apa pun ...
“…Sialan.”
Aku menyaksikan mereka berjalan
dan mengambil puntung rokok yang dibuang agak jauh. Aku berjalan ke area
merokok yang sedikit lebih jauh dan memastikan untuk membuang puntungnya dengan
benar.
"Baiklah, ayo
pulang."
Aku tidak sabar untuk bertemu
Madoka-san ... Aku memikirkan betapa aku sangat peduli padanya, tapi aku tidak
bisa menahannya jika dia memperlakukan aku seperti itu.
“... dia tidak dipukul lagi ...
‘kan?”
Sebelum aku menyadarinya, aku
sedang dalam perjalanan pulang.
Ketika aku tiba di gedung
apartemen, aku langsung pergi ke kamar Madoka-san daripada milikku sendiri, dan
begitu aku menekan interkom, pintunya segera terbuka.
“Selamat datang kembali,
Chinatsu-kun~♪”
“Aku pulang, Madoka-san.”
“Ayo masuk, masuklah kemari.”
“Ya… hmm?”
Madoka-san meraih tanganku dan
menyambutku di rumahnya saat dia berbicara. Aku terkejut ketika dia mengambil
tanganku seolah-olah itu adalah hal yang normal untuk dilakukan, tapi ... oh
baiklah, maaf karena mengganggu!
“Madoka-san, aku membelikan ini
untukmu.”
“Eh? Uwahhh, kelihatannya itu
sangat lezat ♪”
Madoka-san tampak senang ketika
melihat isi kantong kertas, jadi aku juga merasa lega.
Kemudian, sambil memastikan kalau
Madoka-san takkan memperhatikannya, aku melirik pipinya yang memar ketika dia
pulang kemarin ... Aku lega melihat bahwa tampaknya tidak ada akibat dari
tamparan itu.
“... Kamu mengkhawatirkanku,
bukan?”
“Apa ... eh!?”
Aku tidak menatapnya
sebelumnya, dan ketika aku menoleh dengan terkejut, Madoka-san menatapku ...
rasanya sungguh aneh, setiap kali menatap mata Madoka-san tampaknya selalu
membuatku merasa tersipu.
“Jangan cemas, kamu tidak perlu
mengkhawatirkan itu, oke? Tapi izinkan aku berterima kasih atas perhatianmu dan
kue ini.”
“… Um…”
Sekali lagi, tanganku diambil
dengan lembut dan diarahkan ke sofa.
Madoka duduk dan menepuk-nepuk
pahanya ... Apa jangan-jangan ini bantal pangkuan yang legendaris itu?
“Ayo, Onee-san akan
menyembuhkanmu~♥”
Aku tidak bisa membantah
kata-kata Madoka-san.
Aku merasa akan kalah jika aku
mengakuinya, tetapi aku merasakan sesuatu yang manis mengikis bagian dalam hatiku.
Tapi aku yakin aku tidak keberatan, karena aku menuruti perkataan Madoka-san
dan meletakkan kepalaku di pahanya.
“Anak baik~ anak baik~ kamu
sangat imut dan baik hati ... Chinatsu-kun memang cowok yang sangat baik, ya.”
“…Apa iya begitu?”
“Aku tidak berbohong, loh? Aku
harus menyiapkan mandi dan makan malam, tapi mari tetap seperti ini lebih lama
lagi, oke?”
Secara alami, aku membalasnya
dengan mengangguk.
... Ketika aku memikirkannya
dengan tenang, kupikir tipe memanjakan begini sangatlah buruk. Aku kesulitan
untuk memasukkannya ke dalam kata -kata, tapi aku merasa ada sesuatu yang
menangkapku dari bawah kakiku.
“... sudah kuduga, ini gede
banget.”
Mungkin karena aku sedang
linglung, gumaman seperti itu keceplosan dari mulutku ketika aku melihat dua
gunung besar yang berada tepat di hadapanku. Secara alami, Madoka-san
sepertinya telah mendengar gumamanku, dan terkikik.
“Dasar Chinatsu-kun nakal~ ♥”
Aku kemudian segera meminta
maaf padanya.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya