Eiyuu to Majo Jilid 2 Bab 1 Bagian 6

Bab 1 Bagian 6

 

Tanpa kusadari, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore.

“Capeknya…”

Setelah makan siang, kami berkeliling gedung untuk bermain.Waktu berlalu dengan cepat sebelum kami menyadarinya.

Aku berganti dari baju renangku dengan baju kaos biasa dan duduk santai di area istirahat di lantai dua gedung.

Dinding area istirahat terbuat dari kaca, jadi aku bisa melihat area kolam dari sini.

Tempat ini sepertinya tempat yang sempurna bagi para orang tua untuk istirahat sambil mengawasi anak-anak mereka yang bermain di dalam kolam renang. Bahkan, hampir semua orang di sini tampak lebih tua dariku, hampir tidak ada remaja sepertiku di sini. Berkat hal itu, suasananya tenang dan nyaman.

Aku menjilati es krim yang kubeli di kios indoor ketika menatap kosong area kolam renang.

Yuuka dan Shinji masih bermain-main di sana.

Mereka berdua benar-benar main sepuasnya hari ini, ya? Yah, sebenarnya Yuuka yang begitu, karena Shinji cuma diseret mengikutinya.

… Hari ini sangat menyenangkan. Aku berharap semua orang juga merasakan hal yang sama.

Shiina tampaknya bersenang-senang juga, meskipun dia sesekali membuat kekacauan di sana-sini.

Ketika aku berpikir seperti itu, ada seseorang yang mendekatiku dari belakang.

“Boleh aku duduk di sebelahmu…?”

Aku tidak perlu berbalik untuk mengetahui kalau orang tersebut adalah Shiina.

Dia langsung duduk di sampingku tanpa menunggu jawabanku. Kenapa dia perlu bertanya segala?

Apalagi, kursi itu tempak duduk Hina ... yah biarlah...

“Aku sangat capek…”

“Tunggu, kamu juga bisa merasa capek?”

“Tentu saja lah, aku bukan pahlawan lagi. Tidak peduli seberapa banyak aku berolahraga, aku masih tidak bisa memiliki stamina yang tak ada habisnya seperti sebelumnya. "

Ketika aku mengatakan itu, Shiina tertawa kecil dan tersenyum kepadaku.

Setelah itu, kami berdua jatuh ke dalam keheningan. Keheningan yang nyaman.

Tiba-tiba, Shiina memulai pembicaraan.

“… Apa kamu masih mengingat dengan apa yang kamu katakan sebelum kita menjadi teman?”

“Ja-Jangan mengingatkanku akan hal itu ... waktu itu aku banyak mengatakan kalimat yang memalukan ...”

Kejadian itu membuat aku berguling-guling di tempat tidur setiap kali aku mencoba mengingatnya. Itu adalah sejarah gelapku.

‘Jadilah temanku.'

‘Aku akan tetap berada di sisimu. Aku akan menjadi satu-satunya orang yang mencintaimu di dunia ini. Itu sebabnya, aku akan menghilangkan kutukan itu dari hati dan jiwamu.’

‘Aku akan menyelamatkanmu! Aku akan membuatmu bahagia! Oleh karena itu, jadilah temanku dan biarkan dirimu diselamatkan olehku! Aku ini pahlawan yang pernah menyelamatkan dunia lain, tau? Aku cukup dapat diandalkan untuk menyelamatkanmu. Jadi, kamu bisa mengandalkanku. Jangan pendam semuanya untuk dirimu sendiri. Bicaralah denganku jika kamu membutuhkan bantuan. Untuk itulah gunanya teman, setidaknya itulah yang dikatakan Hina’

‘Terlebih lagi, jika kamu menjadi temanku ... aku bisa menjadi satu-satunya pahlawanmu.’

(Hentikan!! Otakku! Jangan memutar ulang kalimat-kalimat itu! Aaaaahh !!)

Ketika aku sekarat karena merasa ngeri, Shiina terus melanjutkan.

“Kamu tidak perlu merasa malu tentang hal itu. Hari itu adalah hari paling bahagia dalam hidupku. Berkat kata-katamu, kutukanku telah diangkat ...”

Nada lembutnya mengejutkanku, jadi aku mengalihkan pandanganku padanya.

Dia sedang menatapku. Tatapannya membuatnya terlihat seperti dia sedang melihat sesuatu yang paling dia sayangi.

“Aku tahu kalau perkataan ini masih sedikit lebih awal, tapi aku ingin mengucapkan terima kasih dengan benar.”

Aku tidak bisa menatap matanya untuk sementara waktu.

Jadi, ketika aku melihat ekspresi wajahnya, rasanya seperti aku diseret oleh mata hitamnya yang jernih.

“Berkat dirimu, aku merasa menjadi orang yang paling bahagia seumur hidupku.”

Senyumnya mirip dengan bunga yang mekar di bawah sinar matahari.

“Kamu sudah menyelamatkanku dan sudah membuatku bahagia, satu-satunya pahlawanku. Terima kasih banyak.”

Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari senyum itu.

Aku ingin mengukir pemandangan ini ke dalam otakku, tapi sayangnya aku tidak bisa melakukannya. Untuk beberapa alasan, penglihatanku mulai kabur.

“Ke-Kenapa kamu tiba-tiba menangis?”

“… Hah?”

Setelah mendengar suara panik Shiina, aku akhirnya menyadari bahwa air mataku lah yang mengaburkan pandanganku.

Seorang pria seharusnya tidak boleh menangis seperti ini, sungguh menyedihkan sekali. Aku mencoba menghentikan air mataku yang mengalir, tapi semua itu sia-sia. Justru sebaliknya, air mataku terus mengalir lebih deras dari sebelumnya.

“Ma-Maaf…”

Kenapa aku menangis?

Aku tidak tahu. Satu-satunya yang kutahu ialah bahwa aku selalu ingin mendengar kata-kata itu.

Sejak aku mendengar tentang masa lalunya.

Aku selalu ingin melihat senyumnya. Aku selalu ingin dia belajar tentang arti dari  kebahagiaan.

Itulah sebabnya aku bersedia menjadi musuh dunia.

“…Syukurlah.”

Dari lubuk hatiku, aku merasa benar-benar bersyukur untuknya. Aku belum pernah merasakan kebahagiaan sebanyak ini sebelumnya.

Kutukan yang terikat pada hatiku perlahan-lahan terangkat.

Semua orang di dunia itu, bahkan si penyihir sendiri terus mengatakan kalau pilihanku adalah sebuah kesalahan. Tapi Shiina berterima kasih padaku untuk itu. Pilihanku bukanlah sama sekali kesalahan. Aku akhirnya dihargai untuk semua pengorbananku.

“Po-Pokoknya, gunakan saputanganku!”

Aku menerima saputangan dari Shiina yang panik. Setelah aku menyeka air mata yang keluar untuk sementara waktu, aku akhirnya bisa menghentikannya.

Shiina menghela nafas lega setelah melihatnya.

Ketika aku mendapatkan kembali ketenangan aku, gelombang rasa malu menghampiri tubuhkuku. Aku tidak menyangka kalau aku mendadak menangis seperti itu.

Orang-orang di sekitar kami menatap kami dengan keheranan.

Tentu saja, reaksi mereka akan begitu. Ada cowok SMA yang tiba-tiba menangis di tempat umum seperti ini…

Aku bisa mendengar beberapa dari mereka membisikkan sesuatu tentang pertengkaran cinta dan semacamnya.

Bagaimanapun, aku berhasil menambahkan halaman lain ke sejarah gelapku.

“Ya ampun, kamu seriusan mulai menangis karena kamu merasa bahagia…?”

Mendengar pertanyaan menggoda Shiina, aku hanya balas mengangguk.

“Ya…”

“Hah?”

“Aku merasa sangat bahagia mendengarnya ..."

Ketika aku membalasnya dengan perasaan jujurku, dia langsung terdiam.

Aku menatapnya, yang menyembunyikan wajah merahnya yang semerah apel.

Ketika aku melihat pemandangan yang imut dan menggemaskan ini, aku akhirnya mulai menyadari perasaanku terhadapnya.

Ah, aku sangat mencintainya…

Jantungku tiba-tiba mulai berdetak kencang.

Detakannya begitu keras sehingga aku curiga kalau Shiina bisa mendengarnya dari tempatnya berada.

... Sebenarnya, aku sudah menyadari perasaanku lebih awal, tapi aku selalu berpura-pura tidak menyadarinya.

Tapi, begitu aku melihat senyumnya yang mempesona itu, aku tidak bisa terus-terusan membodohi diriku lagi.

Aku mencintai Shiina Mai. Bukan sebagai teman, tapi sebagai seorang wanita.

Aku benci mengakuinya, tapi itu adalah perasaanku yang sebenarnya.

“Shiina ...”

Saat aku mulai mengakuinya, rasanya jauh lebih plong daripada yang kukira.

Aku mencintainya, aku sangat ingin memeluknya.

“Iya, apa?”

“Aku berhasil menemukan sesuatu yang ingin kulakukan.”

Aku memberitahunya sambil tersenyum.

Sejak hari dimana Hina memarahiku, aku terus mencari tujuan baru untuk dicapai.

Sesuatu yang ingin kulakukan. Aku ingin memutuskan bagaimana menjalani hidupku sendiri.

Tapi hal tersebut merupakan hal yang sulit bagiku. Lagi pula, untuk waktu yang lama, aku selalu menjalani hidupku sesuai dengan prinspip keyakinanku. Sial, aku bahkan tidak bisa mengakui perasaanku sendiri sampai hari ini. Tapi sekarang, aku akhirnya menyadari apa yang ingin kulakukan.

Aku ingin selalu tinggal di samping Shiina.

Aku ingin mengenalnya lebih baik.

… Aku ingin menciumnya lagi.

“…Begitu ya.”

Shiina mengedipkan matanya sebelum tersenyum bahagia.

“Itu hebat. Apa kamu tidak keberatan memberitahuku tentang hal itu?”

Dia bertanya dengan senyum polos di wajahnya. Seketika itu juga wajahku mulai memanas.

Apa sih yang aku lakukan? Tentu saja, dia akan bertanya tentang itu jika aku mengungkapkannya.

Aku bahkan belum memiliki keberanian untuk menembaknya. Tidak satu jam sejak aku menyadari perasaanku, rasanya masih terlalu dini untuk menyatakan perasaanku ...

“I-Itu sih rahasia!”

“Jangan rahasia-rahasiaan! Ayo katakan padaku!”

Ketika aku mencoba menyembunyikan tujuanku darinya, dia bahkan memaksaku dengan lebih agresif.

“Ak-Aku akan memberitahumu ketika waktunya sudah tepat!”

Akhirnya, aku akan memberitahunya. Tapi bukan sekarang.

Aku menyukainya dan aku ingin mengenalnya lebih baik.

Demi melakukan itu, aku harus menembaknya dan menjalin hubungan dengannya.

Namun, aku tidak perlu terburu-buru. Lagi pula, jika dia menolakku, maka semuanya akan berakhir untukku.

Pertama-tama, aku harus memperdalam persahabatan kami terlebih dahulu dan membuatnya menatapku.

... Adapun bagaimana caranya, aku masih belum tahu.

Kurasa ini akan menjadi jalan yang lumayan sulit, huh?

Lagipula, memangnya gadis merepotkan ini bisa jatuh cinta dengan seseorang yang mudah?

Di tambah lagi, kami berdua dulunya adalah musuh. Walaupun sekarang kami adalah teman, tapi titik kasih sayang awalnya adalah negatif, jadi ini lebih rumit dari biasanya. Ternyata ini jauh lebih menantang dari yang kuduga

“Ke-Kenapa kamu mendadak murung begitu? Kamu lebih ekspresif dari biasanya hari ini ...” Kata Shiina dengan wajah kbingungan. Tentu saja dia akan bingung.

Aku sendiri merasa bingung dengan perasaanku, apalagi dia.

“Aku tidak percaya bahwa kamu dulunya adalah pria yang tidak pernah tertawa saat di kehidupanmu sebelumnya.”

Seperti yang dikatakan Shiina, aku adalah pria yang sangat berbeda dari kehidupan  sebelumnya.

Di kehidupan itu, aku selalu berusaha menyembunyikan emosiku.

“... Yah setidaknya, diriku yang saat ini jauh lebih baik ketimbang waktu itu.”

Meski demikian, kami tidak boleh terjebak di masa lalu selamanya. Kami bukan lagi Gray Handlet dan Cerys Flores lagi. Kami berdua adalah Shiraishi Godou dan Shiina Mai.

Ketika aku mengatakan ini padanya, Shiina tertawa.

“Ya, memang lebih mudah untuk menebak apa yang kamu pikirkan sekarang dibandingkan dengan saat itu. Di dunia itu, kamu lebih menakutkan ...”

“Menakutkan? Kok bisa?”

“Rasanya sulit untuk memilih dek percakapan ketika berbicara denganmu. Lagipula, aku tidak bisa membaca apa yang ada di pikiranmu...”

Gadis ini benar-benar menyiapkan kartu percakapan demi bisa berbicara denganku?

“Bukannya itu cuma karena kamu tidak memiliki keterampilan sosial saja?”

“La-Lantas kenapa?! Manusia tuh sangat menakutkan,tau?! ”

Shiina mulai membuat klaim yang tidak masuk akal, jadi aku mencoba menenangkannya. Ketika sedang melakukan itu, aku mendengar langkah kaki mendekati kami.

Aku melirik melalui bahuku untuk melihat Yuuka dan Shinji yang tampak kelelahan.

“Ca-Capeknya ... aku tidak percaya aku bermain sampai sepuas itu ...”

“Jika kamu saja secapek ini, maka pikirkan bagaimana perasaanku ... huh, kalian berdua kenapa? Kalian berdua bertengkar lagi?”

“Enggak! Cowok ini terus menjahiliku!”

Shiina menjadi lebih baik dalam berbicara dengan semua orang setelah acara sebelumnya di kolam renang. Sekarang, dia bisa berbicara menggunakan nada normal dengan semua orang selain diriku.

“Eh?! Kenapa kamu begitu jahat padanya, Godou?! ”

Tapi, untuk beberapa alasan, semua orang selalu memihaknya setiap kali terjadi sesuatu. Aku berharap suatu hari mereka akan menyadari bahwa segala sesuatu yang keluar dari mulut gadis ini adalah cuma sebatas omong kosong murni.

“Yah, Godou selalu menjadi cowok yang berdosa, kita semua sudah tahu itu.”

Sementara Yuuka berdiri dengan kuat di sisi Shiina, Shinji mulai menghinaku sebagai gantinya.

Ia mengabaikan tatapan bermusuhan aku dan melihat sekeliling.

“Ngomong -ngomong, Hina pergi kemana?”

“Ah, kalau dipikir-pikir, dia sudah menghilang dari tadi ...”

Sampai beberapa saat yang lalu, tempat di mana Shiina duduk adalah milik Hina.

Shiina datang tepat setelah Hina pergi ke toilet.

Tapi sudah lebih dari sepuluh menit sejak dia pergi, dan dia masih belum kembali.

“Katanya sih dia pergi ke toilet, tapi ...”

“Jangan-jangan dia sakit perut…?”

Gumam Yuuka. Kemudian, aku mendengar seseorang mendekati kami dari belakang.

Yuuka yang tidak menyadari hal itu, mendapat tepakan keras dari Hina di punggungnya.

“Enak saja kalau ngomong! Aku membeli beberapa makanan cemilan di sana, tau!?” Kata Hina ketika dia memamerkan cokelatnya.

Sebagai tanggapan, Yuuka hanya menghela nafas lega.

... Ada sesuatu tentang perilaku Hina yang membuatku penasaran, tapi aku memutuskan untuk tetap menutup mulutku.

 

◇◇◇◇

 

Setelah itu, kami semua pergi meninggalkan kolam renang dan pulang.

Sementara semua orang berbicara tentang betapa serunya pengalaman hari ini, aku menatap ke luar jendela sambil memikirkan perilaku aneh Hina.

Dia bilang kalau dia membeli beberapa makanan ringan, tapi apa benar hanya itu saja?

Berkat pengalaman tempurku dari kehidupan sebelumnya, aku bisa dengan mudah merasakan kehadiran orang lain.

Aku tidak tahu siapa itu, tapi ada seseorang yang menatapku dan Shiina dari kejauhan ketika kami berbicara. Aku mencurigai kalau orang itu adalah Hina.

Meski, aku tidak bisa memahami sedikit pun mengapa dia sampai berbohong begitu.

Mungkin, itu hanya imajinasi aku.

“Aku tahu kalau kamu orang yang tidak terlalu peka, tapi sebelum aku bisa memberitahumu segalanya, kamu harus memilah perasaanmu terlebih dahulu.”

Untuk beberapa alasan, ucapan Shinji kembali muncul di benakku.

 

◇◇◇◇

 (Sudut Pandang Hina)

 

Hari ini sangat menyenangkan, tapi juga melelahkan…

Apa aku berhasil tersenyum dengan benar?

Aku masih bertingkah normal, ‘kan?

Jika itu Godou, Ia mungkin menyadari keadaanku yang tidak enak badan, tapi Ia takkan tahu alasannya.

... Shinji sepertinya menyadari apa yang sedang terjadi. Ia hanya menatapku dalam diam.

“Hina?”

Godou yang berjalan di sebelahku, tiba-tiba memanggil namaku. Ia mungkin mengkhawatirkanku.

Kami berjalan pulang bersama setelah berpisah dengan semua orang di Stasiun Maebashi.

“Aku baik-baik saja. Aku cuma sedikit lelah ...”

Aku tidak berbohong. Aku beneran baik -baik saja, aku hanya lelah…

Godou hanya membalasku dengan tersenyum masam dan terus berjalan.

Jarak di antara kami lebih dekat dari teman normal, tapi tidak sedekat sepasang kekasih.

Sejak kami masih kecil, kami selalu mengatur jarak sejauh ini di antara kami.

Aku selalu berpikir bahwa kami akan melakukan ini untuk sementara waktu lebih lama.

Bukannya berarti aku tidak memiliki keinginan untuk menutup jarak di antara kami.

Aku hanya takut jika aku melakukan itu, tiba-tiba aku akan kehilangan posisiku yang sekarang. Aku sudah cukup senang dengan status saat ini.

... Tapi, setiap kali aku membayangkan bagaimana Ia akan berpacaran dengan orang lain membuatku merasa sedih. Setiap kali aku melihat wajahnya yang bahagia ketika berbicara dengan Mai-chan, dadaku mulai terasa sakit dan rasanya semakin sulit bagiku untuk bernafas.

Kurasa aku sangat menyukainya daripada yang kukira.

Setelah sekian lama, aku baru menyadarinya.

Walaupun, bukan berarti aku ingin Ia menjadi milikku. Selama Godou tetap berasa di sisiku, itu saja sudah cukup untukku.

Selama ini, aku secara naif mempercayai karena kami sudah saling kenal sejak kecil, meski kami tidak menjadi sepasang kekasih, aku masih bisa tetap berada di sisinya selamanya. Aku bahkan berpikir bahwa, jika suatu hari Ia tiba-tiba menemukan seseorang yang menjadi tambatan hatinya, aku masih bisa tinggal di sisinya.

Tapi, aku menyadari bahwa aku tidak bisa melakukan itu.

Ketika aku melihat adegan itu, aku bahkan tidak bisa berpikir untuk menghalangi hubungan mereka.

Sudah sangat jelas bahwa mereka berdua saling mencintai.

Aku melirik teman masa kecil yang ada di sebelahku.

Godou tampak sedikit lelah ketika menatap matahari terbenam.

Sulit dipercaya bahwa ini adalah orang yang sama yang menangis sebelumnya.

Jika aku tidak melihatnya dengan kepala mataku sendiri, aku mungkin takkan menyadari kalau matanya sedikit bengkak.

Hari ini adalah baru pertama kalinya aku melihatnya menangis.

Bahkan ketika kami masih anak-anak, aku belum pernah melihatnya menangis sekali pun.

Tidak peduli seberapa absurd situasi yang dihadapinya, Ia selalu berani melaluinya dengan tenang.

Tak pernah kubayangkan bahwa dirinya memiliki wajah konyol seperti itu ketika menangis.

Fakta bahwa Ia menunjukkan ekspresi semacam itu kepada gadis lain membuatku merasa cemburu.

Padahal selama ini, aku selalu berada di sisinya.

Tanpa kusadari, Ia mendadak menjadi dekat dengan seorang gadis yang tiba-tiba muncul dalam kehidupan kami.

Rasanya seolah-olah mereka berdua terikat oleh benang merah takdir.

Godou, apa kamu bisa memberitahuku?

Kenapa kamu hanya menunjukkan sisi lemahmu pada gadis itu?

Mengapa kamu terlihat begitu peduli padanya?

Mengapa kamu memaksakan dirimu sendiri begitu keras untuknya?

... Aku harus berhenti memikirkannya, atau jika tidak, aku akan mulai membenci diriku sendiri. Merasa cemburu seperti ini merupakan hal terburuk yang pernah kulakukan.

Aku harus pulang dengan cepat sekarang, naik ke tempat tidur dan mencoba melupakan semua yang terjadi hari ini.

... Walaupun, kurasa aku membutuhkan waktu yang lama untuk bisa pulih dari peristiwa ini.


 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama