Bab 15 — Kamu Tidak Bisa Melarikan Diri Lagi, Jadi Benamkan Dirimu Dalam Kenikmatan Ini
Beberapa hari telah berlalu
sejak aku mengalami sakit demam. Bahkan setelah itu, waktu yang kuhabiskan
bersama Madoka-san tidak berkurang sama sekali... tapi justru sebaliknya,
waktuku bersama dengannya terus meningkat. Ketika aku berjumpa dengannya pada
pagi hari, dia akan memberiku kotak makan siang dan setelah aku pulang dari
sekolah, dia akan mengajakku ke dalam rumahnya.
“Sudah kubilang, ‘kan? Aku akan
selalu merangkul dan manjakanmu, Chinatsu-kun.”
Ketika dia memelukku, dia selalu
mengatakan itu seolah-olah ingin mengingatkanku. Aku sedikit malu, tetapi aku
ingin dimanjakan oleh kata -katanya dan kehangatannya, jadi aku tidak pernah
menolaknya.
Meskipun Ryoma tidak tertarik
pada Madoka-san, Shirayuki terus bertanya kepadaku mengenai Madoka-san.
Tampaknya Shirayuki juga sangat menyukainya, dan meski dia tidak sering
mengunjungi rumahku, mereka tetap berhubungan satu sama lain.
“Nacchan benar-benar sangat
dicintai, ya?”
Aku selalu diberitahu begitu
sampai-sampai terlalu malu untuk mengatakan apa-apa, tapi kurasa mereka hanya
berpikir kalau aku mencoba menyembunyikan rasa maluku. Aku berpikir tentang
Madoka-san ketika aku di sekolah, dan begitu aku selesai, aku ingin segera
menemuinya setelah pulang ... sungguh, seberapa besar aku mencintai Madoka-san?
“... dia bahkan sudah memperlakukanku dengan sangat
baik ... baiklah!”
Aku mengepal erat-erat kepalan
tanganku.
Aku tidak mau berada di pihak
penerima terus. Aku ingin melakukan sesuatu untuk Madoka-san juga. Demi
melakukan itu ... Aku harus segera pulang!
“Hei! Apa maksudmu dengan itu?!”
“Jangan membuatku mengulanginya!
Aku putus denganmu!”
“Kenapa kamu tiba-tiba mau
putus! Jangan bercanda terus!”
“Memangnya kamu itu tuli, hah!”
Apa-apaan itu, orang pacaran
yang lagi berantem? Aku melihat ke arah sumber suara itu dan melihat dua orang
yang membuang rokok sembarangan beberapa hari yang lalu dan berpura-pura tidak
saling mengenal. Entah mereka memiliki ketidaksepakatan, atau ada hal lain yang
terjadi ... sejujurnya aku tidak terlalu peduli, jadi aku berjalan melewati
mereka begitu saja.
Aku tidak ingin menjadi seperti
itu ... Aku tidak ingin menghina-hina seorang wanita terutama ketika ada banyak
orang yang menonton.
“Mereka harusnya belajar dari
Shirayuki dan Ryoma.”
Jika dunia penuh dengan pasangan
seperti itu, dunia akan jauh lebih damai, meskipun bakalan ada banyak gula dan
menimbulkan masalahnya tersendiri.
“… Aku harus segera pulang.”
Seperti biasa, aku mengirim
pesan ke Madoka-san, tetapi pada kenyataannya, Madoka-san sudah pernah
memberitahuku kalau aku boleh masuk secara normal. Selain itu ... aku
mengeluarkan sesuatu dari kantongku.
“Ini adalah harta ... eh, hentikan
itu, aku nanti dikira orang menjijikan.”
Aku mengambil kunci duplikat
kamar Madoka-san yang pernah dia berikan kepadaku. Dia mengatakan kalau itu
adalah tanda terima kasih karena sudah memberinya kunci duplikat kamarku, tapi
... aku maish sedikit ragu-ragu untuk menerimanya.
[Ambil
saja. Kamu boleh mampir ke sini kapan saja dengan itu. Yah, meskipun pada
dasarnya, ketika Chinatsu-kun datang, aku akan membiarkan pintu tidak terkunci,
sih~♥]
Pada waktu itu, Madoka-san
meraih tanganku dan memberikan kuncinya sambil tersenyum. Aku hanya bisa mengangguk
karena merasakan tekanan yang kontradiktif tapi lembut seolah-olah dia takkan
mengizinkanku untuk menolaknya. Pada akhirnya, aku menerima kunci tersebut dan
menyimpannya sampai hari ini, tapi aku harus berhati-hati untuk tidak
kehilangannya.
Aku dengan cepat berlari pulang
menuju apartemenku, meletakkan barang bawaanku di rumahku sendiri dan pergi ke
kamar Madoka ... tapi ...
“……?”
“… su… -kun…!”
Aku mendengar suara.
Aku memiringkan kepalaku dan membuka
pintu ... Ah, pintunya terbuka. Rupanya, dia telah melihat pesanku, tapi dia
tidak membalasnya. Aku membuka pintu dan berjalan masuk. Lalu, tak berselang
lama aku disambut oleh Madoka-san.
“Selamat datang di rumah,
Chinatsu-kun ♪”
“Aku pulang, Madoka-san ...?”
“Ap-Apa ada yang salah?”
Bukankah wajahnya terlihat sedikit
merah? Dan dia terlihat sedikit berkeringat juga ... Pokoknya, tidak ada yang
salah, jadi aku langsung pergi ke ruang tamu. Lalu, aroma manis menyebar dan menggelitik
lubang hidungku.
Ketika Madoka-san duduk di
sebelahku di sofa, aroma tersebut tercium lebih kuat.
“… Apa kamu mencium sesuatu
yang lucu?”
“Apa? Ah, enggak, enggak,
enggak, aku cuma kepikiran kalau baunya sangat wangi dan enak. ”
“Be-Begitu ya ... fufu,
syukurlah~♥”
Aromanya sangat wangi, tapi ini
sepertinya bukan parfum.
Mengesampingkan masalah aroma
tadi, aku memutuskan untuk menyatakan niatku kepada Madoka-san segera.
“Um, Madoka-san!”
“Hiya!?”
Gawat, sepertinya aku terlalu
mengejutkannya karena menjadi terlalu agresif ... Aku mengambil napas dalam-dalam,
berusaha menenangkan diri dan melanjutkan.
“Madoka-san, apa ada sesuatu yang
ingin aku lakukan untukmu?”
“Apa yang aku ingin kamu
lakukan!?”
Tatapan mata Madoka-san melebar
dan dia bersandar lebih dekat padaku. Kali ini, kekuatan gerakan itu membuatku
membungkuk ... tanganku meraih dua gunung kembarnya saat aku menahan tubuhnya.
Madoka-san menatapku, tetapi
segera melihat sebuah tangan menyentuh dadanya dan mengalihkan perhatiannya
padanya ... dan kemudian dengan cepat mengembalikan tatapannya padaku.
“Kamu berani juga ya,
Chinatsu-kun.”
“Aku minta maaf!”
Aku segera menarik kembali
tanganku.
Madoka-san tertawa kecil dan
mengatakan untuk tidak mengkhawatirkannya. Tapi tetap saja, gumpalan lembut itu
selalu luar biasa untuk dilihat dan terasa luar biasa untuk disentuh ... Tidak!
Tidak! Sekarang bukan waktunya untuk itu! Aku perlu memberitahunya kenapa aku
membuat usulan semacam itu.
“Begitu rupanya. Padahal kamu
tidak perlu mengkhawatirkanitu ... tapi jika Kamu mengatakannya, hmm ~ Apa yang
aku ingin Chinatsu-kun lakukan, ya ...”
“Apa pun yang kamu inginkan ...
meskipun itu mungkin sulit. Tapi aku ingin membalas sesuatu kepada Madoka-san.”
Aku menatap mata Madoka-san dan
mengatakan itu. Aku tidak ingin mendengarnya berkata, “Kamu tidak perlu melakukan apa pun, Kamu tidak perlu berterima kasih
kepadaku,” jadi aku meremas tangan Madoka-san dengan erat.
“…Oke. Aku baru saja
memutuskan.”
“Benarkah?”
“Ya. Chinatsu-kun, malam ini menginaplah
di sini.”
“Baiklah, aku mengerti ... eh?”
“Apa kamu tidak mendengarnya? Menginaplah
di sini untuk malam ini.”
…Hah?
Kupikir aku pasti salah
mendengarnya. Setelah kembali ke kamarku untuk mandi, kami makan malam bersama
... Madoka-san lalu meraih tanganku dan mengajakku ke dalam kamar tidurnya.
Sejujurnya, ini bukan pertama kalinya aku memasuki kamar tidur ini.
“Ayo, kemarilah, Chinatsu-kun.”
“……”
“Aku ingin kamu tidur denganku.
Kamu takkan menolaknya, ‘kan?”
“……”
Aku memang mengatakan kalau aku
akan melakukan apa yang dia inginkan, tapi aku tidak mengharapkan ini! Berbeda
dengan tempat tidurku, tempat tidur Madoka-san cukup besar. Ukurannya sangat
besar sehingga kami bisa tidur bersama tanpa masalah.
“Jika kamu tidak kemari, aku takkan
tidur hari ini, oke?”
“Ugh ...”
Madoka-san menatapku saat aku
meringkuk di tengah ruangan. Cuaca mala mini lumayan sangat dingin, dan jari-jari
kaki aku semakin dingin. Meskipun ruangan itu mempunyai pemanas, Madoka-san
pasti merasakan hal yang sama.
Dia terus menatapku, dan terus
menunggu sambil membuka selimut tidurnya. Lalu aku melihatnya sedikit
menggigil, seolah -olah dia kedinginan, dan aku memutuskan.
“…Baiklah kalau begitu…”
“Ya.”
“Permisi.”
“Selamat datang~♥”
Aku berbaring di atas kasur
yang lembut, kemudian seolah-olah dia sedang menungguku, Madoka-san meletakkan
selimut di atasku dan dirinya sendiri. Sejujurnya, aku sangat gugup, tapi lebih
dari itu, aku merasa sangat lega dengan kehangatan selimutnya.
“… Fuah.”
“Ara ara, padahal kita akan
bersenang-senang, tapi kamu sudah ingin tidur duluan?”
“Kurasa, aku mungkin ...
sedikit lelah.”
Wajah Madoka sangat dekat dengan
wajahku, dan napasnya bisa terasa di depan hidungku. Tapi untungnya, aku lebih
mengantuk daripada gugup.
“Nee, Chinatsu-kun.”
“Iya?”
“... Rasanya sangat aman dan
menenangkan.”
“…Ya.”
Sudah lama sekali sejak aku
tidur dengan seseorang seperti ini di malam hari. Pengalaman terakhirku adalah
ketika aku pergi menginap di rumah Ryoma, Shirayuki juga ada di sana, tapi kami
bertiga tidur berbaring berdampingan.
... Aku tidak merasa kesepian
tidur dalam kegelapan di malam hari. Tapi sangat nyaman memiliki seseorang
seperti ini di sisiku.
“Madoka-san ... aku ...”
“Apa ada yang salah? Biarkan aku
mendengar semuanya.”
“… Seandainya kita bisa sedikit
lebih dekat–”
Sebelum aku bisa mengatakannya,
Madoka-san sudah memelukku dengan erat.
Sensasi kelembutan kapas piyama
dan tonjolan besar yang membungkus di dalamnya memikatku. Madoka-san dengan
lembut membelai kepalaku juga ... Ah, aku ingat bagaimana ibuku melakukan
ini saat aku masih kecil dulu.
“Aku sudah bilang ‘kan. Kamu
bebas bermanja-manja padaku. Aku akan selalu ada untukmu.”
“…Terima kasih.”
“Kamu tidak perlu berterima
kasih kepadaku. Bagiku, memanjakan Chinatsu-kun adalah—”
Aku tidak bisa mendengar
suaranya, yang secara bertahap menjadi lebih tenang dan lebih kecil. Ada
sesuatu yang disebut kelembutan yang kurasakan dari Madoka-san, aku merasa
seolah-olah sedang dibelai olehnya. Lagipula, setiap kali dia melakukan ini padaku
…. aku merasa ingin membenamkan diri dalam kehangatannya.
Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya