Bab 17 — Suara Terjatuh~♪
“Baiklah, hanya sampai di sini
saja untuk hari ini, hati-hati saat pulang nanti~!”
“Ya~”
Suara Sensei menandai
berakhirnya jam pelajaran dan berakhirnya hari lain di sekolah. Seperti yang kujanjikan
pada Madoka-san di pagi hari, aku bersemangat untuk makan di luar untuk pertama
kalinya. Tentu saja makanan rumahan Madoka-san terasa enak, tapi menurutku kesannya
jauh lebih bermakna karena aku bersama Madoka-san.
“Kenapa kamu terlihat
cengengesan terus?”
“Ya, Nacchan, kamu sudah
seperti ini sepanjang hari.”
“Benarkah?”
“Ya. Aku sudah memperhatikanmu
dari pagi.”
Aku penasaran memangnya semudah
itu bagi mereka untuk memahamiku… Tapi yah, mereka sudah tahu tentang
Madoka-san, jadi mereka juga akan mengerti perasaanku. Tapi, Shirayuki, aku
agak takut jika kamu terus memperhatikanku selama ini.
“Rasanya menakutkan untuk diawasi
sepanjang waktu, tau?”
“Itu tidak benar! Hei Nacchan!”
“Tapi itu menakutkan…”
“Gugh!”
Rasanya menakutkan diawasi
sepanjang waktu ...
Kamu seharusnya menatap Ryoma
saat kamu punya waktu untukku, Shirayuki. Aku yakin itu juga tidak akan
menyenangkan bagi Ryoma.
“Astaga, orang ini…”
“Ryoma~♪”
…Hah~,
mereka saling menggoda lagi.
Aku memikirkannya saat melihat
Shirayuki, yang kepalanya sedang dielus-elus oleh Ryoma. Aku mengerti bahwa
Shirayuki memiliki perasaan sahabat yang berat karena masa lalu. Itu sudah
berakhir sekarang, dan aku tidak perlu khawatir sama sekali.
“… Shirayuki.”
“Apa~?”
"Yah, terima kasih telah
menjagaku, meskipun aku masih merasa sedikit takut.”
“Ya! …Dan sudah kubilang itu
tidak menakutkan!”
“Kuku, aku benar-benar tidak
pernah merasa cukup dengan ini.”
Aku harap kamu bisa memegang
kendali Shirayuki sebelum tertawa, Ryouma.
Setelah itu, kami bertiga pergi
meuju loker sepatu, dan ketika kami sampai di luar, aku memberi tahu mereka…
“Sebenarnya, aku akan makan
sushi dengan Madoka-san hari ini.”
“Heh, sushi!”
“Bukannya itu bagus. Selamat
bersenang-senang.”
Aku akan melakukannya tanpa
kamu memberitahuku.
Shirayuki menatapku dan berkata
dia ingin pergi juga, tapi tentu saja aku tidak akan mengajaknya dan aku takkan
mengundangnya dari awal. Satu-satunya saat aku mengundang Shirayuki adalah saat
kami semua pergi makan bersama, termasuk Ryoma.
“Selamat bersenang-senang,
Nacchan.”
“Sampai ketemu lagi.”
“Sampai jumpa!”
Aku meninggalkan mereka dan
bergegas kembali menuju apartemenku.
Di tengah semua ini, aku
kembali memikirkan ssuatu. Sekali lagi, ketika aku berpikir tentang bagaimana
Madoka-san mencoba bunuh diri saat itu, aku sangat senang dia menjadi cerah.
Dia tidak menunjukkan ekspresi muram pada saat itu juga.
“Baiklah, aku kembali.”
Aku menaruh tas di kamarku dan langsung
pergi ke unit kamar sebelah.
Aku sudah memberitahunya kalau aku
akan pulang sekitar waktu ini, jadi pintunya tidak dikunci dan aku masuk
seolah-olah itu merupakan hal yangwajar.
“Madoka-san, aku pulang.”
“Ah, selamat datang kembali,
Chinatsu-kun!”
…. Ah, aku merasa menjalani
hariku hanya demi melihat senyum Madoka-san.
Madoka berlari ke arahku dengan
langkah kaki yang mengepak dan segera menggandeng tanganku dan membawaku ke
ruang tamu.
“… Fufu~♪”
"Apa ada yang salah?”
“Tidak, aku hanya ingin tahu
apakah kamu senang bisa pergi makan bersamaku.”
“… begitu ya…?”
Ryoma dan Shirayuki juga
menyadarinya… Aku sangat malu sampai-sampai tidak berani menatap wajahnya. Aku
melirik Madoka-san untuk melihat reaksinya, dan dia menatapku dengan mata yang
sangat baik.
“…..”
Aku sudah memikirkannya
sebentar, tapi Madoka-san memiliki daya tarik yang luar biasa. Dia memiliki
kualitas keibuan yang membuatku merasa lebih dimanjakan daripada ibu kandungku,
dan aku tahu ibuku akan menangis jika aku mengatakannya, tapi aku benar-benar
merasakan hal seperti itu.
“Ayo, Chinatsu-kun, ini pelukan
selamat datang~♪”
“…Ah…”
Madoka-san sedang menungguku
dengan tangan terbuka lebar.
Ya, ini, nih. Suara dan gestur
manis ini selalu memanjakanku dengan menghancurkan kemampuan berpikirku— Hanya
begitu saja.
“ … Madoka-san.”
“Fufu, anak baik~ anak baik~.”
Terus terang saja, aku merasa
itu tidak baik.
Aku merasa seperti akan
menyerahkan segalanya pada Madoka-san dan tenggelam dalam manjaannya. Tentu
saja aku tidak bisa menjauh darinya, bukan berarti aku kecanduan padanya, tapi…
aku tidak bisa lagi berbicara tentang duniaku tanpa kehadiran Madoka-san,
kehadirannya menjadi keberadaan penting bagiku.
“Madoka-san, aku benar-benar
khawatir sekarang.”
“Ya ampun, khawatir tentang
apa?”
Mari kita tanyakan padanya,
jawaban seperti apa yang akan diberikan Madoka-san padaku?
“…Aku merasa seperti aku akan
benar-benar hancur jika terus dimanjakan seperti ini. Aku sangat senang
Madoka-san melakukan ini padaku. Sampai-sampai jika kamu tidak melakukan ini
padaku, aku jadi merasa tidak nyaman… aku minta maaf karena mengatakan sesuatu
yang aneh.”
Apa yang sebenarnya aku
katakan? Aku mengatakan itu dan mencoba menjauh dari Madoka, tapi tubuhku tidak
bisa lepas darinya. Itu karena cengkeraman Madoka-san padaku menjadi sangat
kuat. Madoka-san mendekatkan wajahnya ke telingaku dan berbisik manis, suaranya
langsung mencapai otakku.
“Apanya yang aneh tentang itu?
Nee Chinatsu-kun, jangan menganggap tindakan ini aneh atau salah. Ini merupakan
sesuatu yang sangat penting, sangat penting bagi Chinatsu-kun untuk dimanjakan
olehku seperti ini… Paham? Jangan mempertanyakannya, anggap saja ini tindakan
penting. Anggap ini sebagai sesuatu yang perlu, oke?”
“……”
Gawat… aku merasa seperti akan meleleh.
Pikiranku menjadi kacau… Aku
bahkan merasa seolah-olah otakku meleleh. Tidak hanya dari kata-katanya, tapi
juga dari sentuhan lembut tangan yang membelai kepalaku, dan kekuatan sihir
yang tak tertahankan yang dipancarkan Madoka-san sendiri, yang sepertinya
menyelimutiku.
“Aku selalu di sisimu,
Chinatsu-kun… Lihatlah kemari, Chinatsu-kun, lihat wajahku.”
“Madoka-san...?”
“Ya… Siapa yang kamu lihat di
mataku sekarang?”
“…Itu aku.”
“Betul sekali. Aku juga
satu-satunya di mata Chinatsu-kun.”
“Ya.”
Percakapan macam apa ini?
Madoka-san menatap lurus ke
arahku dan melanjutkan ucapannya.
“Sungguh, satu-satunya orang
yang membentuk dunia ini sekarang adalah Chinatsu-kun dan aku. Fufu, bukannya
itu luar biasa? Hanya ada aku dan Chinatsu-kun – hanya aku satu-satunya yang bisa
kamu andalkan, dan aku satu-satunya yang bisa merangkul Chinatsu-kun.”
“Ah…”
Hanya Madoka-san… Hanya dia
saja…
Aku dibuat linglung untuk
beberapa saat, tapi aku ingin bersin sedikit, jadi aku menjauh dari Madoka-san.
Aku kemudian melepaskan bersin yang kuat, dijaga dengan baik oleh tangan aku.
“…Achoo!”
“… Fufu… Ahaha!”
“Maaf, Madoka-san, aku tidak
bisa menahannya… Ah…”
“Chinatsu-kun, ingusmu menetes!”
Wah, wah, wah!
Rasanya sangat memalukan
dilihat dengan wajah yang meneteskan ingus di depan Madoka-san. Tapi entah
kenapa aku merasa bersin itu menyelamatkan hidupku. Jika aku tidak bersin
seperti itu, aku benar-benar akan… Yah, bukannya aku tidak menyukainya sih,
tapi… Aku juga sedikit takut.
“… Ahh! Chinatsu-kun, sekarang
sudah waktunya!”
“Hah?”
“Aku sudah memesan tempat! Mou,
Madoka, bodoh! Kamu bisa memanjakan Chinatsu-kun sebanyak yang kamu suka di
malam hari!”
Madoka-san terlihat sangat
liar…
Bagaimanapun, aku mendekati
Madoka-san dan mulai bersiap-siap. Yah, sepertinya meskipun waktu pemesanan
sudah dekat, kami tidak akan terlambat.
Madoka-san dan aku pergi
beberapa menit menuju restoran sushi di kota. Meski awlanya agak kacau, tapi
itu adalah makan malam yang sudah lama ditunggu-tunggu sendirian dengan
Madoka-san. Mari nikmati hari ini sepenuhnya agar aku bisa membuat kenangan
berharga lainnya bersamanya.
“Ayo, Chinatsu, ayo masuk.”
“Ya!”
Kami memasuki restoran sambil bergandengan
tangan, dan Madoka-san, wanita cantik yang berdiri di sampingku, pasti menarik
banyak perhatian. Aku sedikit penasaran bagaimana kami dipandang, dan aku
berusaha untuk tidak membodohi diri sendiri dengan berdiri di sampingnya,
meskipun hanya sedikit.
“…Chinatsu-kun, wajah segarmu
saat ini sangat keren.”
“Eh? Benarkah?”
“Ya~♪ Fufu, kamu terlihat lebih
dewasa dari biasanya.”
Serius, aku tidak akan bisa
berhenti menyeringai ketika kamu sampai memujinya seperti itu.
“Pelanggan yang terhormat,
bolehkah saya mengantar Anda?”
““Ah””
“…Ya silahkan.”
Madoka-san dan aku kemudian
diam-diam dipandu oleh pelayan restoran.
Sebelumnya
|| Daftar isi || Selanjutnya