Tonari no Onee-san Bab 21

Bab 21 —  Rencana Masa Depan

 

(TN: Kembali ke sudut pandang Chinatsu.)

Setelah aku meninggalkan Madoka-san, aku melirik kebelakang beberapa kali.

“… Astaga, seberapa banyak sih aku menyukainya ..”

Tidak, aku memang menyukainya, tapi kurasa aku terlalu terobsesi dengannya. Aku sudah menyatakan kalau aku akan menenggelamkan diriku di Madoka-san, tapi memang benar kalau aku sedikit takut jika diriku takkan bisa berkembang. Ketika aku berbicara dengan Madoka-san kemarin, aku yakin dia senang, tapi aku masih sedikit takut.

“Chinatsu-kun, aku akan menanggapi apapun. Jadi tolong, tolong, jangan pernah tinggalkan aku… aku mohon.”

Setelah selesai membicarakan itu, dia mengatakan ini kepadaku saat aku bernapas dengan kasar sambil ditutupi oleh Madoka-san. Dengan suara merengek, dia mengulurkan tangannya dengan putus asa dan menyuruhku untuk tidak membuangnya.

“Aku takkan membuangmu… Itu bukan sesuatu yang harus kamu pikirkan, Madoka-san.”

Aku takkan pernah melepaskan Madoka, aku takkan pernah melepaskan orang yang lebih berarti bagiku daripada apa pun!

“…Benar juga. Aku harus mengirim pesan untuk Madoka-san.”

Aku benar-benar terhubung dengan Madoka-san kemarin, tapi aku sedikit khawatir mengenai hari ini karena percakapan yang dia lakukan dengan mantannya sebelumnya. Aku sedikit cemas apa cowok itu akan melakukan sesuatu pada Madoka-san, bahkan mungkin dengan paksa melecehkannya… Begitu aku mulai mengkhawatirkannya, aku tidak bisa menghilangkan kegelisahanku.

[Madoka-san, semangat terus buat belajar di kampusnya. Dan jika terjadi sesuatu, tolong hubungi aku. Aku pasti akan datang untuk menyelamatkanmu.]

Tindakan ini mungkin kekhawatiran yang tidak perlu, tapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mengirimkan pesan tersebut.

Segera setelah aku meletakkan ponselku di saku dan mulai berjalan pergi, aku langsung mendapat tanggapan.

[Terima kasih, Chinatsu-kun. Aku baik-baik saja, jadi jangan terlalu khawatir, oke? Tapi aku sangat senang kamu peduli padaku seperti ini. Ayo bermesraan lagi sebanyak yang kamu mau saat kamu kembali, oke? Aku akan menjagamu dan memanjakanmu.]

… Ah, Madoka-san terlalu baik.

Aku memang merasa cemas, tapi mempercayainya juga sama pentingnya. Aku sedikit lega dengan kata-kata Madoka-san, dan langkahku menuju sekolah lebih ringan.

Begitu aku tiba di sekolah, aku duduk di mejaku dengan linglung… Tapi ternyata, teman-teman terdekatku bisa melihat bahwa hatiku sedang melayang-layang. Shirayuki dan Ryoma langsung menghampiriku.

“Selamat pagi Nacchan, kelihatannya kamu sedang dalam suasana hati yang baik, ya?”

“Hei, Chinatsu. Dari tadi kamu menyeringai terus loh?”

“Be-Begitukah?”

Aku belum pernah berpacaran sebelum aku bersama dengan Madoka-san. Aku ingin tahu apakah itu bagian dari alasan kenapa aku sangat optimis. Tidak peduli seberapa keras aku mencoba mengencangkan ekspresiku, pipiku menjadi mengendur lagi. Shirayuki yang meninggikan suaranya, mengarahkan jarinya ke arahku dan segera menebak dengan benar.

“Aku cukup yakin kamu pergi makan sushi dengan Madoka-san kemarin… Apa jangan-jangan kamu akhirnya berpacaran dengan Madoka-san?”

“Oh, apa itu benar?”

“…Ya.”

Aku mengangguk.

Pada saat itu, Ryoma pertama meremas bahuku, dan Shirayuki menggenggam tanganku dengan kuat.

“Selamat Nacchan!”

“Selamat Chinatsu!”

“… Terima kasih, kalian berdua.”

Aku sangat senang diberi selamat oleh kedua sahabatku yang sudah lama bersamaku.

“Sekarang Nacchan punya pacar. Fufu, ini akan sangat menyenangkan mulai sekarang.”

“Kurasa… aku sangat senang, aku hampir dibuat linglung melulu. Pipiku sangat longgar.”

“Yah, wanita itu benar-benar cantik... Apa kamu sudah melakukan banyak hal padanya?”

Jangan tanya aku pertanyaan pribadi seperti itu. Aku berharap bisa menjawab dengan cara yang bermartabat, tapi melalui kata-kata Ryoma, aku jadi kembali mengingat kejadian kemarin dengan jelas.

“……!”

Aku secara refleks menjatuhkan wajahku di atas meja. Karena jika tidak, mereka akan melihat wajah merahku.

“… ternyata cepat juga.”

“Madoka-san memang hebat.”

Ap-Apa aku bisa berkonsentrasi pada kelasku hari ini atau tidak, ya?

Kekhawatiranku menjadi kenyataan, dan meskipun aku tidak terlalu banyak melamun untuk mendapatkan perhatian siapa pun, sepertinya aku memikirkan Madoka sepanjang waktu. Yah, semakin banyak waktu berlalu, semakin aku berpikir bahwa tidak ada gunanya memikirkannya.

“Kira-kira apakah kita bisa melakukan kencan ganda atau semacamnya?”

“…Hmm, entahlah.”

Selama jam istirahat makan siang, perkataan Shirayuki membuatku berpikir.

Menurut yang aku dengar, Madoka-san sepertinya sangat menyukai Shirayuki, dan dia mungkin akan setuju jika aku bertanya padanya.

“Aku menantikannya ketika saatnya tiba.”

“Benar.”

Yah, aku ingin berduaan dengan Madoka-san untuk sementara waktu, tapi menurutku akan menyenangkan untuk pergi bermain dengan semua orang.

“…Kuhu~…Shirayuki~”

“Ah~, aku ingin tahu apakah Ryoma melihatku dalam mimpinya♪”

Ketika aku penasaran yang Ryoma lakukan ketimbang ikut serta dalam percakapan, Ia ternuata sedang tertidur dengan tangan bersilang. Rasanya sangat lucu bahkan dalam mimpinya, dirinya masih bermesraan dengan Shirayuki. Wajahnya sangat tampan, tapi cara dia ngiler dalam mimpinya tentang wanita yang dicintainya terlihat… agak bego.

“Oh, kau ngiler, Ryoma.”

“… Entah kenapa, kalian berdua terlihat seperti ibu dan anak.”

Aku menertawakan Shirayuki menyeka mulutnya dan Ryoma melakukan sesuka hatinya.

Melihat mereka bersama seperti ini membuatku ingin segera bertemu dengan Madoka-san. Tenggelam berarti ketergantungan juga? … Tidak apa-apa, tidak perlu khawatir tentang ini. Mungkin jika aku memberi tahu Madoka-san tentang masalah ini…

‘Ketergantungan? Apa yang salah dengan itu? Chinatsu-kun tenggelam dalam diriku, kan? Kalau begitu kamu tidak perlu mengkhawatirkannya. Kemarilah, Chinatsu-kun, kamu bebas bermanja denganku ♪’

“… Mungkin itu yang akan dia katakan.”

Aku berpikir kalau dia pasti akan menyayangiku sampai setingkat itu… Tapi aku tenggelam di dalamnya karena sangat nyaman.

Aku akan memulai jam pelajaran soreku, tapi aku sedikit penasaran… Bagaimana kabar Madoka-san?

 

◇◇◇◇

 

Saat Chinatsu memikirkan Madoka, dia juga memikirkan Chinatsu.

“…Hah~ aku sangat merindukanmu, Chinatsu-kun.”

Dia ingin pergi ke sisinya sekarang dan memeluknya, memanjakannya, terus memanjakannya, melakukan apa yang dia inginkan dan membiarkan Chinatsu melakukan apa yang diinginkannya … Madoka telah memikirkan hal-hal seperti itu sejak lama. Yang bisa dia pikirkan hanyalah Chinatsu, dan dia terlalu banyak memikirkannya sehingga teman-temannya pun mengkhawatirkannya.

"Hei Madoka, kamu yakin kamu baik-baik saja?”

“Eh? Ya aku baik-baik saja, kok. Aku hanya sedang memikirkan pacarku.”

Keberadaan Chinatsu sudah terungkap lama, Madoka memberi tahu temannya tanpa rasa malu sama sekali.

Madoka merasa tidak ada yang salah dengan memberitahunya, dan dia bangga dengan Chinatsu karena menurutnya Ia adalah pacar yang baik.

Teman Madoka… adalah seorang wanita bernama Kisaragi Maki, yang terkejut dengan komentar pacar Madoka.

“Apa! Kamu punya pacar baru!?”

Orang-orang di sekitar mereka langsung membuat keributan.

Madoka menghela nafas kecil dan Maki menyatukan tangannya dan meminta maaf atas apa yang telah dia lakukan. Yah, sejauh menyangkut Madoka, tidak masalah jika ada yang tahu. Pokoknya, dia ingin pulang dan melihat Chinatsu secepatnya, hanya itu yang dia inginkan.

“… Tapi Madoka…”

“Apa?”

“Yah… Rasanya sedikit aneh melihatmu begitu bahagia dengan pacarmu, iya ‘kan?”

“Mengapa?”

Madoka yang jujur penasaran bertanya pada Maki.

Maki mengawali pidatonya dengan mengatakan bahwa dia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, lalu melanjutkan.

“Yah… Rasanya seperti berlumpur, dan aku tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata, tapi … menurutku Madoka agak menakutkan.”

“Memangnya itu salah?”

“Eh...!?”

Maki berbicara dalam bahasa yang terlalu abstrak. Tapi pesan itu tersampaikan. Madoka lalu menatap Maki.

Apa salahnya memiliki perasaan yang berat, dengan kata lain, cinta yang berat. Itu hanya membuktikan kalau diriu memendam perasaan yang kuat.

“Maki? Kenapa kamu memalingkan wajahmu?”

“Aku merasa takut pada Madoka yang sekarang!”

Madoka mengerutkan kening seolah mengatakan bahwa takut padanya merupakan tidak sopan dan dia sudah gila.

Dia mengalihkan pandangannya dari Maki, dan sementara dia diam-diam menghabiskan waktu, satu-satunya hal yang terlintas di benaknya adalah bayangan Chinatsu.

“…Chinatsu-kun~♪”

Berbanding terbalik dengan ekspresinya yang terlihat begitu senang, tatapan matanya justru tampak sangat gelap. Madoka sedang memikirkan tentang apa yang akan dia lakukan ketika kembali ke rumah, dan rencana masa depan seperti apa yang akan mereka bicarakan.

 

 

Sebelumnya || Daftar isi || Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama