Chapter 5
“Happosai !! ... Huh?”
...Lah, kok? Aku terbangun dan
melihat sekelilingku.
Tidak ada yang salah dengan
itu, tapi aku merasa seperti terbangun setelah mengatakan sesuatu yang
keterlaluan dalam tidurku... Mungkin itu hanya imajinasiku saja.
“... Kepalaku anehnya terasa
ringan.”
Rasanya seperti aku masih
berada di dalam mimpiku, tapi aku tersenyum kecut karena tahu bahwa mimpi
semacam itu tidak mungkin terjadi.
Aku melihat sekeliling dan
melihat interior ruangan yang nostlagia.
Ketika aku melihat sekeliling...
aku dibuat terkejut saat melihat sesuatu di atas meja.
“... Gawat!?”
Aku segera berdiri dan
mengambil sesuatu yang ternyata adalah game eroge.
Jika ada anggota keluarga yang
melihatnya, tidak diragukan lagi kalau aku pasti akan merasa malu seumur hidupku.
“[Aku telah kehilangan segalanya]... Seriusan deh, ini benar-benar
game eroge legendaris.”
Game ergoge ini benar-benar
menjadi legenda bagiku.
Tentu saja, bukan hanya aku
saja yang berpikiran seperti itu, semua orang yang memainkan game ini memujinya
sebagai game yang luar biasa... Tapi mungkin “semua orang” adalah kata yang terlalu berlebihan.
Namun, game ini memang menjadi
sangat populer dan banyak orang yang terpesona dengan ceritanya.
[Towa-kun.]
“Hah!?”
Aku tiba-tiba mendengar suara dan
menengok ke belakang—— tetapi tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada
pemandangan kamar tidurku yang kosong.
Aku belum cukup tua untuk
mendengar halusinasi...... aku masih baik-baik saja, ‘kan??
Sambil merasa sedikit khawatir,
aku melihat ke arah paket game— dan di sana ada Otonashi Ayana, salah satu karakter
dalam game yang membuatku tidak pernah menyangka kalau gadis ini akan
berselingkuh.
“Ayana...”
... Kalau dipikir-pikir, suara
barusan terdengar seperti Ayana, ‘kan?
Jika dibilang hatiku menjadi tenang,
hatiku memang merasa tenang... perpaduan suara yang mencampurkan kasih sayang
dan kejahatan yang membuat seseorang ingin terus mendengarnya ... rasanya tidak
aneh jika itu suara Ayana, karakter kesukaanku.
“... Meski begitu, rasanya aneh
sekali ... apa-apaan dengan perasaan ini?”
Setelah memandangi kotak game
itu beberapa saat…. aku menemukan game lain.
“... Apa ini?”
Itu adalah fan disk dari game [Aku Telah Kehilangan Segalanya] yang
ditempatkan di atas meja seperti game yang aku pegang sekarang.
Cerita tentang balas dendam
Ayana yang tidak diceritakan di dalam cerita utama.
“......”
Aku hanya menutup mulut dalam
diam ketika menghidupkan komputer, dan membuka file fan disk.
Aku memutuskan untuk memainkan
fan disk ini lagi, dengan menahan detak jantung yang cepat dan rasa gelisah
yang tumbuh di dalam diriku.
“Gimana bilangnya ya, rasanya
aneh banget memainkan game dewasa sambil merasa gelisah.”
Ketika aku tertawa getir, layar
judul segera muncul.
Ayana yang berdiri di bawah
langit gelap dan terkena guyuran hujan ... penampilannya dengan hoodie hitam
yang tidak cocok untuk dirinya sehari-hari terasa aneh.
Namun, penampilan itu masih
terlihat cocok untuk Ayana.
Itu adalah produksi yang
membuat pemain berharap untuk rahasia yang akan diungkapkan oleh disk fan ini
karena penampilannya yang aneh dan suasana yang dipancarkan sangat cocok.
“.....”
Setelah itu, aku terus
memainkan fa disk tersebut.
Sekitar kedua kalinya ... Lah,
apa ini kedua kalinya? Kupikir aku sudah memainkannya beberapa kali, tetapi
ingatanku anehnya menjadi samar-samar dan kabur.
Meski begitu, aku terus
memainkannya.
Aku menonton setiap adegan
tanpa henti, seolah-olah aku ingin menjadikannya kenangan abadi. Termasuk adegan
seks antara Towa dan Ayana serta adegan di mana Ayana mengungkapkan
kebenciannya kepada Shu dan keluarganya.
“......”
Sejujurnya, ini adalah hal yang
aneh bahwa aku sangat tergila-gila dengan layar seperti ini.
Namun, ketika ceritanya semakin
dekat dengan ending, aku mulai mengingat lebih banyak lagi—— apa yang terjadi
pada diriku, dan di mana aku berada sebelumnya.
“Ah ... benar juga. Aku sudah
menjadi ... Towa.”
Ketika aku menggumamkan
kata-kata itu, kabut yang menutupi isi kepalaku seolah-olah menghilang
seketika.
Sampai beberapa saat yang lalu,
aku masih mengikuti pelajaran di sekolah, tapi tiba-tiba aku merasa sakit dan
dibawa ke ruang UKS oleh Ayana, dan kemudian aku tertidur.
“... Kalau gitu, ini mungkin
hanya mimpi ... ya?...haha.”
Entah karena aku menyadari
bahwa ini adalah mimpi yang terlalu nyata, atau karena aku ingat apa yang telah
aku lupakan, aku jadi tertawa kering.
Tapi, ketika aku bangun dari
mimpi ini, apa aku akan kembali ke sisinya?
Apakah keberadaanku dihapus
dari dunia karena dianggap sudah tidak diperlukan lagi setelah mengingat semuanya
dan menjadi mangsa kekuatan perbaikan? ….Ketika aku memikirkan hal-hal seperti
itu, tubuhku gemetar karena ketakutan.
“Mungkin ... melihat Ayana yang
mengenakan hoodie hitam di tengah kota atau di rumah, mendengar suara yang
terdengar seperti dia dengan mata yang gelap, semuanya mungkin adalah sugesti
untuk mengingatkanku bahwa ada kenangan yang harus aku ingat.”
Saat aku berpikir seperti itu,
semuanya menjadi saling terhubung dengan baik.
Namun, meskipun aku mengingat
semuanya, aku tidak berhenti bermain game. Semua cerita berakhir dan menjadi
ending ... dan ada efek khusus yang dapat dilihat dengan syarat memainkan dua
kali lipat.
Sosok Towa dan Ayana yang
menuju cahaya— tapi kemudian sosok Ayana menghilang dan hanya Towa yang tersisa
di tempat itu, lalu cahaya menghilang ke
dalam kegelapan... dan kata-kata itu muncul.
“Mungkin aku sendiri…. yang
telah merampasnya dariku.”
Dalam arti tertentu, itu memang
mungkin benar. Tapi sebenarnya, itu bukan sepenuhnya kesalahan Towa, tetapi
lebih karena pengaruh orang-orang yang menyakiti Towa yang membuat Ayana
menumpuk emosi negatif dan akhirnya menjadi seperti sekarang.
Dia perlahan-lahan hancur dalam
proses mencapai balas dendamnya, dan Towa tidak dapat menyadarinya hingga akhir....
Oleh karena itu, jika ia mengetahuinya nanti, itu akan menjadi jeritan hatinya.
“Ayana…. dia benar-benar sangat
mencintai Towa. Dia sangat-sangat mencintainya sampai tergila-gila padanya,
karena dia sangat mencintainya dari lubuk hatinya, jadi dia tidak bisa
memaafkan orang-orang yang menyakiti Towa.”
Sambil bersandar di sandaran
kursi, aku menghembuskan napas. Ketika aku memejamkan mata untuk berkonsentrasi
pada pemikiranku, senyum gadis itu …. senyum Ayana kembali muncul di depan
mataku.
“Kamu ... benar-benar ...
membawa beban yang berat ya, Ayana.”
Aku tahu kalau Ayana memendam
sesuatu ... tetapi aku takut jika aku tidak bisa kembali mengingat ingatan ini.
Tentu saja, tidak ada jaminan
bahwa ini sama persis dengan game, tetapi jika dibandingkan dengan peristiwa
masa lalu, itu cukup masuk akal.
“... Jadi begitu ya. Karena dia
sepertinya bersenang-senang dengan Iori dan Mari ... dan itulah sebabnya
keadaanya sedikit aneh ketika aku bicara tentang hal itu.”
Iori dan Mari bukanlah target
balas dendam langsung Ayana, mereka hanya korban yang disiapkan untuk
menjatuhkan Shu lebih dalam ke dalam jurang keputusasaan. Ayana tidak
seharusnya memiliki perasaan yang lebih dari itu.
Tapi ternyata itu tidak benar— seperti
gadis biasa lainnya, Ayana menemukan kebahagiaan dalam berbicara dan bermain
dengan mereka.
Aku pikir dia bereaksi seperti
itu karena dia menyadari perasaannya setelah aku menunjukkannya padanya, dan
berpikir bahwa itu mustahil. Tapi mungkin aku tidak salah.
“... Ayana ... Otonashi
Ayana...ya?”
Jika aku hanya seorang pemain
biasa, aku mungkin takkan memikirkan gadis ini dengan begitu mendalam tanpa
pengalaman reinkarnasi yang sebenarnya. Tentu saja, itu wajar ... karena dia
ada di depanku dan kami benar-benar bersentuhan.
[Towa-kun.]
[Towa-kun!]
[Towa-kun
...]
[Towa-kun
♪]
Aku mengingat berbagai ekspresi
gadis itu yang muncul di benakku. Ahh… aku sangat ingin bertemu dengannya… dan
yang terpenting, bercakap-cakap dengannya…. Karena ada banyak hal yang harus
kami bicarakan.
Jika itu benar, rasanya akan
menyenangkan berbicara dengan Ayana sendiri daripada mencoba mengingat dengan
bantuan mimpiku, tapi yah, mau bagaimana lagi.
“Kurasa enaknya aku harus
melihat adegan itu lagi kali, ya?”
Karena sudah kembali ke layar
judul, aku menggerakkan mouse lagi dan masuk ke mode pemutaran adegan dari
galeri, dan mengklik adegan sebelum akhir.
Sebuah video yang jarang
ditemukan dalam game seperti game eroge ini diputar, di mana Ayana yang memakai
topi hitam mengunjungi taman tertentu— taman ini adalah tempat di mana Ayana
bertemu Towa dan dari sinilah waktu Ayana dimulai.
[Setelah
semuanya selesai, aku merasa sedikit kosong ... semuanya~ sudah pergi.]
Ayana menyandarkan punggungnya
ke pohon yang basah tanpa peduli dengan mantelnya yang kotor.
Rencana balas dendam Ayana
sudah selesai, dan tidak ada kebohongan dalam kata-katanya tentang Shu, Kotone,
dan Hatsune-san ... dan peran Iori dan Mari dalam cerita sudah selesai.
[...
Dengan begini, semuanya sudah selesai ... hahaha, mereka pantas mendapatkannya.]
Dia berkata dengan nada datar.
Aku merasa kalau tetesan air
hujan yang mengalir di pipinya bukanlah air hujan yang menetes karena dia basah
kuyup, tapi air mata yang tidak disadari dari hatinya yang hancur karena dia
telah menyelesaikan balas dendamnya.
[Aku
harus kembali ke Towa-kun. Sekarang tidak ada yang akan menyakitinya ... Towa-kun
akhirnya bisa menjalani kesehariannya tanpa terluka. Dan aku hanya akan terus
mendukungnya di sisinya ... itu akan menjadi hari-hari bahagia.]
Tujuan kebahagiaan orang sangat
berbeda-beda, dan Ayana tidak meragukan bahwa kebahagiaannya akan datang setelah
mencapai tujuannya…. Ayana tidak akan pernah menunjukkan ekspresi atau sikap
yang menunjukkan kebahagiaannya. Dia telah memutuskan untuk terus melayani Towa
sampai akhir.
“Jika aku adalah Touwa ... Tapi
itu seperti curang ... Aku ingin tahu apa yang bisa aku lakukan untuknya jika
aku tahu tentang ini.”
Jika aku diperlihatkan akhir
cerita seperti ini ... sebagai seseorang yang jatuh cinta pada Ayana, aku
selalu memikirkan bagaimana cara membuatnya benar-benar tersenyum tulus di masa
depan.
“Itu sih hanya kepuasan
pribadi. Tapi ... aku tidak ingin membuatnya melangkah ke masa depan seperti
ini.”
Aku menggenggam tanganku dengan
kuat.
Di dalam cerita, Towa tidak
tahu apa-apa, dan Ayana juga tidak memberitahunya tentang apa-apa ... itu
berarti hanya Ayana saja yang harus menjalani kehidupan dengan kenyataan ini.
Tidak bisa dibagi dengan siapa
pun, dan tidak bisa berkonsultasi dengan siapa pun ... itulah mengapa Ayana
harus tetap sabar dan hatinya terus hancur.
“Mau dipikirkan bagaimanapun
juga, itu terlalu menyakitkan.”.
Mungkin akan ada perasaan lega
setelah berhasil melakukan balas dendam, dan aku tidak pernah bertanya langsung
kepada Ayana sehingga aku tidak tahu niat dia sebenarnya ... tetapi aku tidak
bisa melupakan ekspresi Ayana yang terlihat kesakitan di tengah hujan lebat di
taman.
“Meskipun kata-kata 'bahagia' dan 'kesulitan' memiliki kemiripan
dalam kanji, tapi perbedaannya sangat besar.”
Aku tersenyum pahit saat
memikirkan hal yang sudah begitu jelas, dan menepuk-nepuk kedua pipiku.
Butuh waktu lama untuk
mengingat semuanya ... atau mungkin tidak lama? Tapi aku tidak akan pernah
melupakannya. Aku ingat semuanya!
“Aku tidak tahu bagaimana cara mengubahnya.
Tapi pasti lebih baik menyesal setelah melakukan sesuatu daripada menyesal
karena tidak melakukan apa-apa. Dan beberapa hal sudah berubah.”
Saat memainkan fan disk, aku
bisa mengetahui banyak hal tentang Ayana melalui kenangan. Salah satunya adalah
saat bekerja bersama Shu, Iori, dan Mari, dan bertemu dengan Seina-san ...
semuanya adalah kejadian yang seharusnya tidak pernah ada.
Ini adalah bukti bahwa Ayana
dan yang lainnya hidup dengan baik dalam kenyataan, bahwa jalur dapat dengan
mudah diubah dengan cara mereka bergerak, dan ini bukanlah program yang
berjalan di sepanjang jalur yang telah disiapkan sebelumnya.
“... Meski begitu, bagaimana
caraku supaya bisa bangun dari mimpi ini?”
Aku bergumam begitu di kamarku
yang penuh nostalgia.
Aku tidak pernah menyangka akan
ada hari di mana aku akan memikirkan cara untuk bangun dari mimpi. Tapi….. aku
benar-benar kebingungan sekarang.
Aku mematikan komputerku
sendiri dan berdiri dari kursi sambil melihat-lihat sekitar.
“Lah, terus….bagaimana aku bisa
bereinkarnasi?”
Bereinkarnasi berarti aku mati
di kehidupan sebelumnya ... jika dipikir-pikir lagi dengan tenang, aku tidak
tahu bagaimana aku meninggal…. Sekilas, aku melihat momen ketika balok besi
jatuh dari atas kepalaku sejenak ketika aku memikirkannya, tetapi sekarang
sudah terlambat untuk memikirkannya.
Tiba-tiba, ketika aku sedang
memikirkan hal itu ... pemandangan di sekitar tiba-tiba berubah, dan aku tidak
lagi berada di kamarku yang gelap.
“Ada apa ini ...?”
Suasana di sekelilingku jadi
gelap gulita ... aku tidak bisa melihat apa-apa.
Bahkan jika aku meraba-raba
tanganku ke depan, aku masih tidak bisa merasakan apa pun, dan suaraku sendiri
bergema seperti gema. Rasanya sedikit menakutkan, tetapi anehnya aku tidak
merasa takut.
“... Apa ada orang di sana?”
Bahkan jika aku berbisik, tapi
tentu saja tidak ada respons ... Ketika aku meyakini bahwa tidak ada orang di
sana, tapi aku terkejut saat mendapat balasan.
“Aku ada di sini, loh?”
“Siapa?!?!”
Saat aku berbalik dengan
spontan, aku melihat seorang pria di depanku. ... Tapi, aku mengenal suaranya.
Karena suara ini... Tidak mungkin, apa ini orang itu...!?
“Ah... Kamu adalah—”
“Hahaha, rasanya sangat aneh...
Mengobrol dengan seseorang yang memiliki wajah yang sama seperti diriku.”
Kemungkinan besar, kejutan yang
aku rasakan saat ini melebihi imajinasiku. Memang, rasanya terdengar aneh jika
aku mengatakannya sendiri, tetapi pertemuan ini seharusnya tidak pernah
terjadi.
“...Towa?”
“Ya... Apa ini pertama kalinya
kita bertemu?”
Yukishiro Towa—- seseorang yang
mencuri Ayana dari Shu dan sebenarnya Ayana sendiri yang sangat mencintainya...
Dan orang yang sekarang berdiri di depanku adalah orang yang mengambil alih
tempatnya.
“..........”
Ketika aku melihat ke arahnya,
aku hanya bisa tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa.
Meskipun aku selalu melihat
wajah ini sejak menjadi Towa, ketika aku berhadapan dengannya seperti ini, aku
menyadari bahwa ia bukanlah aku sendiri, melainkan orang asing.
Setelah memahaminya, kata-kata
tertentu keluar dari mulutku dengan sendirinya.
“...Maaf. Aku sudah mengambil
hidupmu...”
Itu permintaan maaf... Tetapi
sebelum aku bisa melanjutkan dengan kata-kata “mengambil”, ia…..Towa tidak membiarkanku melanjutkan.
Ia meletakkan tangannya di atas
bahuku dan tersenyum.
“Kamu tidak perlu meminta maaf
segala. Dalam beberapa artian, kedatanganmu ke dunia ini adalah keinginan atau
harapanku yang terwujud.”
“Apa maksudmu….dengan itu?”
Kenyataan bahwa aku menjadi
Towa dan mengambil hidupnya, adalah keinginan atau harapannya yang terwujud….?
Aku tidak tahu apa yang ingin
diucapkan Towa, tetapi ia meneruskan dengan tersenyum pahit.
“Aku baru menyadari banyak hal
setelah semuanya berakhir. Salah satunya adalah bahwa Ayana sudah menderita
selama ini. Dia selalu terlihat normal di depanku, tetapi kadang-kadang ada
ekspresi sedih di wajahnya. Ketika aku bertanya apa yang terjadi, dia tidak mau
memberitahuku. Dia tidak pernah memberitahu aku sampai akhirnya semuanya
berakhir.”
“Jadi itu berarti... Oh, tunggu
sebentar?”
Aku merasakan sedikit
ketidaknyamanan pada kata-kata yang diucapkan Towa, dan ada rasa sedikit
ketidaknyamanan saat memandangnya.
Laki-laki yang berdiri di
depanku tentu saja adalah Towa, tapi ia tampak lebih dewasa dari anak SMA.
Setelah memikirkannya sejenak, aku bertanya kepadanya.
“Jangan bilang... kamu Towa
dari masa depan?”
Towa membalas dengan mengangguk.
“Benar... Aku adalah Towa yang
bodoh dan tidak bisa menyadari kegelapan di hati Ayana. Itulah sebabnya aku
sudah menyakitinya.”
Ia mengepalkan tangannya dengan
kuat dan menghembuskan napas panjang dengan penyesalan.
Tapi sejujurnya, aku merasa
tidak bisa melakukan apa-apa tentang itu... Aku mungkin dapat memahami perasaan
Ayana sampai batas tertentu, tetapi Towa di depanku tidak tahu apa-apa tentang
dunia ini dan Ayana sangat pandai menyembunyikan perasaannya.
“Aku tidak bisa menyelamatkan
Ayana. Terlepas dari apa aku menyadarinya atau tidak, dia telah menyelesaikan
semuanya. Dia bahkan mengorbankan dirinya sendiri untukku dan….. merusak
hatinya sendiri. Dia….Ayana merupakan gadis yang sangat baik hati.”
Setelah mengambil napas, Towa terus
melanjutkan pembicaraannya.
“Aku mungkin berharap di dalam
hatiku bahwa ada seseorang yang bisa menyelamatkan Ayana... Seseorang yang bisa
melindungi hatinya.”
Towa menatapku ketika berkata
demikian.
Apa itu aku? Aku menghela nafas
bahwa itu adalah tanggung jawab yang sangat besar... Tapi mungkin memang begitu
rupanya.
Aku ingin melakukan sesuatu
untuk masa depan dan Towa ingin menyelamatkan Ayana dengan menyesali masa
lalunya. Itu sebabnya kami berada di sini sekarang, karena perasaan kami saling
bersinggungan.
“Walaupun kedengarannya itu
seperti mimpi di siang bolong. Tapi kenyataannya, aku berhasil menjadi kamu
sekarang.”
“Aku juga merasakan hal yang
sama. Meskipun aku merasa sedih mengatakannya, saat ini hati Ayana sudah retak,
berbeda dari saat aku berada di sana. Namun, kita pasti bisa menyelamatkannya.”
Mendengar kata-kata “menyelamatkan” dari Towa memberikan
rasa lega yang besar.
Kali ini, giliranku yang
mengepalkan tanganku dengan kuat.
“Aku tidak bisa memberikan
hal-hal istimewa pada Ayana. Satu-satunya hal yang bisa aku lakukan hanyalah
menghadapinya dengan serius dan berbicara dengannya.”
“Itu saja sudah cukup. Aku
bahkan tidak bisa melakukan itu pada masaku dulu...”
Towa menundukkan kepalanya.
...Apa-apaan dengan perasaan
ini? Aku merasa tidak nyaman melihat orang tampan ini merengek-rengut seperti
itu selama terlalu lama.
Aku sedikit kesal dan menepak
punggungnya dengan kekuatan yang cukup kuat.
Dengan suara keras, Towa
mengeluh kesakitan.
“Aduh!?”
“Sudahlah, jangan membuat wajah
murung seperti itu! Aku tidak suka kalau kamu terus memperlihatkan wajah
seperti itu di dekatku”
Meskipun ia mungkin berpikir
bahwa aku sedang mengatakan sesuatu yang aneh sambil berada di dalam dirinya,
tapi aku tetap pada pendirianku.
“Mana mungkin aku hanya
membantu Ayana saja dan hanya berakhir sampai di situ saja. Dunia ini bukanlah
sebuah game lagi, dan tidak ada ending yang telah dijanjikan. Ada banyak hal
yang harus diatasi, seperti keluarga Shu dan bahkan tentang Seina-san.”
“Itu... ya, lakukan yang
terbaik,ya.”
“Lah, malah bersorak seperti
masalah orang lain saja!”
Aku menampar bahunya sekali
lagi sambil menimpalinya dengan suara keras.
“Aku sudah mengatakannya
berkali-kali bahwa aku hanya ingin membantu Ayana... Aku bahkan berpikir apakah
kesadaranku masih ada, bahkan jika semuanya berubah menjadi arah mana saja.”
“Kamu pasti baik-baik saja.
Kamu sudah menyadarinya, ‘kan? ... Bahwa jiwa kita bercampur dan kamu tidak
merasa aneh menjadi Towa... Artinya, kamu sudah menjadi dirimu sendiri di dunia
ini. Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah atas situasi saat ini dan tidak perlu
meminta maaf seperti tadi,” katanya sambil menepuk bahunku.
Aku menatap Towa untuk beberapa
saat, tetapi kata-katanya begitu tulus sehingga aku mengangguk dengan kuat.
“Tapi pada akhirnya, masih ada
banyak masalah yang harus dihadapi... Jadi, apa yang akan kamu lakukan tentang
itu?” tanyaku.
“...........”
Towa mengalihkan pandangannya
dengan cepat, dan aku hampir saja mengangkat tinju untuk mengatakannya dengan
keras, tetapi aku berhasil menahan diri dengan menurunkan tanganku.
Towa menatapku seolah-olah
ingin mengatakan bahwa dia tidak pantas untuk dipukul, tapi ya, memukulnya sekarang
tidak akan banyak membantu, dan akan salah jika aku memukulnya.
“Hah... tunggu? Jangan-jangan—”
Kemudian, aku bertanya padanya
tentang satu hal yang membuatku penasaran sejak kami bertemu.
“Aku kadang-kadang melihat
pemandangan aneh, dan kupikir itu adalah sesuatu yang menunjukkan bahwa aku
harus mengingat sesuatu... Tapi apa itu mungkin disebabkan olehmu, Towa?”
“Kalau soal itu, aku tidak
melakukan apa-apa. Aku hanya menunjukkan keinginanku untuk menyelamatkannya
karena kamu tahu tentang masa depan Ayana.”
Jika itu masalahnya, aku bisa
dengan tulus mengatakan kalau aku belum membuang perasaanku, dan aku dapat
memiliki kepercayaan pada hal-hal yang akan ditertawakan di dunia sebelumnya.
“Walaupun aku hanya perlu
bicara langsung dengan Ayana... apa yang harus aku lakukan?”
Towa tertawa melihatku yang
sedang gundah... dasar nih anak, ia terlihat berpikir kalau sekarang semuanya
terserah padaku dan bisa merasa santai.
“Jangan memelototiku seperti
itu. Ada juga penyesalan karena aku mempercayakanmu tentang sesuatu yang takkan
pernah bisa kulakukan lagi.”
Itu artinya... jika aku merasa
sedih lagi di sini, aku hanya akan merepotkan Towa.
Setelah itu, aku terus berbicara
dengan Towa sejenak, lalu cahaya bersinar di kegelapan... sepertinya waktunya untuk
berpisah.
“Jangna khawatir. Aku juga
tidak berencana untuk kalah, tetapi jika kamu adalah orang yang sangat
memikirkan Ayana, kamu pasti bisa mendapatkan masa depan terbaik. Semangat,
Yukishiro Towa.”
“Towa... ahh! Aku mengerti!”
Ini adalah adegan lucu di mana
kami saling memanggil Towa, tetapi aku mempunyai firasat... meskipun ini hanya mimpi,
aku mungkin tidak akan bertemu dengannya lagi.
Jika aku memikirkannya, aku
tidak merasa kesepian atau sedih... ah, ini sungguh perasaan aneh. Rasanya seolah-olah
keberadaanku lebih bercampur dengan Towa... aku merasa seperti diingatkan untuk
tidak khawatir tentang fakta bahwa aku sudah menjadi keberadaan yang menjadi
Towa.
“Dari kelihatannya, sepertinya
semuanya baik-baik saja….. Yah, mungkin ada satu hal yang ingin kukatakan yang
bisa sedikit membantumu.”
“Oh, apa itu?”
Apa ia berniat memberikan
informasi yang berguna...? Aku lalu mendengarkan kata-kata Towa dengan cermat.
“Kamu sudah tahu kalau aku
benar-benar menikmati bermain sepak bola di masa lalu, ‘kan?”
“Ya, tentu saja. Itu terukir
dalam ingatanku, tubuhku, dan hatiku, tau”
“Aku ingin kamu menunjukkan
padanya bagaimana kamu bermain sepak bola di depannya. Aku ingin kamu
menggerakkan waktu yang terhenti untuk Ayana karena kecelakaan itu——kita tidak perlu
terjebak dalam masa lalu, ayo kita melangkah maju.”
Towa menghentikan ucapannya dan
tersenyum pahit sambil menggaruk kepalanya.
“Maaf... mungkin itu hanya keinginan
pribadiku. Aku baru menyadari setelah mengatakannya.”
“Tidak juga... mungkin itu bisa
menjadi ide yang baik jika kita memikirkan Ayana di masa lalu... atau bahkan
sekarang. Jangan terjebak dalam masa lalu, mari kita melangkah maju... ya, itu
kata-kata yang bagus.”
Jangan terjebak dalam masa
lalu... mari kita melangkah maju... ya, itu benar-benar kata-kata yang bagus.
Tapi... aku punya satu kekhawatiran. Sama seperti Towa tadi, aku menggaruk
kepalaku sambil mengungkapkan kekhawatiranku.
“Umm... setelah setuju dengan
idemu tadi, aku harus bilang kalau aku tidak punya pengalaman bermain sepak
bola."
“Kupikir hal itu tidak masalah.
Aku yakin tubuhmu masih mengingatnya."
“Hee, itu benar-benar berguna
ya.”
Memori yang tersisa di tubuh
benar-benar luar biasa... Saat kami berbicara, area disekitar kami semakin
terang dan tubuh Towa mulai memudar... Sepertinya ini saatnya untuk berpisah.
“Baiklah, sampai jumpa... Aku
percayakan Ayana padamu.”
“Tentu saja, serahkan saja
padaku... Selain itu, aku akan berusaha keras untuk hal-hal lain juga. Jika aku
bisa menyelamatkan Ayana, maka Iori dan Mari juga akan baik-baik saja... Aku
juga akan menyelesaikan urusan dengan Shu. Meskipun Kotoe dan Hatsune-san agak
menakutkan, sih!”
Yang terpenting sekarang adalah
Ayana... Aku akan melindungi hatinya sebaik mungkin dengan caraku sendiri.
Setelah mendengar tekadku, Towa
tersenyum dan mengangguk dengan senyum puas... Kemudian, ia menepuk pundakku
seperti yang dia lakukan sebelumnya.
“Melihatmu yang seperti itu
membuatku merasa bisa berjuang lebih keras. Aku juga akan membantumu mendukung
Ayana sejauh yang aku bisa.”
“….itu ”
...
Apa maksudmu? Aku tidak sempat bertanya sebelum Towa
menghilang.
Namun, kata-katanya masih
terngiang di telingaku sampai akhir.
“Aku berdoa agar kamu
mendapatkan akhir yang memuaskan... dan yang terakhir, terima kasih.”
Dengan demikian, aku terbangun
setelah pertemuanku dengan Towa.
▽▼▽▼
[Sudut Pandang Ayana]
“...Sepertinya keadaan Towa-kun
sudah lumayan tenang.”
Towa-kun yang tengah berbaring
di tempat tidur tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan seperti sebelumnya.
Saat aku melihat jam dan menyadari
sudah dua puluh menit sejak kelas dimulai, aku menghela nafas dan tersenyum
pahit karena aku tidak bisa kembali seperti yang kusampaikan pada Aisaka-kun.
“Aku bersyukur pada guru. Biasanya
aku harus disuruh kembali ke kelas...”
Towa-kun langsung tertidur
setelah berbaring.
Aku berencana untuk kembali ke
kelas setelah melihatnya tertidur, tetapi Towa-kun tidak melepaskan tanganku...
Kemudian, guru kesehatan penjaga UKS memberikan saran yang sangat membantuku
ketika sedang kesulitan.
“Sebenarnya, aku tidak suka
memberikan saran seperti ini, tetapi bagaimana kalau kamu membolos satu
pelajaran saja... Bagaimana kalau kamu mengawasi Towa-kun? Mata pelajaran apa
yang ada di jadwal kelasmu hari ini?”
“Bahasa Inggris.”
“Kalau Bahasa Inggris, berarti
yang mengajarnya guru itu, ya. Biar aku yang memberitahunya kepada guru
tersebut.”
Setelah percakapan seperti itu,
aku memutuskan untuk mengawasi Towa-kun di sampingnya.
“...”
Tapi... Aku senang karena tidak
ada hal serius yang terjadi.
Aku menatap wajah Towa-kun yang
tampak lebih segar dan tidur dengan tenang... Meskipun ia selalu terlihat
keren, wajah polosnya saat tidur tetap menggemaskan dan mengagumkan.
“Hehe ♪”
Aku merasa sedikit terangsang
karena aku sedang bersama orang yang kucintai saat orang lain sedang mengikuti
pelajaran... Ah, aku pasti gadis yang nakal ya.
Kemudian, aku terus menatap
wajah Towa-kun untuk beberapa saat.
Aku hanya memegang tangannya sambil
memandang wajahnya... Walaupun aku merasa bahagia karena bisa melakukan itu,
kata-kata yang mengganggu pikiranku muncul di benakku.
[Ayana...
apa kamu merasa bahagia sekarang?]
Itu adalah pertanyaan yang
diajukan Towa-kun padaku.
Aku bahagia... Aku pasti merasa
bahagia... Mana mungkin aku merasa tidak bahagia karena bisa berada di
sampingnya sekarang dan mengalami ini semua... Jadi mengapa kamu bertanya
seperti itu padaku?
Jari-jemariku yang memegang
tangannya hampir terlalu kuat, tapi aku segera melepaskannya saat aku tersadar.
“Ah... Aku merasa bahagia, kok.
Mana mungkin aku tidak merasakan kebahagiaan... Jadi, aku ingin membuatmu lebih
bahagia. Aku tidak ingin ada orang yang menyakitimu...”
Dan mencapai hal itu... Aku...!
Aku menghela nafas dan melihat
sekelilingku.
Guru UKS sedang pergi untuk menangani
sesuatu dan tidak ada siswa lain yang sakit, jadi hanya ada aku dan Towa-kun saja
yang berada di sini.
“Aku tidak boleh begini terus. Memikirkan
hal-hal negatif membuatku merasa tertekan! Mari kita fokus pada melihat wajah
tidur Towa-kun yang menggemaskan ini!"
Aku merasa tenang saat melihat
orang yang kucintai... Mungkin karena hal itu, aku mulai merasa mengantuk juga
seolah-olah Towa-kun sedang memikatku untuk tidur.
Aku menahan kantuk dengan
menutupi mulutku dan menahan gairah untuk menguap. Namun, rasa kantukku jauh
lebih kuat.
“... Karena aku tidak berniat
kembali ke kelas pada jam ini ... Sebentar saja, tidak masalah, ‘kan?”
Sambil memikirkan bahwa ini
tidak biasanya terjadi, aku menahan diri dan terus menggelengkan kepala.
Akhirnya, aku meletakkan berat badan di sandaran kursi yang nyaman dan tanpa
sadar menutup mata.
▽▼▽▼
“... Eh?”
Aku seharusnya tidur di samping
Towa-kun, tapi aku tiba-tiba berada di tempat yang aneh sebelum aku
menyadarinya.
Suasana di sekitarku tampak
gelap dan jarak pandang yang terlalu samar... Namun, aku tidak panik dan
menyadari bahwa ini adalah mimpi.
“Mimpi... ruang yang gelap...
fufu, rasanya seolah-olah ini seperti mewakili perasaanku.”
Aku merasa terkejut setelah
berkata begitu.
Mengapa aku menggambarkan
perasaanku dengan ruang yang sangat gelap seperti ini... Jika aku ingin
menggambarkan perasaanku, itu seharusnya menjadi lebih terang... Karena itulah
warna kebahagiaan yang ingin aku sampaikan pada Towa-kun.
“... Rasanya tidak menyenangkan.
Apa arti mimpi ini...?”
Mungkin saat ini aku
menunjukkan ekspresi yang tidak bisa dilihat oleh orang lain... Bahkan Towa-kun
tidak bisa melihat ekspresiku saat ini.
Aku hampir mendecakkan lidahku
dan... tidak, aku benar-benar mendecakkan lidahku.
Dengan suara “tsk” yang terdengar di seluruh ruangan,
tiba-tiba ada perubahan di ruang yang gelap itu—— ada sesuatu yang mencengkeram kakiku dengan
bunyi gedebuk.
“... Eh?”
Itu adalah seorang wanita...
dan aku mengenal wajahnya.
Seakan-akan merayap keluar dari
rawa... tangannya memegang kakiku, dan wanita itu adalah...
“...Honjo-senpai?”
Ya, orang yang ada di sana
adalah Honjo Iori.
Dia terlihat sangat kotor,
dengan pakaian yang berantakan dan rambut yang kusut... Terlebih lagi, ada bau
tak sedap yang keluar dari tubuhnya membuatku meragukan apakah dia benar-benar
adalah Honjo-senpai.
“Siapa kamu... eh..lah? Dia sedikit...
terlihat lebih dewasa?”
Dan ada satu hal lagi yang aku
perhatikanialah bahwa dia terlihat lebih dewasa daripada versi Honjo yang aku
kenal.
Aku tidak mempercayai bahwa dia
akan menunjukkan dirinya yang lebih dewasa dalam mimpi aneh dan tidak
menyenangkan seperti ini ... Tepat ketika aku memikirkan itu—— dia…Honjo-senpai
memelototiku dan membuka mulutnya.
“Kamu pasti takkan pernah bisa
bahagia... benar-benar tidak akan bahagia.”
“Hah?”
Aku takkan pernah bisa
bahagia...?
Apa sih yang dia bicarakan ...
Aku tidak peduli tentang kebahagiaanku sendiri ... Selama Towa-kun bahagia, itu
sudah cukup bagiku.
Jadi bahkan jika dia mengatakan
aku takkan bahagia, itu tidak akan mempengaruhi diriku ... Aku berpikir begitu,
dan tepat saat aku ingin menginjak kepala Honjo-senpai karena ini hanyalah
mimpi, saat itulah aku mendengar suara dari belakangku.
[Orang
yang merampasnya dariku ….mungkin adalah diriku sendiri.]
“Eh?”
Saat aku berpikir kalau Honjo-senpai
yang memegang kakiku telah menghilang, suara Towa-kun terdengar di belakangku.
Suara Towa-kun di dalam
kegelapan ini menyembuhkan hatiku dan menjadi cahaya harapan yang menerangi
jalan bagiku ... Aku segera berbalik dan melihat Towa-kun di sana.
“Towa-kun!”
Aku berlari ke arahnya dan
hampir menyentuh tangannya, tetapi tiba-tiba aku menarik tanganku kembali yang
sudah terulur.
Aku tidak tahu mengapa ...
Namun, untuk sesaat, aku merasa bahwa orang di depanku bukanlah Towa-kun yang
ingin aku dekati.
(Tidak,
itu tidak benar ... Ia adalah Towa-kun, tetapi sepertinya bukan ia yang ingin
aku dekati ... Apa-apaan dengan perasaan aneh ini...)
Laki-laki yang membelakangiku
adalah ... itu pasti Towa-kun.
Tetapi mengapa aku
membandingkan orang yang ada di depan mataku dengan orang yang selalu ada di
sisiku ... Saat aku memikirkan hal-hal yang tidak jelas seperti itu, Towa-kun
berbalik.
“Ah ...”
Towa-kun yang berbalik itu sudah
pasti Towa-kun ... tapi ia menunjukkan wajah yang terlihat sangat kesakitan,
hampir seolah-olah hatinya sudah hancur.
... Mengapa, mengapa kamu terlihat
seperti itu? Mengapa kamu terlihat hampir menangis seperti itu !?
“Towa-kun ...!”
Aku memahaminya... ini hanyalah
mimpi, dan aku tahu kalau Towa-kun yang ada di depanku bukanlah Towa-kun yang
sebenarnya.
Tapi ... tapi aku tidak bisa
menahan diri untuk tidak mengulurkan tanganku ... Karena hal yang paling aku
benci untuk dilihat di dunia ini adalah wajah sedih Towa-kun!!
Aku tidak ingin melihatnya lagi
... Aku tidak ingin melihat wajahnya menangis dan sedih di atas tempat tidur
lagi!
“Towa-kun ...?”
Aku mati-matian merentangkan tanganku,
tetapi tanganku hanya menjangkau udara kosong karena bayangan Towa-kun
menghilang—— tetapi suaranya masih terdengar di telingaku.
[Gadis
itu ...... Ayana bertindak karena perasaan cintanya kepadaku. Dia menekan
perasaan sejatinya dan ...... mati-matian berusaha untuk tidak menunjukkan
dirinya yang terluka.]
Dengan bunyi gedebuk, jantungku
berdegup kencang.
Seakan menggantikan posisi
Towa-kun yang menghilang, ada sebuah gambaran muncul yang.....seolah-olah ini
adalah cerminan masa depan, gambaran dari wanita-wanita yang dekat dengan Shu-kun
dan tubuh mereka dilecehkan ... Itu semua adalah hal-hal yang pasti akan
kulakukan.
Tidak perlu dikatakan lagi
tentang Hatsune-san dan Kotone-chan, tapi ketika menyangkut Honjo-senpai dan
Mari-chan, itu hanya untuk membuat Shu-kun merasa putus asa...
“Mengapa ...”
Aku merasakan sakit di dadaku
dan menempatkan tanganku di atasnya.
Tidak menyenangkan ... tidak
menyenangkan, tidak menyenangkan, tidak menyenangkan ... Aku tidak ingin
melihat atau mendengarnya ... Namun, suara Towa-kun terus terdengar di
telingaku.
[Aku
sendiri yang telah mencuri Ayana yang benar-benar baik hati. Seandainya saja
aku menyadarinya lebih cepat ... aku seharusnya berbicara lebih banyak dengan
Ayana ... Sialan ... Sialan!!]
“Berhenti ... hentikan ...!”
Aku mohon, tolong jangan menunjukkan
kesedihan dengan menyebut namak ... hal situ seakan-akan terlihat seperti
akulah yang melukai Towa-kun dengan melakukan apa yang aku coba lakukan!
Saat aku memikirkan itu, aku
membuka mataku dan tersadar.
“Kalau begini terus ... Towa-kun
tidak akan bahagia ...? Apa aku sendiri yang membuat Towa-kun seperti ini? Apa
aku sendiri yang membuat Towa-kun merasa sedih ...?"
Karena Towa-kun sangat baik
hati ... jadi itulah sebabnya aku tidak bisa mengungkapkan apa yang aku coba
lakukan.
Aku harus mengakhiri semuanya
tanpa disadari olehnya... itu akan menghilangkan keberadaan yang mengganggu dan
menjengkelkan bagi diriku sendiri dan juga membuat Towa-kun tidak terluka.
Meski demikian, aku tidak bisa
mengabaikan semua perubahan di sekitarku, jadi aku harus mendukung Towa-kun
dengan baik ... Aku berpikir bahwa aku hanya perlu membuatnya lupa dengan
memberikan mimpi bahagia ... Mengapa aku harus melihat pemandangan seperti
ini!?
“... Meski begitu, aku…. aku
masih ...”
Sambil memegangi kepala dengan
kedua tangannya, aku bergumam “Namun, aku
masih ...” dan tiba-tiba menyadari
sesuatu.
Daripada berbicara tentang
kebahagiaan Towa-kun sendiri, kupikir…. aku hanya ingin mencurahkan kebencian
yang kupendam di hatiku terhadap orang-orang yang menyakitinya.
Aku hanya bergerak demi
Towa-kun….apa benar-benar memang begitu?
Apa
aku hanya menggunakan Towa-kun sebagai alasn untuk memuaskan kebencian yang aku
simpan? ... Setelah memikirkan itu, aku bangun dari tidurku.
▽▼▽▼
“...ugh…”
“Ara, kamu sudah bangun?”
“Sensei...?”
Guru UKS memanggilku setelah
aku bangun. Meskipun aku merasa sedikit pusing karena baru bangun tidur, aku
langsung sadar setelah melihat Towa-kun yang masih tidur di tempat tidurnya.
“Lah, Otonashi-san? Bukannya
sekarang giliranmu yang terlihat tidak enak badan?”
“Etto... aku baik-baik saja. Uhmm…
Aku hanya baru saja bermimpi buruk .”
“Begitu ya? Hmm~, jika Otonashi-san
mengatakan begitu, maka mungkin tidak masalah.”
Setelah mengatakan itu, Guru
UKS memandangi wajah Towa-kun.
“Keadaan Yukishiro-kun juga
terlihat lebih baik sekarang. Mungkin ia hanya kurang tidur? Mungkin ia tidur
terlalu larut malam atau mungkin ia berolahraga
dulu sebelum tidur?”
“....Ah.”
Guru UKS menyebutkan tentang
olahraga sebelum tidur, dan aku langsung teringat tentang hal itu.
Beruntungnya, guru tidak
menyadari bahwa aku terkejut dan mengeluarkan suara karena dia terlalu fokus
pada Towa-kun.
Aku memeriksa jam dan menyadari bahwa aku hanya tidur selama
lima puluh menit.
“Pelajarannya…. mungkin akan
segera berakhir.”
“Ya. Bel segera akan berbunyi,
jadi kami harus segera kembali ke kelasmu, Otonashi-san.”
“Aku mengerti. Tolong jaga
Towa-kun.”
“Jangan khawatir, serahkan saja
padaku.”
Towa-kun, tolong cepat sembuh
ya? Tolong tunjukkan padaku penampilan yang selalu penuh semangat agar aku
merasa tenang.
“.....Kalau begitu aku permisi
dulu.”
Sebenarnya aku ingin tetap
berada di sisinya, tapi mau bagaimana lagi.
Setelah meninggalkan ruang UKS,
aku langsung menuju ke ruang kelas dengan berjalan lurus— selama itu,
satu-satunya hal yang memenuhi pikiranku adalah Towa-kun dan satu lagi ...
mimpi itu.
“….Kenapa aku masih bisa mengingatnya
dengan begitu jelas?”
Aku masih mengingat semua
tentang mimpiku.
Padahal jauh lebih baik kalau
aku bisa melupakannya semua ... karena mimpi itu bukanlah mimpi yang baik
sampai membuatku berpikir begitu.
Ketika aku berjalan menysuri
lorong, bel berbunyi menandakan akhir pelajaran.
Ketika aku memasuki ruang
kelas, teman-temanku bertanya tentang Towa-kun, jadi aku memberi tahu mereka
bahwa ia sedang tidur nyenyak.
“Benarkah? Syukurlah.”
“Kalau ada sesuatu yang terjadi
pada Yukishiro-kun, Ayana akan menangis!”
“Fufu, sepertinya aku sudah
membuat semua orang jadi khawatir juga.”
Setelah teman-temanku, Aisaka-kun
juga datang kepadaku untuk bertanya tentang Towa-kun.
“Aku barusan mendengar semuanya
tadi, tapi aku senang sepertinya Yukishiro baik-baik saja.”
“Ya. Sepertinya ia membuatmu
khawatir juga ya, Aisaka-kun.”
Kalau dipikir-pikir... meski
aku melakukannya secara tidak sadar, tapi aku ingat bahwa aku mungkin
mengatakan sesuatu yang sedikit lebih kuat kepada Aisaka-kun.
Apa aku terlihat jauh lebih
menakutkan ......?
Yah hal itu menunjukkan kalau
aku juga mati-matian karena merasa panik.
“Ayana.”
“...........”
Setelah Aisa-kun kembali ke tempat
duduknya, akhirnya ia…. Shu-kun juga datang kepadaku.
“Apa Towa baik-baik saja?”
“Ya. Kamu tidak perlu khawatir
tentang itu.”
Setelah aku memberitahunya, Shu-kun
terlihat sangat lega.
Namun, ketika melihat betapa
banyak orang yang khawatir tentang Towa-kun seperti ini ... Ketika aku berpikir
bahwa kepribadiannya disukai banyak orang, aku juga merasa senang dan bahagia
seolah-olah itu tentang diriku sendiri.
“H-Hei Ayana.”
“Iya, ada apa?”
Saat aku tersenyum
mendengarnya, Shu-kun menggaruk pipinya dan tampak malu-malu.
Kemudian, ia terdiam beberapa
saat dan menggelengkan kepalanya, mengatakan bahwa itu bukan apa-apa.
“Maaf. Oh iya! Kemarin malam,
terima kasih sudah menjawab teleponku. Aku merasa sangat senang.”
“Ohh~mengenai itu, ya. Tidak
masalah, kok.”
“Mendengar suaramu di malam
hari membuatku bisa tidur nyenyak. Mungkin karena itu adalah suaramu yang
selalu kudengar?”
“Entahlah, mungkin saja memang
begitu.”
Sejujurnya, aku sedikit kurang
antusias dalam percakapan yang sebenarnya tidak penting ini.
Itu karena sejak dari tadi, aku
terus memikirkan tentang mimpi yang baru saja aku alami ketika aku berbicara
dengan Shu-kun, Aisaka-kun, dan teman-temanku.
Shu-kun mungkin tidak senang
dengan jawabanku, jadi ia mengatakan sesuatu seperti ini.
“Ayana ... kamu tuh terlalu
khawatir tentang Towa. Kamu tidak perlu sekhawatir itu, ‘kan?”
“…Apa yang ingin coba kamu
katakan?”
Suara yang keluar terdengar
sangat rendah bahkan untuk diriku sendiri.
Setelah Shu-kun mengangkat
bahunya, dia juga berkata bahwa itu tidak penting dan pergi seolah-olah ingin
kabur.
“........”
Aku benar-benar tidak peduli
dengan apa yang Shu-kun pikirkan atau mengapa ia melarikan diri begitu.
Setelah itu, aku tidak bisa
berkonsentrasi pada pelajaran ... Terus-menerus, suara itu terus berdengung di
kepalaku.
[Gadis
itu ...... Ayana bertindak karena perasaan cintanya kepadaku. Dia menekan
perasaan sejatinya dan ...... mati-matian berusaha untuk tidak menunjukkan
dirinya yang terluka.]
Aku bisa mendengar suara
Towa-kun yang seperti itu terus-menerus sampai berulang kali.
Jangan terlalu dipikirkan...
Aku tidak perlu khawatir tentang mimpi yang tidak bisa dimengerti seperti
itu... Tapi suara orang yang kucintai terus bergema di telingaku.
(Apa
tindakan yang sudah aku lakukan ... itu salah? Memangnya itu salah untuk
menyakiti orang-orang yang mengatakan hal-hal kejam tentang Towa-kun ...?
Karena jika mereka ada di sana, Towa-kun akan semakin menderita ...!)
Sejak saat itu, sejak hari di
mana Towa-kun menangis di kamar rumah sakit, aku telah memutuskan.
Aku berpikir kalau aku akan
menyingkirkan orang-orang yang menyakiti Towa-kun ... Bahkan jika itu
melibatkan orang yang tidak berhubungan dengan mereka ... Tetapi jika
tindakanku justru menyakiti Towa-kun, untuk apa aku telah mempersiapkan
segalanya selama ini?
Menyingkirkan orang yang
mengganggu orang yang kucintai... Aku tidak tahu harus berbuat apa jika
tindakan itu justru menyebabkan Towa-kun menderita di masa depan.
Tolong
aku, Towa-kun ... Aku sangat ingin dihibur oleh Towa-kun sehingga
tanpa sadar aku mengucapkan itu dalam hatiku.
Sebelumnya | Daftar isi | Selanjutnya