Roshidere Jilid 7 Bab 8 Bahasa Indonesia

Chapter 8 — Rupanya Itu Sudah Tumbuh Besar, ya


“Semua siswa yang akan mengikuti perlombaan pinjam-meminjam, silahkan berkumpul di sini!”

“Kelompok giliran pertama harus berada di barisan paling depan! Kelompok kedua harus berbaris di belakang mereka!”

Mengikuti arahan dari panitia pelaksana festival olahraga yang mengayunkan tangan dan berteriak keras, Masachika bergabung dalam barisan.

Baiklah sekarang, kita akan melanjutkan dengan perlombaan pinjam-meminjam. Komentator langsung akan dilakukan oleh Suou Yuki dari bagian humas OSIS.

Kemudian, terdengar suara yang manis dan bernada tinggi. Penonton di tribun pun bersorak dengan antusias. Ketika dilihat, Yuki yang duduk di kursi komentator, melambaikan tangannya dengan senyuman ramah.

(Anak itu... bahkan di tempat seperti ini dia tetap mendapat perhatian. Memang ya, jadi anggota humas itu curang banget~ Padahal aku sendiri yang membuatnya sih)

Ternyata posisi tersebut memang efektif, karena siswa-siswa lain yang berdiri bersama dengannya tampak bersemangat dengan jelas.

“Wah, Ohii-sama sendiri yang akan memberi komentar? Serius nih, mungkin namaku bakalan dipanggil!”

“Mungkin dia akan mengatakan 'Berjuanglah!' jika aku pura-pura berlari pelan-pelan?”

“Heiiii, kamu dengar nggak!? Tolong dengarkan penjelasannya dengan benar!”

Sementara siswa-siswa itu meluapkan nafsu mereka, panitia pelaksana berteriak keras.

“Pertama-tama, silakan berlari menuju meja yang berisi kertas dengan topik pinjaman. Pilih satu kertas dan baca pertanyaannya! Setelah itu, carilah barang yang sesuai dengan pertanyaan yang ada di dalam kertas tersebut. Jika sudah menemukannya, kembali ke meja awal! Dari tempat petugas berdiri di sana, larilah mengelilingi lintasan menuju orang yang membawa bendera di sana, dan kalian akan mencapai garis finish! Petugas akan memeriksa apakah barang yang dibawa sesuai dengan pertanyaan atau tidak. Jika salah, harus mengulang dari awal, jadi harap berhati-hati! Jika kalian tidak mengelilingi lintasan dengan benar, kalian harus mengulanginya lagi!”

Panitia pelaksana dengan sungguh-sungguh menjalankan tugasnya. Namun,

“Eh? Bukannya orang yang memegang bendera di sana itu Kujou-san?”

“Ah, iya betul. Dia memang mencolok ya.”

“Dengerin dulu, oi!!”

Sekarang mata para bajingan itu kini tertuju pada Alisa yang berdiri di garis finish. Masachika memandang panitia pelaksana dengan penuh simpati saat mereka berteriak marah.

(Yah, ini cuma perlombaan hiburan, jadi mungkin tidak semua orang akan berusaha untuk menang dengan serius…. Aku hanya perlu berusaha agar tidak menjadi yang terakhir...)

Atau itulah yang dipikirkannya. Tapi pada saat itu, Masachika merasakan tatapan dingin dan ketika menoleh, ia melihat Alisa menatapnya dengan tajam.

(...Ahh, jadi dia menyuruhku untuk menang. Baiklah, aku mengerti.)

Dengan pandangan tajam dari pasangannya yang benci kalah, Masachika menguatkan dirinya.

(Aku tahu kalau pembagian poinnya tidak terlalu banyak, tetapi setidaknya aku harus masuk tiga besar... Aku akan berusaha untuk mencapainya.)

Festival olahraga Akademi Seirei dibagi menjadi empat tim dan mereka bersaing untuk mencapai poin tertinggi. Meskipun tidak ada hadiah khusus untuk pemenang,  Yuki dari Kelas 1-A dan Masachika serta Alisa dari Kelas 1-B adalah bagian dari Tim Merah yang sama, sehingga tidak ada persaingan di antara mereka... Tapi sepertinya hal itu tidak berlaku untuk Alisa.

(Dia selalu berusaha sebaik mungkin dalam segala hal. Jika itu pertandingan, dia selalu mengincar kemenangan. Karena memang begitulah sifat partner-ku~.)

Masachika mengangkat bahunya seolah mengatakan ia tidak punya pilihan lain...setelah menghela nafas, Masachika mengubah ekspresinya. Meskipun berpikir bahwa ia mengincar posisi ketiga yang aman, Masachika benar-benar serius. Sementara semua orang di sekelilingnya melakukannya dengan bermain-main, dirinya akan menang tanpa kepura-puraan.

“Kalau begitu, orang-orang dari kelompok berikutnya, maju!”

Ketika gilirannya tiba, Masachika bersiap-siap untuk memulai lomba di garis start.

“Bersiap!”

Dan segera setelah pistol penanda perlombaan berbunyi, Masachika mulai berlari dengan kencang. Karena tidak ada siswa yang yakin dengan kemampuan kakinya, dan karena lebih banyak siswa yang menyukai festival berkumpul, Masachika tiba di depan meja panjang sebagai yang terdepan.

(Aku mohon ... semoga saja aku mendapat sesuatu yang mudah ditemukan dan mudah dibawa!)

Kemudian, Masachika mengambil kertas yang di tengah meja dan membukanya dengan cepat. Tema yang tertulis di sana adalah────

[Pacar Orang Lain]

“...........”

Masachika memejamkan matanya sebentar dan menatap langit. Sesaat kemudian, ia melihat kertas yang ada di tangannya lagi.

[Pacar Orang Lain]

Ditambah lagi, ada catatan kecil di bagian sudut kertas yang mengatakan [ Wanita yang memiliki pacar (kecuali yang sudah menikah)].

(Yang benar saja kampretttttt! Bagaimana mungkin aku bisa meminjam pacar orang lainnnnn~~~~~!).

Setelah melihat isi kertas itu dua kali, Masachika akhirnya menerima kenyataan dan marah dalam hati.

(“Permisi! Tolong siapa pun, pinjamkan aku pacarmu!” Mana mungkin aku bisa bilang begitu, bego! Mustahil aku bisa meminjamnya dari orang lain, dan kalau itu dari kenalanku, itu pasti akan sangat canggung!!)

Selain itu, catatan "kecuali yang sudah menikah" juga diberikan dengan sopan. Dengan ini, dirinya tidak bisa memilih ibu temannya atau wali temannya yang duduk di kursi penonton.

(Jika kakak perempuannya atau adik perempuannya datang untuk menonton ... tunggu, memangnya saudara kandung biasanya datang untuk melihat festival olahraga pelajar? Jadi, kurasa aku tidak punya pilihan lain selain harus memilih dari antara siswa ...)

Masachika penuh kebimbangan sambil menggertakkan giginya. Kemudian, ia komentar Yuki di telinganya.

Kira-kira apa yang sedang terjadi? Kuze-kun dari tim merah yang tiba pertama di meja topik peminjaman justru terhenti di sana! Apa ia mendapatkan tugas yang sulit? Sementara itu, peserta lain sudah pergi mencari barang pinjaman satu per satu!

Sesuai dengan perkataannya, para siswa yang datang kemudian berhamburan mencari barang tanpa ragu. Sekarang hanya tinggal Masachika yang tersisa di meja panjang.

(Jika aku terus-terusan berada di sini, aku akan mengganggu kelompok berikutnya…. Apa yang harus aku lakukan?! Aku punya beberapa teman yang sudah punya pacar, tapi meminjam pacar temanku... Tidak, tunggu dulu sebentar.)

Tiba-tiba, ingatan beberapa menit yang lalu kembali terlintas di benak Masachika.

Pelari pertama dari tim Biru adalah guru dari Kelas 1-C, Tabata-sensei! Kabarnya dia baru saja memiliki pacar yang lebih muda!

(itu dia!)

Segera setelah memikirkan hal itu, Masachika langsung berlari menuju tenda tempat para guru berkumpul. Ia kemudian berteriak keras kepada para guru yang menatapnya, penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

“Permisi! Apakah Tabata-sensei dari Kelas 1-C ada di sini?”

Sambil menunggu jawaban, Masachika mencari-cari guru itu sendiri, dan salah satu guru di depan mengatakan sesuatu.

“Tabata-sensei sudah dipinjam duluan, loh.”

“Memangnya hal itu boleh!?”

Para guru tertawa terbahak-bahak mendengar teriakan yang tiba-tiba diserukan Masachika. Merasa sedikit malu, ia berbalik dan melihat kalau Tabata-sensei berdiri di antrean di garis finish, bergandengan tangan dengan siswa laki-laki berbadan besar.

(Waduhhh, seriusan nih. Apa yang harus kulakukan? Apa aku perlu menunggu? Tidak, aku harus menunggu konfirmasi apakah ini cocok dengan topik, kemudian kembali ke jalur dan mencoba melewati garis finish lagi akan memakan waktu terlalu lama! Apa ada orang lain──)

Pada saat itu, Masachika tiba-tiba menyadari sesuatu. Ada seseorang yang diketahui memiliki pacar dan tidak masalah jika Masachika meminjamnya. Ia memikirkan hal itu selama tiga detik sebelum akhirnya berlari kembali ke tenda tempat dia tadinya berada.

Setelah memutuskan apa yang harus dilakukan, Masachika mengulurkan tangannya ke orang yang dicarinya.

“Masha-san! Tolong ikut aku!”

“Eh? Ya, tentu saja. Boleh, kok?”

Dengan sedikit kebingungan, Maria mengedipkan matanya dan meraih tangan Masachika untuk berdiri. Dengan menggenggam tangannya erat-erat, Masachika berlari ke lapangan..

(Ah, entah kenapa... rasanya sangat nostalgia sekali.)

Kilas balik kenangan saat bermain dengan Ma-chan di taman di masa lalu membuat Masachika sedikit tersenyum, meskipun ia tahu bahwa ia sedang berada di tengah-tengah kompetisi.

Ia kemudian melihat sekeliling lintasan, berlari sedikit lebih lambat untuk mengimbangi kecepatan Maria.

(Peserta lainnya….. Cuma ada satu peserta, ya. Baiklah, kita bisa melakukannya!)

Seorang siswa membawa payung dan berada di depan, tetapi siswa lain belum kembali. Mungkin, dalam hal menemukan barang yang dicari, Masachika berada di kategori yang tepat. Namun, ia langsung menyangkal pikirannya.

(Tidak, itu bukan kategori yang tepat. Ya... tetapi tergantung pada barangnya, mungkin sulit menemukan orang yang memilikinya, atau bahkan harus pergi ke gedung untuk mengambilnya... dibandingkan dengan itu, aku mungkin bisa membidik posisi tinggi di perlombaan ini.)

Sambil memikirkan hal itu, Masachika sampai di meja panjang dengan topik yang dicari dan berlari melintasi lintasan lagi untuk mencapai garis finish.

Ah, Kuze-kun dari Tim Merah? Pastikan kamu ‘membawa barang’ yang dipinjam dengan baik ya?

Masachika tiba-tiba menghentikan langkahnya saat mendengar suara komentator. Ketika ia melihat ke arah tenda komentator, Masachika melihat Yuki, yang tampak sangat bersenang-senang dari kejauhan, mulai berbicara lagi.

Secara spesifiknya, tolong angkat barang yang dipinjam sehingga tidak menyentuh tanah dan mengitari lintasan, oke?

Setelah mendengar komentar Yuki, sorakan penonton dan teman-teman sekelasnya pun terdengar keras.

“Semangat~~!”

“Gendong dia seperti seorang putri~!”

“Tunjukkan kejantananmu, Kuze~~!”

Pipi Masachika berkedut karena mendapat ejekan yang tidak bertanggung jawab dari orang-orang di sekitarnya.

(Menggendongnya dengan gendongan seperti seorang putri... Tidak, tidak, itu sih mustahil. Mana mungkin aku bisa berlari sejauh ini sambil menggendong seseorang dengan gendongan ala seorang putri. Itu mustahil, terutama jika itu Masha-san. Selain itu, meminjam pacar orang lain dan menggendongnya seperti seorang putri? Itu sangat keterlaluan!)

Tentu saja, siswa yang mengolok-oloknya tidak tahu apa topik semacam apa yang sedang Masachika cari. Mereka mungkin hanya menganggap topik tersebut sebagai sesuatu yang sedikit memalukan, seperti [Gadis tercantik di sekolah] atau [seseorang yang diidamkan]. Buktinya adalah...

“Ge-Gendongan ala seorang putri? Ihh, enggak mau~~”

Maria menutupi pipinya dengan kedua tangannya dan menggeliatkan tubuhnya sendiri sambil tersenyum gundah. Namun, karena dia tersenyum lebar, dia terlihat tidak terlalu mempermasalahkannya. Dia bahkan melirik Masachika dengan tatapan mata malu-malu kucing.

(Apa itu hanya imajinasiku saja atau sepertinya dia memang berharap aku melakukannya~ Masha-san? Tidak, aku yakin itu bukan imajinasiku)

Sudut mulut Masachika bergerak-gerak saat menghadapi tatapan yang seolah-olah mendengar suara dalam benaknya yang mengatakan, “Meski rasanya sedikit memalukan, tapi jika kamu ingin melakukannya, aku akan mengizinkannya”.

Gendongan ala putri untuk mencapai garis finish, rasanya seperti... Kya~

Masachika menarik kembali kata-katanya, dia justru memikirkan sesuatu yang lebih ekstrem. Dia mulai berkhayal tentang memotong pita finish dalam hidupnya. Hal ini membuat Masachika merasa sangat malu dan ia hampir melupakan balapan. Lalu..

Sementara Kuze-kun berdiri diam, para peserta lain sudah kembali! Kira-kira siapa yang akan memenangkan lomba ini? Aku sama sekali tidak bisa menebaknya!!

Ketika suara komentar Yuki terdengar, Masachika menoleh dengan cepat. Ketika menoleh ke belakang, ia bisa melihat siswa yang membawa kamera SLR berlari ke arahnya. Dan jauh di belakangnya, entah kenapa ada siswa yang membawa patung beruang.

“Darimana ia meminjamnya?”

Setelah mengomentari siswa yang memeluk patung ukiran kayu berbentuk beruang, Masachika menggertakkan giginya.

(Gawat... Jika terus begini, bahkan posisi ketiga akan terancam! Ah~~~, duh, apa boleh buat!)

Setelah mengambil keputusan, Masachika menyimpan kertas topik ke dalam sakunya dan berjongkok dengan punggung menghadap Maria. Kemudian, sambil menutup mata dari dorongan teman-temannya dan tatapan penuh harap dari Maria, ia berkata dengan suara keras di belakangnya.

“Aku akan menggendongmu di punggungku. Naiklah, Masha-san.”

“Eh-Ehhh? Tapi aku sedikit berkeringat ...”

“Aku tidak memedulikannya! Cepatlah naik!”

Sambil mendesaknya dengan kuat, Masachika lalu berbicara kepada dirinya sendiri di dalam hati.

(Dengar baik-baik, oke? Sekarang aku akan menggendong Ma-chan, yang selalu ceria dan seperti malaikat. Jadi, tidak ada yang memalukan tentang ini! Tidak mungkin ada niat tersembunyi!!)

Masachika membayangkan gambaran Sa-kun menggendong Ma-chan di kepalanya dan menyesuaikan pikirannya….Kemudian, Masachika merasakan sentuhan hangat dan lembut yang sangat menyenangkan di punggungnya.

 (Whuahhhhhhhh, Ma-chan sudah tumbuh besar ya!?)

Sensasi kelembutan luar biasa yang secara langsung menulis ulang Ma-chan dalam citranya. Koreksi khayalan dihancurkan secara kejam oleh kontak fisik yang membahagiakan, dan badan Masachika langsung jatuh dalam keadaan kaku.

“Ka-Kamu baik-baik saja? Apa aku tidak terlalu berat?”

“Aku baik-baik saja. Pegang kuat-kuat ya ...”

Meskipun dirinya merasa tidak baik-baik saja dalam artian yang berbeda dari segi berat badan, tapi Masachika menahan diri untuk tidak menunjukkan kepanikan. Kemudian, kedua lengan Maria melingkar di leher Masachika dan tubuhnya bersandar penuh di punggungnya. Tubuh Maria yang ditarik oleh gravitasi melekat pada punggung Masachika dengan kedekatan yang melebihi jarak nol.

(Uwwwoooooaahhhh rasanya cukup menekan! Ada sesuatu yang besar menekan di sekitar tulang belikatku!)

Ketika merasakan sensasi untuk pertama kali dalam hidupnya, Masachika berdiri sembari diiringi teriakan yang tidak bisa dijelaskan apakah itu jeritan kesedihan atau kegembiraan di dalam hatinya. Maksudnya berdiri di sini bukan berarti memiliki makna sesuatu yang aneh. Dirinya hanya berjongkok untuk menggendong seseorang. Tidak ada maksud lain selain itu.

 (Ahhhhh sialan! Sudah cukup, dasar cowok tak senonoh! Kamu itu sedang menggendong Ma-chan di punggungmu! Kamu tidak boleh memiliki nafsu kotor terhadap Ma-chan! Memangnya kamu ingin mati atau apa!?)

Masachika mengulangi kalimat itu dengan keras pada dirinya sendiri dan mencoba untuk tidak terlalu memperhatikan perasaan di punggungnya. Dia kemudian meletakkan tangannya di kaki Maria ──

Munyuu.

“.....”

Sensasi kulit yang jauh lebih segar dari yang bisa dirasakan melalui seragam olahraga membuat pikiran Masachika kosong sejenak. Kemudian Maria, yang telah dicengkeram kakinya, menggoyangkan tubuhnya dengan malu-malu.

“Ahhmm~ tunggu, rasanya sedikit memalukan... karena pahaku cukup gemuk...”

“Tidak, itu ...”

Meskipun secara refleks menyangkalnya, kesadaran Masachika tertangkap oleh kedua tangannya sendiri yang memegang paha Maria dari belakang lutut hingga pahanya. Masachika merasakan sensasi kulit halus dan daging yang montok di tangannya. Pintu menuju fetish kaki yang dibuka oleh Alisa akan segera terbuka lebar seperti engsel yang hampir putus.

 (Begitu rupanya…. jadi paha itu disebut paha karena montok ya ...)

Sebaliknya, ia merasa seperti akan mendapat semacam pencerahan yang aneh. Namun, Masachika kembali ke kewarasannya ketika seorang siswa dengan membawa kamera melewati mereka.

“Baiklah, kita berangkat!”

“Y-Ya, oke”

Masachika berlari dengan menggendong Maria di punggungnya, berharap setidaknya bisa menempati posisi ketiga.

Kuze-kun sangat cepat! Sulit dipercaya bahwa dia membawa seseorang di punggungnya!

Entah karena memiliki kesan yang sama dengan Yuki atau karena kejutan yang menyertainya, suara para penonton yang tadinya hanya mencemooh, sekarang berubah menjadi terkejut dan bersorak. Namun, untuk berlari dengan kecepatan seperti itu, pasti ada harga yang harus dibayar Masachika.

“Ugh!”

Setiap kali kakinya menyentuh tanah, benturan yang menggetarkan terasa pada kaki dan lengannya. Selain itu, sensasi tubuh Maria yang menekan dan bergesekan dengan tubuhnya terasa di seluruh punggungnya.

(Uwaahhhhhhhhhh!! Orang yang aku gendong adalah Ma-chan! Ma-chan si bidadariiiiii~~!!)

Sambil menahan keinginan untuk merespons perasaannya yang tidak terkontrol, Masachika terus berlari sambil menggertakkan giginya. Dia berlari dengan sekuat tenaga.

Dan kemudian, di balik peserta yang berlari di depannya, ia dapat melihat Alisa yang berdiri di garis finish.

(Ah, gawat)

Masachika merasakan sesuatu secara naluriah saat melihatnya. 

Dan seolah-olah membuktikan kalau nalurinya itu benar, tatapan mata Alisa yang menyala biru muda tertuju pada Maria yang digendong Masachika, lalu pada kedua lengan Maria yang memeluk Masachika, dan pada tangan Masachika yang mencengkeram kaki Maria. Akhirnya, tatapan matanya kembali memandang wajah Masachika dan menatapnya. Dia benar-benar menatapnya dengan tatapan tajam.

(Nyeremin banget, woi)

Masachika merasakan sensasi dingin yang menjalar di punggungnya dan pada saat yang sama, rasa bersalah yang aneh tiba-tiba muncul lagi. Perasaan seolah-olah dirinya sedang berselingkuh.

“Fuuhh~”

“Uhi!?”

Tiba-tiba, ia merasakan napas yang dihembuskan di sekat telinganya dan tanpa sadar mengeluarkan suara aneh. Kemudian terdengar suara tawa cekikikan di belakangnya.

“Fufufu, reaksimu lucu sekali.”

Suara itu terdengar seperti suara setan kecil yang menggelikan hati Masachika.

“Masha-san? Ap-Apa yang sedang kamu lakukan di hadapan banyak orang begini...”

“Tenang saja~, aku memastikan kalau yang lain tidak mengetahuinya~.”

Sambil membisikan itu di telinganya, lengan yang melingkar di lehernya menjadi lebih erat.

“(Aku benar-benar tidak ingin memberikannya ...)”

Dia berbisik dengan begitu pelan.

Masachika tidak bisa melihat ekspresi Maria setelah dia mengucapkan itu. Sebelum ia bisa menanyakan maksud dari perkataannya, Masachika telah mencapai garis finish.

Kuze-kun, berada di urutan ketiga di garis finish!!

“Kamu sudah sampai di garis finish, Masachika-kun. Ayo, cepat turunkan Masha sekarang.”

“I-Iya.”

“Kamu bisa memeriksa topik temanya di sana.”

Setelah mengatakan itu dengan suara dingin dan ketus, Alisa memalingkan wajahnya dengan cemberut. Tapi, ketika Maria turun dari punggung Masachika dan dengan mulus berpegangan tangan dengan Masachika, Alisa tiba-tiba berbalik dan memandang Maria dengan tatapan aneh.

“?Alya-chan?”

Alisa berbicara dengan ekspresi tegang kepada Maria, yang memiringkan kepalanya dengan tatapan bingung.

“Masha ... kamu tidak perlu berpegangan tangan segala, ‘kan?”

“Eh? Tapi aku sedang dipinjam Kuze-kun ...”

“Me-Memang itu benar sih, tapi ...”

“Baiklah~, kami akan memeriksa topiknya di sini!”

Kemudian, seorang anggota panitia memanggilnya, dan Masachika pun menghampirinya, dengan perasaan sedikit lega, sambil tetap memperhatikan Alisa. Meskipun begitu, ia masih bisa merasakan tatapan tajam Alisa di belakangnya dan merasa bersalah.

(Tidak, bukannya aku sudah melakukan kesalahan apapun...)

Namun, apakah itu sifat alamiah seorang cowok atau hati nurani yang membuatnya merasa bersalah….? 

(Selain itu, Masha-san ...?)

Masachika merasa aneh dengan tindakan Maria yang sengaja berpegangan tangan dengannya di depan Alisa. Ia melihat wajah Maria dari samping.

“?”

Cara Maria memiringkan kepalanya dengan senyuman di tatapannya tidak menunjukkan maksud tertentu, tapi ......

 (‘Aku benar-benar tidak ingin memberikannya’ ya ...)

“Baiklah, sekarang, mari kita periksa kertas topiknya.”

“Oh, ya.”

Masachika mengambil secarik kertas dari sakunya dan menyerahkannya kepada panitia.

“Fufufu, kira-kira topiknya tentang apa, ya~~?”

Maria sepertinya berada dalam suasana hati yang lebih baik dari biasanya, tapi...


◇◇◇◇


“Hmmph”

Semenit kemudian, di dalam tenda yang diisi oleh pengurus OSIS, terlihat Maria dengan wajah cemberut yang sangat tidak biasa.

“Masha-san? Umm, apa kamu marah?”

“Aku marah.”

Maria langsung menjawab dengan cepat dan Masachika merasa canggung. Karena semua orang baru saja pergi dan hanya ada dua orang di dalam tenda, Masachika harus menghadapi kemarahan Maria secara langsung.

“Begini ya, Kuze-kun.”

“Y-Ya?”

Maria yang duduk di sebelahnya, memanggil namanya, membuat Masachika sedikit terkejut. Maria kemudian memandang Masachika dengan pandangan ke samping sambil tetap menghadap ke depan.

“Aku selalu~~ mencintaimu dengan sepenuh hatiku, Kuze-kun.”

“Te-Terima kasih banyak?”

Masachika merasa sedikit malu mendengar kata-kata tersebut. Kemudian, Maria tiba-tiba berbalik dan mendekatkan dirinya ke Masachika.

“Apa kamu tahu bagaimana perasaanku saat aku mengakui di depan seluruh sekolah ....kalau aku adalah pacar dari orang lain selain Kuze-kun?”

“Ah...”

Melihat ekspresi Maria yang penuh kemarahan dan kesedihan, Masachika merasa sangat menyesal.

“...Maaf, aku kurang memperhatikannya.”

“Enggak mau, aku tidak akan memaafkanmu.”

Masachika menundukkan kepala dengan perasaan bersalah yang sangat besar, tetapi Maria menolak permintaan maafnya.

“Kamu tidak akan kumaaafkan kecuali kamu pergi berkencan denganku.”

“Eh, berkencan?”

Masachika terkejut dengan kata-kata yang sangat tak terduga itu.

“Ya, berkencan. Lain kali, kamu harus memberiku kencan yang sangat romantis denganku sepanjang hari, jika tidak aku tidak akan memaafkanmu.”

“Kencan yang sangat romantis, ya...?”

“Yeah, aku ingin kencan yang bisa membuatku berdebar-debar.”

Itu adalah permintaan yang cukup sulit dilakukan.

Bagaimanapun juga, Masachika sendiri hanya memiliki sedikit pengalaman berkencan.

Selain itu, apa itu benar-benar tindakan yang tepat untuk pergi berkencan dengan Maria setelah menyadari perasaan cinta Alisa…?

“Apa kamu sudah paham?”

“A-Ah, ya, aku paham.”

Masachika sempat ragu-ragu, tetapi kewalahan oleh kekuatan Maria, yang begitu dekat dengan wajahnya sehingga membuatnya menganggukkan kepalanya.

“Hmm, baiklah kalau begitu.”

Maria kemudian berbalik menghadap ke depan, tampak dalam suasana hati yang sedikit lebih baik.

Tanpa diduga, mereka sepakat untuk berkencan, dan hati Masachika tiba-tiba berbunga-bunga ......, tapi sekarang malah semakin bingung. Ketika ia menatap wajah samping Maria dengan sedikit curiga, Maria menyadarinya dan memiringkan kepalanya sedikit.

“Ada apa?”

“Ah, itu...”

Apa aku harus bertanya padanya? Selama beberapa detik, Masachika merasa bimbang dan kebingungan... ia dengan ragu-ragu membuka mulutnya.

“Yah, aku tidak tahu apa boleh menanyakan hal itu di sini...”

“Apa?”

“Masha-san... kamu ingin aku benar-benar menghadapi perasaan Alya dengan serius, ‘kan?”

Itu adalah permintaan yang dia sampaikan dua bulan yang lalu di taman itu.

Masachika berpikir bahwa itu adalah niat Maria yang sebenarnya. Itulah sebabnya ia merasa tidak nyaman. Terutama setelah Maria baru saja bergandengan tangan dengannya di depan Alisa. Dan ajakan berkencan yang begitu tiba-tiba.

“Ya, itu benar.”

Namun, Maria hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanggapan atas kecurigaan Masachika. Begitu mudahnya sehingga membuat Masachika terkejut.

“Aku ingin Kuze-kun menghadapi perasaan Alya-chan dengan benar. Aku benar-benar merasa begitu, kok?”

Ketika Maria mengatakan hal itu dengan tulus, salah satu anggota panitia memanggil dari luar tenda.

“Masha, maaf! Bisakah kamu membantuku sebentar?”

“Ah, ya, baiklah~.”

Mendengar panggilan itu, Maria bangkit dari tempat duduknya dan berjalan maju beberapa langkah.

“Tapi—”

Dan di sana, sambil menoleh ke belakang, Maria berkata dengan wajah yang sedikit malu-malu dan pipi yang memerah.

Pada akhirnya, pilihlah aku, ya?




 

 

 Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya 

 




close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama