“Eh, kita akan menginap di hotel yang sama?”
Di mobil dalam perjalanan ke Karuizawa, aku
menanyakan itu kembali pada Shizune-san.
“Ya, apa ada masalah?”
“Tidak, hanya saja kupikir kamu dan Hinako
akan tinggal di vila atau semacamnya...”
Memang sebelumnya aku sudah diberitahu kalau
di Karuizawa aku akan menginap di hotel, namun kupikir Hinako dan Shizune-san
akan menginap di tempat lain. Lagipula, tujuan yang kita bicarakan di sini
adalah Karuizawa. Kombinasi antara orang kaya dan Karuizawa membuatku secara
naluriah berpikir tentang kata vila atau semacamnya. Aku yakin, bukan cuman aku
saja satu-satunya orang yang punya pemikiran seperti itu.
“Niat kami awalnya memang begitu, cuman
Ojou-sama...”
Shizune-san melirik Hinako.
Hinako, yang sudah mengantuk, perlahan
membuka mulutnya.
“Aku bosan..., nginap di vila.”
“Seperti yang kamu dengar sendiri, itulah
sebabnya kami memutuskan untuk menginap di hotel. Tentunya Ojou-sama akan
tinggal di kamar yang lebih tinggi dari kita, namun hotel tempat kita menginap
itu sendiri akan tetap sama.”
Jadi ada ya orang yang bisa
bosan dengan vila...
“Ngomong-ngomong, sepertinya Tennoji-sama dan
Miyakojima-sama juga akan berpartisipasi dalam kursus musim panas ini.”
“Kudengar juga begitu.”
Karena Narika lah yang memberitahukanku
tentang kursus ini, jadi sejak awal aku tahu kalau dia juga akan ikut dalam
kursus musim panas ini. Namun, aku baru dengar kalau Tennoji-san juga akan
ikut. Meski begitu, mengetahui bahwa orang-orang yang aku kenal akan ada di
sana membuat suasana hatiku sedikit lega. Mungkin ini akan menjadi kursus musim
panas yang lebih meriah daripada yang kupikirkan.
“Apa tahun lalu Hinako juga mengikuti kursus
musim panas?”
“Tidak, Ojou-sama sudah sering ke Karuizawa,
namun ini pertama kalinya dia ikut kursus musim panas,” jawab Shizune-san,
masih melihat ke depan. “Karena ini diselenggarakan oleh Akademi Kekaisaran,
kursus musim panas ini merupakan kegiatan yang bagus untuk menerima pendidikan
tingkat tinggi. Tapi dalam kasusnya Ojou-sama, dia lelah karena berakting, jadi
biasanya dia akan belajar di mansion... Namun karena Ojou-sama berada dalam
kondisi yang baik akhir-akhir ini, jadi Kagen-sama mengizinkannya untuk
berpartisipasi. Itu juga alasan mengapa kita diperbolehkan tinggal di hotel.”
“Sekarang setelah kau mengatakan itu,
akhir-akhir ini Hinako memang tidak demam.”
“Bahkan para dokter pun juga terkejut.
Meskipun itu adalah demam psikogenik, sangat jarang Ojou-sama merasa begitu
sehat secara tiba-tiba... Bisa dikatakan itu adalah bukti bahwa dia telah
menemukan orang yang tepat untuk mendukungnya.”
Saat aku melirik Hinako, dia sudah tidur. Dia
pasti ketiduran karena merasa nyaman dengan suhu AC di dalam mobil.
“Nnn... Jalan-jalan dengan Itsuki...
Nhehe...”
Hinako ileran dan mengigau dalam tidurnya.
Melihat dia yang seperti itu, aku mengusap
kepalanya dengan ringan.
Aku ingin tahu, apa aku sudah terbiasa
menjadi pendukung untuk Hinako? Sulit untuk mengetahui itu, tapi kurasa mungkin
aku tidak harus mengetahuinya. Lagipula, entah tahu atau tidak, aku akan
melakukan yang terbaik untuk mendukung Hinako.
“Mungkin sudah agak terlambat untuk
mengatakan ini, tapi terima kasih atas saranmu tentang kursus musim panas ini,
Itsuki-san.”
“Tidak perlu berterima kasih, toh aku sendiri
juga hanya mendengar soal itu secara tidak sengaja saat berbicara dengan
Narika.”
Akulah yang mengusulkan untuk berpartisipasi
dalam kursus musim panas kali ini. Lebih tepatnya sih, aku mendengar tentang
adanya kursus musim panas ini dari ibunya Narika, dan aku hanya mengangkat itu
sebagai topik ringan, namun itu adalah awal dari percakapan yang membuat Hinako
dan yang lainnya ikut serta.
Memikirkan fakta bahwa ucapanku memicu semua
orang untuk pergi bersama, aku merasa seperti aku telah menjadi anggota dari
keluarga Konohana, yang mana itu membuatku bahagia. Yah, tentunya aku tidak
akan mengatakan itu secara spontan meskipun aku memikirkan itu di dalam
pikiranku.
Pada saat itu, tiba-tiba ponselku bergetar.
Sepertinya ada pesan yang masuk.
Taisho Katusya : Yay! Aku di gunung!
Dia mengirimkan foto dari gunung hijau yang
subur. Dia pasti selfie-selfie di sana, senyum bahagia di wajahnya tercermin di
foto yang dia kirim.
Pesan kedua kemudian segera menyusul.
Taisho Katsuya : Aku sedang dalam perjalanan mendaki gunung
bersama teman-temanku! Ini sangat menyenangkan!
Baguslah kalau begitu.
Aku membalas pesannya bahwa aku iri karena
dia bersenang-senang.
Segera setelah aku mengirim pesan, aku
menerima pesan lain dari orang lain.
Asahi Karen : Yay! Aku di pantai!
Asahi-san mengirimkan foto laut yang
berkilauan.
...Mereka berdua ini
benar-benar punya temparemen yang sama.
Itu membuatku jadi tidak bisa menahan tawaku.
Tapi kemudian, selagi aku memikirkan itu, aku
menerima pesan kedua dari Asahi-san.
Asahi Karen : Lihat baju renangku! Cocok dan terlihat seksi
untukku, kan?
“Astaga?!”
Secara refleks aku mengalihkan pandanganku
dari layar ponselku.
Meski tadi aku hanya melihat foto itu sesaat,
namun foto itu terbakar jelas di bagian belakang kelopak mataku... Itu adalah
foto selfienya Asahi-san yang mengenakan bikini biru muda, sedikit menggeser
tali bahu baju renangnya dan tersenyum menggoda.
Gadis itu, entah bagaimana aku
harus mengatakannya, dia sungguh sembrono...
“Ada apa? Itsuki-san?”
“Ti-Tidak ada apa-apa...”
Shizune-san menatapku dengan ekspresi
penasaran, namun aku berhasil mengelak darinya.
“Itsuki..., kau sepertinya senang melihat
foto seorang gadis mengenakan pakaian renang.”
“Hinako?!”
Hinako, yang seharusnya tertidur beberapa
menit yang lalu, menatap lurus ke arahku. Timing dia bangun kali ini
benar-benar buruk.
“...Karena kamu laki-laki, jadi aku bisa
mengerti kamu suka dengan hal-hal seperti itu, tapi tidak bisakah kamu memilih
waktu dan tempat yang tepat untuk melakukan itu, Itsuki-san?”
“Tidak, kau salah paham! Ini foto yang
dikirim temanku!”
Aku sendiri juga sangat terkejut tadi, jadi
aku tidak mau disalahpahami.
“Padahal setiap malam kamu selalu melihatku
memakai pakaian renang...”
“Hei—!”
Meskipun itu memang benar, tapi itu adalah
pernyataan yang agak berbahaya, jadi wajahku sontak menjadi tegang. Mobil pun
oleng sesaat. Sepertinya fokus pak supir sedikit terganggu mendengar percakapan
kami.
“...Kalau kamu mau satu, aku bisa
mengizinkannya.”
“Eh? Apa maksudmu?”
“Lain kali..., aku mengizinkanmu mengambil
fotoku,” ucap Hinako, dengan sedikit rona mera di pipinya.
Di momen itu, instingku langsung mengalahkan
pikiran jernihku. Satu demi satu, imajinasi liar memenuhi kepalaku seperti
misalnya dalam pose apa aku harus memotretnya.
Tapi segera, aku menggoyangkan kepalaku
dengan kuat untuk menghalau pikiran-pikiran jahat.
Fiuh, hampir saja...
“Itsuki-san, aku yakin kamu pasti tahu,
tapi...”
“Y-Ya. Jangan khawatir. Aku tahu kok.”
Aku jelas tidak akan melakukan itu, jadi
Shizune-san tidak perlu mengkhawatirkan apa-apa...
Yang jelas, Taisho dan Asahi-san sepertinya
sedang menikmati liburan musim panas mereka masing-masing, dan itu adalah hal
yang bagus untuk didendar. Tapi, nanti aku harus pastikan untuk menegur
Asahi-san.
“Pantai, ya...”
Aku mengirimkan pesan acak ke Asahi-san
dengan mengatakan, “Kelihatannya bagus,” dan menggumamkan itu dengan suara
rendah untuk mengganti topik pembicaraan.
“Kamu..., ingin pergi ke pantai, Itsuki?”
“Tidak, hanya saja aku belum pernah ke pantai
akhir-akhir ini...”
Bohong. Sebenarnya aku sangat ingin sekali
pergi ke pantai.
Mungkin tahu perasaanku yang sebenarnya,
Hinako menunjukkan gestur sedang memikirkan sesuatu, dan kemudian...,
“Shizune..., bisa kita pergi ke pantai?”
“Pantai, ya? Tahun ini, Kagen-sama bilang
kalau dia akan mengundang tamu ke pantai pribadi Keluarga Konohana, jadi itu
mungkin akan sedikit sulit.”
Grup Konohana memang hebat. Bahkan mereka
juga punya pantai pribadi, ya.
“Jika itu pantai umum, mungkin saja untuk
pergi ke sana dari Karuizawa, tapi... Ojou-sama, seingat saya, anda tidak suka
pantai karena di sana terlalu panas, bukan?”
Mempertimbangkan bagaimana penampilan Hinako
sebelum kami berangkat tadi, dia sepertinya memang tidak suka panas. Tapi...,
“Kalau bareng Itsuki..., aku mau pergi.”
“Saya mengerti. Nanti akan saya
pertimbangkan.”
Shizune-san akhir-akhir ini sepertinya sudah
terbiasa dengan pernyataan-pernyataan seperti ini dari Hinako, jadi dia dengan
cepat mereseponnya. Kalau aku sih, aku masih belum terbiasa.
Sungguh, dia selalu saja
mengatakan hal-hal yang imut seperti itu begitu saja...
Aku pun menutupi kegugupan yang tak terduga
itu dengan mengalihkan pandanganku.
---
Mobil berhenti di tempat parkir.
Setelah ini, aku berencana untuk pergi ke
resepsionis hotel untuk check-in..., tapi sebelum itu, aku punya sesuatu yang
harus kulakukan.
Setelah menunggu beberapa saat di depan meja
resepsionis hotel, sebuah mobil hitam berhenti di luar.
Dari dalam mobil tersebut, keluar Hinako dan
Shizune-san.
“Oh, bukankah itu Konohana-san?”
“Oh, Tomonari-kun, kebetulan sekali kita
ketemu di sini.”
“Kau benar. Jadi..., kalau kamu mau,
bagaimana kalau kita pergi bersama?”
“Ya, tentu saja.”
Hinako, yang saat ini adalam mode Ojou-sama,
tersenyum anggun dan terkikik, “Ufufufu.”
Ini sama dengan ketika kami pergi ke sekolah.
Karena publik tidak boleh tahu kalau aku dan Hinako tinggal di rumah yang sama,
di tengah perjalanan kami memutuskan untuk mengambil mobil yang terpisah dan
sepakat untuk bertemu di resepsionis ini. Dengan begini, dari sudut pandang
orang luar, itu akan terlihat seperti kami hanya bertemu secara kebetulan di
hotel ini.
Aktingku pasti buruk...,
Meski demikian, aku menekan emosi kompleks
yang berputar-putar di dadaku.
Di depan kami sesaat turun dari mobil, ada
hotel dengan suasana klasik dan tenang yang dibangun di sepanjang lereng
gunung.
“Oh..., besar sekali.”
“Semua hotel di Karuizawa dirancang untuk
tidak mengganggu pemandangan, dan ada berbagai konsep yang membuat mereka
menarik... Sesekali, tidak buruk juga untuk menggunakan sesuatu selain vila.”
Kalau kuingat-kuingat lagi, tadi aku memang
tidak melihat adanya gedung-gedung tinggi di sepanjang jalan.
Ketika seseorang mendengar kata ‘hotel
mewah’, orang cenderung akan berpikir tentang bangunan seperti di pusat kota,
namun hotel-hotel di Karuizawa semuanya harmonis dengan alam, dan memiliki
tampilkan kuno namun familiar. Meski kuno, interiornya sangat indah, dan itu
tidak kalah dengan mansion Keluarga Konohana tempat kami biasanya menghabiskan
waktu. Bagian resepsionisnya pun didekorasi dengan perabotan antik berpola
rumit yang sangat indah.
“Tolong tunggu di sini sebentar. Aku akan
mengurus check-in-nya.”
Mengatakan itu, Shizune-san pergi menuju meja
resepsionis.
Sambil menunggu check-in, kami dihadapkan
dengan tatapan-tatapan penasaran.
“Lihat, itu Konohana-san.”
“Jika dia menginap di hotel ini, apa itu
artinya dia juga akan mengikuti kursus musim panas tahun ini...?”
Karena ini adalah kursus musim panas yang
diselenggarakan oleh Akademi Kekaisaran, ada banyak peserta yang berasal dari
akademi. Dan sepertinya, kehadiran Hinako yang sebelumnya tidak ikut serta
menarik banyak perhatian.
“Terima kasih sudah menunggu.”
Shizune-san kembali. Di tangannya, dia
memegang dua kunci kartu.
“Ada tiga kelas kamar di hotel ini,
masing-masing dengan lokasi yang berbeda. Bangunan utama di sini kelas satu,
bangunan yang agak jauh ke atas bukit kelas dua, dan bangunan yang ada di
tempat yang lebih tinggi itu kelas tiga. Aku dan Ojou-sama akan menginap di
kamar kelas tiga, dan Itsuki-san akan menginap di kamar kelas dua.”
“Kelas dua? Bukan kelas satu?”
Sebagai pelayan, Shizune-san mungkin akan
menunggu di sisi Hinako. Karena hanya ada dua kunci kartu yang dia bawa, jadi
sepertinya Hinako dan Shizune-san akan tinggal di kamar yang sama. Dan selama
kita berada di depan publik, aku tidak bisa menghabiskan waktu di kamar yang
sama dengan Hinako. Karenanya, kupikir aku tinggal di kamar termurah, tapi...
“Akan lebih baik jika kamu yang merupakan
pengurusnya Ojou-sama berada di kamar yang sedekat mungkin dengan kamarnya
Ojou-sama, bukan?”
Shizune-san ada benarnya.
Dan begitulah, aku akhirnya menginap di kamar
satu peringkat lebih tinggi dari yang aku harapkan.
“Seperti yang mungkin sudah kamu perhatikan,
ada beberapa siswa dari Akademi Kekaisaran yang menginap di hotel ini.
Karenanya, jika kau berpisah dengan kami, tolong jangan kasar pada mereka.”
“Aku mengerti.”
“...Yah, aku sudah bisa mempercayaimu
akhir-akhir ini, jadi kupikir kamu akan baik-baik saja.”
Aku senang bisa dipercayai oleh Shizune-san.
Faktanya, aku sendiri tidak merasa terlalu gugup. Sudah hampir empat
bulan semenjak aku mulai tinggal di rumah Keluarga Konohana sebagai pengurus.
Hari-hariku di Akademi Kekaisaran dan pengalamanku di pertemuan sosial telah
membentuk kepercayaan diriku.
“Kalau begitu, Itsuki-san, ayo kita bertemu
lagi di sini setelah kita meletakkan barang bawaan kita. Kita perlu mendaftar
di tempat kursus musim panas.”
Setelah mendaki beberapa saat, kami sampai di
simpang tiga jalan.
“Itsuki..., aku akan mengunjungi kamarmu
nanti.”
“Ya.”
Kamar kami terpisah, dan bukan hal yang aneh
bagi siapa pun jika ada yang melihat seseorang mengunjungi kamar kenalan atau
teman mereka. Karenanya, aku menganggukkan kepalaku pada Hinako, dan kemudian
mata Hinako tampak jadi melek.
“Hinako?”
“Aku belum pernah melakukan hal yang seperti
ini..., jadi ini menyenangkan.”
Mengatakan itu, Hinako berbalik sambil
menampilkan senyum lembut yang tidak mungkin terlihat ketika dia berakting.
Kemudian, dia mulai menaiki bukit menunju kamar kelas tiganya.
Kalau dipikir-pikir, selama ini Hinako
tinggal di lingkungan yang sempit. Shizune-san sebelumnya bilang kalau Hinako
diizinkan mengikuti kursus musim kali ini karena kondisinya yang baik-baik
saja, jadi mungkin dia hanya bersantai saja di mansion selama libur panjang
sejauh ini.
Liburan dengan teman. Hinako sepertinya
menganggap kursus musim panas ini seperti itu.
“...Kurasa aku juga akan bersenang-senang.”
Tentunya aku juga tetap akan belajar dengan
giat, tapi karena mumpung lagi ada di Karuizawa, aku akan bersenang-senang juga
dengan Hinako. Lagian, aku sendiri juga memiliki sedikit pengalaman liburan.
Jadi, aku bisa mengerti apa yang dirasakan Hinako.
...Hm?
Pada saat itu, tiba-tiba aku merasakan
tatapan seseorang yang menatapku dari suatu tempat. Aku melihat ke belakang,
tapi aku tidak tahu siapa yang menatapku karena ada banyak tamu yang menginap
di hotel.
Mungkin itu hanya perasaanku
saja? pikirku, dan memasuki kamarku.
“Ooh..., ini kamar yang bagus.”
Aku melepas sepatuku di pintu masuk berlantai
marmer, berganti ke sandal, dan kemudian berjalan di atas karpet lembut. Karena
kamar tidur dan ruang tamu digabungkan menjadi satu, denah dari kamar itu
sendiri memiliki pola yang umum, tapi ini tetap kamar yang luar. Selain itu,
tidak seperti furnitur sederhana yang sering ditemukan di hotel bisnis,
furnitur di ruangan ini semuanya kelas satu dan didekorasi dengan rumit.
Di luar teras ada jalan pegunungan yang
rimbun. Alih-alih hutan belantara yang tak tersentuh oleh tangan manusia, itu
adalah pemandangan elegan yang cukup terpelihara. Suasananya nyaman, bersih,
dan selaras dengan alam, yang masing-masing cocok secara harmonis.
Setidaknya kamar ini lebih berkelas daripada
kamar yang biasanya aku tempati.
Tapi, tapi—jujur saja, aku tidak begitu
terkesan.
Dibandingkan dengan kamarnya
Hinako di mansion..., kamar ini sempit.
Dari segi ukuran saja, kamar Hinako mungkin
lebih besar, dan furnitur di sini mungkin jauh lebih murah daripada yang ada di
mansion Keluarga Konohana.
Tentunya, kamar ini lebih dari cukup mewah
untukku, tapi sekarang aku sedikit mengerti bagaimana perasaa para Ojou-sama
yang bahkan tidak menggerakkan alis mereka ketika melihat pemandangan yang
seperti ini. Aku jadi tidak tahu apakah aku harus sedih atau senang.
Pertama-tama, aku mengeluarkan barang-barang
penting dari koper dan meningalkan kamar. Aku kemudian memakai kembali sepatuku
dan kembali ke meja resepsionis, dan di sana——
“Oh, Tomonari-san?”
“Itsuki?!”
Suara yang terdengar tidak asing bisa
kudengar.
Ada seorang gadis berambut bor pirang dan
seorang gadis berambut hitam diikat yang memanjang sampai ke pahanya.
Mereka adalah Tennoji-san dan Narika.
“Apa kalian berdua akan menginap di hotel
ini?”
“Ya. Soalnya agak sulit untuk pergi ke tempat
kursus musim panas dari villaku, dan selain itu, hotel ini adalah hotel yang
memiliki reputasi yang baik.”
“Ku-Kurasa alasanku juga sama.”
Bagi para Ojou-sama ini, punya vila
sepertinya merupakan suatu hal yang biasa.
Ngomong-ngomong, mereka berdua mengenakan
pakaian musim panas yang kesannya sama sekali berbeda dari kesan yang mereka
miliki ketika mereka berada di akademi.
Tennoji-san mengenakan blus lengan pendek
biru off-shoulder dan rok putih.
Sedangkan Narika mengenakan kemeja putih
tanpa lengan dengan kerah dan celana pendek hijau. Kemejanya ia masukkan ke
dalam celananya, dan kakinya yang panjang serta sehat terlihat menonjol.
Melihat mereka sekali lagi seperti ini,
mereka memang cantik. Mungkin karena baru pertama kali melihat mereka
berpakaian seperti ini, aku jadi teringat dengan bagaimana perasaanku saat
pertama kali memasuki Akademi Kekaisaran dan mengagumi penampilan mereka.
“Kalau kamua ada di sini, maka Hinako
Konohana juga ada di hotel ini, kan?”
“Ya.”
Ketika aku mengiyakan, Tennoji-san tersenyum
berani.
“Akan ada ujian di hari terakhir kursus musim
panas ini... Fufufu, karena ujian di akademi yang sebelumnya belum
menyelesaikan urusan kami, kali ini aku pasti akan membuat semuanya jelas,
Hinako Konohana!”
Saat mengatakan itu, mata Tennoji-san tampak
dipenuhi dengan kobaran api.
“A-Aku juga akan melakukan yang terbaik,
soalnya ibuku nanti akan marah padaku kalau aku tidak mendapatkan nilai yang
bagus...!”
Seperti biasanya, Narika tampaknya akan
berjuang mati-matian.
Tapi yah, bisa dikatakan, aku juga merasakan
hal yang sama seperti yang dirasakan Narika.
“Maat membuatmu menunggu, Itsuki-sama.”
Saat aku mengobrol acak dengan mereka
sebentar, Shizune-san dan Hinako datang.
“Muncul juga kamu, Hinako Konohana!”
“Ko-Konohana-san. Lama tidak bertemu.”
Tennoji-san melihat Hinako sebagai
saingannya, sedangkan Narika mulai melihat Hinako sebagai temannya setelah
menemaninya berlatih tenis. Sikap mereka berdua terhadap Hinako benar-benar
bertolak belakang. Narika sepertinya masih belum bisa menghilangkan
kegugupannya, namun sebeliknya, Tennoji-san sama sekali tidak canggung karena
sudah terbiasa.
“Kuharap kita semua bisa bekerja sama selama
kursus musim panas ini,” ucap Hinako, dengan lembut menundukkan kepalanya.
Penampilan Hinako dalam mode Ojou-sama memang
luar biasa seperti biasanya. Cara dia membungkuk sangat indah, terlihat
bagaikan kelopak bunga yang mekar dengan lembut, memberikan nuansa yang
menakjubkan kepada orang yang melihatnya.
Tennoji-san, satu-satunya orang di sini yang
bisa bersaing dengan gerakan indah Hinako, melontarkan “Hmph” seolah menegur
dirinya sendiri karena untuk sesaat sempat merasa kagum dengan gerakan yang
Hinako lakukan, dan kemudian dia mengalihkan pandangannya ke arah Shizune-san.
“Kamu, seingatku, adalah kepala pelayan Keluarga
Konohana, kan?”
“Nama saya Shizune Tsurumi.”
Setelah Shizune-san memperkenalkan dirinya,
dia membungkuk dalam-dalam pada Tennoji-san.
“Terima kasih banyak atas bantuan anda
terkait dengan masalahnya Itsuki-sama.”
“Akulah yang seharusnya berterima kasih.
Keluarga Konohana benar-benar memiliki pelayan yang baik.”
Mendengar percakapan singkat antara mereka
berdua, Narika hanya bisa memiringkan kepalanya, tidak tau apa yang mereka
bicarakan.
Tapi, aku tahu apa yang mereka bicarakan...
Saat Tennoji-san mengetahui identitas asliku, dia menelepon pihak Keluarga
Konohana untuk mengatakan bahwa dialah yang bertanggung jawab dalam masala
tersebut. Saat itu, kudengar kalau kendati langsung menghubungi Kagen-san yang
merupakan ketua Grup Konohana, dia justru dengan berani menghubungi Shizune-san
terlebih dahulu, dan tampaknya bernegosiasi dengan baik. Alhasil, aku berhasil
menghindari pemecatan sebagai pengurus karena aku dilindungi oleh Tennoji-san.
Bagiku, mereka berdua ini adalah dermawanku.
Aku tidak bisa mengangkat kepalaku tinggi-tinggi dihadapan mereka berdua.
“Kami berencana untuk pergi tempat kursus
sekarang, apa kalian ingin ikut dengan kami?”
“Ya, ini kesempatan yang bagus, jadi aku ikut
dengan kalian. Bagaimana denganmu, Miyakojima-san?”
“Y-Ya! Aku juga akan ikut!”
Kami semua pun meninggalkan hotel dan menuju
tempat kursus musim panas. Namun, saat hendak pergi——
“......?”
Aku menghentikan langkahku dan berbalik.
“Ada apa, Itsuki?”
“Tidak ada apa-apa... Aku hanya merasa
seperti ada yang menatapku.”
Sambil membalas Narika yang memiringkan
kepalanya, aku melihat sekeliling.
Tidak ada yang aku kenal... Apa
itu cuman imajinasiku saja?
Yah, saat ini aku sedang bersama dengan
Ojou-sama yang cantik-cantik. Kurasa tidaklah aneh kalau aku jadi menarik
begitu banyak perhatian?
◆◆◆◆
Tempat kursus musim panas berjarak sepuluh
menit berjalan kaki dari hotel.
Bagian luar gedungnya tampak seperti pondok
besar, tapi di dalamnya, ada banyak meja panjang yang berjejer bagaikan ruang
konferensi. Ini adalah lingkungan yang baik untuk seseorang bisa
berkonsentrasi.
Saat kami pergi resepsionis untuk memberitahu
kedatangan kami, kami diberikan dokumen beserta jadwal. Untuk buku teks,
seperitnya itu akan dibagikan saat sesi belajar pertama.
“Baiklah, itu saja yang harus kita lakukan
untuk hari ini. Haruskah kita kembali?”
Shizune-san berbalik ke hotel dan kami
mengikuti.
Saat kami meninggalkan tempat tersebut, ada
banyak mata yang tertuju ke arah kami.
Oh begitu ya. Rupanya ada
peserta dari SMA lain di kursus musim panas ini...
Kursus musim panas ini memang diselenggarakan
oleh Akademi Kekaisaran, namun pesertanya tidak terbatas hanya pada siswa-siswi
Akademi Kekaisaran saja. Sepertinya banyak siswa-siswi dari SMA unggulan di
Jepang yang juga ikut berpartisipasi.
Itulah sebabnya, Hinako jadi lebih menonjol
daripada sebleumnya.
Bahkan di Akademi Kekaisaran tempat
berkumpulnya anak-anak kelas atas, Hinako sudah menonjol. Dia memiliki aura
kehadiran yang sedemikian rupa sehingga sepuluh dari sepuluh orang biasa pasti
akan beralih pandang ke arahnya. Dan kurasa, pandangan itu juga termasuk dariku
yang berada di samping Hinako.
Aku mencoba untuk tidak menunjukkan kegugupan
di wajahku.
...Dan seujujurnya, sejauh ini, Shizune-san
yang mengenakan pakaian pelayan juga menonjol di tempat itu.
“Kursus musim panas akan dimulai besok.
Sampai saat itu, hari ini kita bebas melakukan apa saja,” ucap Shizune-san
kepadaku dan Hinako.
Setelah ini kami tidak punya rencana khusus.
Ketika aku melihat ke wajah yang lain tentang apa yang harus kami lakukan....,
“Aku punya rencana dengan keluargaku hari
ini, jadi aku permisi di sini.”
“Aku juga punya rencana untuk menemani ayahku
menemui rekan bisnisnya setelah ini... Kurasa mulai besok baru kita semua bisa
bergerak bersama.”
Sepertinya Tennoji-san dan Narika punya
rencana untuk sisa hari ini.
“Kalau begitu, sampai jumpa besok.”
“Ya.”
Saat aku mengatakan itu pada mereka,
Tennoji-san mengangguk lalu menatap Hinako.
“Hinako Konohana, di ujian kali ini aku yang
akan menang!”
Tennoji-san mengacungkan jari telunjuknya ke
arah Hinako, yang kemudian Hinako balas sambil tersenyum lembut, “Tolong
bersikap lembut padaku.”
Dan dengan begitu, Tennoji-san dan Narika
pergi meninggalkan kami.
“Sekarang, apa yang harus kita lakukan?”
tanya Shizune-san.
Aku tidak ada memikirkan sesuatu secara
khusus. Hari sudah lewat tengah hari dan aku tidak mau menghabiskan tenagaku
meningat kursus musim panas akan dimulai besok.
Ketika aku menatap Hinako dengan maksud
bertanya apakah dia punya sesuatu yang ingin dia lakukan atau tidak...,
“...Aku serahkan masalah itu padamu.”
“Lah, aku?”
Hinako menganggukkan kepalanya.
Aku tidak tahu bagaimana orang-orang biasanya
bersenang-senang di Karuizawa..., tapi Hinako sepertinya menantikan liburan
ini. Jika demikian, mungkin dia akan senang jika kami jalan-jalan santai
bersama.
“Kalau begitu, mengapa ktia tidak
berjalan-jalan di sekitar sini saja?”
“Nnn.”
Hinako mengangguk sekali lagi. Ekspresi
wajahnya tampak melembut. Bagus, sepertinya dia antusias.
“Sebelum itu, Itsuki-san, kupikir kamu harus
pakai jaket. Karuizawa ini dingin, jadi kupikir pakaian yang kau kenakan itu
akan membuatmu kedinginan saat matahari terbenam.”
“Kau benar... Kalau begitu aku akan pergi ke
kamarku dan mengambilnya.”
Dalam hal ini, itu membuktikan bahwa tidak
serta merta saja tempat ini disebut resor musim panas.
Tapi ngomong-ngomong soal pakaian, di sini
pun Shizune-san masih memakai seragam pelayannya. Karenanya, aku ingin balik
bertanya padanya apakah dia tidak kepanasan, tapi melihat wajahnya yang tampak
sejuk, dia sepertinya tidak memiliki masalah.
Karena aku merasa tidak enak membuat Hinako
dan Shizune-san menunggu lama, jadi aku kembali ke kamarku secepat mungkin.
Tapi kemudian, saat itu——
“...Hm?”
Sekali lagi aku merasa ada orang yang
menatapku.
Dari tadi kupikir itu cuman sekadar
imajinasiku saja, tapi..., rupanya tidak.
Indera keenamku bereaksi. Sumber dari tatapan
itu kini berada tepat di belakangku.
Di hotel mewah seperti ini, tidak ada orang
yang cukup melarat untuk melakukan kejahatan kecil seperti mencuri.
Untuk melihat wajah orang yang mendekat ke
arahku selangkah demi selangkah, aku mengandalkan suara langkah kakinya untuk
memastikan berbalik ke arahnya di menit-menit akhir, dan kemudian berbalik
dengan cepat.
Tapi sebelum aku sempat melakukan itu——
“Siapa hayo?”
Penghilatanku menjadi gelap.
Kedua mataku ditutupi oleh telapak tangan
kecil.
Suara yang kudengar di telingaku membuatku
memikirkan wajah dari seorang gadis.
“Yu, ri....?”
Keringat dingin keluar deras di sekujur
tubuhku.
Kumohon, kumohon itu bukan
dia, pikirku, tapi itu tidak mungkin. Bagaimanapun
juga, aku tidak akan pernah salah mendengar suara siapa itu. Lagipula selama
setkitar sepuluh tahun, mulai dari aku masih kecil hingga saat ini, aku telah
mendengar suara yang ada di sampingku ini.
“—Lama tidak bertemu, Itsuki?”
Telapak tangan yang menutupi kedua mataku
kini dilepaskan.
Aku berbalik—dan di sana ada seorang gadis
yang merupakan teman masa kecilku.