Bab 4 — 30 Juli (Jumat) Ayase Saki
Saat menyantap makan siang, Asamura-kun
bertanya padaku apa aku ingin pergi berbelanja besok.
Pada waktu itu, kedua
smartphone kami memainkan nada dering secara bersamaan. Ternyata itu pesan yang
berasal dari Yomiuri-senpai.
“Aku
yakin kalau kalian sudah memeriksanya, tapi di sana ada air terjun dan sauna
luar ruangan di lokasi! Jadi jangan lupa bawa baju renangnya ya~”
Sebuah suara aneh keluar dari
tenggorokanku ketika aku membacanya.
Tahun ini aku menjadi pelajar yang
mengikuti ujian masuk. Aku sama sekali tidak punya niatan keluar dan bersenang-senang,
jadi tentu saja aku tidak ada niatan memakai baju renang... Aku merasa lega
karena itu hanya acara barbekyu.
Saat aku sedang makan siang
berduaan dengan Asamura-kun (ibuku sedang
tidur, dan ayah tiri sedang bekerja), perhatianku menjadi terganggu, merasa
khawatir apa aku baik-baik saja.
Setelah selesai makan, aku
segera kembali ke kamarku. Aku mengobrak-abrik lemari pakaianku dan
mengeluarkan baju renang yang kubeli tahun lalu.
“Tidak apa-apa, semuanya tidak
apa-apa… seharusnya begitu.”
Setelah meletakkannya di
sandaran kursi, aku melepas kaos yang kupakai. Saat aku meraih celana dalamku,
aku tiba-tiba tersadar dan memeriksa kunci kamar.
Yup, pintunya sudah terkunci dengan
benar.
Kalau begitu...
Demi memastikan apa yang ingin
kupastikan, aku cukup melepas bagian atasnya saja tanpa melepas semuanya.
Setelah menanggalkan pakaianku, aku menggantinya dengan baju renang yang aku
gantungkan di sandaran kursi. Aku lalu berusaha memasangkan tali pengikat leher
di atas kepalaku dan menempatkannya di dadaku. Kemudian, jika aku melingkarkan
tangan aku di punggung dan mengaitkan kailnya... Ugh.
Keringat mulai mengalir di
dalam hatiku.
Rasanya seperti….. tersangkut
dari area sekitar dada hingga punggung, dan sepertinya agak sulit mengencangkan
pengaitnya.
Aku mengambil risiko dan memberanikan
diri untuk mengambil bagian bawah baju renangku, yang tergeletak di lantai.
──Ilusi,
itu pasti ilusi.
Namun, kenyataan di dunia ini
memang kejam. Aku juga menyadari bahwa ada gundukan halus di sekitar pinggangku
di bagian bawah.
Apa
jangan-jangan. Tidak, sudah kuduga, sepertinya aku sedikit gemuk...?
Aku pura-pura tidak
menyadarinya, tapi pada kenyataannya aku memang sudah memperhatikannya. Aku
berpikir kalau berat badanku sedikit naik karena aku menimbang berat badanku
setiap hari. Tapi akhir-akhir ini, aku berpikir kalau masa ototku meningkat
karena aku banyak berolahraga untuk turnamen permainan bola voli, jadi aku
berusaha untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya. Tetapi ketika menyangkut dada
dan pinggangku juga, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri. Mungkin aku
sedikit lengah.
Aku melihat tubuhku di pantulan
cermin besar di kamarku dan akhirnya mencubit daging di sekitar perutku, meskipun
aku seharusnya tidak perlu melakukannya. Atau lebih tepatnya, ini hanya masalah
memeriksanya saja.
Sudah
kuduga. Aku tidak bisa memakai baju renang ini. aku harus membeli yang baru....
Saat aku menarik napas
dalam-dalam untuk menenangkan keringat dingin di dalam diriku, aku mendengar
ketukan dari pintu kamarku.
Hyaa, aku
berseru karena terkejut.
Sudah kuduga, aku tidak bisa
membuka pintu dan keluar dengan pakaian ini.
“Tu-Tunggu dulu sebentar.”
Suara balasanku hampir
terdengar keras.
Karena aku sudah menyuruh
Asamura-kun untuk menunggu di depan pintu, jadi aku segera mengganti pakaianku
dan melemparkan baju renang tahun lalu ke tempat tidur. Aku menutupinya dengan
selimut untuk menyembunyikannya dan membuka pintu.
Meskipun aku tidak berniat
membiarkannya masuk, aku tidak ingin ada orang yang melihatnya melalui celah
pintu, walaupun aku tahu kalau ia bukan orang seperti itu.
Asamura-kun memberitahuku kalau
sekarang sudah waktunya untuk berbelanja.
Aku langsung setuju, tapi
kemudian bertanya apa aku bisa sekalian membeli baju renang juga. Lalu,
Asamura-kun mengingat kalau aku sudah membeli baju renang baru tahun lalu dan
bertanya apa baju renang yang itu sudah tidak bisa dipakai. Aku merasa senang
ia mengingatnya, tapi itu tidak baik. Aku tidak memberikan jawaban jujur
terhadap pertanyaannya.
Aku mengarang alasan dan dengan
paksa membujuk Asamura-kun, berharap dia tidak menyadari kegelisahanku. Aku
tidak mengerti apa maksudnya penurunan level suatu item. Namun, kurasa
tampaknya ia meyakini kalau memang itulah yang terjadi.
Maafkan aku. Aku hanya tidak
ingin ada orang yang menyadari bahwa berat badanku bertambah.
◇◇◇◇
Kami menuju ke toko Hands di
Shibuya untuk membeli perlengkapan berkemah.
Di musim panas, pusat kota
Shibuya terasa panas dan penuh keramaian, jadi aku tidak ingin berjalan-jalan
di siang hari yang terik, tapi aku tidak punya pilihan lain selain pergi ke
sana karena waktu yang terlalu larut
dapat mempengaruhi perkemahan besok.
Begitu memasuki dalam gedung,
aku merasakan angin sejuk menerpa kulitku. Aku tidak bisa menahan diri untuk
tidak memeluk lenganku dan menggosok-gosoknya.
“Kamu kedinginan?”
“Yah, sedikit.”
Selagi menjawab itu, aku
mengenakan pakaian luar yang telah kusiapkan jika hal seperti ini terjadi.
Segera setelah kami memasuki
toko, aku menemukan bagian yang menjual barang-barang luar ruangan.
Aku melihat-lihat sekeliling rak
dan berpikir, urutan apa yang paling efisien untuk berkeliling, seperti yang
selalu aku lakukan.
Aku kemudian bertanya kepada
Asamura-kun.
“Kira-kira apa saja yang kita
butuhkan?”
Ia kemudian menunjukkan daftar
yang telah ditulisnya di ponsel dan menunjukkan kepadaku.
Ada berbagai macam barang yang
ditunjukkan, padahal ini hanya perkemahan sehari.
Aku melihat-lihat sekeliling
toko lagi.
Asamura-kun dan aku, mumpung
kami ada berdua, jadi akan lebih cepat jika kami berpencar menjadi dua kelompok
dan mencari secara terpisah.
Aku memberi saran dan meminta
daftar belanjaannya untuk dikirim ke smartphone-ku.
Kami berdua masing-masing
mengambil keranjang belanja dan berpencar ke kiri dan kanan lantai penjualan.
Aku baru mernyadarinya ketika
aku mulai menelusuri rak-rak sambil memikirkan barang-barang yang harus aku
beli. Apa
gunanya berfokus pada efisiensi jika aku bisa memiliki waktu belanja berdua
yang berharga? Bukannya itu akan lebih menyenangkan jika kami berdua berjalan
berdampingan dan mengelilingi rak-rak sambil melihat-lihat? Ahh.... aku mungkin
telah melakukan kesalahan..
Saat aku berjalan dengan
suasana hati yang sedikit murung, aku mendengar suara notifikasi dari
smartphone-ku. Itu adalah pesan dari Asamura-kun yang mengatakan, “Aku menemukannya”. Sepertinya ia
menemukan semprotan pengusir serangga.
Aku membalasnya dengan stiker
yang biasanya tidak pernah kukirim, mungkin karena aku samar-samar berpikir
bahwa jika terus begini, kami akan selesai berbelanja dalam waktu singkat. Itu adalah
stiker bergambar kucing yang Maaya suruh untuk kubeli tempo hari. Kucong itu
sedang memegang tanda yang tidak dapat dipahami bertuliskan “Ryo!”. Sepertinya artinya “dimengerti”,
dan Maaya segera mengirimkannya kembali padaku setelah aku mengiriminya pesan
akhir-akhir ini. Berkat pengaruhnyna, aku jadi mengikuti arus dan jariku
mengetuk untuk memilihnya sendiri.
Aku merasa malu ketika aku
menyadari itu setelah mengirimkannya.
Aku melihat sekeliling rak, dan
menggeliat dalam hati karena merasa geli bahwa ini tidak seperti karakterku.
Kali ini aku berhasil menemukan barang
yang dicari dan memberitahunya tentang hal itu. Asamura-kun
menanggapinya kembali dengan pesan “Dimengerti” seperti biasa. Tanggapannya
begitu serius sampai-sampai aku tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Aku
kembali sadar dan melihat sekeliling. Tidak ada yang melihatku senyam-senyum
sendiri, ‘kan?
Aku berjalan mengelilingi rak
dan bertukar pesan singkat dengannya setiap kali aku menemukan barang yang ada
di dalam daftar. Setelah aku mengirimkannya, aku terus membubuhkan stiker
kucing pada balasannya.
Stiker kucing yang memegang
papan tanda terus berjejer di layar smartphone.
Di sela-sela itu, ada
percakapan singkat dengannya.
Saat kami mulai melakukannya,
suasananya menjadi menyenangkan. Meski kami terpisah satu sama lain di satu
sisi lantai penjualan, namun saat kami saling berkirim pesan singkat seperti
ini, rasanya seolah-olah kami seperti sedang berbelanja bersama.
Rasanya begitu menyenangkan
ketika melihat-lihat rak. Di antara sekian banyak perlengkapan berkemah, aku tertarik
pada lampu LED untuk penggunaan di malam hari. Aku khususnya menyukai lampu yang
berbentuk seperti lampu tua. Lampu tersebut memiliki pegangan dan penutup kaca
transparan dengan sumbu lampu di dalamnya — yah, sumbunya tidak terbuat dari
kapas seperti lampu minyak, tetapi memiliki lampu LED yang terpasang di atasnya.
Ini terlihat seperti sesuatu yang keluar dari dongeng. Aku menginginkannya
untuk interior kamarku. Lain kali jika aku punya waktu luang, aku mungkin ingin
melihat-lihatnya lagi.
Setelah aku menyelesaikan
semuanya dengan lancar, aku bertemu dengan Asamura-kun di tengah-tengah lantai
penjualan.
Setelah melihat keranjang
masing-masing untuk memastikan kalau semuanya sudah didapatkan, satu-satunya
perlengkapan berkemah yang tersisa untuk dibeli hanyalah kursi mini.
Aku ingat kalau aku sempat melihatnya
saat menelusuri rak.
Di antara kursi-kursi mini yang
dipajang, aku menemukan kursi berwarna merah.
Aku
akan mengambil yang ini, kataku dan mengambilnya. Kemudian,
Asamura-kun juga mencoba meraih warna yang serasi di sebelahnya, tetapi dengan
cepat menarik kembali tangannya. Aku penasaran apa ada yang salah, tapi saat
aku mendengar gumaman Asamura-kun, aku akhirnya mulai memahaminya.
Begitu ya, jadi ia khawatir
mengenai benda yang serasi denganku.
Aku jadi teringat. Kozono-san
mempunyai kepekaan yang tajam dengan cara yang aneh. Aku masih mengingat kalau
aku dan Asamura-kun merasa tidak nyaman ketika menjawab bahwa bekal makan siang
kami dibuat oleh anggota keluarga.
Pada waktu itu, Asamura-kun dan
aku memiliki tas bekal yang serasi dengan warna berbeda, itulah sebabnya aku segera
memindahkan tas makan siangku dari hadapan Kozono-san.
Aku tahu apa yang dikhawatirkan
oleh Asamura-kun. Jadi aku bertanya kepadanya dengan terus terang.
“Bagaimana kamu akan
menjelaskan hubungan kita kepada Kozono-san?”
Gadis itu memiliki insting yang
bagus. Dan dia juga cerdas. Jadi, jika kami serasi memilih peralatan berkemah
yang dibeli dari toko yang sama, hal tersebut pasti akan menimbulkan
pertanyaan. Dia mungkin akan mengira bahwa kami berdua adalah sepasang kekasih,
karena kami membawa perlengkapan yang serasi. Tidak, itu bukanlah dugaan lagi,
tetapi memang fakta.
Aku belum mempunyai gambaran
spesifik tentang apa yang ingin kulakukan saat itu.
Namun, aku hanya tidak suka
jika orang-orang yang bahkan tidak mengenalku dengan baik membayangkan ini atau
itu tentang diriku. Hanya itulah yang kupikirkan.
Kalau dipikir-pikir, itu cerita
yang aneh. Lagipula, aku yakin kalau orang-orang yang kami lewati saat berjalan
bergandengan tangan pasti membayangkan hal seperti itu di kepala mereka.
Akan tetapi, akal dan emosi
adalah dua hal yang berbeda.
Hal yang tidak kusukai tetap
masih tidak kusukai.
Asamura-kun mendengarkan
perkataanku, berpikir sejenak, dan kemudian menyarankan garis konkrit tentang
seberapa banyak yang bisa kami ceritakan kepada Kozono-san tentang hubungan
kami.
Apa ia menceritakan bahwa kami
adalah saudara tiri?
Atau, ia akan menceritakan
kalau kami adalah saudara tiri dan juga sepasang kekasih??
Poin yang pertama adalah sesuatu
yang juga diketahui oleh Yomiuri-senpai, jadi menurutku tidak akan menjadi
masalah untuk sedikit mengungkitnya dalam perjalanan singkat. Namun, jika itu yang
terakhir, Yomiuri-san juga akan mengetahui kalau kami sedang menjalin hubungan
romantis. Hal itu rasanya cukup memalukan.
Dan jika kami menceritakan
bahwa kami adalah saudara tiri, entah Kozono-san akan yakin dengan penjelasan tersebut
atau tidak, itu adalah masalah lain.
Jika
demikian, mungkin lebih baik jika kami tidak mengatakan apa-apa dan tetap menyembunyikannya
saja.
Atau itulah yang kupikirkan….
“Jika Kozono-san bekerja paruh
waktu di Shibuya, maka tidak mengherankan jika dia sering berjalan-jalan di
Shibuya, bukan?”
Jika aku ingin menghindari ketahuan,
bukannya itu berarti kami bahkan tidak boleh berpegangan tangan selama kami
berada di Shibuya? Kalau begitu, bukannya itu berarti kami hanya kakak beradik
biasa?
Jika itu setahun yang lalu, hal
itu mungkin takkan jadi masalah.
Tapi sekarang aku menyadari
kalau hal tersebut adalah hal yang mustahil bagiku.
Meskipun kami sudah berusaha
keras untuk saling memastikan perasaan, tapi kalau kami tidak bisa bergandengan
tangan, apalagi berciuman, itu sama sekali tidak bisa diterima. Dalam keadaan
seperti itu, aku akan mengalami 'Sindrom
kekurangan Asamura Yuuta'. Dia sekarang menjadi nutrisi penting bagiku, sama
seperti halnya vitamin bagi manusia. Jika aku tidak dapat mengonsumsinya, hal itu dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
serius.
Sementara pikiranku sedang
melayang ke arah yang stidak terduga, Asamura-kun dengan tenang menganalisis
kemungkinan bertemu dengan Kozono-san di area Shibuya. Setidaknya itu membuatku
merasa lega.
Namun, belum ada kesimpulan
tentang sejauh mana kami bisa menceritakannya kepada Kozono-san. Bagaimanapun
juga, kami tidak bisa melakukan diskusi lebih lanjut di dalam toko Hands.
Nampaknya Asamura telah
menyerah untuk membeli kursi mini yang serasi untuk saat ini. Mungkin dirinya
tidak senang dengan bayangan kalau ada yang terlalu menguliknya.
Meskipun itu tindakan untuk
menghindari pertanyaan, tapi tiba-tiba aku memikirkan hal yang tak masuk akal.
Seandainya saja jika Kozono-san
tahu bahwa aku dan Asamura-kun adalah sepasang kekasih, dia mungkin tidak akan
mengganggu Asamura-kun seperti itu. Jadi memang begitu masalahnya, mungkin
lebih baik jika mengungkapkan semuanya.....
Aku menggelengkan kepalaku dan
menghilangkan pemikiran itu. Aku tidak boleh begitu. Aku hanya secara sepihak
merasa bahwa Kozono-san memiliki kedekatan khusus dengan Asamura-kun, dan tidak
ada buktinya. Mungkin itu hanya khayalan yang diciptakan oleh kecemburuanku
yang buruk.
Kupikir itu salah untuk membuat
Asamura-kun mengikuti perasaanku yang tidak pasti hanya karena aku tidak suka
dalam sesuatu, dan memaksanya mengakui sesuatu yang tidak diinginkannya.
Kami dengan ragu-ragu sampai
pada kesimpulan yang samar-samar bahwa hubungan kami menjadi ambigu, dan
memutuskan untuk mengesampingkan masalah tersebut untuk saat ini.
Aku membuat alasan bahwa acara berkemah
akan diadakan besok.
Aku menekan suara di dalam
diriku yang memberitahuku bahwa mungkin inilah hal yang paling kami berdua
sepakati.
◇◇◇◇
Meskipun suasana hatiku jadi
sedikit galau, tapi aku membiarkannya tenggelam di lubuk hatiku.
Aku selalu merasa gembira
ketika membeli baju baru. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang
menyenangkan. Alasanku memutuskan untuk membelinya adalah karena baju renang
tahun lalu terlalu sempit, hanya itu saja. Aku merasa hal ini benar-benar
membingungkan. Padahal biasanya aku tidak terlalu peduli dengan pakaian renang
yang digunakan di kelas.
Aku tidak pernah mengira kalau
aku harus membeli baju renang baru selama dua tahun berturut-turut.
Itu pengeluaran yang menyakitkan
bagi dompetku, tapi mau bagaimana lagi.
Namun, ada juga kesalahan
perhitungan yang membahagiakan karena kami berdua bisa berbelanja bersama.
Tahun lalu, meskipun ia adalah
kakak laki-lakiku, statusnya tetap kakak tiri, dan Asamura-kun bukanlah orang
yang bisa membuatku merasa nyaman. Jadi kami berpisah saat membeli baju renang.
Ketika aku tiba di toko merek
Italia yang selama ini kuincar dan hendak masuk, Asamura-kun memberitahuku
bahwa dirinya akan menungguku di luar.
“Kamu ini bicara apa?”
Aku tidak bisa menahan diri
untuk tidak mengatakannya.
“Hmm.”
Aku merentangkan tanganku yang
berlawanan dengan yang memegang tas tangan ke arah Asamura-kun.
Lalu aku menggumamkan sesuatu
untuk mengingatkannya.
“Kalau di luar?”
“...Bertingkah seperti sepasang
kekasih.”
Asamura-kun berkata dengan ekspresi
serius di wajahnya dan memegang tanganku. Aku sangat senang. Aku ingin
menikmati berbelanja 'bersama dengannya'.
Aku bahkan merasa menyesal bahka kami berkeliling dengan jarak yang terpisah
karena aku menginginkan efisiensi saat berbelanja di toko Hand tadi.
Toko yang terang benderang
dipenuhi pakaian pantai, dan, erm, bagaimana sebutannya?——oh iya, berdandan.
Guru sejarah duniaku pernah membicarakannya. Sepertinya itulah istilah yang
digunakan untuk menyebut suatu keadaan yang banyak hiasannya.
Rasanya sangat menyenangkan
untuk melihat-lihat manekin dan gantungan baju yang dipajang, dan pakaian
renang yang begitu indah dan menarik perhatian, seakan-akan tidak ada warna yang
tidak digunakan. Sudut mulutku terangkat. Hal itu juga membuatku merasa lebih
baik.
Namun, saat kami berjalan
bergandengan tangan, aku menyadari bahwa ekspresi Asamura-kun tampak gelisah.
Ia kelihatan sedikit tidak nyaman.
Apa karena kami hanya berjalan
dalam diam?
Ketika aku sengaja melepaskan
tangan yang sedang kugenggam dan mengambil baju renang yang terlihat, aku
memutuskan untuk menunjukkannya padanya sambil bertanya, “Bagaimana menurutmu?” atau “Apa
ini cocok?” untuk mencoba memulai percakapan. Aku pikir asal ada topik
pembicaraan, aku bisa berbicara dan mengalihkan perhatian.
Namun, Asamura-kun tidak
memberikan tanggapannya dengan cepat.
Malahan, ia berkata bahwa ia
tidak bisa memberikan pendapatnya karena ia tidak mengerti betul.
Aku berpikir, “Aku tidak minta pendapat seperti itu...”
dan tiba-tiba teringat. Apa ini karena beberapa hari yang lalu aku membaca tentang “Cara membuat pria menyukaimu” sebelum
tidur di internet? Ada bagian yang berjudul [Hal-hal
yang sering disalahpahami antara pria dan wanita] dan di sana tertulis
bahwa saat ingin menyamakan perasaan, janganlah menggunakan kalimat yang
meminta kesepakatan logis.
Aku mengingat kembali
perkataanku. “Bagaimana menurutmu?” “Apa
ini cocok?”...
Aaa... Jadi begitu.
Ketika memilih pakaian, aku
hanya menganggap pendapat orang lain sebagai referensi saja.
Sekalipun ada yang mengatakan
itu bagus, aku tidak akan memakainya jika aku tidak menyukainya, dan bahkan
jika ada yang mengatakan itu tidak cocok untukku, aku akan memakainya jika itu
sesuai dengan selera estetikaku.
Kenapa bisa begitu? Karena jika
kamu terpengaruh oleh pendapat orang lain, pada akhirnya kamu akan menyalahkan
orang lain atas hasilnya.
Aku tidak suka menyerahkan
hasil dari tindakanku kepada orang lain. Itu adalah kalimat memalukan yang
tidak pernah ingin kukatakan seperti, “Aku
memakai ini karena kamu bilang itu bagus”.
...Kalau begitu, cara bicaraku
tadi kurang tepat ya. Aku menyesal.
“Uhmm... bukan itu maksudku.
Sejujurnya, aku tidak peduli itu benar atau salah, aku hanya ingin berbicara.
Pendapat tentang baju renang itu hanya sebagai bahan obrolan saja.”
Sudah kuduga, Asamura-kun
terlihat terkejut saat aku mengatakan itu.
Yang aku inginkan adalah
pendapatnya, tujuannya adalah untuk berbagi perasaan senang berbelanja ini
dengan pacarku yang bernama Asamura Yuuta. Jadi, apa yang harus aku katakan
untuk mencapai tujuan itu?.
Aku menatap wajah anak laki-laki
yang ada di depanku.
Mungkin berbeda-beda bagi
setiap orang, tapi orang di depanku ini—Asamura Yuuta—meskipun lebih baik dalam
merasakan perasaan karakter dalam novel daripada aku, seorang anak laki-laki
yang cenderung berpikir secara berlebihan secara logis, bagaimana cara untuk
mendapatkan pendapatnya bukanlah dengan pertanyaan, tetapi dengan pendapat...
Jadi begitu...
“Uhmm... bagaimana menurutmu tentang
baju renang ini?”
Sambil menunjukkan baju renang
biru yang kupegang bagian atas dan bawahnya—ini
tipe terpisah—aku bertanya sambil menunjuknya. Sama seperti sebelumnya,
menggunakan kalimat tanya yang sama. Namun, jika ditanyakan bagaimana terlihat
atau apa pandanganmu tentangnya, seharusnya kata-kata selain bagus atau jelek
akan muncul.
Seperti yang diharapkan,
Asamura-kun mengatakan apa adanya. Ya, itu yang ingin kudengar. Rasanya begitu
menarik ketika ia khawatir bagaimana ia begitu memperhatikan apakah baju renang
akan terlepas saat berenang. Pasti dari sudut pandangnyna, bermain di pantai
hanya dengan berjalan-jalan tanpa masuk ke laut merupakan sesuatu yang adaa i luar
batas imajinasinya.
Ditambah lagi itu hanyalah pita
palsu, jadi sebenarnya ia tidak perlu khawatir.
Mungkin Asamura-kun tidak tahu
hal seperti itu. Oh ya, meskipun pakaian anak laki-laki bisa memiliki rantai
atau kancing palsu, tapi aku tidak ingat ada pita. Jika beneran ada, kupikir
itu akan cukup lucu. Aku jadi merasa lucu saat membayangkan jika baju renang
Asamura-kun yang dipakainya tahun lalu memiliki pita di sisi pinggangnya...
Jika aku mengatakannya begitu,
ia pasti akan memperlihatkan ekspresi wajah yang rumit.
Tapi, aku merasa telah memahami
sesuatu setelah bercakap-cakap dengan Asamura-kun. Ia terlalu rasional. Jadi
ketika ia diajukan pertanyaan yang membuat terlihat ada masalah di situ, ia
akan segera memberikan solusi.
Jika ingin berbicara dengan
orang tipe ini tanpa menginginkan penilaian, sebaiknya jangan mengajukan pertanyaan
secara singkat. Bagaimanapun juga, persiapan sebelumnya itu penting dalam
segala hal.
Setelah itu, kami terus
mengelilingi toko, dan kami pun pulang. Sepanjang perjalanan, rasanya kami
terus berbincang-bincang. Rasanya sangat menyenangkan sekali.
Ketika Asamura-kun melihat baju renang yang aku beli dengan senang hati, meski pandangannya mengarah kesana-kemari, ia mengatakan bahwa itu bukan karena ia tidak menyukainya. Jadi, aku puas dengan penjelasannya.
Aku pun pulang ke rumah dengan
perasaan puas.