[LN] Saijou no Osewa JIlid 4 Bab 3 Bahasa Indonesia

Bab 3 — Penyelidikan Teman Masa Kecil

 

 

Sehari setelah pesta piyama.

Pukul enam pagi. Meski suasananya masih pagi, langitnya terlihat cerah karena sekarang sudah memasuki musim panas, dan Yuri sedang berjalan-jalan di sekitaran Karuizawa dengan perasaan yang segar. Bagi Yuri, Karuizawa bukanlah tempat yang sering dia kunjungi. Jadi dia ingin menikmati lingkungan yang istimewa ini dengan hati-hati selama mungkin.

Ketika dia mencoba kembali ke hotel, dia melihat seorang gadis yang dikenalnya sedang berjalan di depannya. Yuri mempercepat langkahnya dan memanggilnya.

“Miyakojima-san?”

“Ah!? H-Hirano-san.”

Narika berbalik ke arah Yuri.

Sinar matahari pagi yang terik membuat kulitnya yang berkeringat tampak bersinar. Rambut hitam yang berkilauan dan wajah putihnya yang memancarkan kecantikan seperti safir yang tenang. Namun, Narika terlihat sangat tegang dan kaku saat ini.

Karena baru beberapa hari setelah mereka bertemu, jadi mungkin dia masih gugup.

Yuri mencoba untuk tetap tenang dan bertanya padanya.

“Apa Miyakojima-san juga sedang berjalan-jalan?”

“Ti-Tidak, aku sedang lari pagi. Karena tempat ini sangat sejuk dan menyegarkan, jadi kupikir mudah untuk berlari ...”

Jadi itulah sebabnya dia mengenakan pakaian olahraga. Yuri pikir dia terlihat sangat serius hanya untuk sekedar berjalan-jalan. Dia berkeringat sedikit, jadi sepertinya dia baru saja berlari.

... Ini adalah kesempatan yang bagus sekali.

Yuri segera memutuskan untuk menjalankan misi yang telah dia putuskan tadi malam – untuk menanyakan pendapat para Ojou-sama tentang Itsuki.

“Ngomong-ngomong, saat pesta piyama kemarin, kita hanya membicarakanku dan Itsuki melulu, jadi aku belum banyak mendengar apapun tentang Miyakojima-san.”

“A-Aku? Aku sih, tidak ada yang menarik tentangku...”

“Kalau tidak salah, dulu Itsuki pergi ke rumahmu, ‘kan? Kamu bisa menceritakan tentang waktu itu.”

“A-Ah! Kalau itu sih boleh! Aku bisa bercerita sebanyak yang kamu mau!”

Ekspresi Narika langsung menjadi cerah.

Sambil berjalan pelan, Narika bercerita tentang masa lalunya. Misalnya seperti bagaimana Itsuki datang ke rumahnya, bagaimana dirinya pada saat itu jauh lebih pemalu daripada sekarang, dan bagaimana Itsuki membantunya keluar dari kecemasan itu...

“Hee~! Jadi Itsuki melakukan hal semacam itu!”

“Yeah. Berkat Itsuki, aku bisa mengenal tentang dunia luar.”

Setelah mendengar cerita tentang kunjungan Narika ke toko permen, Yuri merasa sedikit terharu.

(Dasar Itsuki, tak disangka kamu bisa melakukan hal yang keren juga)

Narika menceritakan kenangannya bersama Itsuki dengan mata berbinar-binar. Ketika mendengar hal tersebut, Yuri juga merasa bangga sebagai teman masa kecilnya.

“Bagaimana? Kamu sudah tidak merasa gugup lagi, ‘kan?”

“Eh? ... Ah, se-setelah kamu bilang begitu, memang...”

Tanpa disadarinya, wajah kaku Narika menjadi lebih lembut seperti gadis kecil.

“Aku biasanya lebih takut dengan orang, tapi… aku merasa nyaman karena Hirano-san mudah diajak berbicara.”

“Terima kasih. Memang lebih mudah untuk melepaskan rasa gugup ketika membicarakan topik yang disukai sendiri, ‘kan?”

“Ya, benar.”

Narika mengangguk dengan tenang.

Saat ini dia berbicara sepenuhnya tentang Itsuki, tetapi apa bisa aku tegaskan kalau itu adalah topik yang disukainya? Kurasa dia mungkin mengatakannya tanpa sadar, pikir Yuri.

“Hirano-san juga sudah berhubungan dekat dengan Itsuki sejak dulu, iya ‘kan?”

“Ya. Kami sudah saling berteman sejak kelas satu SD, jadi kami sudah berteman selama sekitar lima tahunan pada saat itu.”

“Begitu rupanya. ...Ternyata kamu memiliki sejarah yang lebih panjang daripada aku.”

Dari cara bicara Narika yang agak berlebihan, terlihat jelas bahwa dia memiliki perasaan khusus terhadap Itsuki.

Yuri juga mengingat masa-masa itu. Suatu hari, Itsuki tiba-tiba kabur dari rumah bersama ibunya. Meskipun keluarga mereka terlihat miskin, Yuri pikir hubungan di dalam keluarga mereka tidak terlalu buruk sampai titik itu.

Karena Itsuki tidak absen dari sekolahnya,  sepertinya ia menumpang tinggal di rumah keluarga Miyakojima. Setelah pulang sekolah, Itsuki selalu langsung pulang. Pada waktu itu, Yuri merasa penasaran mengapa ia terburu-buru seperti itu atau apakah ada sesuatu yang harus dilakukannya, tetapi ternyata ia merawat Narika.

Ketika Yuri bertanya kepada Itsuki setelah kejadian kabur dari rumah, Itsuki mengatakan bahwa dirinya “tinggal di rumah besar yang sangat besar”, “tinggal bersama seorang gadis”, dan “Tapi akhirnya, dia menjadi sangat marah”. Mungkin karena saking kagetnya dengan episode terakhir, Itsuki merasa enggan untuk membicarakannya secara detail.

Sudah lama sekali Yuri tidak mendengar sesuatu tentang Itsuki yang tidak dia ketahui.

Dia merasa bahagia dan…….perasaan yang sedikit campur aduk.

“Kalau aku sih selalu merepotkan Itsuki, baik dulu maupun sekarang. Tapi, sepertinya Hirano-san selalu membantu Itsuki, ya?”

“Yah, bisa dibilang begitu. Aku memasak untuknya, memberinya pakaian bekas yang cocok dengannya, membantunya belajar ...”

“Kamu bahkan membantunya belajar juga?”

“Ya. Mungkin karena ia terlalu kelelahan setelah bekerja paruh waktu, jadi ia sering tidak dapat berkonsentrasi di kelas. Jadi aku sering mengajarinya setelah sepulang sekolah. Aku sudah melakukan banyak hal untuknya.”

Tanpa sadar, Yuri tersenyum dengan bangga.

Usai mendengar cerita seperti itu, Narika terlihat sangat terkejut.

“Aku selalu berpikir kalau Itsuki adalah tipe orang yang bisa melakukan segalanya sendiri ... Jadi hal itu sedikit mengejutkan.”

Yuri teringat pada masa lalu ketika mendengar perkataan Narika.

“... Dia dulu benar-benar tidak punya banyak waktu luang.”

Jika dia memikirkan masa-masa itu, keadaan Itsuki yang sekarang sudah jauh lebih baik.

“Ngomong-ngomong, jujur saja, bagaimana pendapatmu tentang Itsuki, Miyakojima-san?”

“Eh?!”

Narika berhenti dan jelas terguncang oleh serangan mendadak Yuri.

“Ah, tidak, bukan itu maksudku, aku tidak benar-benar memiliki pendapat tertentu tentangnya ...”

“Jika kamu mengatakannya dengan jujur, kupikir aku bisa memberikan beberapa saran, loh~?”

Yuri menatap wajah Narika dengan seringai di wajahnya.

Setelah menunduk beberapa saat, Narika lalu membuka mulutnya seolah-olah dia sudah mengambil keputusan.

“Se-Sebenarnya ... aku memiliki perasaan khusus terhadap Itsuki ...”

(Seperti yang sudah kuduga. Aku yakin begitu sejak pesta piyama kemarin)

“Sejauh mana hubungan kalian?”

“Ma-Maksudmu sejauh mana ... meskipun belum terjadi apa-apa ... ah, ta-tapi aku sudah mengungkapkannya sedikit ...”

“Tolong ceritakan lebih rinci.”

Karena sepertinya hubungan mereka berjalan lebih cepat dari perkiraannya, jadi Yuri menunjukkan reaksi yang antusias.

Meskipun sekilas dia terlihat menakutkan, tapi sebenarnya dia memiliki hati yang sensitif. Begitulah pendapat Yuri tentang Miyakojima Narika. Namun, mungkin dia jauh lebih agresif dari yang Yuri harapkan.

“Walaupun aku bilang kalau aku sudah mengungkapkannya, tapi sebenarnya aku belum mengungkapkan sesuatu yang pasti. Hanya saja, bagaimana ya, itu... aku sudah membuat pernyataan kalau aku tertarik padanya!”

“Pernyataan tertarik...?”

“Dengan kata lain, aku sudah mengungkapkan kalau aku memikirkan tentang Itsuki secara khusus...”

“...Eh, jadi itu berarti kamu sudah menyatakan perasaanmu?”

“Bu-Bukan! Aku belum mencapai tahap seperti itu!”

Pipi Naruka langsung memerah dan dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Rupanya mereka belum sampai pada titik itu. Tapi mungkin perkembangan tersebut sudah cukup cepat untuk dirinya, mengingat kepribadian Narika.

“Tapi jika kamu sudah mengatakan itu padanya, bukannya kamu tinggal memperpendek jarak di antara kalian?”

“… Aku sedikit bimbang tentang hal itu.”

Asuka menundukkan kepalanya dan berkata.

“Apa yang Hirano-san katakan kemarin masih terngiang-ngiang di kepalaku. Aku pikir Itsuki sedang sibuk sekarang. Aku merasa bimbang apa aku akan menambah bebannya jika aku melakukan sesuatu yang tiadk perlu?”

Yuri merasa terkejut mendengar kekhawatiran Narika. Dia terlalu overthinking.

“Maaf, mungkin aku membicarakan sesuatu yang membingungkan kemarin ... Menurutku, kamu seharusnya tidak terlalu khawatir tentang hal itu.”

“… Benarkah?”

“Aku pikir sifat baik hati Itsuki tidak bisa diubah. Dan bagaimanapun, tak peduli seberapa khawatirnya kita, ia akan membawa banyak bebannya sendiri.”

Walaupun Narika tidak mengatakan “Ada benarnya juga”, tetapi wajahnya menunjukkan bahwa dia setuju.

Hal tersebut menunjukkan seberapa baik hatinya Itsuki di Akademi Kekaisaran.

"Selain itu, aku yakin Miyakojima-san menyukai sifat baik hati Itsuki, bukan?”

“Ugh ... y-yah, mungkin itu benar.”

“Jadi menurutku, kamu tidak perlu terlalu khawatir tentang sifat baik hati Itsuki. ... Bagaimanapun juga, kupikir Miyakojima-san bisa menjadi sedikit lebih agresif.”

Setelah mendengar pendapat Yuri, Narika mengangguk singkat dan berkata “Begitu ya”.

(Dia lebih mengutamakan Itsuki daripada perasaan yang tumbuh di dalam dirinya sendiri. ... Gadis ini juga sama baik hatinya seperti Itsuki.)

“Selain itu, jika Itsuki terlihat kesulitan, aku akan mendukungnya!”

“Mendukung...?”

“Aku sudah bilang kan. Aku selalu merawat Itsuki. ... Sejak dulu, menjadi pendukung sifat baik hatinya Itsuki adalah tanggung jawabku. Jika Itsuki tampak kewalahan, aku akan mencoba membantunya.”

Karena aku adalah kakak perempuan Itsuki— Yuri mengucapkan kalimat tegas itu di dalam hatinya.

Sudah sekitar empat bulan sejak Itsuki meninggalkan sekolah dulunya secara tiba-tiba. Walaupun masa kosong tersebut terasa canggung, tetapi mulai sekarang mereka bisa saling berhubungan seperti dulu lagi.

Yuri meyakini kalau dirinya juga bisa menjadi kekuatan bagi gadis di depannya ini.

“Ta-Tapi, secara spesifik, bagaimana caraku mendekatkan diri?”

“Eh... i-itu, hmm...”

Setelah mendapat pertanyaan itu, Yuri baru menyadari.

——Bagaimana seharusnya dia melakukannya?

Yuri tahu banyak tentang Itsuki, tapi dia tidak begitu paham tentang percintaan.

Meski dia tidak pernah mengatakannya pada Itsuki... Dia pernah didekati oleh beberapa anak laki-laki di kelasnya dan ada juga yang mencoba mendekatinya saat bekerja di tempat kerja. Namun, dia merasa tidak nyaman dengan perkembangan menjadi hubungan asmara dan menolak semuanya.

Oleh karena itu, dia tidak terlalu paham tentang cara mendekati gebetan.

Namun, Yuri merasa dia lebih tahu daripada Narika. Dia teringat pada manga yang dia baca dari waktu ke waktu dan konsultasi asmara yang diberikan teman-temannya. Dia berpikir apakah ada teknik yang dapat digunakan.

“......... gimana kalau pakai teknik 'Kabedon'?”

Kabedon...?”

“Caranya seperti ini, kamu mengejar pasanganmu ke dinding, lalu mendekatkan wajahmu sambil menekan dinding dengan satu tangan ...”

“.... Memangnya teknik semacam itu benar-benar ada?”

Yuri tidak yakin apakah itu adalah cara yang tepat untuk menggambarkan teknik tersebut, tapi dia sendiri tidak terlalu paham tentang ‘Kabedon’, jadi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

“Selain itu, kamu mungkin bisa melakukannya dengan cara meningkatkan percakapanmu dengannya.”

Yuri merasa ini adalah saran yang tepat.

Meskipun Yuri terlihat seperti seorang siswi SD atau SMP, dia sekarang adalah seorang siswi SMA yang terus menerima cerita cinta dari teman-temannya. Pengalamannya yang sedikit masih bisa diatasi dengan imajinasi.

“Namun, aku tidak begitu pandai dalam berbicara ...”

“Tidak perlu berbicara segala, kamu bisa bertukar pesan dengan aplikasi di ponselmu, bukan? Aku tahu kamu kurang mengerti tentang hal itu karena kamu seorang Ojou-sama, tapi kamu pasti sudah memiliki aplikasi seperti itu, kan?”

“Y-Ya, aku tahu tentang aplikasi itu, tapi ... “

Narika berkata dengan wajah murung.

“... Aku dan Itsuki belum bertukar nomor telepon atau alamat email.”

“..................Eh?”

(Meskipun mereka terlihat sangat dekat, mereka belum bertukar nomor telepon atau alamat email.)

Namun, itu mungkin juga salah Itsuki.

Itsuki sudah memiliki smartphone sejak tahun lalu, tetapi tujuannya hanya untuk berkomunikasi dengan pekerjaan paruh waktunya, jadi smartphone yang dimilikinya murahan dan performanya buruk. Karena itu, Itsuki tidak terbiasa menggunakan smartphone untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Sulit baginya untuk memikirkan untuk bertukar kontak.

“Kalau begitu, mungkin itulah langkah awal yang perlu diambil.”

“Ya... Terima kasih, Hirano-san. Aku akan mencoba melakukan yang terbaik dan melangkah maju.”

“Ya, aku berharap mendengar kabar baik darimu.”

Yuri merasa terhormat bisa menjadi bantuan bagi seorang Ojou-sama seperti Narika yang bersekolah di Akademi Kekaisaran.

“U-Uhmm, Hirano-san!”

Lalu tiba-tiba, Narika memanggil Yuri yang hendak pergi.

“Ehmm, bagaimana pendapat Hirano-san tentang Itsuki?”

“Aku?”

Naruka terlihat cemas.

Ketika melihat ekspresi itu, Yuri tersenyum.

“Aku adalah kakak perempuan Itsuki, jadi aku tidak memiliki perasaan seperti yang kamu bayangkan, kok.”

“O-oh, begitu...”

Setelah Yuri mengatakan itu sambil tersenyum, Narika tampak lega dan tersenyum dengan santai.

 

Narika mengatakan bahwa dia akan melanjutkan jogging sebentar lagi dan mulai berlari.

Yuri yang berhenti sampai dia tidak bisa melihat punggungnya lagi, akhirnya tidak bisa menahan emosi yang dia tahan sejak tadi dan duduk berlutut.

(Eh?! Tunggu sebentar! Hubungan mereka berdua sudah sejauh itu?!)

Hubungan mereka berdua sudah maju lebih jauh dari yang Yuri bayangkan.

Pada awalnya, Yuri hanya berpikir untuk memberikan dorongan pada Narika jika dia tertarik pada Itsuki. Namun, ternyata dia tidak hanya tertarik, tetapi juga menyukainya dan bahkan tampaknya sudah melakukan pendekatan.

(Dasar si Itsuki….. ia benar-benar cowok yang penuh dosa karena sudah merayu Ojou-sama yang polos itu.)

Dia tidak pernah membayangkan bahwa Ojou-sama dari Akademi Kekaisaran akan memiliki perasaan seperti itu.

Sebagai teman masa kecilnya, Yuri merasa bangga. Namun, itu bukanlah hal yang aneh.

Itsuki menganggap kalau pertemuannya dengan Hinako sebagai “sesuatu seperti keajaiban”, tetapi Yuri tidak berpikir begitu.

Meskipun Itsuki baru saja menyadari bahwa orang tuanya sedang melarikan diri saat dirinya bertemu dengan Hinako, ia masih mencoba membantu seorang gadis yang tidak dikenal yang kehilangan kartu identitasnya. Berapa banyak orang yang akan melakukan hal seperti itu meskipun mereka tahu bahwa mereka ditinggalkan orang tuanya?

Sebagai teman masa kecil Itsuki, Yuri tahu bahwa segala sesuatu yang dicapainya di Akademi Kekaisaran dan perhatian yang dia terima dari para Ojou-sama itu semuanya berkat usahanya sendiri. Itu bukanlah keajaiban.

——Bagaimana pendapatmu tentang Itsuki, Hirano-san?

Dia berhenti seketika.

Kata-kata yang dikatakan oleh Narika tiba-tiba muncul di kepalanya.

Perasaan girangnya yang dia rasakan tiba-tiba hilang begitu saja.

(Aku ... tidak berpikir apa-apa tentangnya.)

Dia mengucapkan kata-kata itu dalam hatinya tanpa mengumumkannya kepada siapa pun.

Di atas kepalanya adalah kanopi daun pepohonan. Cahaya yang masuk melalui celah-celah terasa sangat terang. Dia merasa sedih karena perasaannya yang telah ditekan selama ini terpaksa diterangi oleh cahaya tersebut.

“Baiklah! Selanjutnya aku harus mendengarkan cerita dari Tennoji-san!”

Yuri menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan perasaan sedih dan berjalan dengan senyum palsu yang dibuat tanpa alasan kepada siapa pun.

 

◇◇◇◇

 

Pada perjalanan pulang setelah selesai bekerja sambilan, Yuri sedang berjalan di luar sambil merasakan kesegaran angin malam yang tenang.

Sasaran berikutnya yang ditentukan oleh Yuri adalah Mirei. Namun, sepertinya dia memiliki sifat yang rajin, selama kursus musim panas bahkan di waktu luangnya dia sering belajar di kamarnya.

Mungkin aku tidak punya kesempatan untuk berbicara dengannya hari ini... Yuri berpikir demikian ketika tiba-tiba.

Yuri melihat Mirei duduk di bangku sambil memandang langit.

“Tennoji-san.”

Ketika dia memanggil namanya, seorang Ojou-sama dengan rambut pirang panjang digulung berbalik.

Gaya rambut yang unik itu terlihat aneh, tetapi anehnya itu cocok padanya. Cahaya bulan yang lembut membaur dengan rambut pirang indahnya.

“Ara, Hirano-san. Apa pekerjaan sambilanmu sudah selesai?”

“Yeah. Tennoji-san sendiri, apa yang sedang kamu lakukan di sini?”

“Aku sedang memandangi langit. Pemandangan bintang-bintang terlihat indah di sini.”

Tennoji-san berkata demikian sambil memandangi langit yang dipenuhi bintang.

Yuri merasa bahwa dia adalah orang yang anggun. Jika seorang gadis sekolah biasa mengatakan bahwa dia sedang memandangi langit, dia akan diolok-olok dengan kata-kata “Kamu lagi ngelindur apaan sih?”. Tetapi saat Ojou-sama ini yang mengatakannya, entah kenapa itu terlihat sangat elegan.

“Oh ya, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan pada Tennoji-san.”

“Ada hal yang ingin kamu tanyakan?”

“Yeah. Itu tentang sesuatu yang tidak bisa aku bicarakan saat pesta piyama kemarin...”

Sekarang, bagaimana caraku untuk mengatakannya?

Yuri berusaha memutar otaknya.

Mirei tersenyum lembut pada Yuri.

“Apa yang ingin kamu tanyakan adalah tentang diriku? Atau tentang Tomonari-san?”

Yuri terkejut dengan pertanyaan itu.

Namun tak lama kemudian, dia mengangkat bahunya seakan-akan menyerah.

“Mungkin dua-duanya... Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ingin bertanya tentang Itsuki?”

“Aku tidak punya saudara, tapi seandainya aku adalah kakak perempuan, aku pasti akan selalu khawatir tentang adik laki-lakiku. Jika bisa, aku ingin mendengar ceritanya dari orang ketiga, bukan dari orang itu sendiri.”

“Kamu jadi sudah tahu semuanya, ya...”

“Lagipua, Hirano-san, kamu seperti kakak perempuan Tomonari-san.”

Ada dua hal yang ingin ditanyakan Yuri kepada para Ojou-sama.

Pertama, bagaimana perasaan mereka terhadap Itsuki.

Dan yang kedua, apa Itsuki berhasil beradaptasi dengan baik di akademi.

Dia hanya bisa bertanya pada Narika tentang yang pertama. Dia berpikir untuk menanyakan yang kedua, tetapi karena pertanyaan pertama saja sudah membuat Narika penuh pikiran, jadi dia tidak berani menanyakan lebih banyak lagi.

“Aku percaya padamu sebagai teman Tomonari-san. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, silakan ckatakan saja semuanya padaku.”

Ketika Mirei mengatakan itu, kebahagiaan yang sulit dijelaskan mengalir ke dalam hati Yuri.

Menerima kepercayaan dari orang yang penuh martabat seperti dirinya membuatnya merasa senang. Tubuh Yuri bergetar dan kulitnya menjadi bergidik.

“Itsuki, jadi ia sangat dipercayai, ya.”

“Tomonari-san bukan tipe orang yang berteman dengan orang jahat.”

“Memang, tidak salah lagi.”

Itu adalah pemahaman yang tepat. Yuri tidak bisa menahan tawanya.

Ketika Itsuki melihat seseorang melakukan kejahatan, ia akan dengan ramah mengatakan, “Bukannya itu tindakan yang kurang baik?” dengan sikap yang lembut. Pasti tidak nyaman bagi orang-orang yang melakukan kejahatan jika Itsuki berada di sekitarnya.

(Jika lawan bicaraku adalah gadis yang mengerti tentang Itsuki, maka aku juga bisa sepenuhnya mempercayainya)

Yuri menghilangkan semua kekhawatirannya dan langsung mengajukan pertanyaan inti.

“Jadi bagaimana? Itsuki, apa ia melakukannya dengan baik di sekolah?”

“Ya. Tidak ada masalah sama sekali. Bagaimanapun juga, dia adalah seseorang yang membuatku merasa bahwa ia benar-benar hanya seorang murid di Akademi Kekaisaran, meskipun hanya sementara.”

Yuri segera memahami makna perkataan Mirei.

Itsuki, yang menyembunyikan identitas dan latar belakangnya, berusaha keras untuk berperilaku sebagai siswa Akademi Kekaisaran yang bergengsi.

Upaya itu berhasil menipu mata Mirei untuk sementara waktu.

“Begitu rupanya, syukurlah kalau begitu. Yah, Akademi Kekaisaran terkenal dengan citra keamanannya yang baik, jadi sepertinya tidak ada kasus jadi kacung atau perundungan di sana, kan?”

“Aku tidak tahu apa arti 'kacung', tetapi masalah perundungan mungkin tidak ada. Namun, tekanan dari latar belakang keluarga mungkin ada, tetapi Tomonari-san berhasil menghindarinya dengan baik.”

Yuri benar-benar merasa bahwa keamanannya sangat dijamin jika dia tidak mengerti arti “kacung”.

“Hmmm. Dia ternyata cukup pandai dalam menghadapi situasi, ya?”

“Ya, begitulah. Terutama baru-baru ini ia tampak sangat berusaha keras.”

Ini terjadi sebelum acara kompetisi dimulai. Itsuki, yang membantu Narika untuk mendapatkan teman, menyadari reputasinya sendiri di dalam akademi dan mencoba untuk memperbaikinya.

Mirei menyadari perubahan itu. ——Seseorang pasti akan memahaminya jika terus mengawasinya. Awalnya, Itsuki berkeliaran dengan kebingungan seperti bayi burung, tetapi kemudian ia mulai bertindak setelah menyadari sorotan yang ditujukan kepadanya dari sekitarnya. Meskipun ia masih memperhatikan sekitarnya, makna di baliknya sangat berbeda. Itsuki, yang sebelumnya canggung di lingkungan Akademi Kekaisaran, sekarang berusaha menjadi sosok yang pantas dengan reputasi akademi.

Banyak siswa di Akademi Kaisar akan menjadi pengusaha atau politisi di masa depan. Menjadi pemimpin berarti mendapatkan perhatian dari orang lain. Oleh karena itu, anak-anak dari kalangan konglomerat seperti Mirei telah dibentuk kesadaran tersebut sejak kecil oleh orang tua dan guru mereka.

Perubahan kesadaran ini sangat penting bagi Itsuki. Ia semakin menjadi sosok yang pantas sebagai siswa Akademi Kekaisaran, siap untuk ditempatkan di mana pun. Tentu saja, masih ada banyak hal yang perlu dipelajari, tetapi ia telah tumbuh menjadi seseorang yang tidak akan membuat kesalahan besar di lingkungan sosial kecil.

“Tomonari-san... ia benar-benar seorang pekerja keras.”

Mirei senang dengan pertumbuhan Itsuki seolah-olah itu adalah miliknya sendiri.

Melihat Mirei yang seperti itu, Yuri membuka mulutnya.

"Tennouji-san, apa kamu menyukai Itsuki?”

“Fuehhh~~~~~~!?!”

Suara aneh tiba-tiba terdengar.

“Ap-Ap-Ap-Apa…K-Kenapa kamu tiba-tiba mengatakan hal yang konyol...!?”

“U-Uhmm, maaf. Entah kenapa, aku hanya merasa kalau dengan Tennoji-san, aku cenderung mengatakan sesuatu secara langsung, atau lebih tepatnya, aku merasa kalau aku perlu mengatakan sesuatu tanpa perlu berbelit-belit…”

“Bahkan aku juga bisa merasa terkejut, tau!”

Dia terlihat begitu tenang sehingga tidak menunjukkan bahwa dia sedang seperti itu

“Ahem... Y-Yahh, setidaknya aku punya pendapat baik terhadapnya.”

Tennouji-san dengan sengaja berdeham ringan dan berkata demikian.

Wajahnya sedikit memerah dengan pipi yang merah merona. ...Apa dia berpikir bahwa dia bisa menyembunyikannya dengan begitu?

“Kalau kamu memberitahuku lebih banyak detail, mungkin aku bisa memberikan beberapa saran bagus, loh? Aku adalah kakak perempuan Itsuki, jadi aku tahu banyak tentang dirinya.”

“Uhh...”

Ada keraguan di dalam ekspresi wajah Mirei.

Dengan melihat ekspresi itu, jelas-jelas kalau Mirei sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, berbeda dengan Narika yang berkemauan kuat, Mirei tidak berusaha mengungkapkannya dengan cepat.

Jadi, Yuri memutuskan untuk terus menekannya.

“Bukannya lebih mudah untuk berbicara dengan orang luar seperti aku daripada seseorang dari Akademi Kekaisaran, bukan?”

“Uu...!”

“Tidak ada gunanya memendam masalah sendiri, kan? Kamu juga ingin fokus pada kursus musim panas, kan?”

“Au...!”

Keanggunan yang Yuri rasakan sebelumnya dari Mirei sudah tidak terlihat lagi.

Melihat Mirei yang bertingkah sebagai gadis normal...atau lebih tepatnya, reaksinya jauh lebih naif dan lembut dibandingkan gadis normal, membuat Yuri tersenyum lembut.

“Kadang-kadang, aku merasa khawatir ...”

Mirei mulai mengungkapkan dengan tenang.

“Seperti yang bisa kamu lihat, aku memiliki penampilan yang mencolok, dan aku tumbuh besar dengan latar belakang yang juga mencolok. Oleh karena itu, aku harus berhati-hati dengan orang-orang di sekitarku. Jika aku berada di sekitar seseorang, aku akan menonjol bersama mereka.”

Yuri terus mendengarkan dengan ekspresi tulus ketika Mirei menceritakan kekhawatirannya dengan tatapan yang tertunduk.

“Dan ... Tomonari-san mungkin bukan tipe orang yang ingin menonjol."

Ini bukan tentang memiliki kesederhanaan orang biasa, melainkan tentang sifat bawaan seseorang.

Mereka adalah kaum minoritas di Akademi Kekaisaran, tapi bukan berarti mereka tidak ada. Ada tipe orang yang disebut sebagai “orang di belakang layar” di setiap masyarakat. Dalam kasus Itsuki, meskipun dia telah berlatih untuk tampil dengan baik di depan umum, sepertinya dia tidak benar-benar mencari kesempatan untuk menonjol.

“Jadi, Tennouji-san merasa khawatir apakah Itsuki merasa terkekang ketika bersama denganmu, gitu?”

“Ya, itu mungkin masalahnya.”

Ini adalah cinta murni yang jarang ditemukan di zaman sekarang. Sama halnya seperti Narika, Mirei juga terjebak dalam pikiran tentang pihak lain—Itsuki—daripada masalah pribadinya sendiri.

Jika memang begitu, maka arahan nasehatnya sederhana.

Sama seperti Narika, yang harus Yuri lakukan hanyalah memberinya sedikit dorongan.

“Itsuki memang bukan tipe yang suka menonjol, tapi bukannya berarti ia akan menolak hal tersebut. Jika diperlukan, ia juga bisa tampil menonjol.”

“... Namun, aku pikir akan tetap menjadi beban bagi Tomonari-san untuk melakukan lebih banyak hal karena diriku.”

“Ah... begitu jadinya.”

Yuri merasa kalau kekhawatiran itu masuk akal.

“Selain itu, mengingat apa yang dikatakan Hirano-san dalam pesta piyama kemarin, aku merasa tidak pantas untuk memberikan beban lebih banyak pada Tomonari-san.”

Sepertinya dia juga memikirkan hal yang sama seperti Narika.

Setelah merapikan kekhawatiran yang telah diungkapkan, Yuri menyampaikan pendapatnya secara berurutan.

Pertama, tentang pembicaraan di pesta piyama.

Dia memutuskan untuk tidak menyebutkan bahwa dia juga telah berbicara dengan Miyakojima-san.

“Aku minta maaf karena sudah menyebabkan kesalahpahaman. Meski tidak ada salahnya untuk berhati-hati, pada akhirnya Itsuki adalah tipe yang sibuk dengan urusannya sendiri, jadi kupikir hubunganmu dengannya takkan pernah berubah kalau kamu terus berpikir tidak ingin menjadi beban. Mungkin dia akan menghargainya, sih...”

Mirei mengangguk perlahan.

Dia tidak hanya ingin ungkapan terima kasih biasa.

“Selain itu, tentang masalah Itsuki terlihat mencolok ketika dekat dengan Tennouji-san, mungkin yang terbaik adalah bertanya langsung kepadanya. Aku merasa kalau Itsuki akan menjawab tanpa menyembunyikan apapun.”

“Mungkin itu benar. ... Bertanya langsung mungkin adalah pilihan yang terbaik."

Mirei juga sampai pada kesimpulan yang sama dan mengangguk.

Meskipun Yuri tidak dapat memberikan banyak saran, konsultasi kekhawatiran Mirei telah selesai. Mirei masih tampak khawatir, tetapi setelah memutuskan tindakan yang harus diambil, dia pasti akan segera mengambil tindakan.

“Tapi sejujurnya, agak mengejutkan. Aku memiliki kesan bahwa Tennouji-san adalah tipe orang yang lebih percaya diri, tetapi ternyata kamu juga memiliki kekhawatiran seperti ini.”

“... Aku juga hanya manusia biasa, jadi ada kalanya aku bisa merasa ragu-ragu.”

Mungkin karena dia bukan tipe orang yang sering mengeluh, jadi Mirei terlihat menyesal.

“Ditambah lagi, aku belum pernah mengalami masalah seperti ini sebelumnya ... jadi aku belum terbiasa dengan hal semacam ini.”

“Hmmm, kupikir seseorang seperti Tennouji-san pasti memiliki banyak pengalaman cinta, tetapi ternyata tidak begitu ya.”

Yuri berkata dengan heran.

Kemudian, Mirei berbicara dengan tatapan penuh pengertian di matanya.

“...Semakin besar nama keluarga, semakin sulit untuk membicarakan hal semacam ini.”

Yuri samar-samar bisa merasakan kekhawatiran dan penderitaan yang tersembunyi di balik kata-kata itu.

“Ternyata Ojou-sama juga mempunyai masalahnya sendiri ya.”

“Iya. Meskipun tidak sampai pada pernikahan politik, tetapi aku juga berada dalam posisi dimana aku bisa mengalami sepenuhnya cinta yang bebas. ... Nah, dalam kasusku, itu hanya masalah karena akulah yang membatasi diriku sendiri.”

Yuri miringkan kepala karena tidak mengerti maksud dari pernyataan terakhir dari Mirei.

Dalam kasus Mirei, karena orang tuanya mendorongnya untuk hidup dengan bebas, cinta bebas bukanlah menjadi masalah. Namun, Mirei baru-baru ini masih terjebak dalam kesadaran menjadi putri keluarga Grup Tennouji, sehingga dia membatasi cinta bebas dengan kehendaknya sendiri. Dia sungguh-sungguh percaya bahwa dia harus menikah dengan pasangan yang pantas sebagai putri keluarga Tennouji di masa depan, dan keinginannya sendiri sama sekali tidak relevan.

Bagi Mirei, hari-hari yang dia habiskan dengan membatasi dirinya sendiri merupakan sesuatu yang memiliki nilai yang tertentu meskipun dia sadar itu adalah ketidakseimbangan. Lagipula, berkat itu dia bisa bertemu dengan Itsuki, jadi membatasi diri sendiri tidaklah buruk. Karena dia telah lama bersembunyi di dalam cangkang yang keras, itulah sebabnya dia bisa bertemu dengan seseorang yang ingin dia dekati setelah memecahkan cangkang itu.

“... Aku ingin berterima kasih karena kamu mau mendengarkan keluhanku.”

Mirei membungkuk dengan tulus.

“Ya. Jika kamu menghadapi masalah lain di masa depan, tolong beritahu aku saja.”

“Iya. Tapi aku akan menghentikan pembicaraan di sini.”

Mirei berkata kepada Yuri yang miringkan kepalanya dengan keheranan.

“Aku adalah Tennouji Mirei. Seorang putri konglomerat yang akan mengemban tanggung jawab Grup Tennouji di masa depan. Oleh karena itu, hanya sampai sejauh ini saja aku mengeluh.”

Tanpa disadarinya, suasana bermartabat yang tadinya telah menghilang tiba-tiba muncul kembali.

“Mohon jaga kerahasiaan mengenai apa yang terjadi hari ini.”

“Y-Ya...”

Yuri mengangguk gugup pada Mirei, yang memegang jari telunjuknya di depan bibirnya.

Mata Mirei dipenuhi dengan semangat seperti biasanya.

Adapun Tennoji-san, mungkin dia tidak butuh bantuan yang tidak perlu...Yuri berpikir begitu. Mirei memiliki sifat rendah hati yang cukup untuk mengakui bahwa dirinya tidak sempurna, tetapi ini juga merupakan bukti bahwa dia bisa bersikap objektif mengenai kelemahannya sendiri, dan tampaknya dia cukup kuat untuk menghadapinya. Jika memang begitu masalahnya, cepat atau lambat dia pasti bisa mengambil langkah maju.

“Hirano-san.”

Mirei menghentikan Yuri yang hendak pergi.

“Aku jadi lupa bertanya... Bagaimana pendapatmu tentang Tomonari-san?”

Yuri ditanyai hal yang sama sekali lagi.

Mengapa semua orang selalu menanyakan itu padaku? Yuri merasa keheranan.

“Aku tidak memikirkan apa-apa tentangnya

“Benarkah?”

Mirei menatap lurus ke arah Yuri dan melanjutkan,

“Karena kamu... Kamu terlihat sangat serius memikirkan Tomonari-san.”

Jika seseorang tidak peduli, mereka tidak akan memikirkannya sampai sejauh itu. Mirei mengisyaratkan hal tersebut secara tidak langsung.

Dalam sekejap, Yuri merasakan sesuatu yang selama ini dia tahan mulai meluap.

Yuri menyadari bahwa wajahnya menjadi tegang. Namun Mirei tetap diam tanpa menunjukkan apa-apa. Sementara itu, Yuri berusaha mencoba menenangkan hatinya.

“Aku sudah bilang iya ‘kan. Karena aku adalah kakak perempuan Itsuki, jadi wajar saja.”

“... Ya, benar.”

Mirei menunjukkan ekspresi yang mengindikasikan pengertian.

Namun ekspresi wajahnya, yang tidak tersenyum maupun keheranan, sepertinya ingin mengatakan bahwa dia akan membiarkannya begitu saja.

 

Setelah berpisah dengan Mirei, Yuri kembali ke dalam kamarnya. Dia membuka kulkas kecil dan mengambil botol air mineral yang dia beli di toko di depan, lalu meminumnya untuk melegakan tenggorokannya. Rasa dingin yang menyegarkan menembus tubuhnya.

(Gimana bilangnya ya... dia sungguh orang yang sangat kuat)

Saat mereka bertatap muka, dia merasakan kekuatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Meski pada awalnya Yuri merasa sedikit tegang, keteguhan yang dimiliki oleh Mirei adalah sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang biasa. Keberadaannya memiliki kehadiran yang belum pernah Yuri alami dalam hubungan pertemanannya sebelumnya. Dia adalah tipe Ojou-sama yang tidak akan pernah dia lupakan setelah bertemu dengannya.

Selain itu, dia juga adalah orang yang sangat peka.

Yuri bangga dengan kemampuannya dalam menilai sifat orang sejak dia membantu bisnis keluarganya sejak kecil, tetapi dia tidak bisa menandingi Ojou-sama itu.

(Tapi tetap saja... murid dari Akademi Kekaisaran juga bisa jatuh cinta seperti orang biasa, ya)

Meskipun, dia merasa bahwa ada sesuatu yang tidak biasa tentang mereka.

Sepertinya ada beberapa batasan bagi para Ojou-sama. Yuri dulu mengagumi Akademi Kekaisaran, tetapi sekarang dia merasa sedikit tertekan.

[Karena kamu... Kamu terlihat sangat serius memikirkan Tomonari-san.]

Dia tiba-tiba teringat dengan ucapan Mirei.

Dia sedikit terkejut pada awalnya, tapi kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya itu cukup wajar. Itu karena dia adalah kakak perempuan Itsuki. Tidak ada alasan lain selain itu

“Baiklah, tinggal tersisa satu orang lagi.”

Penyelidikan mengenai Narika dan Mirei telah selesai. Keduanya tampaknya tertarik pada Itsuki seperti yang diharapkan.

Hanya tersisa satu orang lagi.

Yuri merasa sedikit tegang saat memikirkan tentang Ojou-sama terakhir itu.

 

◇◇◇◇

 

Yuri terus mencari kesempatan untuk berbicara dengan Hinako untuk menyelidikinya.

Namun, berbeda dengan Narika dan Mirei, dia merasa kesulitan untuk menemukan kesempatan berbicara dengan Hinako. Meskipun mereka bertemu setiap pagi di kantin, sulit untuk memanggilnya di depan orang lain karena pertanyaan yang ingin dia tanyakan. Sepertinya setelah selesai dengan kursus musim panas, Hinako kembali ke hotel bersama Itsuki dan yang lainnya, dan setelah itu, Yuri tidak pernah melihatnya di luar.

(Konohana-san tuh sepertinya lebih suka di dalam ruangan?)

Padahal mereka sedang berada di Karuizawa. Yuri berpikir bahwa dia seharusnya bisa menikmati lebih banyak hal seperti Narika yang berlari di luar atau Mirei yang menikmati langit berbintang... tapi dia tidak pernah melihat Hinako melakukan hal-hal seperti itu.

Tapi dia adalah putri dari keluarga konglomerat Grup Konohana. Pada dasarnya, tempat semacam Karuizawa bukanlah hal yang jarang baginya. Jadi jika dipikir-pikir lagi, tidak mengherankan kalau dia jarang keluar dari kamarnya.

Tapi jika itu terus berlanjut, Yuri tidak akan pernah bisa berbicara dengannya.

(Apa aku perlu langsung mengunjungi kamarnya saja? Tapi meskipun itu kebetulan, aku sudah tahu di mana kamarnya dan rasanya seperti penyalahgunaan wewenang... Hmm, aku tidak ingin terlihat aneh.)

Sambil merenungkan masalah ini, Yuri perlahan-lahan mendekati kamar tempat Hinako menginap.

Suasana di luar sudah gelap. Kelelahan setelah selesai bekerja membuatnya ingin segera menyelesaikan masalah ini. Ketika keadaan tubuh sudah lelah, sulit untuk berpikir dengan jernih.

Masa bodo, deh. Mendingan aku mengunjungi kamarnya saja.

Dengan pikiran itu, saat Yuri akan mulai berjalan...

“Anda adalah Hirano-sama, ‘kan?”

“Uhyaah!?”

Dari belakang, ada suara yang tiba-tiba terdengar. Ketika dia berbalik, ada seorang wanita mengenakan pakaian pelayan— Shizune yang berdiri di sana. Yuri hampir tidak bisa merasakan hawa keberadaannya sama sekali.

“Sepertinya anda sudah mengamati kamar Ojou-sama selama beberapa waktu yang lalu….apa anda mempunyai urusan dengan beliau?”

Mata Shizune menyipit dengan tajam dan waspada. Yuri menduga kalau pelayan ini memiliki tugas keamanan untuk melindungi Hinako juga.

“E-Ehm, begini….aku hanya ingin berbicara dengan Konohana-san sebentar ...”

“….Berbicara dengan Ojou-sama?”

“I-Iya, tapi kalau itu terlalu mengganggu, maka tidak usah juga tidak apa-apa…”

Shizune meletakkan jarinya di dagunya dan menatap lurus ke arah Yuri.

“Saya sudah melakukan penyelidikan dan tidak ada alasan untuk mencurigai anda.”

Shizune kemudian berkata, “Mohon tunggu sebentar,'” dan mengeluarkan smartphone-nya dari sakunya.

Setelah beberapa saat kemudian, Shizune-san meletakkan ponselnya.

“Kalau begitu, izinkan saya mengantar anda ke kamar Ojou-sama.”

“Ah, i-iya, terima kasih.”

Mungkin Hinako baru saja memberinya izin melalui telepon. Mereka lalu berjalan melewati jalan yang landai dan menuju bangunan tiga bintang.

Shizune mengetuk pintu dan suara langkah kaki mendekat ketika pintu kamar terbuka. Konohana Hinako kemudian  muncul dengan rambut warna ambernya yang membentang.

Sosoknya yang tersenyum lembut terlihat begitu mempesona. Untuk sesaat, Yuri sempat berilusi bahwa cahaya di ruangan itu adalah lingkaran cahaya Hinako.

“Silakan masuk.”

Hinako tersenyum lembut dan mempersilakan mereka masuk ke dalam.

Shizune mengunci pintu setelah mereka masuk. Yuri perlahan melangkah ke dalam ruangan itu dengan kagum.

“Wahh…luar biasa sekali.”

Langit-langit yang luas. Perabotan yang mewah.

Setiap perabotan memiliki kehadiran yang halus dan indah. Rasanya seolah-olah seperti sedang mengunjungi dunia lain.

Setelah dipikir-pikir, rekan kerja paruh waktu Yuri pernah mengatakan sesuatu kepadanya.

Ketika mengantarkan makanan ke kamar hotel bintang 3, dia hampir menjatuhkan piring karena terkejut.

Dia merasa nilai-nilainya terhadap materi akan berubah jika tinggal lama di sini.

“Hirano-san?”

“Ma-Maaf, Ini sedikit lebih mewah dari yang kukira...A-Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri.... “

Dirinya tidak bisa bertanggung jawab jika merusak perabotan.

Yuri menaruh tangan di dadanya dan mengambil napas dalam-dalam.

Hinako memandang Yuri dengan keheranan.

Seolah-olah dia tidak pernah menyangka kalau Yuri akan terpengaruh sampai sejauh itu...

“Ojou-sama. Tomonari-san sebagian besar sudah berada di sisi kita, jadi jangan menghabiskan terlalu banyak waktu bersamanya...”

“...Benar juga.”

Shizune berbisik pelan kepada Hinako.

Yuri bisa mendengar kata-katanya dengan samar.

Aku penasaran apa Itsuki tidak terkejut seperti diriku ketika dia mengunjungi ruangan ini?

Ketika dia memikirkan hal itu, dia merasakan gelombang kekuatan dari suatu tempat.

Yuri duduk di seberang Hinako dan menghembuskan napas ringan.

“Ini adalah teh herbal, silakan dinikmati.”

Shizune membawa nampan dan meletakkan dua cangkir di atas meja.

Hinako mengambil cangkirnya, dan Yuri memutuskan untuk membasahi tenggorokannya terlebih dahulu.

Minuman teh herbal itu terasa lembut. Mungkin dicampur dengan teh hitam. Ketika Yuri meminumnya lagi, aroma herbal yang unik tercium melalui hidungku.

“...Mungkin ini rosemary?”

“Iya, tepat sekali.”

Rosemary juga digunakan sebagai bumbu masakan dan sebagai pewangi.

Itulah sebabnya Yuri tahu. Rosemary juga memiliki efek menghilangkan kelelahan.

Mungkin dia sengaja menggunakan ramuan ini untuk membuat teh untuknya yang lelah setelah bekerja di sini setiap hari.

(Uwawawa... level keramahannya terlalu tinggi...)

Hal semacam ini seharusnya hanya bisa didapatkan dengan membayar harga yang mahal.

Ini bukan sesuatu yang bisa dinikmati secara santai di kamar teman yang dikunjungi.

Inilah dunia nyata para Ojou-sama.

Yuri memikirkan degan getir apa Itsuki telah terjun ke dunia yang sulit seperti ini...

“Umm, maaf ya, sudah mau repot-repot meluangkan waktumu untukku.”

“Kamu tidak perlu khawatir. Aku juga ingin menggunakan kursus musim panas ini sebagai kesempatan untuk lebih dekat dengan Hirano-san.”

Dia adalah gadis yang begitu lembut dan ramah.

Ketulusan hangatnya melingkupi Yuri.

“Sebenarnya, aku ingin bertanya tentang Itsuki.”

“Tentang Tomonari-kun?”

Hinako memiringkan kepalanya dengan manis.

“Iya, seperti yang bisa dilihat, Itsuki tampak seperti orang biasa, bukan? Jadi aku khawatir...”

“Begitu rupanya. ...Hirano-san memang baik hati sekali, ya.”

“Eng-Enggak juga. Sebagai kakak perempuan Itsuki, aku hanya merasa penasaran saja.”

Hinako memberikan tatapan ramah pada Yuri yang membuang muka.

“Tomonari-kun tidak mengalami masalah apapun, kok. Pada awalnya, ia memang mengalami kesulitan dengan kehidupan sekolah, tapi akhir-akhir ini ia terlihat sudah terbiasa. Menurutku ia sudah tampak sedikit santai.”

“...Ya. Tapi tak disangka ia punya sedikit kelemahan, bukan? Mengesampingkan yang ada di akademi, dia juga bekerja di rumah Konohana-san, apa ia tidak membuat banyak kesalahan?”

“Kamu tidak perlu mencemaskannya. Shizune...pelayanku telah mengajarinya beberapa tata karma dan sopan santun, jadi sebenarnya ia mampu beradaptasi lebih cepat daripada pelayan pada umumnya.”

“H-Hee begitu ya. Syukurlah kalau begitu.”

Shizune menundukkan kepalanya saat namanya dipanggil.

Seperti yang dia pikirkan saat mendengar kabar dari Mirei, Sepertinya Itsuki melakukan lebih baik dari yang dia harapkan.

(…Hm, eh, apa ini? Perasaan apa ini?)

Kenapa sekarang aku merasa agak gelisah?

Rasanya seperti kesepian, atau sedih. Aku merasa ada sedikit perasaan negatif yang muncul.

Rasanya seakan-akan dirinya berharap kalau Itsuki tidak melakukannya dengan baik.

Mana mungkin bisa begitu.

“Ngomong-ngomong, Hirano-san.”

Hinako kemudian menatapnya.

“Pada akhirnya, tipe gadis seperti apa yang disukai oleh Tomonari-kun?”

“…Hah?”

Itu terdengar seperti pertanyaan sepele dan agak mendadak.

“Saat pesta piyama tadi malam, kamu hampir mengatakannya ‘kan?”

“Oh, ya. Itu sebenarnya hanya karena aku ingin melihat reaksi kalian bertiga, jadi aku mengatakan sembarangan...”

“Tapi kamu mengetahuinya, ‘kan?”

“...Ya, aku punya sedikit gambaran.”

“Bisakah kamu memberitahuku? Karena aku penasaran setelah mendengarnya setengah-setengah tadi.”

Ufufu, kata Hinako sambil tersenyum.

Dia lebih tertarik daripada yang kusangka—

Tapi kalau itu membuatnya sangat penasaran, ya, mau bagaimana lagi.

Kalau dipikir-pikir lagi, aku memang mengatakannya dengan cara yang agak ambigu dan setengah-setengah jadi hal itu membuatnya merasa penasaran.

... Tapi, bukannya itu terlalu berlebihan?

Ada banyak tanda tanya yang muncul di kepala Yuri.

“U-umm, tipe yang disukai Itsuki...”

Yuri menatap Hinako dengan ekspresi kebingungan.

Tidak peduli seberapa lama dia menatapnya, Hinako selalu menjadi seorang Ojou-sama yang sempurna. Yuri merasakan perbedaan statusnya sebagai seorang wanita dan manusia, dan langsung membuang pemikiran bahwa “Mungkin Ojou-sama ini juga menyukai Itsuki”. Karena Ojou-sama ini memiliki keunikan yang sangat berbeda.

Mungkin, dia hanya bertanya karena rasa penasaran saja. Itulah yang dipikirkan Yuri.

“... Itsuki adalah orang yang baik hati dan cenderung suka ikut campur atas kemauan sendiri. Tapi sebenarnya, ia bahagia dengan itu.”

“Jadi maksudnya?”

“Jadi maksudku, ia suka orang yang bisa membuatnya sibuk ... atau lebih tepatnya, ia suka ada orang yang membutuhkannya.”

“jadi begitu ya.”

Hinako mengangguk setelah mendengar penjelasan Yuri.

“…Fufufu.”

“Kamu kenapa, Konohana-san?”

“Tidak, bukan apa-apa... hehehe."

Entah mengapa, Hinako tersenyum dengan suasana hati yang sangat gembira.

Yuri tidak mengetahui alasan di balik senyumannya itu, tapi ekspresi wajahnya sangatlah menggemaskan.

“Konohana-san mungkin bukan tipe yang disukai oleh Itsuki. Maksudku, Konohana-san terlihat seperti bisa melakukan segalanya ... entah kenapa kamu terlihat sempurna.”

“Mungkin memang begitu.”

Hinako mengangguk dengan santai.

Tidak ada tanda-tanda kekecewaan pada dirinya.

Sudah kuduga, sepertinya dia memang tidak memiliki perasaan khusus terhadap Itsuki.

“Maaf telah merepotkanmu. Hanya itu yang ingin aku tanyakan.”

Kalau begitu, aku permisi dulu, kata Yuri saat dia akan meninggalkan ruangan.

Tepat setelah itu….

“Hirano-san sendiri, bagaimana pendapatmu tentang Tomonari-kun?”

Ah, seperti yang kuduga. Aku lagi-lagi ditanyai pertanyaan itu.

Dia tidak tahu mengapa semua orang selalu bertanya tentang hal itu, tetapi seperti kata pepatah kalau hal yang sama terjadi dua kali, maka jal tersebut pasti akan terjadi untuk ketiga kalinya. Jadi kali ini, Yuri sudah menyiapkan mentalnya sejak awal.

Lebih dari yang dia duga, dia bisa menjawab tanpa terpengaruh.

“Aku hanya menganggapnya seperti adik laki-laki. Selain itu, tidak ada perasaan lain.”

Yuri menjawab dengan tegas, mengembalikan ketenangan setelah kebingungan sebelumnya.

Pada saat itu, hanya dalam sekejap, mungkin hanya khayalan atau kebetulan—Hinako menunjukkan ekspresi lega yang samar-samar.

Dalam sekejap mata, ekspresinya kembali melembut seperti bunga seperti biasanya.

Mungkin itu hanya imajinasiku saja. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Yuri berpisah dengan Hinako.

Setelah kembali ke kamarnya sendiri, Yuri menghembuskan napas kecil.

Seiring dengan oksigen yang mengisi paru-parunya, ketegangan yang dia sembunyikan sejauh ini pun terlepas.

(Hyahh ... Konohana-san benar-benar berada di level yang berbeda. Aku yakin kalau Itsuki juga sepertinya takkan memiliki hubungan khusus dengan Ojou-sama itu.)

Sejauh ini Yuri telah menyembunyikan perasaannya agar tidak terlihat menyedihkan di depan Itsuki, tetapi keberadaan para Ojou-sama telah membuatnya merasa tertekan. Terutama aura Hinako yang begitu kuat sehingga bahkan sekarang, jika dia tidak waspada, dia akan terdorong untuk mendekatinya seperti penggemar yang mengejar bintang populer.

Itsuki benar-benar bisa berbicara dengan mereka tanpa merasa canggung.

Yuri bahkan merasa menghormatinya.

(... Ketiganya adalah Ojou-sama dengan tipe yang berbeda ya.)

Hinako merupakan tipe Ojou-sama yang sempurna tanpa cela, tidak peduli dari sudut mana yang dilihat. Hanya dengan melihat setiap gerakannya, Yuri merasakan perbedaan kelas yang ada di antara mereka. Namun, ketika dia berbicara dengannya, dia merasa nyaman. Seorang Ojou-sama sejati mungkin memiliki pengaruh yang besar pada orang lain.

Mirei adalah simbol keanggunan dan kelembutan. Dia tegas dan bijaksana, tetapi juga lembut dan ramah. Karena itu, dia sangat bisa diandalkan dan mudah untuk diajak bicara. Kali ini, Yuri adalah orang yang diminta bantuan, tapi pasti banyak orang yang meminta bantuan darinya sehari-hari.

Narika memiliki kekuatan dan kelemahan yang ekstrem, tetapi karena itulah dia menjadi Ojou-sama yang bisa diidolakan sekaligus mendapat simpati. Setelah melakukan penyelidikan, ternyata dia telah memenangkan berbagai turnamen bela diri seperti kendo dan judo. Meskipun fokusnya agak terbatas, dia memiliki bakat yang tidak kalah dengan dua Ojou-sama lainnya. Dan Narika, yang sangat menyadari kekurangannya sendiri, kelihatannya merupakan orang yang paling ingin berkembang di antara ketiganya.

(Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Itsuki ... tapi menurutku, aku mulai melihat kepribadian ketiganya)

Yuri mendapat gambaran kasar tentang kepribadian mereka bertiga dan pesona mereka.

Orang yang paling dia kagumi adalah Hinako. Mau tak mau dia jadi selalu berpikir bagaimana rasanya bisa berada di sisinya.

Orang yang paling dia hormati adalah Mirei. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada diakui olehnya.

Dan orang yang paling ingin dia dukung adalah Narika. Suatu hari nanti, ketika dia mengatasi kelemahannya, dia pasti akan menjadi sosok yang luar biasa.

(... Aku yakin Itsuki pasti akan bahagia, siapa pun yang menjadi pasangannya.)

Mengetahui hal itu saja sudah cukup baginya.

Itulah sebabnya Yuri mengajak mereka bicara, untuk mencari tahu hal tersebut.

“Ah ... semuanya sedang mengalami masa muda, ya.”

Dapur dipenuhi dengan peralatan memasak yang belum rapi. Sementara para Ojou-sama itu sibuk dengan cinta mereka, Yuri mulai mencuci piring dengan air dingin.

Baik Mirei dan Narika seharusnya telah menemukan kesempatan untuk melangkah maju.

Yuri penasaran siapa yang akan memimpin terlebih dahulu, tapi sejujurnya dia tidak terlalu peduli siapa yang akan melakukan pendekatan.

Itsuki pasti akan bahagia, entah ia menjalin hubungan dengan Mirei atau Narika.

 

... Lalu, bagaimana dengan diriku?

 

“Bodoh.”

Yuri menegur pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.

“Bodoh, bodoh, bodoh ... Aku adalah kakak perempuannya Itsuki.”

 

 

Sebelumnya  |  Daftar isi  |  Selanjutnya

close

Posting Komentar

Budayakan berkomentar supaya yang ngerjain project-nya tambah semangat

Lebih baru Lebih lama