Bab 3 — Penyelidikan Teman Masa Kecil
Sehari setelah pesta piyama.
Pukul enam pagi. Meski suasananya
masih pagi, langitnya terlihat cerah karena sekarang sudah memasuki musim
panas, dan Yuri sedang berjalan-jalan di sekitaran Karuizawa dengan perasaan yang
segar. Bagi Yuri, Karuizawa bukanlah tempat yang sering dia kunjungi. Jadi dia
ingin menikmati lingkungan yang istimewa ini dengan hati-hati selama mungkin.
Ketika dia mencoba kembali ke
hotel, dia melihat seorang gadis yang dikenalnya sedang berjalan di depannya.
Yuri mempercepat langkahnya dan memanggilnya.
“Miyakojima-san?”
“Ah!? H-Hirano-san.”
Narika berbalik ke arah Yuri.
Sinar matahari pagi yang terik
membuat kulitnya yang berkeringat tampak bersinar. Rambut hitam yang berkilauan
dan wajah putihnya yang memancarkan kecantikan seperti safir yang tenang.
Namun, Narika terlihat sangat tegang dan kaku saat ini.
Karena baru beberapa hari
setelah mereka bertemu, jadi mungkin dia masih gugup.
Yuri mencoba untuk tetap tenang
dan bertanya padanya.
“Apa Miyakojima-san juga sedang
berjalan-jalan?”
“Ti-Tidak, aku sedang lari pagi.
Karena tempat ini sangat sejuk dan menyegarkan, jadi kupikir mudah untuk
berlari ...”
Jadi itulah sebabnya dia
mengenakan pakaian olahraga. Yuri pikir dia terlihat sangat serius hanya untuk
sekedar berjalan-jalan. Dia berkeringat sedikit, jadi sepertinya dia baru saja
berlari.
...
Ini adalah kesempatan yang bagus sekali.
Yuri segera memutuskan untuk
menjalankan misi yang telah dia putuskan tadi malam – untuk menanyakan pendapat
para Ojou-sama tentang Itsuki.
“Ngomong-ngomong, saat pesta
piyama kemarin, kita hanya membicarakanku dan Itsuki melulu, jadi aku belum
banyak mendengar apapun tentang Miyakojima-san.”
“A-Aku? Aku sih, tidak ada yang
menarik tentangku...”
“Kalau tidak salah, dulu Itsuki
pergi ke rumahmu, ‘kan? Kamu bisa menceritakan tentang waktu itu.”
“A-Ah! Kalau itu sih boleh! Aku
bisa bercerita sebanyak yang kamu mau!”
Ekspresi Narika langsung menjadi
cerah.
Sambil berjalan pelan, Narika
bercerita tentang masa lalunya. Misalnya seperti bagaimana Itsuki datang ke
rumahnya, bagaimana dirinya pada saat itu jauh lebih pemalu daripada sekarang,
dan bagaimana Itsuki membantunya keluar dari kecemasan itu...
“Hee~! Jadi Itsuki melakukan
hal semacam itu!”
“Yeah. Berkat Itsuki, aku bisa
mengenal tentang dunia luar.”
Setelah mendengar cerita
tentang kunjungan Narika ke toko permen, Yuri merasa sedikit terharu.
(Dasar
Itsuki, tak disangka kamu bisa melakukan hal yang keren juga)
Narika menceritakan kenangannya
bersama Itsuki dengan mata berbinar-binar. Ketika mendengar hal tersebut, Yuri
juga merasa bangga sebagai teman masa kecilnya.
“Bagaimana? Kamu sudah tidak
merasa gugup lagi, ‘kan?”
“Eh? ... Ah, se-setelah kamu
bilang begitu, memang...”
Tanpa disadarinya, wajah kaku
Narika menjadi lebih lembut seperti gadis kecil.
“Aku biasanya lebih takut
dengan orang, tapi… aku merasa nyaman karena Hirano-san mudah diajak
berbicara.”
“Terima kasih. Memang lebih
mudah untuk melepaskan rasa gugup ketika membicarakan topik yang disukai
sendiri, ‘kan?”
“Ya, benar.”
Narika mengangguk dengan
tenang.
Saat
ini dia berbicara sepenuhnya tentang Itsuki, tetapi apa bisa aku tegaskan kalau
itu adalah topik yang disukainya? Kurasa dia mungkin mengatakannya tanpa sadar, pikir
Yuri.
“Hirano-san juga sudah
berhubungan dekat dengan Itsuki sejak dulu, iya ‘kan?”
“Ya. Kami sudah saling berteman
sejak kelas satu SD, jadi kami sudah berteman selama sekitar lima tahunan pada
saat itu.”
“Begitu rupanya. ...Ternyata
kamu memiliki sejarah yang lebih panjang daripada aku.”
Dari cara bicara Narika yang
agak berlebihan, terlihat jelas bahwa dia memiliki perasaan khusus terhadap
Itsuki.
Yuri juga mengingat masa-masa
itu. Suatu hari, Itsuki tiba-tiba kabur dari rumah bersama ibunya. Meskipun
keluarga mereka terlihat miskin, Yuri pikir hubungan di dalam keluarga mereka
tidak terlalu buruk sampai titik itu.
Karena Itsuki tidak absen dari
sekolahnya, sepertinya ia menumpang
tinggal di rumah keluarga Miyakojima. Setelah pulang sekolah, Itsuki selalu
langsung pulang. Pada waktu itu, Yuri merasa penasaran mengapa ia terburu-buru
seperti itu atau apakah ada sesuatu yang harus dilakukannya, tetapi ternyata ia
merawat Narika.
Ketika Yuri bertanya kepada
Itsuki setelah kejadian kabur dari rumah, Itsuki mengatakan bahwa dirinya “tinggal di rumah besar yang sangat besar”,
“tinggal bersama seorang gadis”, dan
“Tapi akhirnya, dia menjadi sangat marah”. Mungkin karena saking kagetnya
dengan episode terakhir, Itsuki merasa enggan untuk membicarakannya secara
detail.
Sudah lama sekali Yuri tidak
mendengar sesuatu tentang Itsuki yang tidak dia ketahui.
Dia merasa bahagia dan…….perasaan
yang sedikit campur aduk.
“Kalau aku sih selalu
merepotkan Itsuki, baik dulu maupun sekarang. Tapi, sepertinya Hirano-san
selalu membantu Itsuki, ya?”
“Yah, bisa dibilang begitu. Aku
memasak untuknya, memberinya pakaian bekas yang cocok dengannya, membantunya
belajar ...”
“Kamu bahkan membantunya
belajar juga?”
“Ya. Mungkin karena ia terlalu
kelelahan setelah bekerja paruh waktu, jadi ia sering tidak dapat berkonsentrasi
di kelas. Jadi aku sering mengajarinya setelah sepulang sekolah. Aku sudah melakukan
banyak hal untuknya.”
Tanpa sadar, Yuri tersenyum
dengan bangga.
Usai mendengar cerita seperti
itu, Narika terlihat sangat terkejut.
“Aku selalu berpikir kalau
Itsuki adalah tipe orang yang bisa melakukan segalanya sendiri ... Jadi hal itu
sedikit mengejutkan.”
Yuri teringat pada masa lalu
ketika mendengar perkataan Narika.
“... Dia dulu benar-benar tidak
punya banyak waktu luang.”
Jika dia memikirkan masa-masa
itu, keadaan Itsuki yang sekarang sudah jauh lebih baik.
“Ngomong-ngomong, jujur saja,
bagaimana pendapatmu tentang Itsuki, Miyakojima-san?”
“Eh?!”
Narika berhenti dan jelas
terguncang oleh serangan mendadak Yuri.
“Ah, tidak, bukan itu maksudku,
aku tidak benar-benar memiliki pendapat tertentu tentangnya ...”
“Jika kamu mengatakannya dengan
jujur, kupikir aku bisa memberikan beberapa saran, loh~?”
Yuri menatap wajah Narika
dengan seringai di wajahnya.
Setelah menunduk beberapa saat,
Narika lalu membuka mulutnya seolah-olah dia sudah mengambil keputusan.
“Se-Sebenarnya ... aku memiliki
perasaan khusus terhadap Itsuki ...”
(Seperti
yang sudah kuduga. Aku yakin begitu sejak pesta piyama kemarin)
“Sejauh mana hubungan kalian?”
“Ma-Maksudmu sejauh mana ...
meskipun belum terjadi apa-apa ... ah, ta-tapi aku sudah mengungkapkannya
sedikit ...”
“Tolong ceritakan lebih rinci.”
Karena sepertinya hubungan
mereka berjalan lebih cepat dari perkiraannya, jadi Yuri menunjukkan reaksi
yang antusias.
Meskipun sekilas dia terlihat
menakutkan, tapi sebenarnya dia memiliki hati yang sensitif. Begitulah pendapat
Yuri tentang Miyakojima Narika. Namun, mungkin dia jauh lebih agresif dari yang
Yuri harapkan.
“Walaupun aku bilang kalau aku
sudah mengungkapkannya, tapi sebenarnya aku belum mengungkapkan sesuatu yang
pasti. Hanya saja, bagaimana ya, itu... aku sudah membuat pernyataan kalau aku
tertarik padanya!”
“Pernyataan tertarik...?”
“Dengan kata lain, aku sudah
mengungkapkan kalau aku memikirkan tentang Itsuki secara khusus...”
“...Eh, jadi itu berarti kamu
sudah menyatakan perasaanmu?”
“Bu-Bukan! Aku belum mencapai
tahap seperti itu!”
Pipi Naruka langsung memerah
dan dia menggelengkan kepalanya dengan cepat.
Rupanya mereka belum sampai
pada titik itu. Tapi mungkin perkembangan tersebut sudah cukup cepat untuk
dirinya, mengingat kepribadian Narika.
“Tapi jika kamu sudah
mengatakan itu padanya, bukannya kamu tinggal memperpendek jarak di antara
kalian?”
“… Aku sedikit bimbang tentang
hal itu.”
Asuka menundukkan kepalanya dan
berkata.
“Apa yang Hirano-san katakan
kemarin masih terngiang-ngiang di kepalaku. Aku pikir Itsuki sedang sibuk
sekarang. Aku merasa bimbang apa aku akan menambah bebannya jika aku melakukan
sesuatu yang tiadk perlu?”
Yuri merasa terkejut mendengar
kekhawatiran Narika. Dia terlalu overthinking.
“Maaf, mungkin aku membicarakan
sesuatu yang membingungkan kemarin ... Menurutku, kamu seharusnya tidak terlalu
khawatir tentang hal itu.”
“… Benarkah?”
“Aku pikir sifat baik hati
Itsuki tidak bisa diubah. Dan bagaimanapun, tak peduli seberapa khawatirnya
kita, ia akan membawa banyak bebannya sendiri.”
Walaupun Narika tidak
mengatakan “Ada benarnya juga”, tetapi
wajahnya menunjukkan bahwa dia setuju.
Hal tersebut menunjukkan seberapa
baik hatinya Itsuki di Akademi Kekaisaran.
"Selain itu, aku yakin
Miyakojima-san menyukai sifat baik hati Itsuki, bukan?”
“Ugh ... y-yah, mungkin itu
benar.”
“Jadi menurutku, kamu tidak
perlu terlalu khawatir tentang sifat baik hati Itsuki. ... Bagaimanapun juga,
kupikir Miyakojima-san bisa menjadi sedikit lebih agresif.”
Setelah mendengar pendapat
Yuri, Narika mengangguk singkat dan berkata “Begitu
ya”.
(Dia
lebih mengutamakan Itsuki daripada perasaan yang tumbuh di dalam dirinya sendiri.
... Gadis ini juga sama baik hatinya seperti Itsuki.)
“Selain itu, jika Itsuki
terlihat kesulitan, aku akan mendukungnya!”
“Mendukung...?”
“Aku sudah bilang kan. Aku
selalu merawat Itsuki. ... Sejak dulu, menjadi pendukung sifat baik hatinya
Itsuki adalah tanggung jawabku. Jika Itsuki tampak kewalahan, aku akan mencoba
membantunya.”
Karena
aku adalah kakak perempuan Itsuki— Yuri mengucapkan kalimat
tegas itu di dalam hatinya.
Sudah sekitar empat bulan sejak
Itsuki meninggalkan sekolah dulunya secara tiba-tiba. Walaupun masa kosong
tersebut terasa canggung, tetapi mulai sekarang mereka bisa saling berhubungan
seperti dulu lagi.
Yuri meyakini kalau dirinya
juga bisa menjadi kekuatan bagi gadis di depannya ini.
“Ta-Tapi, secara spesifik,
bagaimana caraku mendekatkan diri?”
“Eh... i-itu, hmm...”
Setelah mendapat pertanyaan
itu, Yuri baru menyadari.
——Bagaimana
seharusnya dia melakukannya?
Yuri tahu banyak tentang
Itsuki, tapi dia tidak begitu paham tentang percintaan.
Meski dia tidak pernah mengatakannya
pada Itsuki... Dia pernah didekati oleh beberapa anak laki-laki di kelasnya dan
ada juga yang mencoba mendekatinya saat bekerja di tempat kerja. Namun, dia
merasa tidak nyaman dengan perkembangan menjadi hubungan asmara dan menolak
semuanya.
Oleh karena itu, dia tidak
terlalu paham tentang cara mendekati gebetan.
Namun, Yuri merasa dia lebih
tahu daripada Narika. Dia teringat pada manga yang dia baca dari waktu ke waktu
dan konsultasi asmara yang diberikan teman-temannya. Dia berpikir apakah ada
teknik yang dapat digunakan.
“......... gimana kalau pakai
teknik 'Kabedon'?”
“Kabedon...?”
“Caranya seperti ini, kamu
mengejar pasanganmu ke dinding, lalu mendekatkan wajahmu sambil menekan dinding
dengan satu tangan ...”
“.... Memangnya teknik semacam
itu benar-benar ada?”
Yuri tidak yakin apakah itu
adalah cara yang tepat untuk menggambarkan teknik tersebut, tapi dia sendiri
tidak terlalu paham tentang ‘Kabedon’,
jadi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.
“Selain itu, kamu mungkin bisa melakukannya
dengan cara meningkatkan percakapanmu dengannya.”
Yuri merasa ini adalah saran
yang tepat.
Meskipun Yuri terlihat seperti
seorang siswi SD atau SMP, dia sekarang adalah seorang siswi SMA yang terus
menerima cerita cinta dari teman-temannya. Pengalamannya yang sedikit masih bisa
diatasi dengan imajinasi.
“Namun, aku tidak begitu pandai
dalam berbicara ...”
“Tidak perlu berbicara segala,
kamu bisa bertukar pesan dengan aplikasi di ponselmu, bukan? Aku tahu kamu
kurang mengerti tentang hal itu karena kamu seorang Ojou-sama, tapi kamu pasti
sudah memiliki aplikasi seperti itu, kan?”
“Y-Ya, aku tahu tentang aplikasi
itu, tapi ... “
Narika berkata dengan wajah
murung.
“... Aku dan Itsuki belum
bertukar nomor telepon atau alamat email.”
“..................Eh?”
(Meskipun
mereka terlihat sangat dekat, mereka belum bertukar nomor telepon atau alamat
email.)
Namun, itu mungkin juga salah
Itsuki.
Itsuki sudah memiliki
smartphone sejak tahun lalu, tetapi tujuannya hanya untuk berkomunikasi dengan
pekerjaan paruh waktunya, jadi smartphone yang dimilikinya murahan dan
performanya buruk. Karena itu, Itsuki tidak terbiasa menggunakan smartphone
untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Sulit baginya untuk memikirkan untuk
bertukar kontak.
“Kalau begitu, mungkin itulah langkah
awal yang perlu diambil.”
“Ya... Terima kasih,
Hirano-san. Aku akan mencoba melakukan yang terbaik dan melangkah maju.”
“Ya, aku berharap mendengar
kabar baik darimu.”
Yuri merasa terhormat bisa
menjadi bantuan bagi seorang Ojou-sama seperti Narika yang bersekolah di
Akademi Kekaisaran.
“U-Uhmm, Hirano-san!”
Lalu tiba-tiba, Narika memanggil
Yuri yang hendak pergi.
“Ehmm, bagaimana pendapat
Hirano-san tentang Itsuki?”
“Aku?”
Naruka terlihat cemas.
Ketika melihat ekspresi itu,
Yuri tersenyum.
“Aku adalah kakak perempuan
Itsuki, jadi aku tidak memiliki perasaan seperti yang kamu bayangkan, kok.”
“O-oh, begitu...”
Setelah Yuri mengatakan itu
sambil tersenyum, Narika tampak lega dan tersenyum dengan santai.
Narika mengatakan bahwa dia
akan melanjutkan jogging sebentar
lagi dan mulai berlari.
Yuri yang berhenti sampai dia
tidak bisa melihat punggungnya lagi, akhirnya tidak bisa menahan emosi yang dia
tahan sejak tadi dan duduk berlutut.
(Eh?!
Tunggu sebentar! Hubungan mereka berdua sudah sejauh itu?!)
Hubungan mereka berdua sudah
maju lebih jauh dari yang Yuri bayangkan.
Pada awalnya, Yuri hanya
berpikir untuk memberikan dorongan pada Narika jika dia tertarik pada Itsuki.
Namun, ternyata dia tidak hanya tertarik, tetapi juga menyukainya dan bahkan
tampaknya sudah melakukan pendekatan.
(Dasar
si Itsuki….. ia benar-benar cowok yang penuh dosa karena sudah merayu Ojou-sama
yang polos itu.)
Dia tidak pernah membayangkan
bahwa Ojou-sama dari Akademi Kekaisaran akan memiliki perasaan seperti itu.
Sebagai teman masa kecilnya,
Yuri merasa bangga. Namun, itu bukanlah hal yang aneh.
Itsuki menganggap kalau
pertemuannya dengan Hinako sebagai
“sesuatu seperti keajaiban”, tetapi Yuri tidak berpikir begitu.
Meskipun Itsuki baru saja
menyadari bahwa orang tuanya sedang melarikan diri saat dirinya bertemu dengan
Hinako, ia masih mencoba membantu seorang gadis yang tidak dikenal yang
kehilangan kartu identitasnya. Berapa banyak orang yang akan melakukan hal
seperti itu meskipun mereka tahu bahwa mereka ditinggalkan orang tuanya?
Sebagai teman masa kecil
Itsuki, Yuri tahu bahwa segala sesuatu yang dicapainya di Akademi Kekaisaran dan
perhatian yang dia terima dari para Ojou-sama itu semuanya berkat usahanya
sendiri. Itu bukanlah keajaiban.
——Bagaimana
pendapatmu tentang Itsuki, Hirano-san?
Dia berhenti seketika.
Kata-kata yang dikatakan oleh
Narika tiba-tiba muncul di kepalanya.
Perasaan girangnya yang dia
rasakan tiba-tiba hilang begitu saja.
(Aku
... tidak berpikir apa-apa tentangnya.)
Dia mengucapkan kata-kata itu
dalam hatinya tanpa mengumumkannya kepada siapa pun.
Di atas kepalanya adalah kanopi
daun pepohonan. Cahaya yang masuk melalui celah-celah terasa sangat terang. Dia
merasa sedih karena perasaannya yang telah ditekan selama ini terpaksa
diterangi oleh cahaya tersebut.
“Baiklah! Selanjutnya aku harus
mendengarkan cerita dari Tennoji-san!”
Yuri menggelengkan kepalanya
untuk menghilangkan perasaan sedih dan berjalan dengan senyum palsu yang dibuat
tanpa alasan kepada siapa pun.
◇◇◇◇
Pada perjalanan pulang setelah
selesai bekerja sambilan, Yuri sedang berjalan di luar sambil merasakan
kesegaran angin malam yang tenang.
Sasaran berikutnya yang
ditentukan oleh Yuri adalah Mirei. Namun, sepertinya dia memiliki sifat yang
rajin, selama kursus musim panas bahkan di waktu luangnya dia sering belajar di
kamarnya.
Mungkin
aku tidak punya kesempatan untuk berbicara dengannya hari ini...
Yuri berpikir demikian ketika tiba-tiba.
Yuri melihat Mirei duduk di
bangku sambil memandang langit.
“Tennoji-san.”
Ketika dia memanggil namanya,
seorang Ojou-sama dengan rambut pirang panjang digulung berbalik.
Gaya rambut yang unik itu
terlihat aneh, tetapi anehnya itu cocok padanya. Cahaya bulan yang lembut
membaur dengan rambut pirang indahnya.
“Ara, Hirano-san. Apa pekerjaan
sambilanmu sudah selesai?”
“Yeah. Tennoji-san sendiri, apa
yang sedang kamu lakukan di sini?”
“Aku sedang memandangi langit.
Pemandangan bintang-bintang terlihat indah di sini.”
Tennoji-san berkata demikian sambil
memandangi langit yang dipenuhi bintang.
Yuri merasa bahwa dia adalah
orang yang anggun. Jika seorang gadis sekolah biasa mengatakan bahwa dia sedang
memandangi langit, dia akan diolok-olok dengan kata-kata “Kamu lagi ngelindur apaan sih?”. Tetapi saat Ojou-sama ini yang mengatakannya,
entah kenapa itu terlihat sangat elegan.
“Oh ya, ada sesuatu yang ingin
aku tanyakan pada Tennoji-san.”
“Ada hal yang ingin kamu
tanyakan?”
“Yeah. Itu tentang sesuatu yang
tidak bisa aku bicarakan saat pesta piyama kemarin...”
Sekarang,
bagaimana caraku untuk mengatakannya?
Yuri berusaha memutar otaknya.
Mirei tersenyum lembut pada
Yuri.
“Apa yang ingin kamu tanyakan adalah
tentang diriku? Atau tentang Tomonari-san?”
Yuri terkejut dengan pertanyaan
itu.
Namun tak lama kemudian, dia
mengangkat bahunya seakan-akan menyerah.
“Mungkin dua-duanya...
Bagaimana kamu bisa tahu kalau aku ingin bertanya tentang Itsuki?”
“Aku tidak punya saudara, tapi
seandainya aku adalah kakak perempuan, aku pasti akan selalu khawatir tentang
adik laki-lakiku. Jika bisa, aku ingin mendengar ceritanya dari orang ketiga,
bukan dari orang itu sendiri.”
“Kamu jadi sudah tahu semuanya,
ya...”
“Lagipua, Hirano-san, kamu
seperti kakak perempuan Tomonari-san.”
Ada dua hal yang ingin
ditanyakan Yuri kepada para Ojou-sama.
Pertama, bagaimana perasaan
mereka terhadap Itsuki.
Dan yang kedua, apa Itsuki
berhasil beradaptasi dengan baik di akademi.
Dia hanya bisa bertanya pada
Narika tentang yang pertama. Dia berpikir untuk menanyakan yang kedua, tetapi
karena pertanyaan pertama saja sudah membuat Narika penuh pikiran, jadi dia
tidak berani menanyakan lebih banyak lagi.
“Aku percaya padamu sebagai
teman Tomonari-san. Jika ada yang ingin kamu tanyakan, silakan ckatakan saja
semuanya padaku.”
Ketika Mirei mengatakan itu,
kebahagiaan yang sulit dijelaskan mengalir ke dalam hati Yuri.
Menerima kepercayaan dari orang
yang penuh martabat seperti dirinya membuatnya merasa senang. Tubuh Yuri
bergetar dan kulitnya menjadi bergidik.
“Itsuki, jadi ia sangat
dipercayai, ya.”
“Tomonari-san bukan tipe orang
yang berteman dengan orang jahat.”
“Memang, tidak salah lagi.”
Itu adalah pemahaman yang tepat.
Yuri tidak bisa menahan tawanya.
Ketika Itsuki melihat seseorang
melakukan kejahatan, ia akan dengan ramah mengatakan, “Bukannya itu tindakan yang kurang baik?” dengan sikap yang
lembut. Pasti tidak nyaman bagi orang-orang yang melakukan kejahatan jika
Itsuki berada di sekitarnya.
(Jika
lawan bicaraku adalah gadis yang mengerti tentang Itsuki, maka aku juga bisa
sepenuhnya mempercayainya)
Yuri menghilangkan semua
kekhawatirannya dan langsung mengajukan pertanyaan inti.
“Jadi bagaimana? Itsuki, apa ia
melakukannya dengan baik di sekolah?”
“Ya. Tidak ada masalah sama
sekali. Bagaimanapun juga, dia adalah seseorang yang membuatku merasa bahwa ia
benar-benar hanya seorang murid di Akademi Kekaisaran, meskipun hanya
sementara.”
Yuri segera memahami makna
perkataan Mirei.
Itsuki, yang menyembunyikan
identitas dan latar belakangnya, berusaha keras untuk berperilaku sebagai siswa
Akademi Kekaisaran yang bergengsi.
Upaya itu berhasil menipu mata
Mirei untuk sementara waktu.
“Begitu rupanya, syukurlah
kalau begitu. Yah, Akademi Kekaisaran terkenal dengan citra keamanannya yang
baik, jadi sepertinya tidak ada kasus jadi kacung atau perundungan di sana,
kan?”
“Aku tidak tahu apa arti 'kacung', tetapi masalah perundungan
mungkin tidak ada. Namun, tekanan dari latar belakang keluarga mungkin ada,
tetapi Tomonari-san berhasil menghindarinya dengan baik.”
Yuri benar-benar merasa bahwa
keamanannya sangat dijamin jika dia tidak mengerti arti “kacung”.
“Hmmm. Dia ternyata cukup pandai
dalam menghadapi situasi, ya?”
“Ya, begitulah. Terutama
baru-baru ini ia tampak sangat berusaha keras.”
Ini terjadi sebelum acara
kompetisi dimulai. Itsuki, yang membantu Narika untuk mendapatkan teman,
menyadari reputasinya sendiri di dalam akademi dan mencoba untuk
memperbaikinya.
Mirei menyadari perubahan itu.
——Seseorang pasti akan memahaminya jika terus mengawasinya. Awalnya, Itsuki
berkeliaran dengan kebingungan seperti bayi burung, tetapi kemudian ia mulai
bertindak setelah menyadari sorotan yang ditujukan kepadanya dari sekitarnya.
Meskipun ia masih memperhatikan sekitarnya, makna di baliknya sangat berbeda.
Itsuki, yang sebelumnya canggung di lingkungan Akademi Kekaisaran, sekarang
berusaha menjadi sosok yang pantas dengan reputasi akademi.
Banyak siswa di Akademi Kaisar
akan menjadi pengusaha atau politisi di masa depan. Menjadi pemimpin berarti
mendapatkan perhatian dari orang lain. Oleh karena itu, anak-anak dari kalangan
konglomerat seperti Mirei telah dibentuk kesadaran tersebut sejak kecil oleh
orang tua dan guru mereka.
Perubahan kesadaran ini sangat
penting bagi Itsuki. Ia semakin menjadi sosok yang pantas sebagai siswa Akademi
Kekaisaran, siap untuk ditempatkan di mana pun. Tentu saja, masih ada banyak
hal yang perlu dipelajari, tetapi ia telah tumbuh menjadi seseorang yang tidak
akan membuat kesalahan besar di lingkungan sosial kecil.
“Tomonari-san... ia benar-benar
seorang pekerja keras.”
Mirei senang dengan pertumbuhan
Itsuki seolah-olah itu adalah miliknya sendiri.
Melihat Mirei yang seperti itu,
Yuri membuka mulutnya.
"Tennouji-san, apa kamu
menyukai Itsuki?”
“Fuehhh~~~~~~!?!”
Suara aneh tiba-tiba terdengar.
“Ap-Ap-Ap-Apa…K-Kenapa kamu
tiba-tiba mengatakan hal yang konyol...!?”
“U-Uhmm, maaf. Entah kenapa,
aku hanya merasa kalau dengan Tennoji-san, aku cenderung mengatakan sesuatu
secara langsung, atau lebih tepatnya, aku merasa kalau aku perlu mengatakan
sesuatu tanpa perlu berbelit-belit…”
“Bahkan aku juga bisa merasa
terkejut, tau!”
Dia terlihat begitu tenang
sehingga tidak menunjukkan bahwa dia sedang seperti itu
“Ahem... Y-Yahh, setidaknya aku
punya pendapat baik terhadapnya.”
Tennouji-san dengan sengaja
berdeham ringan dan berkata demikian.
Wajahnya sedikit memerah dengan
pipi yang merah merona. ...Apa dia berpikir bahwa dia bisa menyembunyikannya
dengan begitu?
“Kalau kamu memberitahuku lebih
banyak detail, mungkin aku bisa memberikan beberapa saran bagus, loh? Aku
adalah kakak perempuan Itsuki, jadi aku tahu banyak tentang dirinya.”
“Uhh...”
Ada keraguan di dalam ekspresi wajah
Mirei.
Dengan melihat ekspresi itu,
jelas-jelas kalau Mirei sedang menyembunyikan sesuatu. Namun, berbeda dengan
Narika yang berkemauan kuat, Mirei tidak berusaha mengungkapkannya dengan
cepat.
Jadi, Yuri memutuskan untuk terus
menekannya.
“Bukannya lebih mudah untuk
berbicara dengan orang luar seperti aku daripada seseorang dari Akademi
Kekaisaran, bukan?”
“Uu...!”
“Tidak ada gunanya memendam
masalah sendiri, kan? Kamu juga ingin fokus pada kursus musim panas, kan?”
“Au...!”
Keanggunan yang Yuri rasakan
sebelumnya dari Mirei sudah tidak terlihat lagi.
Melihat Mirei yang bertingkah sebagai
gadis normal...atau lebih tepatnya, reaksinya jauh lebih naif dan lembut
dibandingkan gadis normal, membuat Yuri tersenyum lembut.
“Kadang-kadang, aku merasa
khawatir ...”
Mirei mulai mengungkapkan
dengan tenang.
“Seperti yang bisa kamu lihat,
aku memiliki penampilan yang mencolok, dan aku tumbuh besar dengan latar
belakang yang juga mencolok. Oleh karena itu, aku harus berhati-hati dengan
orang-orang di sekitarku. Jika aku berada di sekitar seseorang, aku akan
menonjol bersama mereka.”
Yuri terus mendengarkan dengan
ekspresi tulus ketika Mirei menceritakan kekhawatirannya dengan tatapan yang
tertunduk.
“Dan ... Tomonari-san mungkin
bukan tipe orang yang ingin menonjol."
Ini bukan tentang memiliki
kesederhanaan orang biasa, melainkan tentang sifat bawaan seseorang.
Mereka adalah kaum minoritas di
Akademi Kekaisaran, tapi bukan berarti mereka tidak ada. Ada tipe orang yang
disebut sebagai “orang di belakang layar”
di setiap masyarakat. Dalam kasus Itsuki, meskipun dia telah berlatih untuk
tampil dengan baik di depan umum, sepertinya dia tidak benar-benar mencari
kesempatan untuk menonjol.
“Jadi, Tennouji-san merasa
khawatir apakah Itsuki merasa terkekang ketika bersama denganmu, gitu?”
“Ya, itu mungkin masalahnya.”
Ini adalah cinta murni yang
jarang ditemukan di zaman sekarang. Sama halnya seperti Narika, Mirei juga
terjebak dalam pikiran tentang pihak lain—Itsuki—daripada
masalah pribadinya sendiri.
Jika memang begitu, maka arahan
nasehatnya sederhana.
Sama seperti Narika, yang harus
Yuri lakukan hanyalah memberinya sedikit dorongan.
“Itsuki memang bukan tipe yang
suka menonjol, tapi bukannya berarti ia akan menolak hal tersebut. Jika
diperlukan, ia juga bisa tampil menonjol.”
“... Namun, aku pikir akan
tetap menjadi beban bagi Tomonari-san untuk melakukan lebih banyak hal karena
diriku.”
“Ah... begitu jadinya.”
Yuri merasa kalau kekhawatiran
itu masuk akal.
“Selain itu, mengingat apa yang
dikatakan Hirano-san dalam pesta piyama kemarin, aku merasa tidak pantas untuk
memberikan beban lebih banyak pada Tomonari-san.”
Sepertinya dia juga memikirkan
hal yang sama seperti Narika.
Setelah merapikan kekhawatiran
yang telah diungkapkan, Yuri menyampaikan pendapatnya secara berurutan.
Pertama, tentang pembicaraan di
pesta piyama.
Dia memutuskan untuk tidak
menyebutkan bahwa dia juga telah berbicara dengan Miyakojima-san.
“Aku minta maaf karena sudah
menyebabkan kesalahpahaman. Meski tidak ada salahnya untuk berhati-hati, pada
akhirnya Itsuki adalah tipe yang sibuk dengan urusannya sendiri, jadi kupikir
hubunganmu dengannya takkan pernah berubah kalau kamu terus berpikir tidak
ingin menjadi beban. Mungkin dia akan menghargainya, sih...”
Mirei mengangguk perlahan.
Dia tidak hanya ingin ungkapan
terima kasih biasa.
“Selain itu, tentang masalah
Itsuki terlihat mencolok ketika dekat dengan Tennouji-san, mungkin yang terbaik
adalah bertanya langsung kepadanya. Aku merasa kalau Itsuki akan menjawab tanpa
menyembunyikan apapun.”
“Mungkin itu benar. ...
Bertanya langsung mungkin adalah pilihan yang terbaik."
Mirei juga sampai pada
kesimpulan yang sama dan mengangguk.
Meskipun Yuri tidak dapat
memberikan banyak saran, konsultasi kekhawatiran Mirei telah selesai. Mirei
masih tampak khawatir, tetapi setelah memutuskan tindakan yang harus diambil,
dia pasti akan segera mengambil tindakan.
“Tapi sejujurnya, agak
mengejutkan. Aku memiliki kesan bahwa Tennouji-san adalah tipe orang yang lebih
percaya diri, tetapi ternyata kamu juga memiliki kekhawatiran seperti ini.”
“... Aku juga hanya manusia
biasa, jadi ada kalanya aku bisa merasa ragu-ragu.”
Mungkin karena dia bukan tipe orang
yang sering mengeluh, jadi Mirei terlihat menyesal.
“Ditambah lagi, aku belum pernah
mengalami masalah seperti ini sebelumnya ... jadi aku belum terbiasa dengan hal
semacam ini.”
“Hmmm, kupikir seseorang
seperti Tennouji-san pasti memiliki banyak pengalaman cinta, tetapi ternyata
tidak begitu ya.”
Yuri berkata dengan heran.
Kemudian, Mirei berbicara
dengan tatapan penuh pengertian di matanya.
“...Semakin besar nama
keluarga, semakin sulit untuk membicarakan hal semacam ini.”
Yuri samar-samar bisa merasakan
kekhawatiran dan penderitaan yang tersembunyi di balik kata-kata itu.
“Ternyata Ojou-sama juga mempunyai
masalahnya sendiri ya.”
“Iya. Meskipun tidak sampai
pada pernikahan politik, tetapi aku juga berada dalam posisi dimana aku bisa
mengalami sepenuhnya cinta yang bebas. ... Nah, dalam kasusku, itu hanya
masalah karena akulah yang membatasi diriku sendiri.”
Yuri miringkan kepala karena
tidak mengerti maksud dari pernyataan terakhir dari Mirei.
Dalam kasus Mirei, karena orang
tuanya mendorongnya untuk hidup dengan bebas, cinta bebas bukanlah menjadi
masalah. Namun, Mirei baru-baru ini masih terjebak dalam kesadaran menjadi
putri keluarga Grup Tennouji, sehingga dia membatasi cinta bebas dengan
kehendaknya sendiri. Dia sungguh-sungguh percaya bahwa dia harus menikah dengan
pasangan yang pantas sebagai putri keluarga Tennouji di masa depan, dan
keinginannya sendiri sama sekali tidak relevan.
Bagi Mirei, hari-hari yang dia
habiskan dengan membatasi dirinya sendiri merupakan sesuatu yang memiliki nilai
yang tertentu meskipun dia sadar itu adalah ketidakseimbangan. Lagipula, berkat
itu dia bisa bertemu dengan Itsuki, jadi membatasi diri sendiri tidaklah buruk.
Karena dia telah lama bersembunyi di dalam cangkang yang keras, itulah sebabnya
dia bisa bertemu dengan seseorang yang ingin dia dekati setelah memecahkan
cangkang itu.
“... Aku ingin berterima kasih
karena kamu mau mendengarkan keluhanku.”
Mirei membungkuk dengan tulus.
“Ya. Jika kamu menghadapi
masalah lain di masa depan, tolong beritahu aku saja.”
“Iya. Tapi aku akan menghentikan
pembicaraan di sini.”
Mirei berkata kepada Yuri yang
miringkan kepalanya dengan keheranan.
“Aku adalah Tennouji Mirei.
Seorang putri konglomerat yang akan mengemban tanggung jawab Grup Tennouji di
masa depan. Oleh karena itu, hanya sampai sejauh ini saja aku mengeluh.”
Tanpa disadarinya, suasana
bermartabat yang tadinya telah menghilang tiba-tiba muncul kembali.
“Mohon jaga kerahasiaan mengenai
apa yang terjadi hari ini.”
“Y-Ya...”
Yuri mengangguk gugup pada
Mirei, yang memegang jari telunjuknya di depan bibirnya.
Mata Mirei dipenuhi dengan
semangat seperti biasanya.
Adapun
Tennoji-san, mungkin dia tidak butuh bantuan yang tidak perlu...Yuri
berpikir begitu. Mirei memiliki sifat rendah hati yang cukup untuk mengakui bahwa
dirinya tidak sempurna, tetapi ini juga merupakan bukti bahwa dia bisa bersikap
objektif mengenai kelemahannya sendiri, dan tampaknya dia cukup kuat untuk
menghadapinya. Jika memang begitu masalahnya, cepat atau lambat dia pasti bisa
mengambil langkah maju.
“Hirano-san.”
Mirei menghentikan Yuri yang
hendak pergi.
“Aku jadi lupa bertanya...
Bagaimana pendapatmu tentang Tomonari-san?”
Yuri ditanyai hal yang sama
sekali lagi.
Mengapa
semua orang selalu menanyakan itu padaku? Yuri merasa keheranan.
“Aku tidak memikirkan apa-apa
tentangnya
“Benarkah?”
Mirei menatap lurus ke arah
Yuri dan melanjutkan,
“Karena kamu... Kamu terlihat
sangat serius memikirkan Tomonari-san.”
Jika seseorang tidak peduli,
mereka tidak akan memikirkannya sampai sejauh itu. Mirei mengisyaratkan hal
tersebut secara tidak langsung.
Dalam sekejap, Yuri merasakan
sesuatu yang selama ini dia tahan mulai meluap.
Yuri menyadari bahwa wajahnya
menjadi tegang. Namun Mirei tetap diam tanpa menunjukkan apa-apa. Sementara
itu, Yuri berusaha mencoba menenangkan hatinya.
“Aku sudah bilang iya ‘kan.
Karena aku adalah kakak perempuan Itsuki, jadi wajar saja.”
“... Ya, benar.”
Mirei menunjukkan ekspresi yang
mengindikasikan pengertian.
Namun ekspresi wajahnya, yang
tidak tersenyum maupun keheranan, sepertinya ingin mengatakan bahwa dia akan
membiarkannya begitu saja.
Setelah berpisah dengan Mirei,
Yuri kembali ke dalam kamarnya. Dia membuka kulkas kecil dan mengambil botol
air mineral yang dia beli di toko di depan, lalu meminumnya untuk melegakan
tenggorokannya. Rasa dingin yang menyegarkan menembus tubuhnya.
(Gimana
bilangnya ya... dia sungguh orang yang sangat kuat)
Saat mereka bertatap muka, dia
merasakan kekuatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Meski pada awalnya Yuri
merasa sedikit tegang, keteguhan yang dimiliki oleh Mirei adalah sesuatu yang
tidak dimiliki oleh orang biasa. Keberadaannya memiliki kehadiran yang belum
pernah Yuri alami dalam hubungan pertemanannya sebelumnya. Dia adalah tipe
Ojou-sama yang tidak akan pernah dia lupakan setelah bertemu dengannya.
Selain itu, dia juga adalah
orang yang sangat peka.
Yuri bangga dengan kemampuannya
dalam menilai sifat orang sejak dia membantu bisnis keluarganya sejak kecil,
tetapi dia tidak bisa menandingi Ojou-sama itu.
(Tapi
tetap saja... murid dari Akademi Kekaisaran juga bisa jatuh cinta seperti orang
biasa, ya)
Meskipun, dia merasa bahwa ada
sesuatu yang tidak biasa tentang mereka.
Sepertinya ada beberapa batasan
bagi para Ojou-sama. Yuri dulu mengagumi Akademi Kekaisaran, tetapi sekarang
dia merasa sedikit tertekan.
[Karena
kamu... Kamu terlihat sangat serius memikirkan Tomonari-san.]
Dia tiba-tiba teringat dengan
ucapan Mirei.
Dia sedikit terkejut pada
awalnya, tapi kalau dipikir-pikir lagi sebenarnya itu cukup wajar. Itu karena
dia adalah kakak perempuan Itsuki. Tidak ada alasan lain selain itu
“Baiklah, tinggal tersisa satu
orang lagi.”
Penyelidikan mengenai Narika
dan Mirei telah selesai. Keduanya tampaknya tertarik pada Itsuki seperti yang
diharapkan.
Hanya tersisa satu orang lagi.
Yuri merasa sedikit tegang saat
memikirkan tentang Ojou-sama terakhir itu.
◇◇◇◇
Yuri terus mencari kesempatan
untuk berbicara dengan Hinako untuk menyelidikinya.
Namun, berbeda dengan Narika
dan Mirei, dia merasa kesulitan untuk menemukan kesempatan berbicara dengan
Hinako. Meskipun mereka bertemu setiap pagi di kantin, sulit untuk memanggilnya
di depan orang lain karena pertanyaan yang ingin dia tanyakan. Sepertinya
setelah selesai dengan kursus musim panas, Hinako kembali ke hotel bersama
Itsuki dan yang lainnya, dan setelah itu, Yuri tidak pernah melihatnya di luar.
(Konohana-san
tuh sepertinya lebih suka di dalam ruangan?)
Padahal mereka sedang berada di
Karuizawa. Yuri berpikir bahwa dia seharusnya bisa menikmati lebih banyak hal
seperti Narika yang berlari di luar atau Mirei yang menikmati langit berbintang...
tapi dia tidak pernah melihat Hinako melakukan hal-hal seperti itu.
Tapi dia adalah putri dari keluarga konglomerat Grup Konohana. Pada dasarnya, tempat semacam Karuizawa bukanlah hal yang jarang baginya. Jadi jika dipikir-pikir lagi, tidak mengherankan kalau dia jarang keluar dari kamarnya.
Tapi jika itu terus berlanjut,
Yuri tidak akan pernah bisa berbicara dengannya.
(Apa
aku perlu langsung mengunjungi kamarnya saja? Tapi meskipun itu kebetulan, aku
sudah tahu di mana kamarnya dan rasanya seperti penyalahgunaan wewenang... Hmm,
aku tidak ingin terlihat aneh.)
Sambil merenungkan masalah ini,
Yuri perlahan-lahan mendekati kamar tempat Hinako menginap.
Suasana di luar sudah gelap.
Kelelahan setelah selesai bekerja membuatnya ingin segera menyelesaikan masalah
ini. Ketika keadaan tubuh sudah lelah, sulit untuk berpikir dengan jernih.
Masa
bodo, deh. Mendingan aku mengunjungi kamarnya saja.
Dengan pikiran itu, saat Yuri
akan mulai berjalan...
“Anda adalah Hirano-sama,
‘kan?”
“Uhyaah!?”
Dari belakang, ada suara yang tiba-tiba
terdengar. Ketika dia berbalik, ada seorang wanita mengenakan pakaian pelayan—
Shizune yang berdiri di sana. Yuri hampir tidak bisa merasakan hawa
keberadaannya sama sekali.
“Sepertinya anda sudah
mengamati kamar Ojou-sama selama beberapa waktu yang lalu….apa anda mempunyai
urusan dengan beliau?”
Mata Shizune menyipit dengan
tajam dan waspada. Yuri menduga kalau pelayan ini memiliki tugas keamanan untuk
melindungi Hinako juga.
“E-Ehm, begini….aku hanya ingin
berbicara dengan Konohana-san sebentar ...”
“….Berbicara dengan Ojou-sama?”
“I-Iya, tapi kalau itu terlalu
mengganggu, maka tidak usah juga tidak apa-apa…”
Shizune meletakkan jarinya di
dagunya dan menatap lurus ke arah Yuri.
“Saya sudah melakukan
penyelidikan dan tidak ada alasan untuk mencurigai anda.”
Shizune kemudian berkata,
“Mohon tunggu sebentar,'” dan mengeluarkan smartphone-nya dari sakunya.
Setelah beberapa saat kemudian,
Shizune-san meletakkan ponselnya.
“Kalau begitu, izinkan saya
mengantar anda ke kamar Ojou-sama.”
“Ah, i-iya, terima kasih.”
Mungkin Hinako baru saja
memberinya izin melalui telepon. Mereka lalu berjalan melewati jalan yang
landai dan menuju bangunan tiga bintang.
Shizune mengetuk pintu dan suara
langkah kaki mendekat ketika pintu kamar terbuka. Konohana Hinako kemudian muncul dengan rambut warna ambernya yang
membentang.
Sosoknya yang tersenyum lembut
terlihat begitu mempesona. Untuk sesaat, Yuri sempat berilusi bahwa cahaya di
ruangan itu adalah lingkaran cahaya Hinako.
“Silakan masuk.”
Hinako tersenyum lembut dan
mempersilakan mereka masuk ke dalam.
Shizune mengunci pintu setelah
mereka masuk. Yuri perlahan melangkah ke dalam ruangan itu dengan kagum.
“Wahh…luar biasa sekali.”
Langit-langit yang luas.
Perabotan yang mewah.
Setiap perabotan memiliki kehadiran
yang halus dan indah. Rasanya seolah-olah seperti sedang mengunjungi dunia
lain.
Setelah dipikir-pikir, rekan
kerja paruh waktu Yuri pernah mengatakan sesuatu kepadanya.
Ketika mengantarkan makanan ke
kamar hotel bintang 3, dia hampir menjatuhkan piring karena terkejut.
Dia merasa nilai-nilainya
terhadap materi akan berubah jika tinggal lama di sini.
“Hirano-san?”
“Ma-Maaf, Ini sedikit lebih
mewah dari yang kukira...A-Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri.... “
Dirinya tidak bisa bertanggung
jawab jika merusak perabotan.
Yuri menaruh tangan di dadanya
dan mengambil napas dalam-dalam.
Hinako memandang Yuri dengan
keheranan.
Seolah-olah dia tidak pernah
menyangka kalau Yuri akan terpengaruh sampai sejauh itu...
“Ojou-sama. Tomonari-san
sebagian besar sudah berada di sisi kita, jadi jangan menghabiskan terlalu
banyak waktu bersamanya...”
“...Benar juga.”
Shizune berbisik pelan kepada
Hinako.
Yuri bisa mendengar
kata-katanya dengan samar.
Aku
penasaran apa Itsuki tidak terkejut seperti diriku ketika dia mengunjungi
ruangan ini?
Ketika dia memikirkan hal itu,
dia merasakan gelombang kekuatan dari suatu tempat.
Yuri duduk di seberang Hinako
dan menghembuskan napas ringan.
“Ini adalah teh herbal, silakan
dinikmati.”
Shizune membawa nampan dan
meletakkan dua cangkir di atas meja.
Hinako mengambil cangkirnya,
dan Yuri memutuskan untuk membasahi tenggorokannya terlebih dahulu.
Minuman teh herbal itu terasa
lembut. Mungkin dicampur dengan teh hitam. Ketika Yuri meminumnya lagi, aroma
herbal yang unik tercium melalui hidungku.
“...Mungkin ini rosemary?”
“Iya, tepat sekali.”
Rosemary juga digunakan sebagai
bumbu masakan dan sebagai pewangi.
Itulah sebabnya Yuri tahu.
Rosemary juga memiliki efek menghilangkan kelelahan.
Mungkin dia sengaja menggunakan
ramuan ini untuk membuat teh untuknya yang lelah setelah bekerja di sini setiap
hari.
(Uwawawa...
level keramahannya terlalu tinggi...)
Hal semacam ini seharusnya
hanya bisa didapatkan dengan membayar harga yang mahal.
Ini bukan sesuatu yang bisa
dinikmati secara santai di kamar teman yang dikunjungi.
Inilah dunia nyata para
Ojou-sama.
Yuri memikirkan degan getir apa
Itsuki telah terjun ke dunia yang sulit seperti ini...
“Umm, maaf ya, sudah mau
repot-repot meluangkan waktumu untukku.”
“Kamu tidak perlu khawatir. Aku
juga ingin menggunakan kursus musim panas ini sebagai kesempatan untuk lebih
dekat dengan Hirano-san.”
Dia adalah gadis yang begitu
lembut dan ramah.
Ketulusan hangatnya melingkupi
Yuri.
“Sebenarnya, aku ingin bertanya
tentang Itsuki.”
“Tentang Tomonari-kun?”
Hinako memiringkan kepalanya
dengan manis.
“Iya, seperti yang bisa
dilihat, Itsuki tampak seperti orang biasa, bukan? Jadi aku khawatir...”
“Begitu rupanya. ...Hirano-san
memang baik hati sekali, ya.”
“Eng-Enggak juga. Sebagai kakak
perempuan Itsuki, aku hanya merasa penasaran saja.”
Hinako memberikan tatapan ramah
pada Yuri yang membuang muka.
“Tomonari-kun tidak mengalami
masalah apapun, kok. Pada awalnya, ia memang mengalami kesulitan dengan
kehidupan sekolah, tapi akhir-akhir ini ia terlihat sudah terbiasa. Menurutku
ia sudah tampak sedikit santai.”
“...Ya. Tapi tak disangka ia punya
sedikit kelemahan, bukan? Mengesampingkan yang ada di akademi, dia juga bekerja
di rumah Konohana-san, apa ia tidak membuat banyak kesalahan?”
“Kamu tidak perlu
mencemaskannya. Shizune...pelayanku telah mengajarinya beberapa tata karma dan
sopan santun, jadi sebenarnya ia mampu beradaptasi lebih cepat daripada pelayan
pada umumnya.”
“H-Hee begitu ya. Syukurlah
kalau begitu.”
Shizune menundukkan kepalanya
saat namanya dipanggil.
Seperti yang dia pikirkan saat
mendengar kabar dari Mirei, Sepertinya Itsuki melakukan lebih baik dari yang
dia harapkan.
(…Hm,
eh, apa ini? Perasaan apa ini?)
Kenapa
sekarang aku merasa agak gelisah?
Rasanya
seperti kesepian, atau sedih. Aku merasa ada sedikit perasaan negatif yang
muncul.
Rasanya seakan-akan dirinya berharap
kalau Itsuki tidak melakukannya dengan baik.
Mana mungkin bisa begitu.
“Ngomong-ngomong, Hirano-san.”
Hinako kemudian menatapnya.
“Pada akhirnya, tipe gadis
seperti apa yang disukai oleh Tomonari-kun?”
“…Hah?”
Itu terdengar seperti
pertanyaan sepele dan agak mendadak.
“Saat pesta piyama tadi malam,
kamu hampir mengatakannya ‘kan?”
“Oh, ya. Itu sebenarnya hanya
karena aku ingin melihat reaksi kalian bertiga, jadi aku mengatakan
sembarangan...”
“Tapi kamu mengetahuinya, ‘kan?”
“...Ya, aku punya sedikit
gambaran.”
“Bisakah kamu memberitahuku?
Karena aku penasaran setelah mendengarnya setengah-setengah tadi.”
Ufufu, kata
Hinako sambil tersenyum.
Dia
lebih tertarik daripada yang kusangka—
Tapi
kalau itu membuatnya sangat penasaran, ya, mau bagaimana lagi.
Kalau
dipikir-pikir lagi, aku memang mengatakannya dengan cara yang agak ambigu dan
setengah-setengah jadi hal itu membuatnya merasa penasaran.
...
Tapi, bukannya itu terlalu berlebihan?
Ada banyak tanda tanya yang
muncul di kepala Yuri.
“U-umm, tipe yang disukai
Itsuki...”
Yuri menatap Hinako dengan
ekspresi kebingungan.
Tidak peduli seberapa lama dia
menatapnya, Hinako selalu menjadi seorang Ojou-sama yang sempurna. Yuri
merasakan perbedaan statusnya sebagai seorang wanita dan manusia, dan langsung membuang
pemikiran bahwa “Mungkin Ojou-sama ini
juga menyukai Itsuki”. Karena Ojou-sama ini memiliki keunikan yang sangat
berbeda.
Mungkin,
dia hanya bertanya karena rasa penasaran saja. Itulah yang dipikirkan
Yuri.
“... Itsuki adalah orang yang
baik hati dan cenderung suka ikut campur atas kemauan sendiri. Tapi sebenarnya,
ia bahagia dengan itu.”
“Jadi maksudnya?”
“Jadi maksudku, ia suka orang
yang bisa membuatnya sibuk ... atau lebih tepatnya, ia suka ada orang yang
membutuhkannya.”
“jadi begitu ya.”
Hinako mengangguk setelah
mendengar penjelasan Yuri.
“…Fufufu.”
“Kamu kenapa, Konohana-san?”
“Tidak, bukan apa-apa...
hehehe."
Entah mengapa, Hinako tersenyum
dengan suasana hati yang sangat gembira.
Yuri tidak mengetahui alasan di
balik senyumannya itu, tapi ekspresi wajahnya sangatlah menggemaskan.
“Konohana-san mungkin bukan
tipe yang disukai oleh Itsuki. Maksudku, Konohana-san terlihat seperti bisa
melakukan segalanya ... entah kenapa kamu terlihat sempurna.”
“Mungkin memang begitu.”
Hinako mengangguk dengan
santai.
Tidak
ada tanda-tanda kekecewaan pada dirinya.
Sudah
kuduga, sepertinya dia memang tidak memiliki perasaan khusus terhadap Itsuki.
“Maaf telah merepotkanmu. Hanya
itu yang ingin aku tanyakan.”
Kalau
begitu, aku permisi dulu, kata Yuri saat dia akan meninggalkan
ruangan.
Tepat setelah itu….
“Hirano-san sendiri, bagaimana
pendapatmu tentang Tomonari-kun?”
Ah,
seperti yang kuduga. Aku lagi-lagi ditanyai pertanyaan itu.
Dia tidak tahu mengapa semua
orang selalu bertanya tentang hal itu, tetapi seperti kata pepatah kalau hal
yang sama terjadi dua kali, maka jal tersebut pasti akan terjadi untuk ketiga
kalinya. Jadi kali ini, Yuri sudah menyiapkan mentalnya sejak awal.
Lebih dari yang dia duga, dia
bisa menjawab tanpa terpengaruh.
“Aku hanya menganggapnya
seperti adik laki-laki. Selain itu, tidak ada perasaan lain.”
Yuri menjawab dengan tegas,
mengembalikan ketenangan setelah kebingungan sebelumnya.
Pada saat itu, hanya dalam
sekejap, mungkin hanya khayalan atau kebetulan—Hinako menunjukkan ekspresi lega
yang samar-samar.
Dalam sekejap mata, ekspresinya
kembali melembut seperti bunga seperti biasanya.
Mungkin
itu hanya imajinasiku saja. Setelah meyakinkan dirinya sendiri, Yuri
berpisah dengan Hinako.
Setelah kembali ke kamarnya
sendiri, Yuri menghembuskan napas kecil.
Seiring dengan oksigen yang
mengisi paru-parunya, ketegangan yang dia sembunyikan sejauh ini pun terlepas.
(Hyahh
... Konohana-san benar-benar berada di level yang berbeda. Aku yakin kalau Itsuki
juga sepertinya takkan memiliki hubungan khusus dengan Ojou-sama itu.)
Sejauh ini Yuri telah
menyembunyikan perasaannya agar tidak terlihat menyedihkan di depan Itsuki,
tetapi keberadaan para Ojou-sama telah membuatnya merasa tertekan. Terutama
aura Hinako yang begitu kuat sehingga bahkan sekarang, jika dia tidak waspada,
dia akan terdorong untuk mendekatinya seperti penggemar yang mengejar bintang
populer.
Itsuki benar-benar bisa
berbicara dengan mereka tanpa merasa canggung.
Yuri bahkan merasa
menghormatinya.
(...
Ketiganya adalah Ojou-sama dengan tipe yang berbeda ya.)
Hinako merupakan tipe Ojou-sama
yang sempurna tanpa cela, tidak peduli dari sudut mana yang dilihat. Hanya
dengan melihat setiap gerakannya, Yuri merasakan perbedaan kelas yang ada di
antara mereka. Namun, ketika dia berbicara dengannya, dia merasa nyaman.
Seorang Ojou-sama sejati mungkin memiliki pengaruh yang besar pada orang lain.
Mirei adalah simbol keanggunan
dan kelembutan. Dia tegas dan bijaksana, tetapi juga lembut dan ramah. Karena
itu, dia sangat bisa diandalkan dan mudah untuk diajak bicara. Kali ini, Yuri
adalah orang yang diminta bantuan, tapi pasti banyak orang yang meminta bantuan
darinya sehari-hari.
Narika memiliki kekuatan dan
kelemahan yang ekstrem, tetapi karena itulah dia menjadi Ojou-sama yang bisa
diidolakan sekaligus mendapat simpati. Setelah melakukan penyelidikan, ternyata
dia telah memenangkan berbagai turnamen bela diri seperti kendo dan judo.
Meskipun fokusnya agak terbatas, dia memiliki bakat yang tidak kalah dengan dua
Ojou-sama lainnya. Dan Narika, yang sangat menyadari kekurangannya sendiri,
kelihatannya merupakan orang yang paling ingin berkembang di antara ketiganya.
(Aku
tidak tahu apa yang dipikirkan Itsuki ... tapi menurutku, aku mulai melihat
kepribadian ketiganya)
Yuri mendapat gambaran kasar
tentang kepribadian mereka bertiga dan pesona mereka.
Orang yang paling dia kagumi adalah
Hinako. Mau tak mau dia jadi selalu berpikir bagaimana rasanya bisa berada di
sisinya.
Orang yang paling dia hormati adalah
Mirei. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada diakui olehnya.
Dan orang yang paling ingin dia
dukung adalah Narika. Suatu hari nanti, ketika dia mengatasi kelemahannya, dia
pasti akan menjadi sosok yang luar biasa.
(...
Aku yakin Itsuki pasti akan bahagia, siapa pun yang menjadi pasangannya.)
Mengetahui hal itu saja sudah
cukup baginya.
Itulah sebabnya Yuri mengajak
mereka bicara, untuk mencari tahu hal tersebut.
“Ah ... semuanya sedang
mengalami masa muda, ya.”
Dapur dipenuhi dengan peralatan
memasak yang belum rapi. Sementara para Ojou-sama itu sibuk dengan cinta
mereka, Yuri mulai mencuci piring dengan air dingin.
Baik Mirei dan Narika
seharusnya telah menemukan kesempatan untuk melangkah maju.
Yuri penasaran siapa yang akan
memimpin terlebih dahulu, tapi sejujurnya dia tidak terlalu peduli siapa yang
akan melakukan pendekatan.
Itsuki pasti akan bahagia,
entah ia menjalin hubungan dengan Mirei atau Narika.
...
Lalu, bagaimana dengan diriku?
“Bodoh.”
Yuri menegur pertanyaan yang
muncul dalam pikirannya.
“Bodoh, bodoh, bodoh ... Aku
adalah kakak perempuannya Itsuki.”